Anda di halaman 1dari 12

MEMO INTERNAL

Kepada Yth.
Direktur RSIA Melinda
Di
Tempat

No :
Hal : In House Training

Assalamualaikum wr.wb
Dengan hormat,

Bersama ini kami mengajukan kegiatan IHT Code Blue sebagaimana TOR Terlampir.
Demikian Memo Internal ini disampaikan atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb

Kediri, 01 Oktober 2022


Ketua

Yasta Vida Oktavyati

DISPOSISI :

Mengetahui,
Direktur RSIA Melinda

dr.Dedi Wahyu Indrawijaya


RSIA MELINDA KEDIRI
In House Training Code Blue

A. LATAR BELAKANG
Ketika berbicara tentang cardiac arrest , ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan
pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner. Setiap
tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani baik di rumah sakit maupun di
luar rumah sakit di Unites State (AmericanHeart Asociation, 2012). WHO (2008) menerangkan bahwa
penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi
peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problem seputarnya masih
menjadi pembunuh nomor satu denganraihan 29 persen kematian global setiap tahun.
Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan 1991,
penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama di
Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat118, 2010). Kematian jantung mendadak atau
cardiac arrest adalah berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau belum
diketahui menderita penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak terduga, yakni segera setelah timbul
keluhan (American Heart Association, 2010). Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam
jangka waktu 8 sampai 10 menit setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans Gawat
Darurat 118, 2010). Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary
resuscitation dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien untuk
bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang berjalan tanpa
cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi (American Heart Assosiacion,2010).
Berdasarkan hasil penelitian dari American Heart Association pada bulan Juni 1999 didapatkan
data bahwa 64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan segera dapat bertahan
hidup tanpa kerusakan otak. Inti dari penangan cardiac arrest adalah kemampuan untuk bisa
mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut
jantung kekondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otakdan kematian permanen.
Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan dalam
melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang selama ini
menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak terdapat tenaga
medis dan paramedis.Tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki
kemampuan dasar dalam melakukan life saving , akan tetapi belum semuanya dapat
mengaplikasikannya secara maksimal. Dan seringkali belum terdapat pengorganisian yang baik dalam
pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam
penanganan arrest segera, yang disebut Code Blue.

B. TUJUAN
Tujuan dari code blue adalah :
1. Untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi korban yang mengalami kondisi
darurat cardio- respiratory arrest yang berada dalam kawasan rumah sakit.
2. Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan peralatan medis darurat yang dapat
digunakan dengan cepat.
3. Untuk memulai pelatihan keterampilan BLS dan penggunaan defibrillator eksternal otomatis (AED)
untuk semua tim rumah sakit baik yang berbasis klinis maupun non klinis
4. Untuk memulai penempatan peralatan BLS di berbagai lokasi strategis di dalam kawasan rumah
sakit untuk memfasilitasi respon cepat bagi keadaan darurat medis.
5. Untuk membuat rumah sakit mampu menangani keadaan medis yang darurat.

C. SASARAN PESERTA
1. Perawat dan bidan internal RSIA Melinda
2. Dokter Umum RSIA Melinda

D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


In House Training tentang Code Blue akan dilaksanakan pada:
Hari : Senin
Tanggal : 10 Oktober 2022
Jam : 09.00 s/d 12.00
Tempat : Ruang Pertemuan RSIA Melinda Kediri

E. METODE KEGIATAN
a. Metode : Ceramah, Praktek
b. Sifat : Satu pihak dikendalikan

F. MEDIA KEGIATAN
a. Alat Tulis
b. Laptop LCD Proyektor/Pen light
c. Set alat
d. Spanduk

G. ANGGARAN
Konsumsi @Rp. 20.000 X 35 = Rp. 700.000
Penggandaan materi @ Rp. 10.000 X 35 = Rp. 350.000
Spanduk/Banner = Rp. 100.000
Sertifikat @ Rp. 1.500 X 35 = Rp. 52.500
Dll (Biaya Tak Terduga) = Rp. 50.000
Total = Rp. 1.252.500

