Anda di halaman 1dari 23

Volume 1 Issue 2, Desember 2019

https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

Efektifitas Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa


Oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Subang

Kusman Yuhana1
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Subang
kusmanyuhana.jurnal@gmail.com

Tony Pathony2
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Subang
tonypathony.jurnal@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini berjudul Efektivitas Program Peningkatan Kapasitas Aparatur


Pemerintah Desa oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Subang,
karena diduga masih rendahnya kemampuan aparatur pemerintah desa dalam
pengelolan penyusunan kebijakan desa dan manajemen pelayanan desa. Metode
penelitian yang digunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Whitney
dalam Nazir (2003: 63) mengatakan bahwa metode deskriptif ini merupakan pencarian
fakta dengan interpretasi yang tepat. Hasil penelitian menunjukan bahwa Efektivitas
Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa oleh Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa Kabupaten Subang belum sepenuhnya efektif, belum sesuai
dengan dimensi yang ada atau yang ditentukan. Program Peningkatan Kapasitas
Aparatur Pemerintah Desa belum berjalan seperti yang diharapkan. Terutama pada
dimensi produksi dan efisiensi.

Kata Kunci : Efektivitas, Program, Kapasitas

Abstract

This study is entitled The Effectiveness of the Village Government Apparatus Capacity Building
Program by the Subang District Community and Village Empowerment Office, due to the
alleged low ability of village government officials in managing village policy formulation and
village service management. The research method used is descriptive method with a qualitative
approach. Whitney in Nazir (2003: 63) says that this descriptive method is a fact finding with
the right interpretation.In this study the analysis used is data reduction, data presentation and
conclusion. The results showed that the effectiveness of the Village Government Apparatus

125
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

Capacity Building Program by the Subang District Community Empowerment and Village
Agency was not yet fully effective, not in accordance with the existing or determined
dimensions. The Village Government Apparatus Capacity Building Program has not gone as
expected. Especially on the dimensions of production and efficiency.

Keywords: Effectiveness, Program, Capacity

Pendahuluan

Pembangunan pada dasarnya diselenggarakan oleh pemerintah daerah, maka


pemerintah daerah diberi kesempatan untuk mengurus sendirie masalah yang terdapat
dipemerintah sesuai dengan otonomi dan tugas pembantuan. Pelaksanaan otonomi
daerah tersebut dengan memperhatikan aspek-aspek hubungan antara susunan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, potensi dan keanekaragaman daerah,
peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang
seluas-luasnya kepala daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban
menyelanggarakan otonomi daerah kesatuan system penyelenggaraan pemerintah
daerah.
Dalam kaitanya dalam pelaksanaan otonomi daerah, Desa sebagai struktur
organisasi pemerintahan paling rendah menjadi garda terdepan pelayanan yang
langsung bersentuhan dengan masyarakat. Oleh sebab itu, kemampuan dan kapasitas
aparatur pemerintah desa memegang peranan yang sangat penting. Dengan
kompleksitas permasalahan yang di hadapinya, aparatur desa di tuntut untuk memiliki
perhatian dan tanggung jawab terhadap masyarakat desa. Disebutkan dalam Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2014 bahwa desa dan desa adat atau yang di sebut dengan
nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pemerintah desa sebagai bagian dari sistem sosial
memiliki peran yang sangat penting dalam pengelolaan modal sosial yang dimiliki oleh
masyarakat (Sururi, 2018). Modal sosial masyarakat berupa nilai-nilai tradisional,
kearifan lokal, sosial dan budaya serta kehidupan gotong royong merupakan
perpaduan yang kokoh masyarakat dalam menghadapi permasalahan di tengah
perubahan dan dinamika global. Meskipun demikian kekuatan modal sosial tersebut
perlu didukung dengan penyelengaraan administrasi pemerintahan desa dan laporan
keuangandesa yang tertib dalam rangka pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.
Dalam melaksanakan penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa dan
laporan keuangan desa yang tertib tersebut diperlukan aparatur pemerintahan desa
yang mampu dan memiliki kapasitas. Berdasarkan hasil analisis ditemukan

126
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

pemasalahan masih rendahmya kemampuan aparatur pemerintah desa dalam


pengelolaan penyusunan kebijakan desa dan manajemen pelayanan desa sehingga
menghambat penyusunan perencanaan. Dalam hal ini, keberadaan program sebagai
fasilitator masih belum dapat memberikan daya dukung terhadap peningkatan
kapasitas aparatur pemerintah desa. Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang terpenting adalah bagaimana pemerintahan desa mampu meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya, mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat desa,
mampu meningkatkan daya saing desanya LAN-RI dalam Sururi (2018: 69). Oleh sebab
itu, peningkatan kapasitas aparatur desa dalam tata kelola administrasi pemerintahan
desa menjadi hal yang sangat penting.
Sebagaimana amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah yang di dalamnya mewajibkan adanya urusan pemberdayaan
masyarakat dan desa kemudian dijabarkan pada peraturan pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah yang mendorong segera dibentuk perangkat
Daerah dengan mendekatkan pada posisi ideal ramping struktur kaya fungsi, maka
dibuatlah Peraturan Daerah Nomor 7 tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Subang yang melahirkan salah satunya Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Subang. Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa merupakan pecahan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Keluarga Berencana dimana sebelumnya mengelola tiga urusan besar yaitu urusan
pemberdayaan masyarakat, urusan keluarga berencana dan urusan pemberdayaan
perempuan, sekarang lebih fokus pada satu urusan yaitu urusan wajib non pelayanan
dasar urusan pemberdayaan masyarakat dan desa dengan konsekuensi kalau dulu
pengelolaan pemerintahan desa ada pada bagian pemerintahan sekretariat daerah
sekarang menjadi bagian urusan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.
(Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Subang 2018)
Sebagai mana yang tertera pada Peraturan Bupati Subang Nomor: 66 tahun 2016
pada paragraf 3 Bidang Pemerintahan Desa/Kelurahan, pada Pasal 9 Bidang
Pemerintahan Desa/Kelurahan mempunyai tugas pokok menyeleggarakan perumusan
dan pelaksanaan teknis kebijakan pemerintahan Desa/kelurahan, serta Penyusunan
Program kerja di Bidang Pemerintahan Desa/Kelurahan, maka dari itu sesuai amanat
Peraturan Bupati Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Dan desa Kabupaten Subang
mempunyai kewajiban untuk menyusun Program di bidang Pemerintahan
Desa/Kelurahan serta menjalankan program Peningkatan Kapasitas Aparatur
Pemerintah Desa.
Berdasarkan data dinas pemberdayaan masyarakat dan desa kabupaten subang
didapatkan masih relatif terbatasnya kemampuan pembangunan desa dalam
mengefektifkan penyelenggaraan pemerintah desa dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan, lalu pelaksanaan pembangunan, masih belum memberikan kepuasan
terhadap masyarakat dari sisi kemudahan dan kecepatan pelayanan yang diberikan,
selanjutnya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah desa sudah dilakukan sampai
dengan saat ini meskipun masih belum menyentuh aspek kebutuhan dasar masyarakat,
dan desain kelembagaan masih menggunakan pola tradisional. Persoalan-persoalan

