Anda di halaman 1dari 7

RESUME

NAMA : Moh.Gaibsal A.S.Lajini


PRODI : Perbankan Syari’ah
SEMESTER : III (Tiga)
MATA KULIAH: Ahlak Tasawuf
JUDUL : Ciri-Ciri Tasafuf Yang Benar Ajarannya
A. Pendahuluan

Tasawuf adalah aliran dalam Islam yang berusaha mencapai pengalaman


spiritual yang lebih mendalam dan dekat dengan Allah. Namun, seiring berjalannya
waktu, banyak pemahaman dan praktik dalam tasawuf menjadi bercampur dengan
unsur-unsur yang tidak selaras dengan ajaran Islam.

Dalam tasawuf yang benar ajarannya mencakup elemen-elemen seperti ikhlas,


zikir, tawakkul, taubat, muhasabah, pendidikan tasawuf, cinta Ilahi, irfan,
kesederhanaan, kepedulian sosial, sabar, dan kepercayaan sepenuhnya pada Allah.
Praktik-praktik ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, memahami
makna ajaran Islam secara lebih dalam, dan mencapai kesempurnaan spiritual.

Di bawah ini, saya akan menyebutkan beberapa ahli sufi terkenal dan pandangan
mereka tentang ahlak tasawuf:

1. Al-Hallaj (858-922 M)
Al-Hallaj adalah seorang sufi terkenal yang sangat kontroversial.
Salah satu kutipan terkenalnya adalah "Ana al-Haqq" yang berarti "Aku
adalah Yang Maha Hakiki." Pandangan ini mencerminkan keyakinannya
akan penyatuan jiwa dengan Tuhan. Al-Hallaj menganggap bahwa ahlak
dalam tasawuf melibatkan pencarian yang tulus dan penuh kasih sayang
terhadap Tuhan, hingga seseorang benar-benar menyatu dengan Yang Maha
Haq.
2. Al-Ghazali (1058-1111 M)
Al-Ghazali adalah seorang filosof, teolog, dan sufi terkenal. Dia
menulis banyak karya tentang tasawuf dan etika. Pandangan ahlaknya
sangat dipengaruhi oleh konsep ikhlas (ketulusan) dan ridha (keridhaan
Tuhan). Menurut Al-Ghazali, ahlak dalam tasawuf melibatkan pembersihan
jiwa, meningkatkan kesadaran akan Tuhan, dan mencapai kesempurnaan
moral.
3. Rumi (1207-1273 M)
Jalaluddin Rumi, penyair sufi terkenal, adalah seorang tokoh penting dalam
tradisi tasawuf. Ajarannya banyak terkait dengan cinta ilahi (ishq) dan
bagaimana mencapai kecintaan yang tulus kepada Tuhan. Rumi
mengajarkan bahwa ahlak dalam tasawuf melibatkan cinta, kasih sayang,
dan pengabdian kepada Tuhan, serta mencari Tuhan dalam diri kita.
4. Ibn Arabi (1165-1240 M)
Ibn Arabi adalah seorang sufi dan filosof besar yang dikenal dengan
konsep-konsep seperti "wahdat al-wujud" (kesatuan eksistensi).
Pandangannya tentang ahlak dalam tasawuf mencakup pemahaman
mendalam tentang hubungan antara individu dan Tuhan. Menurutnya, ahlak
yang benar dalam tasawuf adalah mencapai kesadaran akan kesatuan
eksistensi dan melibatkan cinta dan pengabdian yang mendalam kepada
Tuhan.

Penting untuk diingat bahwa ajaran dan pandangan tentang ahlak dalam
tasawuf dapat bervariasi antara berbagai ahli sufi dan aliran sufi. Tasawuf adalah
bagian dari tradisi Islam yang berfokus pada dimensi mistis dan spiritual, dan para
sufi sering mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang ahlak berdasarkan
pengalaman spiritual pribadi mereka.

