1. Biaya Langsung Biaya langsung SPM mencakup seluruh biaya out-of-pocket, biaya moneter yang dibutuhkan untuk mendesain dan mengimplementasikan SPM. Beberapa biaya langsung, seperti biaya pembayaran bonus tunai (berasal dari kompensasi insentif untuk pengendalian hasil) atau biaya pemeliharaan staf audit internal (dibutuhkan untuk memastikan kesesuaian dengan keputusan pengendalian tindakan) secara relatif, mudah diidentifikasi. Namun, biaya lain seperti yang berkaitan dengan waktu yang digunakan karyawan dalam aktivitas perencanaan dan penganggaran atau kajian pratindakan hanya dapat diperkirakan. Beberapa organisasi terkadang tidak menyadari, atau tidak bersusah payah untuk menghitung secara akurat ukuran semua biaya tetap. Namun, seperti yang diketahui, contohnya bahwa biaya yang sesuai dengan ketetapan dari Sarbanes-Oxley Act di Amerika Serikat, yang meminta organisasi untuk memproses dokumen yang memiliki pengaruh signifikan pada laporan keuangan dan untuk menguji kunci pengendalian yang ada pada proses tersebut, berjumlah jutaan dolar untuk beberapa perusahaan. 2. Biaya Tidak Lansung Mungkin sama menantangnya seperti memperkirakan biaya langsung pengendalian, biaya tidak langsung dapat dikurangi oleh biaya langsung pengendalian yang disebabkan oleh sejumlah efek samping yang merugikan, termasuk perubahan perilaku, gamesmanship, penundaan pekerjaan, dan perilaku negatif. Perubahan perilaku Perubahan perilaku adalah efek samping yang berhubungan dengan SPM yang umumnya muncul dan dapat menyebabkan biaya tidak langsung yang signifikan pada suatu organisasi. Hal ini terjadi ketika SPM membuat, dan sebenarnya mendorong, perilaku yang tidak konsisten dengan tujuan organisasi. Perubahan perilaku sama dengan pengendalian tipe akuntabilitas (baik akuntabilitas hasil maupun kinerja) dengan spesifikasi hasil atau tindakan yang diinginkan incongruent. Namun, beberapa bentuk pengendalian personel/kultural juga dapat menyebabkan masalah. Perubahan perilaku dan pengendalian hasil Dalam sistem pengendalian hasil, perubahan perilaku terjadi ketika suatu organisasi menetapkan perangkat pengukuran hasil yang tidak sesuai dengan tujuan organisasi yang sesungguhnya. Mengapa organisasi menggunakan pengukuran yang tidak sesuai dengan tujuan yang sesungguhnya? Biasanya, ketidaksesuaian muncul karena organisasi terfokus pada hasil yang mudah diukur yang menyebabkan mereka mendapatkan semua hasil yang diinginkan secara tidak lengkap. Penyebab utama ketidaklengkapan dalam sistem pengendalian hasil adalah kecenderungan untuk lebih mengonsentrasikan pada area hasil yang konkret dan mudah diukur daripada yang tak terlihat dan sulit diukur, selain pentingnya bagi keberhasilan perusahaan. Namun, menghindari indikator yang dapat diukur bukanlah solusi tepat untuk masalah ini karena indikator yang diukur tidak sepenuhnya buruk. Indikator tersebut memiliki keunggulan, khususnya yang berhubungan dengan kejelasan menyampaikan target dan hasil kerja. Satu solusi untuk permasalahan perubahan yang disebabkan oleh pengendalian hasil adalah mencari atau mengembangkan indikator area hasil yang mungkin hilang (pelayanan konsumen, keamanan, dan sebagainya), yang terkadang pengukurannya bersifat nonfinansial. Namun, banyak situasi yang terjadi ketika pengukuran yang terkuantifikasi tidak dapat digunakan. Sebagai contoh, tidak mungkin mengembangkan pengukuran yang tepat terhadap keberhasilan ilmuwan penelitian, paling tidak dalam jangka pendek. Pernah juga ada kecenderungan bahwa pengukuran yang terkuantifikasi akan menjadi berlebihan, yaitu digunakan ketika tidak tersedia representasi hasil sebenarnya yang diharapkan. Bahkan, organisasi tampak cenderung menginginkan apa yang dapat mereka ukur, dibandingkan dengan mencoba lebih tepat dalam mengukur apa yang sesungguhnya diinginkan. Ketika pengukuran menyebabkan distorsi jenis perubahan perilaku, terkadang satu-satunya cara atau cara mengatasi yang terbaik adalah tidak terlalu bergantung pada pengendalian hasil. Perubahan perilaku dan pengendalian tindakan Perubahan perilaku juga dapat disertai pengendalian tindakan. Satu bentuk perubahan yang berhubungan dengan pengendalian tindakan terkadang merujuk sebagai means- ends inversion, yang berarti bahwa karyawan memerhatikan apa yang mereka lakukan (means), tetapi mengabaikan apa yang akan mereka capai (ends). Beberapa pengendalian tindakan menyebabkan perubahan perilaku karena mereka menunjukkan perilaku mengalah, tetapi kaku dan tidak adaptif, sebuah penyakit yang umumnya dikaitkan dengan organisasi birokratis. Pengendalian tindakan dan birokratisasi akan menjadi baik pada lingkungan yang stabil dengan pengetahuan yang sangat terpusat mengenal tindakan apa yang diharapkan karena mereka membantu membentuk rutinitas kerja yang selalu tertib, dapat diandalkan, dan efisien. Namun, dalam lingkungan yang berubah-ubah mereka mungkin menghindari perubahan penting yang diperlukan untuk tetap kompetitif. Perubahan perilaku dan pengendalian personel/kultural Perubahan perilaku juga dapat disertai pengendalian personel/pengendalian kultural. Perubahan perilaku dapat muncul dari perekrutan karyawan yang salah atau dari pelatihan yang tidak mencukupi. Budaya yang kuat juga dapat menyebabkan perubahan ketika norma perilaku yang digunakan oleh kelompok untuk mengarahkan perilaku para anggotanya, atau pengukuran yang digunakan untuk memberikan imbalan kelompok, tidak sesuai dengan yang diinginkan perusahaan. Kasus seperti ini menyebabkan ketidaksesuaian. Misalnya, banyak perusahaan menganggap bahwa ilmuwan penelitian sangat profesional dan akan lebih mengendalikan diri daripada yang dapat dilakukan perusahaan dengan mengimplementasikan pengendalian formal. Meskipun dalam beberapa hal anggapan ini mungkin benar, banyak ilmuwan yang termotivasi untuk mengadakan penelitian untuk kepentingan reputasi individu bahkan ketika penelitian tersebut mungkin kurang atau tidak dapat diimplementasikan untuk perusahaan mereka. Ketika pengendalian personel/kultural