H. PENUTUP
Demikian TOR Kegiatan ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan, Mohon dukungannya
dari semua pihak, semoga acara dapat berjalan dengan lancar dan sukses.
Menyetujui, Kediri,01 Oktober 2022
Direktur RSIA Melinda Ketua

dr.Dedi Wahyu Indrawijaya Yasta Vida Oktavyati

MEMO INTERNAL
Kepada Yth.
Direktur RSIA Melinda
Di
Tempat

No : 004/PPI/RSIA-N/X/2022
Hal : In House Training

Assalamualaikum wr.wb
Dengan hormat,

Bersama ini kami menyampaikan laporan kegiatan IHT Unit Code Blue sebagaimana Terlampir.
Demikian Memo Internal ini disampaikan atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb

Kediri,06 Oktober 2022


Ketua

Yasta Vida Oktavyati

DISPOSISI :

Mengetahui,
Direktur RSIA Melinda

dr. Dedi Wahyu Indrawijaya


RSIA MELINDA KEDIRI
In House Training Code Blue

A. LATAR BELAKANG
Ketika berbicara tentang cardiac arrest , ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan
pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung koroner.
Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani baik di rumah sakit
maupun di luar rumah sakit di Unites State (AmericanHeart Asociation, 2012). WHO (2008)
menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih
tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan
problem seputarnya masih menjadi pembunuh nomor satu denganraihan 29 persen kematian global
setiap tahun.
Demikian halnya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan 1991,
penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama di
Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat118, 2010). Kematian jantung mendadak atau
cardiac arrest adalah berhentinya fungsi jantung secara tiba-tiba pada seseorang yang telah atau
belum diketahui menderita penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak terduga, yakni segera
setelah timbul keluhan (American Heart Association, 2010). Kematian otak dan kematian permanen
terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat
Ambulans Gawat Darurat 118, 2010). Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan
cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal.
Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang
berjalan tanpa cardiopulmonary resuscitation dan defibrilasi (American Heart Assosiacion,2010).
Berdasarkan hasil penelitian dari American Heart Association pada bulan Juni 1999 didapatkan
data bahwa 64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan segera dapat
bertahan hidup tanpa kerusakan otak. Inti dari penangan cardiac arrest adalah kemampuan untuk bisa
mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut
jantung kekondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otakdan kematian permanen.
Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memiliki kemampuan dalam
melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan tenaga inilah yang selama ini
menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak terdapat tenaga
medis dan paramedis.Tenaga medis dan paramedis di Rumah Sakit sebenarnya sudah memiliki
kemampuan dasar dalam melakukan life saving , akan tetapi belum semuanya dapat
mengaplikasikannya secara maksimal. Dan sering kali belum terdapat pengorganisian yang baik
dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat
dalam penanganan arrest segera, yang disebut Code Blue.

B. TUJUAN
Tujuan dari code blue adalah :
1. Untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi korban yang mengalami kondisi
darurat cardio- respiratory arrest yang berada dalam kawasan rumah sakit.
2. Untuk membentuk suatu tim yang terlatih lengkap dengan peralatan medis darurat yang dapat
digunakan dengan cepat.
3. Untuk memulai pelatihan keterampilan BLS dan penggunaan defibrillator eksternal otomatis (AED)
untuk semua tim rumah sakit baik yang berbasis klinis maupun non klinis
4. Untuk memulai penempatan peralatan BLS di berbagai lokasi strategis di dalam kawasan rumah
sakit untuk memfasilitasi respon cepat bagi keadaan darurat medis.
5. Untuk membuat rumah sakit mampu menangani keadaan medis yang darurat.

6. SASARAN PESERTA
1. Perawat dan bidan RSIA Melinda
2. Dokter Umum RSIA Melinda

7. RINCIAN KEGIATAN

Waktu Acara Keterangan


09.00-09.30 Pembukaan
Pihak RS
09.30-09.45 Safety briefing
09.45-10.00 Pre Test
10.00-10-15 Coffe break
10.15-11.00 Materi : Code Blue Panitia
11.00-11.30 Diskusi
11.30-11.45 Post test
11.45-12.00 Penutup Pihak RS

8. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


In House Training tentang Code Blue akan dilaksanakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 10 Oktober 2022
Jam : 09.00 s/d 12.00
Tempat : Ruang Pertemuan RSIA Melinda Kediri

9. METODE KEGIATAN
- Metode : Ceramah, Praktek, Peragaan/Demonstrasi
- Sifat : Satu pihak dikendalikan

10. MEDIA KEGIATAN


- Alat Tulis
- Laptop LCD Proyektor/Pen light
- Spanduk
- Set alat

11. ANGGARAN
Mengikuti Anggaran RSIA Melinda Kediri ( Terlampir )

12. PENUTUP
Demikian TOR Kegiatan ini dibuat sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan, Mohon dukungannya
dari semua pihak, semoga acara dapat berjalan dengan lancar dan sukses.