B.Ciri-Ciri Tasawuf Yang Benar Ajarannya

Tasawuf, juga dikenal sebagai Sufisme, adalah cabang mistik dalam Islam
yang menekankan pengembangan spiritual dan hubungan individu dengan Tuhan.
Ada banyak aliran dan pemahaman dalam tasawuf, dan ciri-ciri tasawuf yang benar
ajarannya dapat bervariasi, tetapi ada beberapa aspek umum yang dapat
diidentifikasi.berikut ciri-ciri tasawuf yang benar ajarannya:

1. Ikhlas (Kesucian Niat): Ciri utama dari tasawuf yang benar adalah niat yang
murni dan ikhlas. Penganut tasawuf berusaha untuk mendekatkan diri
kepada Allah semata-mata karena cinta dan ibadah kepada-Nya, bukan
karena pujian manusia atau dorongan ego.
2. Zikir (Dzikir): Zikir adalah praktik berulang-ulang mengingat Allah
melalui doa, puji-pujian, atau penyebutan Nama-Nya. Penganut tasawuf
yang benar seringkali mendedikasikan waktu untuk dzikir, dengan tujuan
merasakan kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
3. Tawakkul (Kepercayaan pada Allah): Tasawuf mengajarkan tawakkul,
yaitu kepercayaan sepenuhnya pada Allah dalam semua hal. Penganut
tasawuf yang benar mengandalkan Allah untuk mengatasi kesulitan dan
merasakan kebahagiaan dalam taat pada-Nya.
4. Taubat (Pengampunan dan Pertobatan): Sebagai bagian dari praktik
tasawuf, pertobatan dan permohonan ampun adalah penting. Penganut
tasawuf yang benar selalu bersedia untuk memperbaiki diri dan memohon
pengampunan Allah atas dosa-dosa mereka.
5. Muhasabah (Introspeksi): Muhasabah adalah praktik introspeksi diri, di
mana penganut tasawuf yang benar secara kritis mengevaluasi perilaku dan
tindakan mereka untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang diri
mereka sendiri dan hubungan mereka dengan Allah.
6. Tasauf Ilmi (Pendidikan Tasawuf): Pendidikan dalam tasawuf yang benar
adalah kunci untuk memahami ajaran dan praktik dengan benar. Ini
melibatkan studi teks-teks sufi klasik dan mencari bimbingan dari seorang
guru yang berpengalaman dalam bidang ini.
7. Cinta Ilahi (Ishq): Cinta Ilahi adalah ciri khas tasawuf yang benar. Penganut
tasawuf meyakini bahwa cinta kepada Allah adalah daya pendorong utama
dalam pencarian spiritual mereka. Mereka mencari cinta Ilahi dengan penuh
gairah dan kehendak yang tulus.
8. Irfan (Pemahaman Batiniah):Tasawuf yang benar juga mencakup
pemahaman batiniah yang mendalam tentang makna ajaran-ajaran Islam
dan hubungan antara individu dengan Tuhan. Irfan adalah proses
pemahaman yang lebih dalam dan rohani.
9. Kesederhanaan dan Kepedulian Sosial: Penganut tasawuf yang benar sering
dikenal karena kesederhanaan hidup mereka dan kepedulian terhadap
kebutuhan sosial. Mereka berusaha untuk hidup sederhana dan membantu
mereka yang kurang beruntung.
10. Sabar dan Kesabaran: Tasawuf mengajarkan pentingnya kesabaran dalam
menghadapi cobaan dan ujian dalam hidup. Penganut tasawuf yang benar
berusaha untuk bersabar dalam menghadapi tantangan dan percobaan yang
datang dalam perjalanan spiritual mereka.

B. Ciri-Ciri Tasawuf Yang Tidak Benar Ajaran-nya Tidak Benar

Seperti aliran lain dalam agama, ada berbagai pandangan dan pendapat yang
berbeda dalam Tasawuf. Oleh karena itu, pendapat tentang apa yang dianggap
"tisdak benar" dalam ajaran Tasawuf dapat bervariasi. Beberapa hal yang mungkin
dianggap sebagai ajaran Tasawuf yang tidak benar atau kontroversial oleh beberapa
orang termasuk:

1. Bid'ah (Inovasi Agama): Beberapa aliran dalam Tasawuf mungkin terlibat


dalam praktik-praktik atau keyakinan yang dianggap sebagai bid'ah, yaitu
inovasi agama yang tidak ada dasarnya dalam Al-Quran atau Hadis. Ini bisa
termasuk praktik-praktik yang tidak ada hubungannya dengan Islam yang
sebenarnya.
2. Syirik (Persekutuan dalam Ibadah): Meskipun sebagian besar pengikut
Tasawuf bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah, ada kekhawatiran
bahwa beberapa orang mungkin melampaui batas dan mencampurkan
unsur-unsur syirik, yaitu penyelewengan atau persekutuan dalam ibadah,
dalam praktik-praktik Tasawuf.
3. Eksklusivitas dan Keterasingan: Beberapa tarekat mungkin
mempromosikan eksklusivitas dan isolasi dari masyarakat yang lebih luas,
yang dapat mengarah pada ketidakpedulian terhadap masalah sosial dan
kemanusiaan yang penting.
4. Kesalahpahaman tentang Konsep "Fana" dan "Baqa": Konsep "fana"
(pemusnahan diri dalam Allah) dan "baqa" (keberlanjutan dalam Allah)
dalam Tasawuf dapat disalahpahami oleh beberapa individu yang
menganggapnya sebagai upaya untuk menghapus diri sepenuhnya dan
mengklaim keseluruhan identitas dengan Allah, yang bisa dianggap sebagai
bid'ah.
5. Penyalahgunaan Kekuasaan Spiritual: Beberapa pemimpin tarekat atau guru
Tasawuf mungkin menyalahgunakan kekuasaan spiritual mereka dengan
memanipulasi atau mengeksploitasi pengikut mereka.
6. Aliran Antinomian: Aliran ini mengajarkan bahwa mereka di atas hukum-
hukum syariah Islam dan dapat melampaui batasan-batasan etika dan moral
yang telah ditetapkan oleh agama. Mereka mungkin mengklaim bahwa
kesucian batin mereka menggantikan kewajiban-kewajiban religius seperti
salat, puasa, dan lainnya. Ini sering dipandang sebagai pemahaman yang
salah tentang ajaran Islam yang menghormati syariah sebagai panduan
moral.
7. Aliran yang Terlalu Mistik: Beberapa aliran Sufi menjadi terlalu fokus pada
pengalaman mistik dan ekstasis pribadi. Mereka mungkin merasa bahwa
pengalaman ekstasis tersebut adalah tujuan akhir dan melupakan kewajiban-
kewajiban religius yang lebih praktis. Ini bertentangan dengan pandangan
mayoritas yang menganggap bahwa pengalaman mistik harus digunakan
sebagai alat untuk memperkuat hubungan dengan Tuhan dan tidak boleh
menggantikan aspek-aspek praktis agama.
8. Syncretism: Beberapa aliran Sufi menggabungkan unsur-unsur dari agama-
agama lain dalam praktik spiritual mereka. Hal ini dapat mencakup elemen-
elemen dari kepercayaan animistik, Hinduisme, atau agama-agama lain,
yang bertentangan dengan keyakinan Islam tentang monoteisme yang
murni.
9. Kultus Sufi: Beberapa kelompok Sufi mungkin menekankan ketaatan buta
kepada seorang guru spiritual atau syekh, bahkan meyakini bahwa guru
mereka memiliki sifat-sifat ilahi. Ini bisa menyebabkan penyembahan yang
tidak benar dan berlebihan terhadap tokoh-tokoh spiritual, yang
bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan monoteisme dan
tawheed, yaitu kepercayaan pada satu Tuhan yang tidak memiliki sekutu.
10. Praktik-praktik Ekstrem: Beberapa aliran Sufi mungkin melibatkan praktik-
praktik ekstrem seperti puasa yang berlebihan, tidur sedikit, atau bentuk-
bentuk lain dari penindasan fisik yang dapat membahayakan kesehatan
individu. Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang mendorong
keseimbangan dan menjaga kesehatan fisik sebagai salah satu kewajiban.

C. Kesimpulan

Dalam Islam, Sufisme yang benar adalah yang menghormati syariah Islam,
menghargai monoteisme, mempromosikan etika dan moral yang baik, dan tidak
menyimpang dari prinsip-prinsip dasar agama. Kritik terhadap aliran-aliran Sufi
yang dianggap tidak benar ajarannya seringkali datang dari ulama dan cendekiawan
Islam yang cemas bahwa praktik-praktik tersebut dapat melemahkan atau
menggoyahkan ajaran Islam yang murni.

Anda mungkin juga menyukai