diimplementasikan dengan cara yang salah, mereka akan dinilai tidak efektif dan mendorong perilaku yang tidak dinginkan. Gamesmanship Istilah gamesmanship digunakan untuk menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh karyawan untuk meningkatkan indikator kinerja mereka tanpa menghasilkan pengaruh ekonomis yang positif terhadap perusahaan. Gamesmanship merupakan efek samping merugikan yang terjadi dalam situasi yang menggunakan bentuk-bentuk akuntabilitas pengendalian, baik akuntabilitas hasil maupun tindakan. Dua bentuk utama gamesmanship, yaitu penciptaan slack dan manipulasi data. Menciptakan sumber daya slack Slack mencakup konsumsi sumber daya perusahaan oleh pekerja yang melebihi apa yang dibutuhkan, yaitu konsumsi sumber daya oleh karyawan yang tidak dapat dibenarkan begitu saja dalam hal kontribusinya terhadap tujuan perusahaan. Kecenderungan untuk menciptakan slack terkadang terjadi ketika pengendalian hasil yang ketat sedang digunakan, ketika karyawan yang sebagian besar pada bagian manajemen dievaluasi apakah mereka mencapai target anggaran atau tidak. Manajer yang kehilangan target mereka mengalami kemungkinan adanya intervensi dalam pekerjaan mereka, kehilangan sumber daya perusahaan, kehilangan bonus tahunan dan kenaikan gaji, dan bahkan terkadang kehilangan pekerjaan mereka. Pada kondisi seperti ini, manajer mungkin mencari cara untuk melindungi mereka dari risiko hilangnya target anggaran dan stigma yang melekat sebagai orang yang tidak mampu mencapai tujuan. Satu cara manajer untuk mempertahankan pengendalian hasil agar tidak merugikan mereka adalah dengan menyepakati target yang dapat dicapai, yaitu target yang sengaja direndahkan dibandingkan dengan perkiraan terbaik mereka untuk masa yang akan datang. Hal ini disebut dengan budget slack; slack yang melindungi manajer dari kemungkinan yang tidak terduga dan meningkatkan kemungkinan terpenuhinya target anggaran, sehingga meningkatkan kemungkinan akan menerima evaluasi yang baik dan imbalan yang berhubungan dengan kinerja (pembayaran insentif). Ada sedikit keraguan bahwa penciptaan slack merupakan kebiasaan umum pada banyak perusahaan. Itu berarti bahwa slack seharusnya tidak hanya dilihat dapat menimbulkan pengaruh negatif." Sisi positifnya, slack dapat mengurangi tegang dan tertekannya manajer, menaikkan semangat perusahaan untuk berubah, dan menyediakan sumber daya yang dapat digunakan untuk inovasi. Sisi negatifnya, slack mengaburkan kinerja pokok yang benar, sehingga mengubah keputusan berdasarkan informasi yang tidak jelas, seperti evaluasi kinerja dan keputusan alokasi sumber daya. Dalam banyak hal, slack sulit untuk dicegah. Secara teori, slack terjadi ketika ada informasi yang tidak simetris, ketika atasan memiliki pengetahuan yang kurang lengkap mengenai apa yang dapat dicapai pada area tertentu, dan ketika bawahan ikut berpartisipasi dalam penentuan target kinerja untuk area tersebut. Oleh karena itu, ketika kinerja dapat diperkirakan secara akurat, atau ditetapkan dalamn tingkat tertinggi, mungkin mencegah, atau setidaknya mengurangi slack. Namun, kondisi ini hanya ada dalam situasi yang jarang terjadi, yaitu lingkungan yang sangat stabil. Jika pengendalian akuntabilitas digunakan dalam situasi yang lain, slack pasti hampir tidak bisa dihindari. Manipulasi data Manipulasi data melibatkan pemalsuan indikator pengendalian. Manipulasi data terdiri atas dua bentuk dasar, yaitu pemalsuan dan manajemen data. Pemalsuan melibatkan pelaporan data yang salah, dalam artian bahwa data diubah. Manajemen data melibatkan beberapa tindakan yang diambil untuk mengubah hasil laporan, seperti jumlah penjualan, laporan pendapatan, atau rasio utang/saham, serta memberikan keuntungan ekonomis yang tidak nyata pada perusahaan, dan bahkan terkadang menyebabkan kerugian. Tindakan manajemen data biasanya dilakukan untuk membuat kinerja menjadi tampak lebih baik, seperti untuk mencapai target anggaran atau untuk menaikkan harga saham. Namun, tindakan manajemen data juga dapat dilakukan untuk membuat kinerja menjadi tampak lebih buruk. Terkadang manajer "menyimpan penjualan" untuk periode yang akan datang ketika bonus tahun tersebut telah mencapai nilai tertinggi. Terkadang mereka "mandi", yaitu mereka buat hasilnya kelihatan lebih buruk pada saat yang buruk (ketika tidak ada pembayaran bonus) untuk mulai mencatat peningkatan dalam periode berikutnya. Terkadang mereka melaporkan hasil yang abnormal untuk berusaha merendahkan harga saham bertepatan dengan stock option grant. Manajemen data dapat dilakukan baik melalui cara akuntansi maupun cara operasional. Metode akuntansi manajemen data melibatkan intervensi dalam proses pengukuran. Individu yang dalam metode akuntansi manajemen data terkadang menyalahi kaidah akuntansi, tetapi sering kali terlibat mereka menggunakan fleksibilitas baik yang ada dalam pemilihan metode akuntansi atau penerapan metode tersebut, atau keduanya, untuk yang sering disebut "mengelola pendapatan"" Contohnya, untuk mendorong pendapatan, manajer mungkin mengubah depresiasi akselerasi menjadi depresiasi garis lurus atau mengubah penilaian mereka mengenai perkiraan akuntansi (seperti mengenai cadangan, tunjangan, dan penghapusan utang). Metode operasional manajemen data melibatkan perubahan keputusan pelaksanaan. Untuk mendorong pendapatan pada periode ini, katakan manajer dapat berusaha menunda waktu pengeluaran kebijakan (seperti pemeliharaan) dan/atau berusaha meningkatkan penjualan. Metode ini memengaruhi ukuran dan/atau waktu arus kas maupun laporan pendapatan. Beberapa perusahaan telah dibebani dengan pemesanan pendapatan pada penjualan kepada distributor (berlawanan dengan menunggu sampai produk terjual oleh distributor), sehingga memanfaatkan ambiguitas dalam kaidah akuntansi terkait dengan pendapatan, Ambiguitas dalam kaidah akuntansi ini membuat "channel stuffing" dengan membujuk distributor untuk mengambil produk lebih banyak daripada yang benar-benar mereka butuhkan atau inginkan, khususnya pada akhir kuartal