Menyetujui, Kediri,06 Oktober 2022


Direktur RSIA Melinda Ketua

dr. Dedi Wahyu Indrawijaya Yasta Vida Oktavyati


LAPORAN KEGIATAN
In House Training Code Blue

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang tentunya sangat
berpengaruh pula pada keadaan social setiap masyarakat akan tuntutan akan pelayanan kesehatan
yang komprehensif, masyarakat semakin sadar akan kualitas sehingga dibutuhkan mutu pelayanan
kesehatan yang komprehensif dan berorientasi pada kepuasan pasien. Standar akreditasi menuntut
rumah sakit menjaga kualitas pelayanan dan patient safety disetiap aspek termasuk pelayanan
kegawatdaruratan pada pasien di dalam rumah sakit.
Kondisi kegawatan pada setiap orang dapat terjadi kapanpun dan dimanapun, didalam maupun
diluar rumah sakit. Salah satu kondisi kegawatan yang paling mengancam nyawa adalah terjadinya
henti napas dan henti jantung. Jika kondisi kegawatan ini terjadi dalam rumah sakit, maka harus ada
sitem penanganan yang cepat dan tepat untuk meningkatkan angka harapan hidup. Penanganan awal
pada pasien dengan kegawatan harus dapat dilakukan oleh seluruh karyawan yang bekerja di RSIA
Melinda baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan.
Kemampuan dalam melakukan penanganan awal pada pasien dengan henti nafas dan henti
jantung ini harus dilakukan oleh personil yang terlatih melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Jika
pada suatu keadaan ditemukan korban dengan penilaian dini terdapat gangguan tersumbatnya jalan
nafas, tidak ditemukan adanya nafas dan atau tidak ada nadi, maka penolong harus segera
melakukan Bantuan Hidup Dasar. Bantuan Hidup Dasar adalah serangkaian usaha awal untuk
mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada seseorang yang mengalami henti nafas
dan atau henti jantung.

B. TUJUAN
Meningkatkan kemampuan staf dalam menanggapi perubahan linis dan kegawatan pada pasien,
serta mampu melakukan penatalaksanaan kegawat daruratan

C. WAKTU, TEMPAT DAN ACARA


Pelaksanaan IHT Code Blue
Hari : Senin
Tanggal : 10 Oktober 2022
Pukul : 09.00 s/d 12.00
Tempat : Ruang Pertemuan RSIA Melinda Kediri
Susunan Acara :

Waktu Acara Keterangan


09.00-09.30 Pembukaan
Pihak RS
09.30-09.45 Safety briefing
09.45-10.00 Pre Test
10.00-10-15 Coffe break
10.15-11.00 Materi : Code Blue Panitia
11.00-11.30 Diskusi
11.30-11.45 Post test
11.45-12.00 Penutup Pihak RS
D. PETUGAS
Pembawa acara : Oriza Rahmawati
Pengisi Materi : dr. Dedi Wahyu Indrawijaya

E. PESERTA
Peserta Pelatihan yaitu staff Berjumlah 35 orang
 Peserta Hadir : 35 orang
 Peserta Tidak Hadir : -

F. BIAYA
Pemasukan = Rp. 1.500.000
Pengeluaran = Rp. 1.252.500
Konsumsi @Rp. 20.000 X 35 = Rp. 700.000
Penggandaan materi @ Rp. 10.000 X 35 = Rp. 350.000
Spanduk/Banner = Rp. 100.000
Sertifikat @ Rp. 1.500 X 35 = Rp 52.500
Dll (Biaya Tak Terduga) = Rp. 50.000
Total = Rp. 1.252.500
SISA -------------------------------------------------------------------------------------------------= Rp. 247.500
Sisa anggaran kami kembalikan ke kas RS

G. EVALUASI
- Kegiatan IHT Code Blue berjalan dengan baik dan lancar guna mengukur tingkat keberhasilan
pelaksanan kegiatan telah dilakukan Pre test dan Post test. Adapun hasil capaian Pre Test dan
Post Test :
Pre Test Post Test Capaian
20 80 Rendah
40 100 Tinggi

- Setelah pelatihan ini di harapkan bisa meningkatkan kinerja dan pengetahuan karyawan .

H. PENUTUP
Demikian Laporan Kegiatan ini dibuat sebagai pertanggungjawaban dalam pelaksanaan kegiatan,
Mohon maaf bila ada kurangnya dalam pelaksanaan kegiatan ini. Semoga kegiatan ini dapat
memberikan kemanfaatan dan kemajuan Rumah Sakit.

Kediri, 12 Oktober 2022


Ketua

Yasta Vida Oktavyati


Kediri, 07 Oktober 2022
Nomor : Kepada Yth.
Lamp :- Karyawan RSIA Melinda
Perihal : In House Training di

KEDIRI

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Dimohon dengan hormat kehadirannya pada :
Hari : Senin
Tanggal : 10 Oktober 2022
Pukul : 09.00 – 12.00
Tempat : Ruang Pertemuan RSIA Melinda Kediri
Acara : In House Training Code Blue

Demikian atas kehadirannya disampaikan terimakasih.


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Direktur RSIA Melinda

dr. Dedi Wahyu Indrawijaya


NOTULEN

HARI : Senin
TANGGAL : 10 Oktober 2022
ACARA : In House Training Code Blue
1. Pembukaan sambutan oleh pihak rumah sakit
2. Penyajian Materi
3. Penutupan
KETUA :
PENCATAT : Tim PAP
PESERTA : Staff Medis
KEGIATAN : 1. Code Blue
2. Tanya jawab
Uraian Ringkasan Materi :
1. Code Blue
adalah suatu stabilisasi kondisi darurat medis yang terjadi di dalam area rumah sakit. Kondisi
darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Sebuah code blue harus segera dimulai setiap
kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac atau respiratory arrest (tidak responsif, nadi tidak
teraba, atau tidak bernapas) misalnya pasien yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner
(CPR).
2. Code Blue Team
Code blue team adalah tim yang terdiri dari dokterdan paramedis yang ditunjuk sebagai "code-
team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini
menggunakan crash-cart , kursiroda/tandu, alat - alat penting seperti defibrilator,peralatan intubasi,
suction, oksigen, ambubag, obat-obatanresusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk
menstabilkan pasien.
3. BLS atau Bantuan Hidup Dasar
BLS atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respons tindakan gawat darurat. BLS dapat dilakukan oleh
tenaga medis, paramedis maupun orang awam yang melihat pertama kali korban. Skills BLS haruslah dikuasai
oleh paramedis dan medis, dan sebaiknya orang awam juga menguasainya karena seringkali korban justru
ditemukan pertama kali bukan oleh tenaga medis.BLS adalah suatu cara memberikan bantuan/pertolongan hidup
dasar yang meliputi bebasnya jalannapas (airway /A), pernapasan yang adekuat (breathing /B),sirkulasi yang
adekuat (circulation/C).
4. Langkah –langkah jika ada kegawat darurat yang membutuhkan penanganan segera di area
lingkungan rumah sakit
 Petugas / staf pada lokasi terdekat kejadian :
Mendatangi pasien untuk memastikan kondisi pasien
Memberikan petolongan pertama (resusitasi)
Meminta bantuan
 Penolong
Segera hubungi UGD dengan mengatakan ada kegawatan medis di area mana dan usia
berapa
Lakukan fungsi pengamanan setelah menghubungi UGD
 Tim code blue
Hentikan pekerjaan,segera menuju lokasi dengan membawa code blue kit yang selalu siap
pakai
Ambil alih pertolongan
 Tim Advanced
Memberikan advise via telephon
Melakukan tindakan lebih lanjut terhadap pasien

Anda mungkin juga menyukai