Anda di halaman 1dari 3

 Nama :PADIA SUSIANA

 NIM :12312030
 Kelas : 1A HKI
 P6

RESUME
PENGANTAR FIQH DAN USHUL FIQH
Definisi hakim, mahkum alaihi, mahkum fih, dan al-’awaridh
A. Pengertian hakim
Hakim adalah pejabat umum pada Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada
dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan pada pengadilan khusus yang
berada dalam lingkungan peradilan tersebut. Hakim diberi wewenang oleh undang – undang
untuk mengadili (Pasal 1 ayat 8 KUHAP). Ayat 9, mengadili adalah serangkaian tindakan
hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas,
jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang – undang ini.
B. Pengertian Mahkum Alaihi
Mahkum Alaihi adalah seseorang atau pelaku atau yang melakukan hukum syar'i, atau yang
lebih dikenal dengan sebutan mukalaf/subjek hukum.
C. Mahkum Fih Mahkum fih
Mahkum fih sering disebut dengan mahkum bih adalah perbuatan mukallaf yang terkait
dengan perintah Syari’ (Allah dan Rasul) yang disifati dengan wajib, haram, makruh,
mandub, atau mubah ketika berupa hukum taklifi. Adapun apabila berupa hukum wadh’i,
maka terkadang berupa perbuatan mukallaf seperti pada muamalah dan jinayat. Dan
terkadang tidak berupa perbuatan mukallaf seperti menyaksikan bulan Ramadhan yang oleh
syari’ dijadikan sebab bagi wajibnya berpuasa.
D. Definisi Al-’Awaridh Al-‘Awaridh adalah Faktor-faktor yang menghalanginya untuk dapat
dipandang cakap bertindak secara hukum. Faktor-faktor penghalang tersebut ada yang
berasal dari dari dalam dirinya dan ada pula yang berasal dari luar dirinya. Faktor-faktor
penghalang itu disebut dengan istilah ‘awaridh al-ahliyyah atau penghalang taklif.
Pembagian hakim, mahkum alaihi, mahkum fih, dan al-’awaridh
A. Pembagian Hakim
1. Hakim sukarela Seorang hakim sukarela, seperti hakim inggris, tidak diharuskan memiliiki
pelatihan hukum dan tidak dibayar.
2. Hakim professional
B. Pembagian Mahkum Alaihi
 Manusia baligh dan berakal yang:

1. Memahami hukum syar’I


2. Mampu melaksanakan hukum-hukum tersebut
C. Pembagian Mahkum Fih
Macam-macam Mahkum Fih Para ulam ushul fiqh membagi mahkum fih dari dua segi, yaitu :
dari segi keberadaannya secara material dan syara’, serta dari segi hak yang terdapat dalam
perbuatan itu sendiri.
1. Dari segi keberadaannya secara material dan syara’, mahkum fih terdiri atas :
a) Perbuatan yang secara material ada, tetapi tidak termasuk perbuatan yang terkait dengan
syara’, seperti makan dan minum.
b) Perbuatan yang secara material ada dan menjadi sebab adanya hukum syara’, seperti
perzinaan, pencurian, dan pembunuhan. Perbuatan ini menyebabkan adanya hukum syara’ yaitu
hudud dan qishas.
c) Perbuatan yang secara material ada dan baru bernilai dalam syara’ apabila memenuhi rukun
dan syarat yang ditentukan, seperti shalat dan zakat.
d) Perbuatan yang secara material ada dan diakui syara’, serta mengakibatkan adanya hukum
syara’ yang lain, seperti nikah, jual-beli, dan sewa menyewa.
2. Dilihat dari segi hak yang terdapat dalam perbuatan itu, maka mhkum fih dibagi kepada
empat bentuk, yaitu :
a).Semata-mata hak Allah, yaitu segala yang menyangkut kemaslahatan umum tanpa terkecuali.
Hak yang sifatnya semata-mata hak Allah ini, menurut ulama ushul fiqh, ada delapan macam,
yaitu :
 Ibadah mahdhah (Murni), seperti iman dan rukun islam.
 Ibadah yang mengandung makna bantuan atau santunan, seperti zakat fitrah, karenanya
disyaratkan niat dalam zakat fitrah, dan kewajiban zakat itu berlaku untuk semua orang.
 Bantuan atau santunan yang mengandung makna ibadah, seperti zakat hasil yang
dikeluarkan dari bumi.
 Biaya atau santunan yang mengandung makna hukuman, seperti kharaj (pajak bumi)
yang dianggap sebagai hukuman bagi orang yang tidak ikut jihad
 Hukuman secara sempurna dalam berbagai tindak pidana.
 Hukuman yang tidak sempurna, seperti seorang yang tidak diberi hak waris atau wasiat,
karena ia membunuh pemilik harta tersebut.
 Hukuman yang mengandung makna ibadah, seperti kafarat sumpah, kafarat dhihar.
 Hak-hak yang harus dibayar, seperti kewajiban mengeluarkan seperlima harta terpendam
dan harta rampasan perang.
b).Hak hamba yang terkait dengan kepentingan pribadi seseorang, seperti ganti rugi harta
seseorang yang dirusak.
c).Kompromi antara hak Allah dengan hak hamba, tetapi hak Allah di dalamnya lebih dominan,
seperti hukuman untuk tindak pidana qadzaf (menuduh orang lain berbuat zina.)
d).Kompromi antara hak Allah dan hak hamba, tetapi hak hamba di dalamnya lebih dominan,
seperti dalam masalah qishash.
D. Pembagian Al-'awaridh
Para ulama ushul fiqih menggolongkan awaridh al-ahliyah (penghalang keahlian) ini menjadi
tiga kelompok yaitu :
Penghalang samawi, yaitu penghalang yang tidak bisa dihindari oleh mahkum alaih. Ia hadir
dengan sendirinya tanpa dikehendaki. Misalnya, gila, tidur, pingsan, dan hilang akal. Orang-
orang yang terkena penghalang samawi seperti ini dihukumi sebagai orang yang tidak memiliki
kemampuan sama sekali untuk melakukan hak dan kewajiban, sama sekali tidak sah perjanjian
dan pengelolaannya.
Penghalang kasby, yaitu penghalang yang terjadi lantaran perbuatan manusia itu sendiri seperti
mabuk, bodoh, banyak hutang, boros, dan sebagainya. Penghalang kasby dapat dihindari dengan
usaha manusia itu sendiri.
Penghalang yang datang kepada manusia tetapi tidak mempengaruhi keahlian, tidak
menghilangkan dan tidak menguranginya, tetapi merubah sebagian hukum-hukumnya, karena
ada anggapan dan keuntungan yang menghendaki perubahan ini,misalnya ketidaktahuan dan
lupa.

Anda mungkin juga menyukai