yang buruk, untuk membantu agar pendapatan tampak lebih baik dibandingkan dengan yang sesungguhnya. Karena pengubahan keputusan dapat memberikan pengaruh pada nilai ekonomi sesungguhnya. bahkan ketika mereka memperbaiki laporan pendapatan akuntansi, metode pelaksanaan manajemen data dapat merugikan perusahaan dalam jangka panjang. Tindakan tersebut dapat merugikan kepuasan konsumen (timbul dari strategi penjualan yang agresif), produktivitas karyawan (timbul dari waktu lembur yang tidak perlu pada akhir kuartal) dan/atau kualitas (timbul dari pemeliharaan tertunda atau tinjauan kualitas yang dikurangi). Manipulasi adalah masalah serius karena dapat membuat seluruh sistem pengendalian menjadi tidak efektif. Jika data dimanipulasi, tidak memungkinkan untuk menentukan apakah perusahaan, entitas, atau karyawan telah bekerja dengan baik. Pengaruh manipulasi juga dapat melebihi SPM karena manipulasi memengaruhi ketepatan sistem informasi perusahaan. Dalam hal ini, kemampuan manajemen untuk membuat keputusan yang tepat dan berdasarkan fakta akan terancam. Oleh karena itu, walaupun berbagai macam metode manipulasi data itu legal, harganya bisa mahal, karena dalam jangka panjang merugikan perusahaan. Selain biaya, skema manipulasi data sering kali didorong oleh tekanan kinerja jangka pendek dan pengendalian untuk mencegah efek samping disfungsi yang tidak mencukupi. Bukti yang ada mengindikasikan bahwa penemuan manipulasi kinerja dan kesalahan laporan keuangan meningkat. Hal ini sebagian disebabkan oleh meningkatnya pemeriksaan yang teliti terhadap laporan keuangan setelah kegagalan Enron dan WorldCom dan sebagian besar dari skandal pelaporan keuangan lain di Amerika Serikat dan di tempat lain yang telah memberlakukan pengaturan yang lebih baik serta pemeriksaan dan pelaksanaan legislatif oleh pembuat keputusan dan pertukaran saham. Krisis keuangan sekarang telah mendorong para pengawas lebih jauh ke arah meningkatkan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan." Sebagian besar reformasi peraturan dan legislatif difokuskan pada peran dan tanggung jawab manajemen dan dewan direksi dalam pelaporan keuangan, serta peran dan tanggung jawab dari auditor independen dalam melakukan audit laporan keuangan mereka. Penundaan pekerjaan Penundaan pekerjaan sering kali merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindari dari jenis kajian pratindakan pengendalian tindakan dan beberapa bentuk ketidakleluasaan perilaku. Kecil kemungkinan penundaan seperti yang disebabkan oleh pembatasan akses menuju gudang atau oleh perlunya mengetik kata kunci sebelum menggunakan sistem komputer. Namun, penundaan lain yang disebabkan pengendalian mungkin lebih besar, seperti yang timbul dari persetujuan yang membutuhkan beberapa tanda tangan manajer dari berbagai tingkatan dalam jenjang jabatan atau dari memo yang tak berujung melalui beberapa tingkatan jabatan sebelum segala sesuatunya jelas. Dalam kondisi seperti ini, persetujuan yang dibutuhkan terkadang menghambat pelaksanaan, sehingga menghambat pasar serta respons konsumen juga. Ketika tindakan cepat merupakan hal yang penting, seperti pada beberapa pasar yang bersaing ketat, penundaan keputusan bisa jadi cukup merugikan. Penundaan adalah alasan pokok konotasi negatif yang dikaitkan dengan kata "birokrasi". Dalam perusahaan yang cenderung lebih menekankan pada pengendalian tindakan, sehingga mengalami penundaan pekerjaan birokrasi, banyak perubahan SPM termotivasi oleh keinginan untuk mengurangi beban yang disebabkan oleh ragam pengendalian ini, yang sering dilambangkan sebagai "pembunuhan wiraswasta" Penundaan pekerjaan yang disebabkan pengendalian bukanlah permasalahan yang berdiri sendiri; penundaan tersebut dapat menyebabkan reaksi manajerial yang mungkin merugikan, seperti gameplaying, atau reaksi yang merusak perilaku yang harus diperiksa oleh pengendalian. Misalnya, suatu penelitian pada general manajer dalam sebuah perusahaan diversifikasi yang dikelola dengan baik menunjukkan bahwa 74% memperoleh persetujuan yang diperlukan setelah mengeluarkan uang untuk mempercepat proses tersebut. Perilaku negatif Meski ketika serangkaian pengendalian yang digunakan didesain dengan baik, pengendalian tersebut terkadang menyebabkan efek negatif terhadap perilaku, termasuk ketegangan pekerjaan, konflik. frustrasi, dan perlawanan. Sikap-sikap seperti itu penting tidak hanya karena mereka merupakan indikator kesejahteraan karyawan, tetapi juga karena mereka serupa dengan sikap-sikap yang mungkin merugikan, seperti gameplaying, kurangnya usaha, ketidakhadiran, dan pengkhianatan. Penyebab perilaku negatif itu kompleks. Perilaku tersebut mungkin disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi ekonomi, struktur organisasi, dan proses administrasi, baik secara terpisah maupun gabungan faktor-faktor tersebut. Selain itu, tipe karyawan yang berbeda akan terpengaruh oleh faktor- faktor tersebut secara berbeda pula. Perilaku negatif yang disebabkan oleh pengendalian hasil Pengendalian hasil dapat menyebabkan perilaku negatif. Salah satu penyebab perilaku negatif muncul dari kurangnya komitmen karyawan terhadap target kinerja yang ditetapkan dalam sistem pengendalian hasil. Sebagian besar karyawan tidak mengerjakan target yang mereka anggap terlalu sulit, tidak berarti, tidak dapat dikendalikan, gegabah atau lalai (dan tentu saja ilegal atau tidak etis). Pada contoh sistem pengendalian hasil yang ketat, komitmen yang terkadang rendah disebabkan oleh target yang terlalu sulit. Beberapa sopir membandingkan keadaan pekerjaan mereka dengan keadaan "Perahu Romawi Perusahaan tampaknya menghindari masalah ketenagakerjaan karena perusahaan tersebut memberikan gaji yang besar. Namun, jam kerja yang bertahap oleh UPS yang diterapkan pada karyawan paruh waktu dan karyawan kontrak di akhir tahun 1990-an memicu pemogokan besar- besaran. Serikat pekerja mengklaim bahwa pekerja paruh waktu bekerja 35 jam atau lebih per minggu tanpa dibayar penuh, yang jumlahnya hampir dua kali