Anda di halaman 1dari 4

Petunjuk Teknis Ujian Tengah Semester Bahasa Indonesia

(MKU6209)

Deskripsi
 Ujian bersifat take home exam dan merupakan penugasan pribadi.
 Peserta boleh berdiskusi, tapi hasil pekerjaan tidak boleh sama.
 Peserta hanya diminta menanggapi satu permintaan, yaitu membuat sebuah tinjauan kritis
(critical review) atas sebuah sumber belajar yang berkaitan dengan bidang studi peserta
ujian.
 Sumber belajar yang dimaksud antara lain sebagai berikut (pilih salah satu):
o Artikel ilmiah dari jurnal terakreditasi SINTA 1, 2, atau 3;
o Salah satu bab di buku yang digunakan dalam perkuliahan; atau
o Video pembelajaran dari kanal YouTube berdurasi minimal 3 menit.
 Lembar kerja terlampir. Pilih lembar kerja sesuai sumber belajar yang dipilih.
 Hasil tinjauan kritis ditulis dengan font Times New Roman ukuran 12 spasi 1.5 justified.
 Jenis file adalah Word Document (.doc atau .rtf) atau PDF.
 Format nama file: NIM_Nama
 Hasil pekerjaan diunggah ke Drive sesuai dengan folder rombel mahasiswa melalui
laman berikut: https://bit.ly/ujiantidaksulit
 Deadline pengumpulan ialah hari Jumat, 13 Oktober 2023 pukul 17.00 WIB.
 Komponen penilaian: tata bahasa, kedalaman review, dan kejujuran.
 Setiap pekerjaan yang merupakan hasil tindakan plagiat tidak akan dinilai.
Ujian Tengah Semester Bahasa Indonesia
(MKU6209)
I. Identitas Jurnal
Judul Artikel :Menyoal Pasal Penghinaan Presiden dalam KUHP: Antara
Proporsionalitas Primus Interpares atau Kemunduran Demokrasi
Nama Jurnal : Wicarana Jurnal Hukum dan Hak Asasi Manusia
Volume : Volume 2 No 1 (2023)
Tahun : 2023
Penulis : Ahmad Syaifudin Anwar, Lilik Agus Saparto

II. Identitas Pengulas


Nama Lengkap : Rayung Sasi Nugrohosiwi
NIM : 23020230141
Kelas : Bahasa Indonesia C
Jurusan : Pendidikan Bahasa Daerah (Jawa) S1

III. Ringmkasan Struktur Artikel


III.1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 secara tegas menyatakan dan
menjadikan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi yang disepakati
bersama. Artinya nilai-nilai konstitusi haruslah selalu dijadikan prinsip utama
dalam penegakan hukum di suatu negara. Lebih-lebih Indonesia sebagai negara
hukum yang berlandaskan demokrasi, maka teori dan praktek penegakan hukum
haruslah sesuai dengan ruh yang ada dalam konstitusi. Pemahaman-pemahaman
demikian apabila ditelaah secara detail tidaklah lepas dari pengertian dan fungsi
konstitusi itu sendiri. Yakni dalam hal ini konstitusi menjadi sebuah aturan dasar
(pondasi) dan penyangga untuk kokohnya suatu negara yang berdaulat, adil dan
sejahtera. Karena untuk mencapai suatu tingkat kesejahteraan dan keadilan dalam
suatu wilayah negara dibutuhkan keteraturan dalam masyarakat, dan dibarengi
dengan aturan-aturan yang melekat pada sistem hukum yang berkembang dalam
diri masyarakat tersebut.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah di dalam tulisan ini akan memaparkan tentang bagaimana
proporsionalitas asas Primus Interpares dalam Pasal Penghinaan Presiden dan
Wakil Presiden di KUHP yang baru dalam negara demokrasi?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui proporsionalitas asas Primus
Interpares dalam Pasal Penghinaan Presiden dan Wakil Presiden di KUHP yang
baru dalam perkembangan negara demokrasi.

D. Tinjauan Pustaka
-
III.2. Metode
Jenis penelitian ini masuk ke dalam jenis penelitian yuridis normatif yang bertujuan
untuk menemukan aturan-aturan hukum serta norma untuk menjawab isu hukum yang
sedang dihadapi sehingga dapat ditemukan suatu penyelesaian masalah terkait isu
yang telah diteliti. Kemudian, penelitian ini bersifat perspektif yang artinya menurut
Peter Mahmud Marzuki sebagai upaya untuk menemukan fakta koheren, khususnya
apakah pedoman peraturan tersebut sudah sesuai dengan norma pidana atau tidak dan
apakah norma pidana yang memuat tanggung jawab dan sanksi sudah sesuai dengan
tindakan seseorang sesuai dengan norma atau asas pidana. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan juga pendekatan konseptual.

III.3. Teori
Penghinaan kepada kepala negara, raja atau penguasa dalam istilah Prancis sering disebut
dengan lese majeste atau lese majesty. Istilah ini digunakan untuk sebuah tindakan atau
kejahatan yang mengarah pada kurangnya rasa hormat atau minimnya penghormatan
terhadap raja atau ratu maupun penguasa dalam suatu sistem ketatanegaraan berbentuk
monarki (kerajaan). Pemaknaan mengenai lese majeste ini diartikan sebagai sebuah
kedaulatan yang terluka. Karena dalam tatanan monarki, raja atau ratu menjadi sebuah
simbol dalam sebuah negara yang wajib dihormati dan dimuliakan keberadaannya. Karena
raja atau ratu merupakan wakil dari tuhan untuk memimpin suatu rakyat dalam suatu
wilayah yang sudah ditentukan.

Pada tanggal 15 oktober dikeluarkanlah Koninlijk Besluit nomor 33 yang sekaligus di


dalamnya mengatur tentang pemberlakuan Wetboek van Stafrecht voor NederlansIndie
(Wvs Nederlands-Indie).7 Walaupun pada kenyataannya hukum tersebut mulai diberlakukan
secara formal dan mengikat setelah dinyatakan dalam Staatsblad 1915 nomor 732.

III.4. Hasil Penelitian

III.5. Kelebihan
III.6. Kelebihan (Menurut Mahasiswa)
III.7. Kekurangan (Menurut Mahasiswa)

IV. Ulasan Kebahasaan


IV.1. Ejaan
IV.2. Kalimat Efektif
IV.3. Tata Bahasa
IV.4. Kobesi dan Koberensi

Anda mungkin juga menyukai