Bab Iii Data Kasus
Bab Iii Data Kasus
DATA KASUS
19
20
2) Riwayat Natal
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa klien
lahir pada usia kandungan 9 bulan dengan proses persalinan normal
dengan induksi atau dipacu dikarenakan air ketuban pecah terlebih
dahulu. Klien lahir dengan berat badan 1,98 kg dengan kondisi
umum bayi normal dan langsung menangis.
3) Riwayat Postnatal
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa klien
pernah mengalami sakit demam saat usia 2 tahun, dan sakit influenza
saat usia 4 tahun. Klien pernah menjalani rawat inap di RSUD
Salatiga selama 7 hari karena sesak nafas dan tersedak saat usia klien
4 tahun. Klien mampu duduk pada usia 2 tahun 5 bulan, mampu
berdiri pada usia 2 tahun 8 bulan, dan mampu berjalan pada usia 2
tahun 8 bulan. Hingga sekarang klien belum mampu makan sendiri,
memakai baju sendiri dan keterampilan BAK dan BAB di kamar
mandi/toilet training. Klien mampu mengujarkan satu kata seperti:
mak, mama, papa, dan maem pada usia 2 tahun 6 bulan. Klien
mampu mengujarkan dua kata seperti: mak maem, mimik susu pada
saat klien berusia 4 tahun. Klien mampu mengujarkan tiga kata
seperti: "Adek oti maem" pada saat klien berusia 4 tahun. Klien
mampu mengujarkan pertanyaan sederhana seperti: "Mama apa ini?"
pada saat klien berusia 5 tahun.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa klien pernah
melakukan tes psikologi di RSUD Salatiga pada tanggal 3 Januari
2017 diperoleh informasi bahwa IQ klien 67.
c. Riwayat sosial, ekonomi, dan keluarga
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh informasi
bahwa klien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Klien berasal
dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi menengah keatas.
Sosialisasi klien dengan lingkungannya cukup baik. Klien masih sedikit
malu-malu dengan orang yang baru dia kenal dan cukup kooperatif
dengan orang yang sudah dia kenal. Keluarga klien terkesan peduli
21
gerakan normal, tidak terdapat gerakan posterior, uvula normal, dan tidak
terdapat nasalitas.
B. Analisis Data
Klien berinisial An.YAS yang berjenis kelamin perempuan. Klien lahir pada
tanggal 1 Desember 2010 sehingga saat ini klien sudah berusia 7 tahun 3 bulan.
Klien tinggal bersama kedua orang tuanya di Jl.Goa Permai No.26, Ds.Tegalrejo,
Kec.Argomulyo, Kab.Salatiga, Jawa Tengah. Klien beragama islam. Bahasa
yang digunakan klien dalam berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa indonesia.
Riwayat prenatal diketahui bahwa ibu mengandung diusia 43 tahun. Selama
kehamilan ibu tidak pernah mengalami sakit, kecelakaan atau mengonsumsi
obat-obatan tanpa resep dokter. Hal ini sesuai dengan pendapat Lumbantobing
(1997) yang menyatakan bahwa faktor usia ibu saat melahirkan anak kurang dari
16 tahun dan lebih dari 40 tahun, perempuan hamil yang mengkonsumsi
minuman alkohol (fetal alcohol syndrome) dapat menyebabkan retardasi mental.
Riwayat natal diketahui bahwa klien lahir pada usia kandungan ibu 9 bulan.
Klien dilahirkan dengan proses persalinan normal dengan bantuan induksi atau
dipacu karena air ketuban sudah pecah terlebih dahulu. Klien lahir dengan berat
badan 1,98 kg dengan kondisi umum bayi normal dan langsung menangis. Hal
ini sesuai dengan pendapat Marammis (2005) yang menyatakan bahwa faktor
natal yang dapat menyebabkan retardasi mental yaitu prematuritas yang
berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badan kurang dari
2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa klien pernah
mengalami sakit demam saat usia 2 tahun, dan sakit influenza saat usia 4 tahun.
Klien pernah menjalani rawat inap di RSUD Salatiga selama 7 hari karena sesak
nafas dan tersedak saat usia klien 4 tahun. Berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa klien mengalami keterlambatan dalam
motorik seperti duduk, merangkak, berdiri, serta jalan. Klien juga mengalami
keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Klien pernah melakukan tes
psikologi di RSUD Salatiga pada tanggal 3 Januari 2017 diperoleh informasi
bahwa IQ klien 67. Hal ini sesuai dengan pengertian Retardasi Mental menurut
25
Berdasarkan hasil tes artikulasi tingkat kata yang telah dilakukan diperoleh
informasi bahwa terjadi kesalahan produksi fonem berupa subtitusi pada bunyi
plosive berupa fonem /k-/, /-k-/, /g-/, dan /-g-/, omisi pada bunyi glide berupa
fonem /w-/, dan bunyi nasal berupa fonem /-ng-/ serta distorsi pada bunyi liquid
berupa fonem /r-/, bunyi fricative berupa fonem /-s/, /-h-/, /v-/, /-f-/ dan pada
bunyi plosive berupa fonem /p-/. Hal ini sesuai dengan pendapat Van Riper
(1984) bahwa salah satu tanda pada Educable Mental Retardation dengan IQ
50-75 yaitu mengalami omisi atau subtitusi pada bunyi plosive dan pada bunyi
fricative, distorsi pada /r/ dan /l/.
Berdasarkan hasil pemeriksaan oral facial diperoleh bahwa Range of motion
pada saat menggerakkan lidah keatas kurang.
1. Diagnosis
Berdasarkan hasil assessment dan analisis data yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa klien didiagnosis mengalami gangguan bahasa dan
bicara karena Retardasi Mental. Adapun gejala yang dimiliki klien meliputi:
IQ klien 67, kemampuan bahasa reseptif klien rata-rata, kemampuan bahasa
ekspresif klien rendah, klien mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat
dan bercerita, dan klien mengalami subtitusi, omisi dan distorsi beberapa
fonem.
2. Prognosis
Berdasarkan aset dan limitasi yang dimiliki klien dapat ditentukan bahwa
prognosis klien baik. Hal ini dapat dilihat dari aset yang dimiliki klien yaitu
keluarga klien yang sangat mendukung, klien kooperatif, selalu datang pagi,
usia klien masih 7 tahun 3 bulan, IQ klien 67, klien sudah mendapatkan
pendidikan TK kelas B, adanya semangat serta kemauan klien untuk belajar.
Sedangkan limitasi yang dimiliki klien yaitu: konsentrasi klien terkadang
mudah teralih, dan intensitas pertemuan untuk intervensi hanya 2 kali dalam
seminggu.
C. Perencanaan Terapi
1. Tujuan Jangka Panjang
a. Agar klien mampu menceritakan kategori preposisi secara mandiri
selama 1 tahun.
27
b. Agar klien mampu membuat kalimat aktif dan pasif selama 1 tahun
c. Agar klien mampu memproduksi fonem /k/ awal pada tingkat kalimat
selama 1 tahun.
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan memahami kategori
preposisi dengan tingkat keakuratan 80% selama 3 sesi berturut-turut.
b. Agar klien mampu menyusun kalimat dengan pola S-P-O dgn tingkat
keakuratan 80% selama 3 sesi berturut-turut
c. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan produksi fonem /k/ awal
pada tingkat kata dengan tingkat keakuratan 80% selama 3 sesi berturut-
turut.
3. Materi Terapi
a. Latihan meningkatkan kemampuan memahami kategori preposisi
sebanyak 5 kartu meliputi diatas, dibawah, didepan, di belakang dan di
samping.
b. Latihan menyusun kalimat dengan pola S-P-O sebanyak 5 kalimat,
meliputi:
1) Bapak membaca koran.
2) Bulek minum jus.
3) Kakak makan nasi.
4) Ibu mencuci tangan.
5) Budhe duduk dikursi.
c. Latihan meningkatkan kemampuan produksi fonem /k/ awal tingkat kata
sebanyak 5 meliputi: kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado.
4. Metode Terapi
a. Metode Modelling
1) Sumber Metode
Metode ini diambil dari buku Language Disorder: A Functional
Approach To Assessment And Intervention Fourth Edition karya
Robet E. Owens. USA: Parson Education.
28
2) Dasar Pemikiran
Metode ini merupakan terapi berbahasa dengan pendekatan
linguistik yang sederhana. Terapis menyediakan dirinya untuk
menjadi model berbahasa, sehingga klien akan memperoleh
beberapa aspek bahasa dari perilaku fasilitator bahasa atau terapis
(Owens, Robert E. 2004).
3) Tujuan Metode
Metode ini bertujuan agar klien memperoleh beberapa aspek
bahasa dari perilaku fasilitator bahasa atau terapis dan
menggunakannya dalam konteks yang sama (Owens, Robert E.
2004).
4) Langkah-langkah Metode
Langkah-langkah dalam melakukan metode Modelling adalah
sebagai berikut:
a) Praktikan berperan menyediakan dirinya menjadi model dengan
mengucapkan rangkaian kata-kata dan kalimat sederhana.
b) Praktikan bicara tentang apa yang dilakukan dan dipusatkan pada
klien.
c) Klien diminta untuk merespon dalam cara yang mirip dengan
model.
d) Apabila klien belum mampu merespon maka praktikan akan
memberikan prompt sebagai koreksi.
e) Klien juga dapat merespon dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang praktikan sudah memiliki jawabannya.
b. Metode Expansions
1) Sumber Metode
Metode ini diambil dari buku Language Disorder: A Functional
Approach To Assessment And Intervention Fourth Edition karya
Robet E. Owens. USA: Parson Education.
29
2) Dasar Pemikiran
Metode ini dikembangkan untuk memperluas ujaran klien, terapis
mengambil apa yang di katakan klien dan menambahkan tata bahasa
yang benar sehingga menjadi kalimat yang lebih variatif dan benar.
3) Tujuan Metode
Metode ini bertujuan untuk meningkatkan probabilitas sehingga
dengan spontan klien akan meniru setidaknya bagian dari perluasan
terapis dan agar klien dapat membuat kalimat yang lebih variatif dan
benar. Menurut Saxton (2005), metode ini juga dikaitkan dengan
perkembangan tata bahasa untuk stuktur bahasa yang lebih variatif
dan benar.
4) Langkah-langkah Metode
Langkah-langkah dalam melakukan metode Expansions, adalah
sebagai berikut:
a) Praktikan memperlihatkan kartu kepada klien.
b) Praktikan memberikan stimulus.
c) Klien diminta menjawab stimulus yang diberikan oleh praktikan.
d) Praktikan memberikan contoh kepada klien dalam menyusun
kalimat.
e) Praktikan meminta klien untuk menyusun dengan sendiri.
f) Apabila klien mampu menyusun praktikan akan memberikan
reward.
c. Metode Phonetic Placment
1) Sumber Metode
Metode ini diambil dari buku Clinical Management of
Articulatory and Phonologic Disorders (1987) karya dari Curtis E.
Weiss, Mary E. Gordon dan Herold S. Lillywhite.
2) Dasar Pemikiran
Metode artikulasi Phonetic Placement dikembangkan oleh
Scripture (1923) dan Jackson (1927), dalam buku Clinical
Management of Articulatory and phonologic Disorders (1987).
Menurut Scripture (1923), bahwa untuk dapat menggerakkan alat
30
5. Alat Terapi
Alat terapi yang digunakan dalam setiap pelaksanaan kegiatan terapi
antara lain:
a. Meja, kursi, botol minum, buku, dan topi digunakan untuk melatih
kemampuan memahami kategori preposisi.
b. Kartu kategori kata kerja (makan, minum, duduk, mencuci tangan, dan
membaca) digunakan untuk menyusun kalimat dengan pola S-P-O.
c. Kartu bergambar dengan awalan huruf /k/ (kaki, kuku, kursi, kuda, kado),
digunakan untuk melatih kemampuan produksi /k/ awal.
d. Tangue spatel dan gloves digunakan untuk memanipulasi organ
artikulator pada saat melatih produksi /k/ awal.
e. Puzzle digunakan sebagai reward.
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sabil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
3. Pertemuan ketiga (akan dilaksanakan pada tanggal 3 April 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun
kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
klien berdo’a bersama sebelum terapi dimulai. Praktikan mengambil
peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu kategori preposisi (diatas,
dibawah, didepan, dibelakang dan disamping). Kemudian praktikan
memberikan stimulus dengan memperagakan materi menggunakan
miniatur pakaian yang di pusatkan pada klien. Diharapkan klien mampu
memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai instruksi.
Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan akan
memberikan reward berupa tepuk tangan atau mengucapkan kata “pintar”.
Namun apabila klien belum mampu memahami maka praktikan akan
memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Selanjutnya untuk aktivitas menyusun kalimat sesuai dengan S-P-
O praktikan mengambil materi berupa kartu kategori kata kerja (makan,
35
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sabil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.