lipat. Pada waktu itu sekitar 57% karyawan UPS bekerja paruh waktu, dibandingkan dengan rata-rata nasional yang hanya 20%. Perilaku negatif mungkin juga berasal dari permasalahan dalam sistem pengukuran. Mendengar manajer yang mengeluh bahwa evaluasi kinerja mereka tidak adil karena mereka memegang tanggung jawab untuk sesuatu yang tidak mereka kendalikan itu sudah biasa. Penyebab lain perilaku negatif mungkin dikaitkan dengan imbalan (atau hukuman) yang berhubungan dengan SPM. Imbalan yang diterima tidak adil, dan mungkin banyaknya bentuk hukuman, cenderung menimbulkan perilaku negatif. Bahkan penentuan target dan proses evaluasi sendiri bisa menimbulkan perilaku negatif, khususnya ketika diterapkan pada gaya kepemimpinan yang tidak sensitif dan tidak mendukung. Mengikutsertakan karyawan dalam penentuan target mereka sering kali mengurangi perasaan negatif terhadap sistem pengendalian yang berorientasi hasil. Pengumpulan faktor yang memengaruhi perilaku bersifat kompleks. Ada semacam bukti bahwa karyawan dengan kinerja yang buruk mungkin bereaksi lebih negatif terhadap sistem pengendalian yang lebih baik karena keterbatasan kemampuan mereka lebih mudah diketahui. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah kerusakan sistem yang dapat menyebabkan sikap negatif pada karyawan yang kinerjanya bagus. Perilaku merupakan outcome SPM yang perlu dimonitor, tidak hanya karena mereka memiliki nilai tersendiri sebagai indikator kesejahteraan karyawan, tetapi juga karena adanya sikap negatif tersebut yang mungkin menunjukkan kecenderungan untuk terlibat dalam sejumlah perilaku yang merugikan, seperti manipulasi data atau bentuk lain gamesmanship, penarikan, atau bahkan sabotase. Jelasnya, desain SPM sendiri tidak menjamin keberhasilannya; implementasi sistem tersebut merupakan faktor yang sama pentingnya, atau bahkan lebih penting. Perilaku negatif yang ditimbulkan dari pengendalian tindakan Sebagian besar orang, khususnya para tenaga profesional, bereaksi negatif terhadap penggunaan pengendalian tindakan. Kajian pratindakan dapat membuat frustrasi jika karyawan yang ditinjau tidak menganggap tinjauan tersebut memiliki tujuan yang bermanfaat. Pengendalian tindakan juga dapat mengganggu karyawan golongan bawah. Di Value Line, CEO Jean Bernhard Buttner memberikan karyawan banyak sekali memo yang mengatur hampir semua aspek semangat kerja mereka. Contoh pengendalian tindakan yang sangat terbatas, bahkan mungkin sangat kecil, adalah bahwa kepala departemen (harus) menyimpan "laporan bersih" di akhir jam kerja yang menjamin bahwa semua komputer pada area mereka bersih. Di Gateway Computers, dua kebijakan yang sangat dibenci mendiktekan poster apa yang harus dipasang oleh karyawan di setiap bilik dan waktu makan siang karyawan (beberapa karyawan memiliki jadwal makan siang pada pukul 9.30 pagi). Tidak mengherankan, hasilnya adalah tenaga kerja yang kehilangan motivasi dan marah, serta tingginya tingkat pengkhianatan. Selain itu, karena beberapa karyawan Gateway Computer menggerutu: "Ini merupakan akhir dari bisnis peng-At&T-an" (merujuk pada budaya di telekomunikasi besar AS terdahulu yang terkenal karena birokrasi yang rumit). 3. Studi Kasus: Philip Anderson Manajer cabang Stuart & Co. dari Phoenix, perusahaan brokerage ternama di kota, takut akan pertemuan bulanan melalui teleconference dengan para atasannya di New York. Rincinya, rasio dari penjualan produk in-house terhadap penjualan produk dari luar pada produk-produk seperti reksa dana dan penawaran produk asuransi tidak mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya; timnya tidak berhasil mendorong masalah ekuitas yang diindikasikan atau ditanggung oleh perusahaan induk sampai ke level yang sudah ditetapkan oleh atasannya pada beberapa bulan sebelumnya; dan timnya tidak meningkatkan overall balance dari margin account. Sisi positifnya, jumlah margin account-nya telah meningkat, klien baru juga bertambah, dan penghasilan cabang secara keseluruhan juga mengalami kenaikan. Phil memulai karier penjualannya selepas kuliah. Pekerjaan pertamanya berhubungan dengan sebuah perusahaan penghasil sereal, ia berprofesi sebagai penjual. Ia berpindah ke bisnis brokerage dua tahun kemudian, terpikat oleh kemungkinan memperoleh pendapatan dan kesempatan yang lebih besar untuk berhubungan langsung dengan klien pengecer. Phil adalah seseorang yang ramah yang berbakat dalam hal keuangan. Meskipun ia sangat menikmati pekerjaannya sebagai manajer dan bekerja dengan timnya, beberapa tuntutan pekerjaan mulai membuatnya kesal. "Kesepakatan" karir tampaknya memberikan tuntutan yang mulai menyulitkan Phil. Ia tahu bahwa pekerjaannya membutuhkan kemampuan menyeimbangkan tujuan- tujuan yang saling bertentangan, tetapi ia bertanya- tanya, sejauh apa ia dapat maju tanpa merugikan dirinya sendiri. Ia pindah ke Stuart & Co., yang dulunya adalah sebuah butik, dengan harapan dapat membebaskan diri dari sikap yang berorientasi pada penjualan dengan tekanan besar yang lazim terdapat pada perusahaan. Ia menilai bahwa pemikiran yang coba diabadikan oleh perusahaan besar-yakni penasihat mereka ahli memberikan nasihat keuangan yang tidak memihak-hampir sepenuhnya salah. Stuart & Co., tampaknya berbeda. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang menekankan pada pengembangan hubungan dengan klien jangka panjang yang didasarkan pada pemberian saran keuangan mandiri yang terpercaya. Phil juga tertarik dengan paket kompensasi yang ditawarkan Stuart, yang meliputi gaji tetap yang relatif besar dan bonus berdasarkan pada penghasilan cabang keseluruhan, pertumbuhan jumlah ikatan atau hubungan (keuangan, asuransi, investasi) yang dikembangkan dengan tiap konsumen, dan jumlah rujukan bisnis ke cabang lain. Akan tetapi, banyak hal berubah sejak ia bergabung dengan perusahaan. Seraya unit investasi dan analisis meluas, tuntutan pada manajer cabang agar mendorong produk tertentu mulai dimasukkan ke anggaran penjualan tahunan mereka. Phil merasa bahwa perubahan ini membahayakan kemampuannya untuk memberikan pilihan investasi yang sesuai dengan keadaan keuangan kliennya. Phil merasa bahwa mengejar beberapa tujuan anggaran baru dapat menyebabkan kerugian keuangan untuk beberapa kliennya di masa mendatang. Phil bermasalah dengan skandal baru-baru ini di perusahaan. Kebanyakan karyawan level rendah seperti dirinya menjadi objek tuntutan pidana, bukan para eksekutif tingkat atas. Seperti yang dilihat Phil, tugasnya ialah untuk mengembangkan dan merawat hubungan yang menguntungkan dengan sebanyak mungkin klien, dan produk serta jasa tertentu yang dijual kepada klien harus ditetapkan berdasarkan kebutuhan kliennya. Hal ini berdampak negatif terhadap kompensasi totalnya dalam beberapa tahun terakhir. Tanpa terkecuali, bonus tahunannya tertinggal di belakang manajer yang lain di Stuart & Co., Ia juga mulai khawatir bahwa kegagalannya mencapai target penjualan produk tertentu merusak pengukuran akan keamanan kerja yang ditunjukkan oleh hasil keseluruhan. Situasinya semakin diperparah sebab Stuart & Co. baru-baru ini telah dibeli oleh salah satu perusahaan pialang terbesar di AS, dan tampaknya hierarki baru ini tidak berjalan baik bagi manajer berpikiran mandiri seperti Phil yang tidak mengejar tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan agresif. Phil sudah muak dengan semua ini, tetapi tidak tahu bagaimana ia dapat menghindarinya. Usianya hampir 54 tahun dan merupakan satu-satunya pencari nafkah keluarga. Istrinya pensiun setahun sebelumnya dari profesinya sebagai guru guna mengurus tiga putra remaja mereka. Mereka baru saja membeli rumah seluas 4.000 kaki persegi (1 kaki = 0,929 meter persegi) di i daerah eksklusif di Scottsdale. Dan pada musim gugur lalu, Phil memenuhi mimpinya semasa kuliah dengan membeli mobil Corvette terbaru berwarna merah untuk dirinya sendiri. Phil merasa takut jika ia membiarkan tim penasihatnya untuk terus berfokus dalam memenuhi kebutuhan klien dengan sedikit memerhatikan target perusahaan, maka tak hanya kompensasi diskresionernya yang menjadi taruhan. Hasil Analisis: Dari studi kasus di atas ditemukan bahwa kebijakan dari atasan Perusahaan Stuart & Co. menimbulkan biaya tidak langsung yang diakibatkan oleh buruknya desain SPM atau oleh implementasi tipe pengendalian yang salah pada situasi tertentu. Biaya tidak langsung yang timbul diantaranya perubahan perilaku, Gamesmanship, dan perilaku negatif. Perubahan perilaku berkaitan dengan pengendalian hasil. Ketika perusahaan Stuart & Co itu menetapkan anggaran penjualan yang tidak sesuai dengan falsafah perusahaan dan adanya bonus tahunan sehingga setiap cabang berusaha untuk mencapai target penjualan. Selain itu, biaya tidak langsung yang timbul adalah perilaku negative diantaranya rasa muak dan frustasi sehingga manajer cabang yaitu Philip Anderson tidak mendorong timnya untuk mengikuti arahan.
B. Desain dan Evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen
1. Apa yang Diinginkan? dan Apa yang Mungkin Terjadi? SPM tidak dapat didesain atau dievaluasi tanpa pemahaman mengenai keinginan perusahaan yang harus dilakukan oleh karyawan. Tujuan dan, yang lebih penting, strategi yang berasal dari pemahaman yang tepat mengenai tujuan perusahaan sering kali memberikan petunjuk penting mengenai tindakan- tindakan yang diharapkan. Pemahaman yang lebih baik mengenai tujuan dan strategi menghasilkan seperangkat alternatif pengendalian yang lebih besar, memberikan kesempatan yang lebih baik untuk dapat mengaplikasikan setiap alternatif secara ketat (apabila diperlukan), dan memperkecil kesempatan timbulnya masalah perubahan perilaku. Perusahaan tidak hanya diharuskan menentukan apa yang diinginkan, tetapi juga perlu berusaha menilai apa yang mungkin akan terjadi. Hal ini pada dasarnya sama dengan menilai kemungkinan bahwa masing-masing permasalahan pengendalian telah ada atau akan terjadi: kurangnya pengarahan, masalah motivasi, atau keterbatasan personal. Dengan kata lain, perusahaan seharusnya bertanya apakah karyawannya memahami apa yang harus mereka lakukan (tindakan penting) atau selesaikan (hasil penting), apakah mereka termotivasi sebagaimana mestinya, dan apakah mereka dapat memenuhi tugas yang diharuskan. 2. Pilihan Pengendalian Serangkaian pengendalian manajemen yang spesifik dipilih dari alternatif yang memungkinkan yang akan memberikan manfaat bersih yang lebih besar (misalnya, manfaat berkurangnya biaya). Manfaat SPM berasal dari meningkatnya kemungkinan keberhasilan. Karena pengendalian manajemen mahal dalam implementasi dan pengoperasiannya, biaya haruslah dipertimbangkan bersamaan dengan manfaat yang diharapkan dari perbaikan pengendalian. Pengendalian personel/kultural sebagai sebuah pertimbangan awal Dalam memutuskan antara berbagai alternatif pengendalian manajemen, manajemen seharusnya memulainya dengan mempertimbangkan apakah pengendalian personel atau kultur akan memadai. Pengendalian personel/kultur layak menjadi pertimbangan pertama karena secara relatif pengendalian tersebut memiliki sedikit akibat yang merugikan dan secara relatif memiliki biaya out-of- pocket yang rendah. Dalam beberapa kasus, misalnya perusahaan yang kecil, pengendalian personel/kultur mungkin menetapkan sendiri pengendalian manajemen yang efektif. Bahkan, dalam keadaan pengendalian personel/kulturnya tidak cukup reliabel, sangat berguna dengan lebih fokus pada pengendalian tersebut terlebih dulu karena pasti akan diandalkan sampai tingkat tertentu tanpa memedulikan apa bentuk pengendalian manajemen lain yang digunakan. Mempertimbangkan pengendalian personel/kultur terlebih dahulu akan membuat perusahaan mempertimbangkan seberapa reliabel bentuk pengendalian manajemen ini dan menilai tingkatan yang seharusnya mereka pertimbangkan dengan menggunakan bentuk pengendalian lainnya. Namun, pengendalian personel/kultur hanya akan memenuhi syarat jika karyawan memahami apa yang diperlukan dalam peran utama mereka, mampu bekerja dengan baik, didukung oleh struktur dan sistem keorganisasian, dan termotivasi untuk bekerja