127
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

yang menyangkut aspek Aparatur Desa di lingkungan Pemerintah Desa (Kepala Desa
dan perangkatnya). Dalam peraturan perundangan tentang Desa disebutkan bahwa
perangkat desa diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa. Pemilihan dan
pengangkatan perangkat desa (kecuali sekretaris desa/Sekdes) belum sepenuhnya
didasarkan pada pertimbangan kompetensi. Ada dua alasan terkait hal ini, Pertama,
Kepala Desa terpilih menunjuk/memilih keluarga atau orang-orang terdekat untuk
menduduki jabatan perangkat desa, yang terkadang tanpa mempertimbangkan
kemampuannya; Kedua, karena memang tidak ada lagi orang yang mau dan mampu
menjadi perangkat desa. Dalam pelaksanaan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa Kabupaten Subang hanya sebagai fasilitator dan bekerja sama dengan pihak-
pihak yang terkait dalam program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa
salah satunya bekerjasama dengan tenaga ahli di bidang akademis sehingga
pelaksanaan program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa diwilayah
kabupaten Subang dapat terlaksana dengan baik. Tidak dapat dipungkiri banyak hal
yang dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut antara lain personil desa yang
berganti-ganti dikarenakan berbagai faktor yang salah satunya ketidak cocokan antara
aparatur desa dengan kepala desanya atau sebaliknya kepala desa yang tidak cocok
dengan aparatur desa yang lama dan banyak faktor lain nya. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa program Peningkatan Kapasitas
Aparatur Pemerintah Desa belum efektif.

Kerangka Teori

a. Pengertian Efektivitas
Dalam suatu organisasi dapat di ukur tingkat keberhasilanya dengan
mengamati efektif tidaknya organisasi tersebut dalam menjalankan tugasnya. Kata
efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effectiveyang berarti berhasil atau sesuatu
yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut pasolong (2007: 4) efektivitas pada
dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini sebagai hubungan
sebab akibat. Efektivitas dapat di pandang sebagai suatu sebab dari variable lain.
Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat
tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan. Hal ini
sesuai menurut Richard Steer (2003: 46) Efektivitas adalah sejauhmana organisasi
melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai suatu sasaranya. Penilaian
umum dengan sebanyak mungkin kriteria tunggal dalam menghasilkan penilaian
yang umum mengenai efektivitas organisasi. Selanjutnya menurut H. Emerson
dalam Soewarno Handayaningrat (2006: 16) yang menyatakan bahwa Efektifitas
adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Pengertian efektivitas sebenarya bersifat abstrak, namun akan
menadi konkrit dan dapat di ukur apabila mampu untuk mengidentifikasi segi-
segi yang lebih menonjol atau nampak yang berhubungan dengan konsep
efektivitas. Adapun pengertian efektivitas menurut The Liang Gie, (2002: 147)

128
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

adalah sebagai berikut : “Efektivitas adalah suatu keadaan yang mengandung


pengertian mengenai terjadinya efek akibat yang dikehendaki, kalau seseorang
melakukan perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka
orang tersebut dikatakan efektif, kalau menimbulkan akibat atau mempunyai
maksud sebagaimana dikehendaki.” Kemudian menurut Sutarto (2007: 95),
mengatakan bahwa efektivitas adalah suatu keadaan dimana aktivitas-aktivitas
jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai hasil
sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
efektivitas adalah derajat pencapaian tujuan organisasi dari sejumlah aktivitas
jasmaniah dan rohaniah yang di lakukan oleh pegawai. Menurut Siagian (2006: 24)
memberikan definisi efektivitas sebagai berikut: Efektivitas adalah pemanfaatan
sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan
yang dijalankanya. Sedangkan menurut Georgopoulos dan Tennenbaum (2005: 50)
mengemukakan bahwa Efektifitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai
suatu system dengan sumberdaya dan sarana tertentu untuk memenuhi tujuan
dan sasaranya tanpa melumpuhkan cara dan sumberdaya itu serta tanpa memberi
tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksananya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan
dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut
dilaksanakan secara tepat sesuai dengan yang telah di rencanakan. Efektivitas
menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah
ditetapkan, jika hasil kegiatanya semakin mendekati sasaran berarti semakin
tinggi efektivitasnya. Mengacu pada penjelasan di atas, maka untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif perlu adanya harmonisasi kemampuan sumber
daya dengan menggunakan sarana yang lain sehingga sasaran yang akan dicapai
menjadi jelas. Pencapaian sasaran tersebut dapat dikatakan efektif apabila ada
keharmonisan. Setiap pekerjaan pegawai dalam organisasi sangat menentukan
bagi pencapaian hasil kegiatan seperti yang telah direncanakan terlebih dahulu.
Untuk itu factor keefektifanya banyak mempengaruhi kepada kemampuan
aparatur dan organisasi dalam melaksanakan tugas dan kewenanganya. Tingkat
pencapaian tujuan aparatur dalam suatu organisasi dikatakan efektif apabila
pencapaian itu sesuai dengan tujuan organisasi dan memberikan hasil yang
bermanfaat.

b. Ukuran Efektivitas
Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat sederhana,
karena efktivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada
siapa yang menilai serta mengintepretasikannya. Tingkat efektivitas juga dapat
diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan
hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan
tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai,
maka hal itu dikatakan tidak efektif. Adapun kriteria atau ukuran mengenai

129
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh siagian


(2008: 77), yaitu:
a) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya
karyawan dalam pelaksana tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan
organisasi dapat tercapai.
b) Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah
“pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai
sasaran-sasran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam
pencapaian organisasi.
c) Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap,berkaitan dengan
tujuan yang hendak dicapai dan strategi, yang telah ditetapkan artinya
kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha
pelaksanaan kegiatan operasional.
d) Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang
apa yang dikerjakan organisasi di masa depan.
e) Penyusunan program yang tepat, suatu rencana yang baik masih perlu
dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila
tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.
f) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indicator efektivitas
organisasi adalah kemampuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan
prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.
g) Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimana baiknya suatu program
apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut
tidak akan mencapai sasaranya, karena dengan pelaksanaan organisasi
semakin didekatkan pada tujuanya.
h) System pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat
sifat manusia tidak sempurna maka efektifitas organisasi menuntut
terdapatnya system pengawasan dan pengendalian.
Menurut Steers dalam tangkilisan (2005: 141) mengemukakan 5 (lima) kriteria
dalam pengukuran efektivitas, yaitu: Produktifitas, Kemampuan adaptasi kerja,
Kemampuan berlaba, Pencarian sumberdaya. Menurut Gibson (2002: 32)
disebutkan bahwa indikator untuk menentukan efektivitas organisasi adalah :
1) Produksi (prodiction)
2) Produksi merupakan kriteria efektivitas yang mengacu pada ukuran
keluaran utuma dari organisasi. Ukuran dari produksi mencakup tentang
dokumen yang di proses, rekaman yang dilayani, dan sebagainya. Ukuran
tersebut memiliki hubungan secara langsung dengan masyarakat pengguna
layanan dan rekanan oerganisasi yang bersangkutan.
3) Efisiensi (efficiency)
4) Efisiensi merupakan kriteria efektivitas mengacu pada ukuran penggunaan
sumber daya yang langka oleh organisasi. Efisiensi merupakan perbandingan
(rasio) Antara output dan input. Ukuran efisiensi terdiri dari biaya per unit,
pemborosan, waktu terluang, biaya per orang, dan sebagainya efesiensi

130
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

diukur berdasarkan rasio Antara keuntungan dengan biaya atau waktu yang
digunakan.
5) Kepuasan (satisfaction)
6) Kepuasan merupakan kriteria efektivitas yang mengacu pada keberhasilan
organisasi dalam memenuhi kebutuhan karyawan dan anggota-anggota
organisasi tersebut. Ukuran dari kepuasan meliputi sikap karyawan,
penggantian karyawan, absensi, kelambanan, keluhan, kesejahteraan, dan
sebagainya.
7) Adaptasi (adaptiveness)
8) Kemampuan adaptasi merupakan kriteria efektivitas yang mengacu pada
tanggapan organisasi terhadap perubahan eksternal dan internal. Perubahan-
perubahan eksternal seperti persaingan, keinginan para pelanggan, kualitas
produk, dan sebagainya serta perubahan internal seperti ketidakefisienan,
ketidakpuasan, dan sebagainya merupakan adaptasi terhadap lingkungan.
9) Perkembangan (development)
10) Organisasi harus menginvestasi dalam organisasi itu sendiri untuk
memperluas kemampuanya untuk hidup terus (survive) dalam jangka
panjang. Usaha pengembangan yang biasa adalah program pelatihan bagi
tenaga manajemen dan non manajemen, tetapi sekarang ini pengembangan
organisasi untuk bertambang banyak macamnya dan meliputi sejumlah
pendekatan psikologis dan sosiologis.
Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi tergantung
dari sudut terpenuhunya beberapa kriteria akhir. Menurut pendapat steers (2005:
46) menyebutkan beberapa ukuran dari efektivitas, yaitu:
1) Kualitas artinya kualitas yang dihasilkan oleh organisasi;
2) Produktivitas artinya kuantitas dari jasa yang dihasilkan;
3) Kesiagaan yaitu penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan
dalam hal penyelesaian suatu tugas khusus dengan baik;
4) Efisiensi merupakan perbandingan beberapa aspek prestasi terhadap biaya
untuk menghasilkan prestasi tersebut;
5) Penghasilan yaitu jumlah suber daya yang masih tersisa setelah semua biaya
dan kewajiban dipenuhi;
6) Pertumbuhan adalah suatu perbandingan mengenai eksistensi sekarang dan
masa lalunya;
7) Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumber daya sepanjang
waktu;
8) Kecelakaan yaitu frekuensi dalam hal perbaikan yang berakibat pada
kerugian waktu;
9) Semangat kerja yaitu adanya perasaan terikat dalam hal pencapaian tujuan,
yang melibatkan usaha tambahan, kebersamaan tujuan dan perasaan
memiliki;
10) Motivasi artinya ada kekuatan yang muncul dari setiap individu untuk
mencapai tujuan;

131
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

11) Kepaduan yaitu fakta bahwa para anggota organisasi saling menyukai satu
sama lain, artinya bekerja sama dengan baik, berkomunikasi dan
mengkoordinasikan;
12) Keluwesan Adaptasi artinya adanya suatu rangsangan baru untuk mengubah
prosedur standar operasinya, yang bertujuan untuk mencegah keterbukaan
terhadap rangsangan lingkungan;
Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran
efektivitas merupakan suatu setandar akan terpenuhunya mengenai sasaran dan
tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauhmana organisasi,
program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal. Mengacu pada
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kriteria pengukuran efektivitas,
meliputi: kriteria efektivitas jangka pendek (efisiensi, kepuasan) dan kriteria
efektivitas jangka panjang (kelangsungan hidup). Dengtan mempertimbangan
dimensi waktunya, organisasi dapat dikatakan efektif dari segi kriteria
produktivitas, kepuasan, adaptasi, dan pengembangan.
Menurut Martani dan Lubis (2007: 55) pendekatan pengukuran efektivitas
organisasi dapat diukur dengan indikator:
1) Efisiensi
2) Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang di nilai dari segi
besarnya sumber/biaya dan waktu untuk mencapai hasil dari kegiatan yang
dijalankan.
3) Daya Tanggap Petugas
4) Keinginan untuk melayani masyarakat secara tepat dengan baik mengulur-
ulur waktu. Saat pengguna layanan membutuhkan pelayanan. Maka
penyedia layanan segera memberikan pelayanan tanpa harus menunggu
lama.
5) Sarana dan Prasarana
6) Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu
proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila
kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan
dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.
7) Semangat Kerjasama dan Loyalitas Kelompok
8) Setiap organisasi selalu berusaha agar produktivitas kerja karyawan dapat
ditingkatkan. Untuk itu pimpinan perlu mencari cara dan solusi guna
menimbulkan semangat kerja para karyawan. Hal itu penting, sebab
semangat kerja mencerminkan kesenangan yang mendalam terhadap
pekerjaan yang dilakukan sehingga pekerjaan lebih cepat dapat diselesaikan
dan hasil yang lebih baik dapat dicapai.
9) Hubungan Antara Pimpinan dan Bawahan
10) Hubungan Antara pimpinan dan pegawai berpengaruh untuk menciptakan
suasana kerja yang kondusif, sehingga pekerjaan menjadi lebih mudah dan
lancar.

132
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Efektivitas


Menurut pendapat Steers dalam Sutrisno (2011: 148) menyebutkan bahwa
ada empat factor yang mempengaruhi Efektivitas, yaitu :
1) Karakteristik Organisasi, adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti
susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi. Struktur
merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka
menciptakan sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan
sebagai bagian dari suatu hubungan yang relative tetap yang akan
menentukan pola interaksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.
2) Karakteristik Lingkungan, mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah
lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang ada diluar batas organisasi dan
sangat berpengaruh terhadap organisasi. Aspek kedua adalah lingkungan
intern yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan secara
keseluruhan di dalam lingkungan organisasi.
3) Krakteristik Pekerja, merupakan factor yang paling berpengaruh terhadap
efektivitas. Didalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan,
akantetapi kesadaran individu terhadap perbedaan itu sangat penting dalam
tujuan pencapaian tujuan organisasi. Jadi apabila suatu organisasi
menginginkan keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat
mengintegrasikan tujuan individu dengan tujuan organisasi
4) Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen, ada strategi mekanisme
kerja yang dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang ada didalam
organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat tercapai. Kebijakan dan
peraktek manajemen merupakan alat bagi pimpinan untuk mengarahkan
setiap kegunaan guna mencapai tujuan organisasi.
5) Hal di atas berpengaruh terhadap efektivitas organisasi, karena faktor
tersebut menyangkut para pekerja yang cenderung lebih terikat pada
organisasi dan merasa lebih puas jika mereka mempunyai kesempatan
mendapat tanggung jawab yang lebih besar dan mengandung lebih banyak
variasi jika pereturan dan ketentuan yang ada dibatasi seminimal mungkin.

Metodologi Penelitian

Penelitian tentang Efektivitas Program Peningkatan Kapasitas Aparatur


Pemerintah Desa oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Subang
merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang
mendalam, suatu data yang mengandung makna atau data yang sebenarnya, penelitian
kualitatif tidak begitusaja mencari kebenaran, tetapi pada pemahaman terhadap apa
yang diteliti. Menurut whitney 1960 dalam Nazir (2011: 54) Metode deskriptif adalah
pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat, secara harafiah metode deskriptif
adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian,

133
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka Nazir
(2011: 55). Menurut Creswell dalam Satori dan Komariah (2010: 24) bahwa penelitian
kualitatif adalah suatu proses inquiry tentang pemahaman berdasar pada tradisi-tradisi
metodologis terpisah, jelas pemeriksaan bahwa menjelajah suatu masalah social atau
manusia. Peneliti membangun suatu kompleks, gambaran, holistic, meneliti kata-kata,
laporan-laporan, memerinci pandangan-pandangan, dari penutur asli, dan melakukan
studi di suatu pengaturan yang alami

Hasil dan Pembahasan

Gambaran Umum Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa merupakan pecahan dari Badan
Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana dimana sebelumnya mengelola
tiga urusan besar yaitu urusan pemberdayaan masyarakat, urusan keluarga berencana
dan urusan pemberdayaan perempuan, sekarang lebih fokus pada satu urusan yaitu
urusan wajib non pelayanan dasar urusan pemberdayaan masyarakat dan desa dengan
konsekuensi jika dulu pengelolaan pemerintahan desa ada pada bagian pemerintahan
sekretariat daerah sekarang menjadi bagian urusan pada Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa.

Tugas Pokok
Dinas mempunyai tugas pokok membantu Bupati melaksanakan urusan
pemerintahan dibidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa yang menjadi
kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Pemerintah
Kabupaten.
Faktor yang sangat penting dalam upaya meningkatkan segala aktivitas
organisasi adalah adanya manusia sebagai pegawai, karena tanpa adanya pegawai
maka organisasi tersebut tidak akan berjalan bahkan tidak akan ada. Hal ini disebabkan
karena terbentuknya suatu organisasi sebagai wadah untuk berfikir dari pada manusia.
Disamping itu pula faktor pegawai dalam suatu organisasi sangat fundamental
terhadap proses pencapaian tujuan organisasi tersebut. Dapat dikatakan juga
keberhasilan suatu organisasi atau berhasil tidaknya suatu organisasi tergantung pada
bagaimana caranya pegawai itu sendiri mengelolanya. Kenyataanya seringmenunjukan
bahwa sering terjadi suatu organisasi mengalami satu kehancuran sebagai akibat dari
kesalahan dari pegawainya dalam mengelola dan melaksanakan tugas yang telah
dibebankan kepadanya. Sebaliknya disisi lain sering pula terjadi suatu organisasi
bekembang dengan baik hal itupun akibat dari adadanya para pegawai yang benar-
benar menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab, hal itu tentunya
dilihat dari sejumlah aktivitas para pegawai itu sendiri dalam mengelola organisasi.
Demikian juga dengan organisasi Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Subang, pegawai merupakan alat penting dalam rangka melaksanakan
tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan

134
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

Desa Kabupaten Subang untuk dapat melaksanakan tugas yang menjadi beban dan
tanggung jawabnya sehingga pelaksanaan tugas sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai sebelumnya.

Efektivitas Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa Oleh Dinas


Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Subang
Efektivitas merupakan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat
tercapai atau sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan. Untuk itu Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Subang dituntut untuk menunjukan
konsistensinya, sehingga Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dibutuhkan
ditengah-tengah masyarakat. Untuk menjalankan efektivitas program Peningkatan
Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dengan efektif, maka harus disertai atau
didukung oleh sumberdaya manusia yang terampil dibidangnya serta sarana dan
prasarana yang memadai.
Selain itu efektivitas dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan individu
atau organisasi dan berikut ini pengukuran efektivitas Program Peningkatan Kapasitas
Aparatur Pemerintah Desa yang dikaitkan dengan indikator efektivitas menurut
Gibson (2002 : 32) kemudian dibuktikan dengan hasil wawancara dengan organisasi
Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Subang, Kemudian Desa
berdasarkan letak Geografis antara lain, Desa Cipancar Kecamatan Serangpanjang Desa
ini dipilih karena mewakili Desa di wilayah pegunungan, Desa Compreng Kecamatan
Compreng Desa ini dipilih karena mewakili wiayah pertanian, serta Desa Rancadaka
Kecamatan Pusakanagara Desa ini dipilih karena mewakili Desa di wilayah pesisir.
Berikut ini indikator pengukuran efektivitas menurut teori Gibson ((2002 : 32).

Produksi
Produksi merupakan kriteria efektivitas yang mengacu pada ukuran keluaran
utuma dari organisasi. Ukuran dari produksi mencakup tentang dokumen yang di
proses, rekaman yang dilayani, dan sebagainya. Ukuran tersebut memiliki hubungan
secara langsung dengan masyarakat pengguna layanan dan organisasi yang
bersangkutan.
Berkaitan dengan produksi program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah
desa oleh dinas pemberdayaan masyarakat dan desa kabupaten subang peneliti
berpendapat bahwa dari segi output yang dihasilkan belum sesuai dengan apa yang
diharapkan masih banyaknya kendala. Dan berikut ini dibuktikan dengan kutipan
wawancara dengan Dadan Dwiyana, A.P., M.Si. sebagai kepala bidang pemerintahan
desa dan kelurahan pada tanggal 25 oktober 2019 pada pukul 09.00 WIB mengatakan :
“dari segi hasil pembinaan meskipun program peningkatan kapasitas aparatur
pemerintah desa telah dilaksanakan akibat kebijakan politik kepala desa baru
yang terpilih seringkali merombak aparatur desa yang sudah lama dengan yang
baru membuat hasil pelatihan yang telah dilakukan kembali menjadi 0 lagi”

135
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

Masih berkaitan dengan wawancara diatas berikut wawancara dengan, Mita


S.AN selaku kasi tata pemerintahan desa dan kelurahan yang diwawancarai pada
tanggal 25 oktober 2019 pada puku 10.00 WIB mengatakan:
“kita sudah mengantisipasi hal itu dengan sebelum pelaksanaan pilkades
melaksanakan bimbingan teknis terhadap calon kepala desa agar dalam
pelaksanaan di mana seseorang calon terpilih sebagai kepala desa jangan sampai
merubah system tatan yang ada tapi faktanya memang tidak bisa tak kala ada
yang menghambat pada kinerja dia maka akan di geser posisinya itulah nah itu
mangkanya sering dirubah aparatur desa dan akhirnya staf yamg baru belum
tau sitem kerja dan yang lama karena sakit hati posisinya di geser dokumen
dokumen juga dihilangkan”

Dari hasil wawancara tersebut diatas, bahwa dinas pemberdayaan masyarakat


dan desa dengan program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa sudah
berusaha mengantisipasi hal tersebut dengan cara bimbingan teknis terhadap calon
kepala desa sebelum diadakanya pemilihan kepala desa. Tidak bisa dipungkiri
walaupun sudah dilaksanakanya bimbingan teknis pada calon kepala desa namun
kenyataanya tetap saja kepala desa tidak sertamerta mengikuti apa yang sudah
diarahkan, seharusnya ada peraturan yang tegas yang mengatur pergantian aparatur
pemerintah desa bukan hanya himbauan agar kepala desa yang terpilih bisa lebih bijak
dan lebih hati-hati dalam mengganti aparatur pemerintah desanya
Akibat dari aparatur pemerintah desa yang berganti-ganti tersebut ini
mempengaruhi output atau hasil binaan yang telah dilakukan oleh program
peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa. Hal tersebut membuat hasil
pembinaan menjadi 0 dikarnakan setelah dilakukanya pembinaan kepada aparatur
pemerintah desa, lalu aparatur pemerintah desa yang sudah dibina diganti dengan
aparatur pemerintah desa yang baru yang belum terlatih.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan perwakilan desa yang ada di
kabupaten subang, berikut adalah kutipan wawancara dengan pak rana selaku sekdes
desa compreng yang diwawancarai pada tanggal 30 oktober 2019 pada pukul 11.00 WIB
mengatakan bahwa:
“sudah semuanya mengikuti program peningkatan kapasitas aparatur desa, dan
sudah sedkit sedikit kualitas aparatur desa meningkat, memang benar
hambatanya adalah setiap setelah pilkades lalu kepala desa yang baru terpilih
merombak perangkat desanya pernah dari dispendes mengajukan kenapa kok
setiap pergantian kepala desa perangkat desa di ganti lagi kalau bisa di tetapkan
jangan sampai diganti karana kalau sampai diganti hasil dari pembinaan
kembali menjadi 0 lagi”

Selanjutnya wawancara dengan bapak rahmat Selaku sekdes desa cipancar


kabupaten subang yang diwawancarai pada tanggal 31 oktober 2019 pada pukul 10.00
WIB mengatakan :

136
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

“aparatur desa sudah mengikuti progrgram peningkatan kapasitas aparatur


pemerintah desa tetapi belum seluruhnya mengikuti baru sebagian saja, program
ini dapat meningatkan kemampuan aparatur desa program ini sangat
membantu, kualitas nya belum seuai dengan apa yang diharapkan karena ada
beberapa hambata salah satu nya dari keampuan dasar aparatur nya sendiri ada
yang cepat mengikuti dan ada beberapa yang aga lambat mengikuti lalu
hambatan lain seperti jika ada pegantian kepala desa kepala desa yang baru akan
merubah semua susunan perangkat desanya sehingga perangkat desa yang baru
belum cukup memadai kapasitasnya dan perlu waktu lagi untuk ditingkatkan
kapasitasnya”

Sejalan dengan kutipan wawancara diatas, berikut adalah kutipan wawancara


dengan Bapak sueb selaku kepala desa rancadaka kabupaten subang yang
diwawancarai pada tanggal 4 november 2019 pada pukul 10.00 WIB mengatakan :
“kalau itu kebijakan politik saya sebagai kepala dea karena saya dipilih oleh
masyarakat langsung suka tidak suka dukungan atas dukungan dari aparatur
pemerintah desa juga sama memang sebelum pilkades kita sebagai calon sudah
dihimbau sebelumnya untuk tidak mengganti aparatur yag sudah ada tapi
bagaimana jika ada yang menghambat pada kinerja saya yam au tidak mau saya
ganti dengan yang baru yang lebih bisa bejerja sama dengan saya”

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa desa tersebut di atas bahwa


memang benar jika kepala desa yang baru terpilih akan mengganti atau merombak
aparatur pemerinah desa yang sudah ada sebelumnya diganti dengan yang baru hal ini
dipengaruhi oleh proses politik pada saat pemilihan kepala desa berlangsung, yang di
mana jika aparatur pemerintah desa yang lama tidak mendukung kepala desa yang
baru pada saat pemilihan berlangsung dan akan mempengaruhi pada kinerja kepala
desa tersebut maka kepala desa yang baru akan mengganti aparatur desa tersebut
dengan yang baru.
Dari Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan berkaitan
dengan produksi mengenai kualitas dan hasil output dari program peningkatan
kapasitas aparatur pemerintah desa, belum berjalan efektif dkarenakan adanya
beberapa permasalahan yang telah di ungkapkan, hasil dari program peningkatan
kapasitas aparatur pemerintah desa belum sesuai dengan apa yang di harapkan.

Efisiensi
Efisiensi adalah sebagai perbandingan keluaran terhadap pemasukan. Kriteria
jangka pendek ini memusatkan perhatian pada seluruh siklus input-proses-output,
dengan menekankan pada elemen input dan proses. Ukuran efisiensi harus dinyatakan
perbandingan output atau waktu.
Berkaitan dengan efisiensi program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah
desa peneliti berpendapat bahwa dari segi efisiensi anggaran belum berjalan dengan
baik masih terdapat beberapa kendala. Dan berikut ini dibuktikan dengan kutipan

137
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

wawancara dengan Dadan Dwiyana, A.P., M.Si. kepala bidang pemerintahan


desa/kelurahan yang diwawancarai pada tanggal 25 oktober 2019 pada pukul 09.00
WIB mengatakan :
“mengenai anggaran sudah di upyakan seoptomal mungkin penyerapanya
tetapi di lapangan faktanya masih belum bisa terserap 100%, hal itu dikarenakan
beberapa faktor mungkin salah satunya seperti lemahnya kordinasi antara
perencanaan dan pelaksanaan anggaran hal itu berpotensi membuat serapan
anggaran menjadi rendah, seperti contohnya untuk pelatihan dan pembinaan
ternyata tidak di alokasikan anggaran untuk perjalanan.
Sejalan dengan kutipan wawancara di atas, berikut adalah kutipan wawancara
dengan Mita S.AN selaku kasi tata pemerintahan desa/kelurahan yang diwawancarai
pada tanggal 25 oktober 2019 pada pukul 10.00 WIB mengatakan :
“Anggaran dalam program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa
sudah realisasikan tetapi belum optimal realisasinya. Anggaran yang tidak
terserap karena itu kan dibawah pagu yang karna efisiensi penawaran harga
memang belum 100 persen karna faktor belanja, penawaran, dan faktor nego
karna kalo ketika contohnya sewa tempat adanya penawaran lalu makan dan
minum kita juga ada harga penawaran maka dari itu antara anggaran dan
realisasi tidak persis”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas bahwa untuk efisiensi anggran
program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa sudah di usahakan agar
terserap maksimal tetapi masih ada berbagai faktor yang mempengaruhi membuat
penyerapan anggaran belum maksimal yang salah satunya faktor lemahnya kordinasi
antara perencanaan dan pelaksanaan, belanja, penawaran, dan faktor nego hal tersebut
membuat anggaran yang ada tidak dapat mencukupi untuk menjalankan seluruh
kegiatan yang ada didalam program dikarena anggaran yang ada belum terserap
maksimal.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan berkaitan dengan efisiensi
antara anggaran dan realisasinya penyerapan anggaran belum terserap secara optimal
dapat dikatakan belum efisien dikarenakan berbagai faktor yang sudah di sebutkan
tadi sehingga akan berdapak langsung terhadap aparatur pemerintah desa karena
program nya menjadi tersendat.

Kepuasan
kepuasan merupakan ukuran untuk menunjukan tingkat dimana organisasi
dapat memenuhi kebutuhan karyawanya.
Berkaitan dengan kepuasan yaitu dilihat dari sarana dan prasarana pendukung
peneliti berpendapat bahwa sarana dan prasarana sudah ada dan lengkap sarana dan
prasarana yang dimaksudkan yaitu seperti gedung aula untuk pelaksanaan program
berikut fasilitas yang ada didalamnya, dan kendaraan untuk transportasi. Berikut ini
adalah kutipan wawancara dengan Dadan Dwiyana, A.P., M.Si. sebagai kepala bidang
pemerintahan desa dan kelurahan pada tanggal 25 oktober 2019 pada pukul 09.00 WIB
mengatakan :

138
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

“Sarana dan prasarana di dinas sudah memadai seperti kendaraan sudah ada
aula sudah ada audio sudah ada internet ada fasilitas multimedia sudah ada
modul dipersiapkan dan narasumber juga kita persiapkan dengan pihak-pihak
terkait”
Selanjutnya kutipan wawancara dengan wawancara dengan Mita S.AN selaku
kasi tata pemerintahan desa/kelurahan yang diwawancarai pada tanggal 25 oktober
2019 pada pukul 10.00 WIB mengatakan :
“kalau sarana dan prasara yang belum ada untuk aplikasi modem dan server
belum ada maka sulit untuk menggunakan aplikasi sehingga masih manual”
Dari hasil wawancara tersebut di atas, dapat diketahui bahwa sarana dan
prasaran pendukung dalam program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa
sudah ada seperti kendaraan, aula, audio, internet, fasilitas multimedia, modul dan
narasumber sudah di sediakan oleh dinas pemberdayaan masyarakat dan desa
kabupaten subang.
Dengan sudah terlengkapi nya semua sarana dan prasarana pendukung untuk
berjalanya program maka dari segi kepuasan yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana sudah terpenuhi.
Berikut ini merupakan hasil wawancara penulis dengan perwakilan desa yang
ada di kabupaten subang, berikut adalah kutipan wawancara dengan pak rana selaku
sekdes desa compreng yang diwawancarai pada tanggal 30 oktober 2019 pada pukul
11.00 WIB mengatakan bahwa:
“untuk fasilitas di desa sih sudah ada seperti gedung aula sudah ada tetapi kami
msih berharap bisa lebih bagus dan lebih baik lagi dari apa yang sudah ada lebih
bisa di perbaiki lagi”

selanjutnya kutipan wawancara dengan bapak rahmat Selaku sekdes desa


cipancar kabupaten subang yang diwawancarai pada tanggal 31 oktober 2019 pada
pukul 10.00 WIB mengatakan :
“untuk sarana dan prasarana di desa sudah lengkap seperti gedung serbaguna
tetapi untuk fasilitas pendukunya masih masih perlu untuk di perbarui dan
diperbagus lagi seperti ruanganya yang kurang bagus masih perlu untuk
ditingkatkan lagi untuk kedepanya”

Sejalan dengan kutipan wawancara diatas, berikut adalah kutipan wawancara


dengan Bapak sueb selaku kepala desa rancadaka kabupaten subang yang
diwawancarai pada tanggal 4 november 2019 pada pukul 10.00 WIB mengatakan :
“sarana dan prasarana disini sudah ada seperti gedung aula untuk pelaksanaan
kegiatan beserta alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan namun
masih jauh dari kata bagus masih perlu ditingkatan lagi untuk kedepanya”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas bahwa dapat disimpulkan sarana
dan peasarana yang ada di desa sudah terpenuhi. dari apa yang dipaparkan diatas dari
beberapa desa tersebut sarana dan prasarana pendukung untuk program peningkatan
kapasitas aparatur pemerintah desa sudah mencukupi.

139
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan berkaitan dengan kepuasan


mengenai sarana dan prasarana untuk pendukung berjalanya program sudah
terpenuhu walaupun bagunan masih perlu ditngkatkan lagi dan di perbagus lagi tetapi
dengan bangunan dan fasilitas yang ada masih ckup untuk pendukung berjalanya
program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa.

Adaptasi
Adaptasi merupakan tingkat dimana organisasi dapat benar-benar tanggap
terhadap perubahan internal maupun eksternal.
Berkaitan dengan adaptasi yaitu dilihat dari kemampuan untuk tanggap dalam
menghadapi perubahan-perubahan peraturan undang-undang yang menjadi aspek
yang disosialisasikan. Berikut ini adalah kutipan wawancara dengan Dadan Dwiyana,
A.P., M.Si. sebagai kepala bidang pemerintahan desa dan kelurahan pada tanggal 25
oktober 2019 pada pukul 09.00 WIB mengatakan :
“aspek rujukan kita kan kalo ke desa peningkatan kapasitas tentang mengenai
update pehahaman peraturan perundang-undangan jadi ketika peraturan
perundang-undanganya berubah-ubah beda dengan pendidikan yang
mempunyai kurikulum bakuyang masa berlakunya relatif panjang artinya kita
pernah pengalaman tahun ini sosialisasi lalu setahun kemudian peraturanya
sudah diganti jadi hasil peningkatan nol lagi nol lagi”
Sesuai dengan kutipan wawancara diatas, berikut ini kutipan wawancara
dengan Mita S.AN selaku kasi tata pemerintahan desa/kelurahan yang diwawancarai
pada tanggal 25 oktober 2019 pada pukul 10.00 WIB mengatakan :
“biasanya peraturan dari pusat kemendes atau kemendagri turun ke sini lalu
nanti disampaikan ke desa tidak semuanya di rubah tapi ada ikhtisarnya yang
dirubah perubahanya tidak mendasar kalau peraturan pusat secara umum nanti
di atur lagi oleh peratran bupati nanti peraturan bupati yang dirujuk desa
mengikuti peraturan bupati yang menginduk kepada peraturan pusat misalkan
peraturan ADD itu di aturnya di daerah yang menginduk peraturan ke pusat
perubahan itu biasanya terjadi tiap tahun sebelum pelaksanaan kecuali kalau
tidak ada aturan baru mengikuti aturan yang lama”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas bahwa walaupun peraturan
perundang-undang berganti dengan jangka waktu yang relatif cepat petugas pelaksana
program dapat cepat mengikuti dan cepat mengsosialisasikanya ke desa, sehingga desa
dapat terus mengetahui peraturan perundang-undangan yang baru.
Berikut ini hasil wawancara penulis dengan perwakilan desa yang ada di
kabupaten subang, berikut ini adalah kutipan wawancara dengan pak rana selaku
sekdes desa compreng yang diwawancarai pada tanggal 30 oktober 2019 pada pukul
11.00 WIB mengatakan bahwa:
“cepat kalo di sini biasanya begitu peraturan perundang-undangan keluar
tentang tata kelola desa sebelum pelaksanaan program yang ada di desa lansung
ada dari dinas yang mengsosialisasikan tentang tata kelola nya begitupun
dengan dengan peaturan yang lain ada sosialisasinya”

140
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

Selanjutnya adalah kutipan wawancara dengan bapak rahmat Selaku sekdes


desa cipancar kabupaten subang yang diwawancarai pada tanggal 31 oktober 2019
pada pukul 10.00 WIB mengatakan :
“untuk sosialisasi peraturan perundang-undangan tentang tata kelola desa
biasanya ada sosialisasi kesini dari dinas sebelum pelaksanaan program yang
ada di desa biasanya dinas mengsosialisasikanya terlebih dahulu sebeum
pelaksanaanya biasanya dilakukan setiap satu tahun sekali jika ada perubahan
peraturan perundang-undangan”

Sejalan dengan kutipan wawancara di atan, berikut adalah kutipan wawancara


dengan Bapak sueb selaku kepala desa rancadaka kabupaten subang yang
diwawancarai pada tanggal 4 november 2019 pada pukul 10.00 WIB mengatakan :
“sosialisasi tentang peraturan yang baru sering dilakukan oleh dinas biasanya
setelah peraturan perundang-undangan turun dari pusat langsung di
sosialisasikan oleh dinas ke desa sebelum pelaksanaan program yang ada di
sini”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas bahwa para petugas pelaksana
program sudah cepat mengsosialisasikan peraturan perundang-undangan yang baru
dikeluarkan oleh pemeritah.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan berkaitan dengan adaptasi
mengenai kemampuan untuk tanggap dalam menghadapi perubahan-perubahan
peraturan undang-undang yang menjadi aspek yang disosialisasikan pemerintah
seharusnya dapat menetapkan peraturan yang sifatnya jangka panjang.

Perkembangan
Perkembangan merupakan mengukur kemampuan organisasi untuk
meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan lingkungan. Suatu organisasi
harus melakukan berbagai upaya memperbesar kesempatan untuk kelangsungan
hidup jangka panjang.
Berkaitan dengan perkembangan yaitu cara mempertahankan dan
mengembangankan program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa oleh
dinas pemberdayaan masyarakat dan desa kabupaten subang berikut ini adalah
kutipan wawancara dengan Dadan Dwiyana, A.P., M.Si. sebagai kepala bidang
pemerintahan desa dan kelurahan pada tanggal 25 oktober 2019 pada pukul 09.00 WIB
mengatakan :
“kami harus bekerja sama dengan semua pihak seperti pemerintah, tenaga
pengajar, petugas pelaksana, lingkungan di desa dan aparatur pemerintah desa
harus bersama-sama untuk bisa mempertahankan bahkan mengembangkan
karena sangat sulit untuk terus untuk terus mengembangkanya apabila semua
lapisan/pihak tidak ikut serta mendukung dan menyukseskan program ini”

141
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

Sejalan dengan kutipan wawancara diatas berikut ini kutipan wawancara


dengan Mita S.AN selaku kasi tata pemerintahan desa/kelurahan yang diwawancarai
pada tanggal 25 oktober 2019 pada pukul 10.00 WIB mengatakan :
“selama kita bekerjasama dengan semua pihak dalam mengembangkan program
peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa, kita yakin mampu untuk terus
mengembangkanya agar pelaksanaan program ini terus berjalan efektif”
Berdasarkan hasil wawancara tersebut di atas bahwa program peningkatan
kapasitas aparatur pemerintah desa dapat berkembang dan terus terus berjalan efektif
apabila semua pihak yang terkait dalam program tersebut dapat bekerja sama dan terus
mendukung berjalanya program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa.
Selanjutnya wawancara penulis dengan perwakilan desa yang ada dikabupaten
subang, berikut ini adalah kutipan wawancara dengan pak rana selaku sekdes desa
compreng yang diwawancarai pada tanggal 30 oktober 2019 pada pukul 11.00 WIB
mengatakan bahwa:
“dari waktu ke waktu dengan adanya program ini kemampuan kapasitas
aparatur pemerintah desa terus meningkat kemampuanya mungkin dengan
proses ini yang terus dilakukan kemampuan aparatur desa akan sesuai dengan
apa yang diharapkan”

Sejalan dengan wawancara di atas, berikut adalah kutpan wawancara dengan


bapak rahmat Selaku sekdes desa cipancar kabupaten subang yang diwawancarai pada
tanggal 31 oktober 2019 pada pukul 10.00 WIB mengatakan :
“kemampuan aparatur pemerintah desa terus meningkat sejalan dengan proses
pembinaan yang terus dilakukan aparatur pemerintah desa terus meningkat
kualitasnya dari waktu ke waktu”
Sejalan dengan kutipan wawancara di atan, berikut adalah kutipan wawancara
dengan Bapak sueb selaku kepala desa rancadaka kabupaten subang yang
diwawancarai pada tanggal 4 november 2019 pada pukul 10.00 WIB mengatakan :
“seiring dilakukanya pembinaan dan pelatihan terhadap aparatur pemerintah
desa tidak secara langsung aparatur desa bisa meningkat kapasitasnya perlu
adanya proses pelatihan yang terus dilaksanakan jika terus dilaksanakan pasti
aparatur pemerintah desa meningkat kapasitasnya”

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan berkaitan dengan


perkembangan mengenai cara untuk mempertahankan dan mengembangkan dinas
pemberdayaan masyarakat dan desa kabupaten subang harus bisa bekerja sama dengan
semua pihak yang terkait dalam program ini yaitu pemerintah, tenaga pengajar,
petugas pelaksana program, desa, dan aparatur pemerintah desa apabila semuanya
dapat bekerjasama dalam menyukseskan pelaksanaan program/kegiatan tersebut
mampu meningkatkan kapasitas aparatur pemerintah desa agar pembangunan di desa
terus meningkat serta pelayanan yang optimal dapat dilakukan. Dengan adanya
pelaksanaan program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa manfaat yang

142
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

dirasakan oleh desa/kelurahan membantu aparatur pemerintah desa dan desa dalam
meningkatkan kualitasnya.

Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan beberapa informan dan observasi
peneliti, maka pada sub bab ini akan dibahas mengenai hasil wawancara dilapangan
yang kemuduan dikaitkan dengan teori yang dikaji pada bab 2 sebelumnya. Dalam
penelitian ini teori yang digunakan adalah ukuran efektivitas menurut pendapat
Gibson (2002: 32) ada 5 indikator ukuran efektivitas yaitu produksi, efisiensi, kepuasan,
adaptasi, dan perkembangan.

Pembahasan Pada Dimensi Produksi


Menurut Gibson produksi menggambarkan kemampuan organisasi untuk
memproduksi jumlah dan mutu output yang sesuai dengan permintaan lingkungan.
Ukuran tentang produksi meliputi laba, penjualan, bagian pasar, mahasiswa yang
lulus, pasien yang sembuh, pelanggan yang dilayani dan sebagainya. Ukuran ini
berhubungan secara langsung dengan output yang dihasilkan oleh organisasi. Dari
hasil penelitian dilapangan tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Gibson
tersebut, hal ini dibuktikan dengan belum seluruhnya aparatur pemerintah desa sudah
mengikuti pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan dalam program ini
dikarenakan aparatur desa yang bergant-ganti setiap kepala desa yang baru terpilih.
Pembahasan Dimensi Efisiensi
Menurut Gibson perbandingan keluaran terhadap masukan. Kriteria jangka
pendek ini memusatkan perhatian pada seluruh siklus input-proses-output, dengan
menekankan pada elemen input dan proses. Ukuran efisiensi harus dinyatakan
perbandingan output atau waktu. Dari hasil penelitian di lapangan tidak sejalan
dengan teori yang dikemukakan oleh Gibson tersebut, hal ini dibuktikan dengan rasio
angaran dengan realisasi anggaran belum sepenuhnya terserap sehingga sehingga akan
berdapak langsung terhadap aparatur pemerintah desa karena program nya menjadi
tersendat
Pembahasan Dimensi Kepuasan
Menurut Gibson ukuran untuk menunjukan tingkat dimana organisasi dapat
memenuhi kebutuan masyarakat atau karyawanya. Dari hasil penelitian dilapangan
sejalan dengan teori yang dikemukakan Gibson tersebut, hal ini dibuktikan dengan
semua sarana dan prasarana sudah ada hanya beberapa fasilitas pendukung nya saja
lebih bisa ditingkatkan.
Pembahasan Dimensi Adaptasi
Menurut Gibson tingkat dimana organisasi dapat dan benar-benar tanggap
terhadap perubahan internal dan eksternal. Dari hasil penelitian dilapangan sejalan
dengan dengan teori yang dikemukakan oleh Gibson tersebut, hal ini dibuktikan
dengan program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa dapat
mengsosialisasikanya dengan cepat walauput peraturam perundang-undangan dari

143
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

pemerintah tentang tata kelola desa terus berganti-ganti dengan jangka waktu yang
relatif cepat.
Pembahasan pada dimensi perkembangan
Menurut Gibson mengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkan
kapasitanya dalam menghadapi tuntutan lingkungan. Suatu organisasi harus
melakukan berbagai upaya memperbesar kesempatan untuk kelangsunga hidup jangka
panjang. Dari hasil penelitian di lapangan sejalan dengan teori yang dikemukakan
Gibson tersebut, hal ini dibuktikan dengan selama semua pihak bekerjasama dalam
menjalankan program atau kegiatan tersebut hal ini dapat mampu meningkatkan,
mempertahankan, dan mengembangkanya, dalam proses pelatihan dan pembinaan
aparatur pemerintah desa agar dapat terus membangun desanya menjai lebih unggul
dan dapat meningkatkan pelayan di desa yang optimal. Dengan adanya pelaksanaan
program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa manfaat yang dirasakan oleh
desa membantu aparatur pemerintah desa untuk terus meningkatkan kualitas dan
kapasitasnya dalam membangun desa dan pelayanan desa.
Berdasarkan hasil hasil pembahasan dari 5 dimensi efektivitas menurut Gibson.
Pada dimensi Produksi dari penelitian di lapangan belum berjalan dengan baik hal ini
dibuktikan dengan belum seluruhnya aparatur pemerintah desa di sudah mengikuti
pembinaan dan pelatihan yang dilaksanakan dalam program ini dikarenakan aparatur
desa yang bergant-ganti setiap kepala desa yang baru terpilih. Kemudian pada dimensi
Efisiensi dari hasil penelitian di lapangan belum berjalan dengan baik hal ini
dibuktikan dengan rasio angaran dengan realisasi anggaran belum sepenuhnya
terserap sehingga angaaran yang ada bellum mencukupi untuk pelaksanaan program.
Kemudian pada dimensi Kepuasan dari hasil penelitian dilapangan sudah berjalan
dengan baik hal ini dibuktikan dengan sejalan dengan teori yang dikemukakan Gibson
tersebut, hal ini dibuktikan dengan semua sarana dan prasarana pendukung untuk
berjalanya program sudah ada hanya beberapa fasilitas pendukung nya saja lebih bisa
ditingkatkan. Kemudian pada dimensi Adaptasi dari hasil penelitian dilapangan sudah
berjalan dengan baik ini dibuktikan dengan program peningkatan kapasitas aparatur
pemerintah desa dapat mengsosialisasikanya dengan cepat walaupun peraturam
perundang-undangan dari pemerintah tentang tata kelola desa terus berganti-ganti
dengan jangka waktu yang relatif cepat. Dan dimensi yang terakhir yaitu dimensi
perkembangan, dari hasil penelitian dilapangan sejalan selama semua pihak
bekerjasama dalam menjalankan program atau kegiatan tersebut hal ini dapat mampu
meningkatkan, mempertahankan, dan mengembangkanya, dalam proses pelatiha dan
pembinaan aparatur pemerintah desa agar dapat terus membangun desanya menjai
lebih unggul dan dapat meningkatkan pelayan di desa yang optimal. Dengan adanya
pelaksanaan program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa manfaat yang
dirasakan oleh desa membantu aparatur pemerintah desa untuk terus meningkatkan
kualitas dan kapasitasnya dalam membangun desa dan pelayanan desa.
Berdasarkan ke lima dimensi efektivitas menurut Gibson diatas, peneliti
menemukan 2 dimensi yang belum sejalan dengan teori yang dikemukaka oleh Gibson
yaitu pada dimensi 1) Produksi, 2) Efisiensi, dan yang sudah sesuai denga teori

144
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

efektivitas yang dikemukakan oleh Gibson yaitu pada dimensi 1) Kepuasan 2) Adaptasi
3) Perkembangan. Efektivitas Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah
Desa oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Subang belum
sepenuhnya mengarah pada teori Efektifitas Gibson (2002: 32). Hal itu dibuktikan
dengan belum seluruhnya aparatur pemerintah desa sudah mengikuti pembinaan dan
pelatihan yang dilaksanakan dalam program ini dikarenakan aparatur desa yang
bergant-ganti setiap kepala desa yang baru terpilih. Rasio angaran dengan realisasi
anggaran belum sepenuhnya terserap sehingga angaaran yang ada bellum mencukupi
untuk pelaksanaan program.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya mengenai Efektivitas Program Peningkatan Kapasitas Aparatur
pemerintah Desa oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Subang,
peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan teori Gibson agar dapat
memberikan penilaian terhadap Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah
Desa maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Produktivitas
Pada dimensi produktivitas dalam pelaksanaan program peningkatan kapasitas
aparatur prmerintah desa sudah berjalan hanya saja belum baik dan belum
sepenuhnya berhasil mencapai tujuan, karena dalam tahapan pelaksanaan program
peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa masih terdapat adanya kendala,
dan hasil belum sesuai dengan apa yang diharapkan sehingga program
peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa belum efektif.
2. Efisiensi
Pada dimensi Efisiensi dalam program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah
desa sudah berjalan hanya saja belum baik dan belum sepenuhnya mencapai
tujuan, karena dalam pelaksaaan program peningkatan kapasitas aparatur
pemerintah desa masih terdapat adanya kendala, dan efisiensi anggaran belum
optimal sehingga sehingga pelaksanaan program peningkatan kapasitas aparatur
pemerintah desa belum efektif.
3. Kepuasan
Pada dimensi kepuasan mengenai sarana dan prasarana yang digunakan dalam
program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa sudah tersedia semua
hanya saja beberapa fasilitas pendukungnya perlu ditingkatkan dan diperbaharui.
4. Adaptasi
Pada dimensi adaptasi dalam pelaksanaan program peningkatan kapasitas aparatur
pemerintah desa sudah bisa cepat menyesuaikan dalam menghadipi peraturan
perundang-undangan yang menjadi aspek untuk disosialisasikan tentang tata
kelola desa yang berubah dalam jangka waktu yang cepat.
5. Perkembangan

145
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

Dalam dimensi perkembangan dinas pemberdayaan masyarakat dan desa


kabupaten subang yakin apabila semua lapisan desa ikut serta mendukung dapat
bekerja sama untuk terus mengembangkan serta mensukseskan program ini.

Referensi

Adisasmita Rahardjo. 2006. Pembangunan Pedesaan dan Perkantoran. Yogyakarta: Graha


Ilmu
Charles O. Jones. 1996. Pengantar Kebijakan Publik. Jakarta, PT Raja Grafindo Persada.
dalam ejurnal Ramandita Shalfiah. 2013. Peran Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (PKK) dalam mendukung Program-Program Pemerintah kota Bontang. ISSN
2338-3615. 978. Vol. 3. Hal. 975-984.
Georgopoulos dan Tennenbaum. 2005. Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga
Gibson, James, 2002. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Gunung Agung.
Hadayaningrat Soewarno. 2006. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Jakarta: Gunung Agung
Hasanah Budi, Sururi Ahmad. 2018. Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa dan
Masyarakat Melalui Pelatihan Administrasi Pemerintahan di Desa Sukamenak Kecamatan
Cikeusal Kabupaten Serang. Jurnal Pengabdian Masyarakat. e-ISSN 2599-0012.
Researchgate.net. 23 November 2018
Haw Widjaja, 2004, Otonomi Desa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Moleong, Lexy. 2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosada
Karya.
Miles dan Huberman 1994. Qualitative Data Analysis. Diterjemahkan Tjetjep Rohendi,
Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Martani dan Lubis. 2007. Teori Organisasi: Perspektif makro. Pusat Antar Universitas –
Universitas Indonesia.
Nazir, 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Pasolong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta.
Satori dan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, CV
Steers, Richard M. 2003. Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Sutarto. 2007. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sutrisno,Edy. 2011. Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Siagian, Sondang P. 2008. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara

146
Volume 1 Issue 2, Desember 2019
https://ejournal.unsub.ac.id/index.php/publik

Siagian, Sondang P. 2006. Filsafat Administrasi. Jakarta: CV . Haji Mas Agung.


Sugiyono, 2015. Metode Penelitian dan Pembangunan. Bandung: Alfabeta, CV
Suyanto Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:
Prenada Media.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana
Indonesia
The Liang Gie. 2002. Ensiklopedia Administrasi. Jakarta: PT.Gunung Agung.
Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ulum, Ihyaul. 2009. Manajemen teori. Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Wina Sanjaya. 2002. Metodelogi Penelitian Pendidikan: Bandung: San Grafika

147

Anda mungkin juga menyukai