dengan baik tanpa penguatan tambahan dari perusahaan. Sangat jarang keempat kondisi tersebut sepenuhnya memuaskan, sehingga manajer dapat menyimpulkan bahwa pengendalian personel/kultur sendiri cukup reliabel. Dengan kata lain, sangat jarang perusahaan semata-mata mengandalkan karyawan yang sangat "tertarik pada tugasnya; antusias akan apa yang akan terjadi berikutnya; bersemangat mencari solusi yang lebih baik dan inisiatif yang baru", sehingga mereka dapat mengesampingkan penggunaan tipe pengendalian yang lain, meskipun beberapa perusahaan sebisa mungkin berusaha mencapai idealisme ini. Keunggulan dan kelemahan pengendalian tindakan Mungkin keunggulan pengendalian tindakan yang paling signifikan adalah bahwa pengendalian tersebut merupakan bentuk pengendalian yang paling tepat. Jika keunggulan tersebut benar-benar penting, sehingga suatu tindakan dilakukan dengan tepat terlebih dahulu (seperti keputusan investasi yang penting), mungkin karena keputusan tidak mudah dibatalkan begitu saja, pengendalian tindakan merupakan pilihan yang terbaik karena pengendalian-tindakan berhubungan secara langsung. Selanjutnya, jika pengendalian tindakan sendiri dinilai sudah mencukupi, tidak perlu lagi memantau hasil. Pengendalian tindakan juga mempunyai beberapa keuntungan lain. Pengendalian tindakan cenderung membawa pada dokumentasi akumulasi pengetahuan mengenai apa yang paling baik. Dokumen yang dihasilkan (seperti kebijakan dan prosedur) adalah suatu cara efisien untuk mentransfer pengetahuan kepada karyawan yang melakukan tindakan tersebut. Tindakan tersebut juga berlaku sebagai suatu bentuk memori keorganisasian, sehingga pengetahuan tidak akan hilang apabila, misalnya, karyawan kunci meninggalkan perusahaan. Pengendalian tindakan memiliki sejumlah kelemahan yang signifikan. Pertama, adanya pembatasan kemungkinan yang sangat tegas. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pengetahuan yang mendalam mengenai tindakan apa yang dibutuhkan hanya ada pada pekerjaan dengan kerutinan yang tinggi. Kedua, sebagian besar pengendalian tindakan juga sering kali mematahkan kreativitas, inovasi, dan adaptasi. Ketiga, akuntabilitas tindakan khususnya, dapat menyebabkan kecerobohan. Karyawan yang terbiasa bekerja dengan seperangkat peraturan kerja yang stabil cenderung berhemat. Keempat, pengendalian tindakan sering kali menimbulkan pengaruh negatif. Beberapa, atau bahkan sebagian besar orang tidak suka bekerja di bawah pengendalian tersebut. Beberapa orang, khususnya orang- orang yang lebih mandiri dan kreatif mungkin keluar untuk mencari pekerjaan lain yang memberikan kesempatan yang lebih besar untuk meraih prestasi atau aktualisasi diri. Terakhir, beberapa pengendalian tindakan, khususnya yang memerlukan kajian pratindakan, biayanya mahal. Kajian tersebut biasanya harus dilakukan oleh orang-orang yang sama kualifikasinya atau lebih berkualifikasi daripada orang-orang yang melakukan tindakan. Oleh karena itu, pengkaji harus berpengetahuan luas, serta waktu dan jasanya mahal. Jika mereka tidak memerlukan atau mempunyai banyak waktu untuk malakukan pengkajian sepenuhnya, maka tujuan pengkajian yang diharapkan akan diperdebatkan. Keunggulan dan kelemahan pengendalian hasil Pengendalian hasil juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Salah satu keunggulan yang umum adalah feasibility. Pengendalian hasil dapat menjadi pengendalian yang efektif bahkan ketika kurangnya pengetahuan mengenai tindakan yang diinginkan. Situasi ini sangat khas pada banyak (bahkan sebagian besar) peran penting dalam banyak perusahaan. Keunggulan lain pengendalian hasil adalah bahwa perilaku karyawan dapat dipengaruhi bahkan ketika karyawan memperoleh otonomi yang signifikan. Ini sangat diinginkan ketika diperlukannya kreativitas karena otonomi memberi ruang pada cara berpikir yang baru dan inovatif. Bahkan, ketika kreativitas menjadi tidak penting, pemberian otonomi memiliki beberapa keunggulan. Pemberian otonomi biasanya menghasilkan komitmen dan motivasi karyawan yang lebih besar karena kebutuhan personal yang semakin tinggi (seperti kebutuhan untuk beprestasi) juga terpengaruh. Pengendalian hasil juga dapat memberikan pelatihan ketika bekerja. Karyawan belajar dengan praktik langsung dan dengan melakukan kesalahan. Pengendalian hasil juga memberikan ruang untuk gaya perilaku yang aneh (seperti pendekatan penjualan yang unik), yang dapat memberikan hasil yang lebih baik daripada standardisasi suatu pendekatan. Keunggulan pengendalian hasil yang terakhir adalah, dibandingkan dengan beberapa bentuk pengendalian tindakan, biayanya relatif murah. Pengukuran kinerja sering kali dikumpulkan karena alasan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pengendalian manajemen, seperti laporan keuangan, laporan pajak, atau perumusan strategi, dan jika pengukuran ini tidak dapat digunakan atau mudah beradaptasi terhadap pengendalian hasil, biaya pengendalian tambahan relatif kecil. Namun, pengendalian hasil memiliki beberapa kelemahan atau keterbatasan. Pertama, hasil pengukuran biasanya memberikan indikasi yang kurang sempurna atau apakah tindakan yang diambil sudah tepat ketika pengukuran gagal untuk memenuhi satu kualitas pengukuran yang baik atau lebih: kesesuaian, ketepatan, objektivitas, ketepatan waktu, atau saling pengertian. Kedua, ketika hasil dipengaruhi oleh apa pun selain keterampilan dan usaha karyawan itu sendiri, seperti yang hampir selalu terjadi, pengendalian hasil membebankan risiko pada karyawan. Risiko ini disebabkan oleh adanya gangguan pengukuran yang ditimbulkan oleh sejumlah faktor yang mungkin tidak dapat dikendalikan, termasuk ketidakpastian lingkungan, ketergantungan perusahaan, dan terkadang hanya ketidakberuntungan. Ketiga, biasanya tidak mungkin mengoptimalkan sejumlah target kinerja sebagai bagian dari sistem pengendalian hasil (seperti target anggaran). Sering kali target diminta memenuhi berbagai fungsi pengendalian yang penting, tetapi bersaing. Fungsi pengendalian yang pertama adalah motivation-to- achieve. Untuk fungsi ini, target yang terbaik adalah target yang menantang, tetapi dapat dicapai. Yang kedua adalah perencanaan. Target digunakan untuk membuat keputusan mengenai tingkat kas dan persediaan yang dimiliki. Untuk fungsi ini, target seharusnya realistis. Fungsi ketiga adalah koordinasi. Perencanaan sering kali dianggap sebagai komitmen dan diberikan di antara berbagai entitas dalam perusahaan, sehingga setiap entitas mengetahui apa yang diharapkan dari entitas lainnya. Untuk fungsi ini, target seharusnya menjadi perkiraan yang terbaik, atau bahkan mungkin sedikit konservatif, untuk memastikan target telah tercapai dan tidak terjadi komitmen sumber daya yang berlebihan (sia-sia). Jelasnya, serangkaian target tidak dapat mencakup semua tujuan dengan sama baiknya. Satu tujuan atau lebih harus dikorbankan jika menggunakan pengendalian hasil. Terakhir, tidak semua karyawan suka diperintahkan untuk memberikan hasil yang mereka. anggap sesuai. Beberapa karyawan sama sekali tidak menginginkan otonomi, yang artinya mereka tidak menikmati tanggung jawab yang diberikan oleh pengendalian ini kepada mereka atau risiko yang dibebankan kepada mereka. Namun, pemilihan (sendiri) oleh karyawan pada pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan ambisi mereka yang merupakan suatu bentuk pengendalian personel seharusnya diupayakan untuk mengurangi masalah. 3. Pemilihan Ketatnya Pengendalian Keputusan mengenai apakah pengendalian harus diaplikasikan lebih ketat atau kurang ketat pada beberapa perusahaan tertentu, atau dalam bagian tertentu dalam perusahaan, tergantung pada jawaban dari tiga pertanyaan berikut: (1) Apakah manfaat potensial dari pengendalian ketat?; (2) Berapa biayanya?; dan (3) Mungkinkah adanya efek samping yang merugikan? Manfaat potensial pengendalian yang ketat juga cenderung lebih tinggi ketika kinerjanya buruk. Biaya apa saja yang terlibat dalam mengimplementasikan pengendalian ketat? Beberapa bentuk pengendalian jika diimplementasikan dalam bentuk yang ketat biayanya menjadi mahal. Pengendalian tindakan yang ketat, misalnya dalam bentuk kajian pratindakan, bisa menyita banyak waktu manajemen top. Pengendalian hasil yang ketat membutuhkan studi yang ekstensif untuk mengumpulkan standar kinerja yang bermanfaat, atau mungkin mereka memerlukan sistem informasi yang canggih untuk mengumpulkan dan menganalisis seluruh data kinerja yang dibutuhkan. Mungkinkah ada efek samping yang merugikan? Semua kondisi yang perlu membuat tipe pengendalian menjadi fisibel, seperti pengetahuan mengenai bagaimana objek pengendalian berhubungan dengan hasil akhir yang diinginkan, mungkin tidak tersedia. Kalau begitu, efek samping yang merugikan kemungkinan akan terjadi jika pengendalian tersebut diimplementasikan, khususnya jika pengendalian düimplementasikan dengan cara yang ketat. Simultaneous tight-loose controls
In Search of Excellence, Peters dan Waterman mengamati bahwa sejumlah
perusahaan yang mereka nilai "baik sekali" menggunakan apa yang mereka sebut simultaneous tight-loose controls. Mereka mengamati bahwa penggunaan SPM dalam perusahaan ini dianggap longgar karena mereka memberikan, dan bahkan menganjurkan, otonomi, kewirausahaan, dan inovasi. Akan tetapi, sistem pengedalian yang sama itu dapat juga dikatakan ketat karena orang-orang dalam perusahaan tersebut membagikan seperangkat nilai yang kaku (seperti fokus pada kebutuhan pelanggan). Peters dan Waterman mengamati bahwa kebijakan dan prosedur, serta jenis pengendalian yang lain tidak diperlukan dalam perusahaan tersebut karena "semua orang tahu apa yang seharusnya dilakukan dalam berbagai situasi karena nilai pedoman sudah jelas"" dan "kultur dengan tepat mengatur sedikitnya variabel yang berlaku." Dengan kata lain, SPM dalam perusahaan didominasi oleh pengendalian personel atau kultur, atau mereka dapat dikatakan ketat pada tujuan dan nilai inti, tetapi longgar pada prosedur. Ada kemungkinan untuk mendekati jenis simultaneous tight-loose control yang sama meskipun tidak ada kultur perusahaan yang kuat. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan pengendalian ketat pada beberapa tindakan kunci atau hasil yang berpengaruh paling besar terhadap keberhasilan perusahaan. Pengendalian seharusnya lebih dilakukan terhadap bagian yang secara strategis penting daripada bagian yang kurang penting, tanpa memerhatikan seberapa mudahnya mengendalikan bagian yang kurang penting. Tidak satupun pengendalian yang mungkin menggantikan kultur dapat diasumsikan terbebas dari efek samping yang merugikan, tetapi penggunaan pengendalian ketat secara selektif mungkin akan membatasi pengaruh ini. Sebagian besar individu dapat menoleransi beberapa larangan jika mereka diberi beberapa otonomi pada bidang yang lain.
4. Beradaptasi Terhadap Perubahan
Banyak perusahaan menekankan pada satu bentuk pengendalian manajemen pada satu waktu tertentu, tetapi mereka sering kali mengubah penekan mereka dari satu bentuk ke bentuk lain karena kebutuhan, kemampuan, dan lingkungan mereka berubah. Perusahaan kecil sering kali dapat cukup terkendali melalui kemampuan pengawasan pemimpin mereka yang mengembangkan para karyawan yang loyal, sentralisasi sebagian besar keputusan kunci, dan melibatkan diri mereka secara personal dalam kajian yang detail mengenai anggaran belanja dan pengeluaran. Namun, seiring berkembangnya perusahaan, bentuk pengendalian personel/kultur dan tindakan mungkin harus diganti atau ditambah dengan bentuk pengendalian yang lain. Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan perusahaan mengarahkan pengendalian manajemen terhadap prosedur formalisasi yang meningkat untuk tujuan akuntabilitas tindakan dan/ atau perkembangan sistem informasi yang lebih terperinci untuk tujuan pengendalian hasil." Selain pertumbuhan, banyak faktor situasional lainnya (seperti mengintensifkan persaingan, ekspansi global, atau perubahan teknologi) menyebabkan perusahaan mengadaptasi sistem pengendalian manajemen mereka pada lingkungan yang berubah.
5. Tetap Fokus Pada Perilaku
Apa yang membuat analisis pengendalian manajemen menjadi sulit adalah bahwa manfaat dan efek sampingnya tergantung pada bagaimana karyawan akan bereaksi terhadap pengendalian yang sedang digunakan. Memprediksi perilaku ini tidak semudah mengerjakan ilmu pasti. Perbedaan perilaku yang signifikan ada di antara orang-orang di negara yang berbeda, di bagian yang berbeda pada suatu negara, pada perusahaan yang berbeda, demikian juga dalam bagian yang berbeda pada sebuah perusahaan, dan manajer harus menyadari perbedaan tersebut karena efektivitas pengendalian manajemen yang digunakan akan beragam, tergantung pada reaksi karyawan yang terlibat. Sebagaimana dikemukakan pada contoh di atas, "tipe-tipe kreatif" seperti eksekutif periklanan, pialang, dan perancang teknik, cenderung bereaksi lebih negatif terhadap pengedalian tindakan dibandingkan karyawan yang bekerja pada penjadwalan produksi atau akuntansi produksi. Dalam hal yang sama, beberapa karyawan tampaknya akan relatif lebih tertarik pada dan termotivasi oleh uang sebagai imbalan, sedangkan yang lain lebih tertarik pada menstimulus pekerjaan, otonomi dan tantangan." Perbedaan ini membuat implementasi SPM menjadi menantang, dan penting untuk menekankan bahwa tidak ada satu bentuk pengendalian pun yang optimal pada semua keadaan. Apa yang baik bagi satu perusahaan atau bagian dalam sebuah perusahaan, mungkin tidak baik bagi yang lain. Namun, tetap penting untuk selalu fokus pada orang-orang yang terlibat karena respons mereka akan menentukan keberhasilan atau kegagalan SPM. Manfaat pengendalian manajemen hanya berasal dari pengaruhnya terhadap perilaku. 6. Mempertahankan Pengendalian yang Baik Penyebab masalah yang dihadapi oleh perusahaan sering kali beragam. Salah satu penyebabnya adalah pemahaman yang tidak sempurna mengenal penentuan dan/atau pengaruh pengendalian manajemen dalam penentuan tersebut. Pemahaman yang tidak sempurna mengenai situasi tersebut sering kali dikaitkan dengan pertumbuhan yang cepat dan/atau perubahan transformasional pada pasar mereka. Pertumbuhan yang cepat dan perubahan transformasional sering kali menimbulkan masalah pengendalian karena hal ini menyebabkan faktor kunci yang perlu dikendalikan dengan ketat berubah. Penyebab lain adalah kecenderungan manajemen untuk mengendalikan implementasi pengendalian manajemen kapada kecenderungan bisnis lain yang sering kali lebih menekan. Kecenderungan ini juga sering kali terjadi pada perkembangan dan keadaan yang berubah, yang menyebabkan manajer menunda pengembangan SPM yang memenuhi syarat, biasanya ketika mereka memilih untuk menekan pemasaran. Namun, kritik seharusnya dibuat dengan hati-hati. Ketika banyak perusahaan yang telah mengahadapi berbagai kelemahan SPM, mengerti apa yang harus dikritik merupakan sesuatu yang problematik (termasuk dalam contoh yang diberikan di atas). Tidak mudah untuk tetap menjaga pada tempatnya serangkaian SPM yang sesuai dalam jangka waktu yang lama, khususnya ketika perusahaan beroperasi pada lingkungan yang berubah dengan cepat. Selanjutnya, beberapa SPM yang tampaknya tidak memenuhi syarat mungkin sebenarnya cukup efektif karena MSC tersebut meminimalkan beberapa efek samping yang merugikan. Jelasnya, ada tekanan antara berusaha sepenuhnya "mengatur perilaku dan membiarkan beberapa "ambiguitas" pada peran manajer yang secara relatif memiliki otonomi dalam entitas yang terdesentralisasi, yang sulit bagi perusahaan untuk selalu membuat keseimbangan yang tepat antara pengendalian dan otonomi. Perusahaan sering kali bingung antara satu dan yang lain, terkadang berlebihan di satu sisi, kemudian kembali lagi pada yang lain. Dalam hal itu "optimalisasi" mudah dikatakan, tetapi sulit dicapai dalam lingkungan yang terus berubah. Oleh karena itu, kritik pada SPM harus dibuat dengan kewaspadaan. Pengendalian yang tampaknya longgar mungkin memiliki manfaat yang tersembunyi, seperti kreativitas yang tinggi, semangat kerja sama, atau biaya yang rendah. Meskipun pengaruh buruk dikarenakan adanya satu masalah pengendalian atau lebih, itu tidak menunjukkan adanya SPM yang buruk. SPM hanya mengurangi kemungkinan kinerja yang buruk, tetapi tidak menghilangkannya. Sebagian besar kritik seharusnya disamakan hanya setelah adanya investigasi yang cermat terhadap situasi tersebut. Pengendalian adalah bagian fungsi manajemen yang kompleks. Tidak ada SPM yang sempurna. Tidak ada satu cara yang paling baik untuk mencapai pengendalian yang baik. Ada banyak manfaat dan biaya pengendalian yang sulit dipahami, tetapi agar sistem pengendalian memiliki pengaruh yang diinginkan, perusahaan harus menyesuaikannya dengan situasi yang ada dengan menggunakan penilaian, pengetahuan, dan wawasan terbaik yang ada.
7. Studi Kasus: Gameshop, Inc
Game Shop, Inc. (GSI) merupakan perusahaan penerbitan video game. GSI mengonversi permainan dari latar belakang template, video, dan kode computer ke dalam produk digital, Sebagian besar DVD dan keamanan mengunduh berkas, GSI juga menyediakan jasa yang yang berhubungan dengan hal tersebut seperti menciptakan kreasi menu, sulih suara internasional, dan perbaikan audio. Masalah yang dihadapi oleh GSI adalah masalah akurasi dan ketepatan waktu. GSI merupakan perusahaan besar serta memiliki pelanggan yang mengalami pertumbuhan tentu memerlukan modal untuk berkembang jadi sangat penting untuk mengirimkan tagihan dan piutang untuk ditagih.Estimasi akrual PM dapat menjadi sangat tidak akurat dan sering kali terdapat beberapa bulan dari pendapatan yang masih harus dibayar masih tetap ada pada pembukuan. Dalam mendesain dan evaluasi Sistem Pengendalian Manajemen yang dilakukan oleh GSI ingin mencapai tingkat akurasi 98% dan mengurangi tingkat piutang yang masih harus dibayar maksimal 30 hari dari hari penjualan. Proses perbaikan yang dilakukan dalam desain dan evaluasi SPM ini berfokus pada 3 masalah yaitu masalah sistem, masalah pelanggan dan masalah manajemen. Hasil dari proses Desain dan Evaluasi SPM memperoleh 4 solusi diantaranya Scorecard penagihan, Penahanan, dan P-Cars. Hasil dari desain dan evaluasi SPM dalam 3 bulan sejak diimplementasikan scorecard dan berhubungan dengan proses, penagihan pendapatan akrual menurun separuhnya. Tingkat kesalahan penagihan turun menjadi 0,3% lebih rendah dibandingkan dengan tingkat kesalahan di awal 15%.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional