Anda di halaman 1dari 30

BAB III

DATA KASUS

A. Hasil Pengumpulan Data


1. Identitas Klien
Klien berinisial An.YAS dengan jenis kelamin perempuan. Klien lahir
pada tanggal 1 Desember 2010 sehingga saat ini klien sudah berusia 7 tahun
3 bulan. Klien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah klien
berinisial Tn.ST yang berusia 52 tahun dan ibu klien berinisial Ny.H yang
berusia 51 tahun. Klien memiliki seorang kakak perempuan yang berinsial
Nn.HA yang kini sudah berusia 23 tahun. Ayah klien bekerja sebagai dosen
dan ibu klien bekerja sebagai PNS. Klien tinggal bersama kedua orang
tuanya di Jl.Goa Permai No.26 RT.06/RW.09, Ds.Tegalrejo, Kec.Argomulyo,
Kab.Salatiga, Jawa Tengah. Klien beragama islam. Bahasa yang digunakan
klien dalam berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa indonesia.
2. Data yang berhubungan dengan faktor penyebab
a. Riwayat kondisi sekarang
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa saat ini
klien sudah mampu memahami perintah sederhana (ambil, lempar, duduk,
dan masukkan), sedangkan dalam perintah yang lebih komplek klien
masih kesulitan dalam memahami. Dalam berkomunikasi klien sudah
mampu mengujarkan satu kata terkadang dua kata bahkan tiga kata
dengan kosa kata yang familiar namun susunannya masih rancu. Bicara
klien masih kurang jelas dalam memproduksi fonem-fonem tertentu.
b. Riwayat kondisi dahulu
1) Riwayat Prenatal
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa ibu
mengandung diusia 43 tahun. Selama kehamilan ibu selalu rutin
memeriksakan kandungannya ke dokter keluarga dan diperoleh hasil
bahwa kandungannya baik-baik saja. Selama kehamilan ibu tidak
pernah mengalami sakit, kecelakaan atau mengonsumsi obat-obatan
tanpa resep dokter.

19
20

2) Riwayat Natal
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa klien
lahir pada usia kandungan 9 bulan dengan proses persalinan normal
dengan induksi atau dipacu dikarenakan air ketuban pecah terlebih
dahulu. Klien lahir dengan berat badan 1,98 kg dengan kondisi
umum bayi normal dan langsung menangis.
3) Riwayat Postnatal
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa klien
pernah mengalami sakit demam saat usia 2 tahun, dan sakit influenza
saat usia 4 tahun. Klien pernah menjalani rawat inap di RSUD
Salatiga selama 7 hari karena sesak nafas dan tersedak saat usia klien
4 tahun. Klien mampu duduk pada usia 2 tahun 5 bulan, mampu
berdiri pada usia 2 tahun 8 bulan, dan mampu berjalan pada usia 2
tahun 8 bulan. Hingga sekarang klien belum mampu makan sendiri,
memakai baju sendiri dan keterampilan BAK dan BAB di kamar
mandi/toilet training. Klien mampu mengujarkan satu kata seperti:
mak, mama, papa, dan maem pada usia 2 tahun 6 bulan. Klien
mampu mengujarkan dua kata seperti: mak maem, mimik susu pada
saat klien berusia 4 tahun. Klien mampu mengujarkan tiga kata
seperti: "Adek oti maem" pada saat klien berusia 4 tahun. Klien
mampu mengujarkan pertanyaan sederhana seperti: "Mama apa ini?"
pada saat klien berusia 5 tahun.
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa klien pernah
melakukan tes psikologi di RSUD Salatiga pada tanggal 3 Januari
2017 diperoleh informasi bahwa IQ klien 67.
c. Riwayat sosial, ekonomi, dan keluarga
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh informasi
bahwa klien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Klien berasal
dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi menengah keatas.
Sosialisasi klien dengan lingkungannya cukup baik. Klien masih sedikit
malu-malu dengan orang yang baru dia kenal dan cukup kooperatif
dengan orang yang sudah dia kenal. Keluarga klien terkesan peduli
21

dengan masalah yang dihadapi klien dan mendukung penuh terhadap


proses terapi yang dijalani klien.
3. Data yang berhubungan dengan sindroma/gejala Bahasa, Wicara, Suara,
Irama Kelancaran Dan Menelan
a. Kemampuan Bahasa
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh
informasi bahwa klien sudah mampu memahami konsep perintah
sederhana (masukkan, duduk, ambil, lempar), tetapi dalam perintah yang
lebih komplek klien masih mengalami kesulitan, klien sudah mampu
mengujarkan dua kata/frase hingga tiga kata bahkan bercerita dengan
kata-kata yang familiar akan tetapi susunannya masih rancu.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diperoleh
informasi bahwa klien sudah mampu menjawab pertanyaan sederhana
(ini siapa? Sedang apa? Udah makan belum?). Klien sudah mampu
memahami dan menamai kategori anggota tubuh (pipi, rambut, mata,
tangan, kaki, telinga, mulut), kategori binatang (sapi, kuda, ayam,
kambing, gajah, ular,bebek,cicak dan harimau), kategori buah (pisang,
apel, semangka, anggur, mangga, jeruk, pir, manggis, dan papaya),
kategori benda disekitar (meja, kursi, buku, botol, jam, tv, tas, dan
almari), kategori alat makan (piring, gelas, sendok, garpu, mangkuk),
kategori pakaian (baju, celana, topi, sepatu, dan jilbab), kategori warna
(merah, kuning, hijau, biru, pink hitam dan putih) dan kategori kata kerja
(memasak, minum, makan, menyapu, menyiram, melompat, tidur, duduk,
membaca, mandi, mencuci, dan mengepel). Klien belum dapat
memahami kategori preposisi (diatas, dibawah, disamping, didepan,
dibelakang, dan diantara), dan tempat umum (masjid, rumah sakit,
seekolah, terminal, stasiun).
Berdasarkan hasil tes menggunakan Receptive One-Word Pitcure
Vocabulary Test diketahui raw score 50, language age 5-8, standard
score 77, percentile 6, stanine 2 dan hasilnya Average atau di rata-rata
jadi pemahaman klien cukup baik, dan berdasarkan tes Expressive One-
Word Pitcure Vocabulary Test diketahui raw score 41, language age 3-
22

11, language standard score -55, percentile 0, stanine 0, dan hasilnya


Low atau rendah.
b. Kemampuan Wicara
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diperoleh
informasi bahwa pada aspek respirasi klien terkesan normal yaitu
inhalasi melalui nasofaring dan exhalasi melalui orofaring, pada aspek
fonasi diperoleh klien mampu berfonasi selama 7 detik, pada aspek
prosodi diperoleh bahwa bicara klien terkesan normal atau tidak
monoton, dan pada aspek resonansi diperoleh bicara klien terkesan
normal klien tidak mengalami hipernasal atau hiponasal.
Berdasarkan hasil tes artikulasi tingkat kata yang telah dilakukan
diperoleh informasi bahwa terdapat kesalahan produksi fonem berupa
subtitusi pada fonem /k-/, /-k-/, /g-/, /-g-/, omisi pada fonem /w-/, /-ng-/
serta distorsi pada fonem /r-/, /-s/, /-h-/, /p-/, /v-/, dan /-f-/.
c. Kemampuan Suara
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diperoleh
informasi bahwa pada aspek nada klien terkesan normal, pada aspek
kualitas suara klien terkesan normal, dan pada aspek kenyaringan suara
klien terkesan normal.
d. Kemampuan Irama Kelancaran
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diperoleh
informasi bahwa klien tidak mengalami permasalahan yang berhubungan
dengan irama kelancaran. Klien tidak mengalami baik pengulangan
(repetition), perpanjangan (prolongation) dan penghentian (blocking).
e. Kemampuan Menelan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan
diperoleh informasi bahwa klien tidak mengalami permasalahan yang
berhubungan dengan kemampuan menelan baik mengunyah, menghisap,
menelan dan drooling.
f. Kemampuan Oral Motor
Berdasarkan hasil pemariksaan oral facial diperoleh informasi
bahwa pada evaluasi wajah kesimetrisan normal, tidak terdapat gerakan
23

abnormal, dan tidak menggunakan pernapasan mulut. Pada evaluasi


rahang dan gigi diperoleh bahwa pada saat membuka dan menutup mulut
Range of motion normal, kesimetrisan normal, Movement normal, tidak
terdapat TMJ noise. Pada observasi gigi dperoleh bahwa hubungan gigi
geraham normal, hubungan gigi seri normal, gigi semua ada, susunan
gigi normal, dan kebersihan tergolong bersih. Pada evaluasi bibir pada
saat klien memonyongkan bibir diperoleh bahwa Range of motion
normal, kesimetrisan normal, dan kekuatan melawan tangue spatel
normal. Pada saat klien tersenyum diperoleh bahwa Range of motion
normal, dan kesimetrisan normal. Pada evaluasi lidah diperoleh bahwa
warna lidah klien normal,tidak terdapat gerakan abnormal, ukuran lidah
normal, dan frenum normal. Pada saat klien mengeluarkan lidah
diperoleh bahwa kesimetrisan normal, Range of motion normal,
kecepatan normal, dan kekuatan melawan tangue spatel normal. Pada
saat klien menarik kembali lidah diperoleh bahwa kesimetrisan normal,
Range of motion normal, kecepatan normal, dan kekuatan melawan
tangue spatel normal. Pada saat menggerakan lidah kekanan diperoleh
bahwa Range of motion normal, dan kekuatan melawan tangue spatel
normal. Pada saat menggerakan lidah kekiri diperoleh bahwa Range of
motion normal, dan kekuatan melawan tangue spatel normal. Pada saat
menggerakan lidah kebawah diperoleh bahwa gerakan normal, dan
Range of motion normal. Pada saat menggerakan lidah keatas diperoleh
bahwa gerakan normal, dan Range of motion kurang. Pada saat klien
menggerakan lidah kesamping kanan-kiri bergantian diperoleh bahwa
pergerakan lidah klien normal, dan Range of motion normal. Selanjudnya
pada evaluasi faring diperoleh bahwa warna faring klien normal, dan
tonsil klien normal. Pada evaluasi langit-langit keras dan langit-langit
lunak diperoleh bahwa warna langit-langit normal, terdapat rugae, tinggi
langit-langit normal, lebar langit-langit normal, tidak terdapat growths
dan fistula, kesimetrisan saat istirahat normal, dan gag reflex normal.
Pada saat klien melakukan fonasi /a/ diperoleh bahwa kesimetrisan
24

gerakan normal, tidak terdapat gerakan posterior, uvula normal, dan tidak
terdapat nasalitas.

B. Analisis Data
Klien berinisial An.YAS yang berjenis kelamin perempuan. Klien lahir pada
tanggal 1 Desember 2010 sehingga saat ini klien sudah berusia 7 tahun 3 bulan.
Klien tinggal bersama kedua orang tuanya di Jl.Goa Permai No.26, Ds.Tegalrejo,
Kec.Argomulyo, Kab.Salatiga, Jawa Tengah. Klien beragama islam. Bahasa
yang digunakan klien dalam berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa indonesia.
Riwayat prenatal diketahui bahwa ibu mengandung diusia 43 tahun. Selama
kehamilan ibu tidak pernah mengalami sakit, kecelakaan atau mengonsumsi
obat-obatan tanpa resep dokter. Hal ini sesuai dengan pendapat Lumbantobing
(1997) yang menyatakan bahwa faktor usia ibu saat melahirkan anak kurang dari
16 tahun dan lebih dari 40 tahun, perempuan hamil yang mengkonsumsi
minuman alkohol (fetal alcohol syndrome) dapat menyebabkan retardasi mental.
Riwayat natal diketahui bahwa klien lahir pada usia kandungan ibu 9 bulan.
Klien dilahirkan dengan proses persalinan normal dengan bantuan induksi atau
dipacu karena air ketuban sudah pecah terlebih dahulu. Klien lahir dengan berat
badan 1,98 kg dengan kondisi umum bayi normal dan langsung menangis. Hal
ini sesuai dengan pendapat Marammis (2005) yang menyatakan bahwa faktor
natal yang dapat menyebabkan retardasi mental yaitu prematuritas yang
berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badan kurang dari
2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa klien pernah
mengalami sakit demam saat usia 2 tahun, dan sakit influenza saat usia 4 tahun.
Klien pernah menjalani rawat inap di RSUD Salatiga selama 7 hari karena sesak
nafas dan tersedak saat usia klien 4 tahun. Berdasarkan hasil wawancara yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa klien mengalami keterlambatan dalam
motorik seperti duduk, merangkak, berdiri, serta jalan. Klien juga mengalami
keterlambatan dalam perkembangan bahasa. Klien pernah melakukan tes
psikologi di RSUD Salatiga pada tanggal 3 Januari 2017 diperoleh informasi
bahwa IQ klien 67. Hal ini sesuai dengan pengertian Retardasi Mental menurut
25

Diagnostic Statical Manual of Mental Disorder dalam Safitri (2013), Retardasi


Mental merupakan gangguan yang ditandai oleh fungsi intelektual yang secara
signifikan di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih rendah) yang bermula
sebelum usia 18 tahun disertai penurunan fungsi adaptif. Menurut The ICD-10
Classification of Mental and Behavioural Disorders, WHO, Geneva tahun 1994
dalam Sularyo (2000), anak dengan IQ 67 digolongkan Mild Retardation
(retardasi mental ringan) dengan karakteristik IQ 50-69 Anak mengalami
gangguan berbahasa tetapi masih mampu menguasainya untuk keperluan bicara
sehari-hari dan untuk wawancara klinik. Umumnya mereka juga mampu
mengurus diri sendiri secara independen (makan, mencuci, memakai baju,
mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun tingkat
perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama
biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah
dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan
sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata
timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami
gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh
anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan diperoleh informasi
bahwa klien mengalami kesulitan dalam memahami perintah yang lebih
komplek. Klien sudah mampu mengujarkan satu kata terkadang dua kata bahkan
3 kata dengan kosa kata yang familiar namun susunannya masih rancu.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan diperoleh bahwa klien belum
dapat memahami kategori preposisi dan tempat umum. Berdasarkan hasil tes
menggunakan Receptive One-Word Pitcure Vocabulary Test dan Expressive
One-Word Pitcure Vocabulary Test yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan
bahwa kemampuan bahasa reseptif dan ekspresif yang dimiliki klien saat ini
tidak sesuai dengan usia perkembangannya dan mengalami keterlambatan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Vaughn, Bos & Schumm (2000) dalam Ishartiwi
(2010), salah satu cirri utama anak retardasi mental adalah hambatan dalam
beberapa perilaku adaptif seperti berkomunikasi.
26

Berdasarkan hasil tes artikulasi tingkat kata yang telah dilakukan diperoleh
informasi bahwa terjadi kesalahan produksi fonem berupa subtitusi pada bunyi
plosive berupa fonem /k-/, /-k-/, /g-/, dan /-g-/, omisi pada bunyi glide berupa
fonem /w-/, dan bunyi nasal berupa fonem /-ng-/ serta distorsi pada bunyi liquid
berupa fonem /r-/, bunyi fricative berupa fonem /-s/, /-h-/, /v-/, /-f-/ dan pada
bunyi plosive berupa fonem /p-/. Hal ini sesuai dengan pendapat Van Riper
(1984) bahwa salah satu tanda pada Educable Mental Retardation dengan IQ
50-75 yaitu mengalami omisi atau subtitusi pada bunyi plosive dan pada bunyi
fricative, distorsi pada /r/ dan /l/.
Berdasarkan hasil pemeriksaan oral facial diperoleh bahwa Range of motion
pada saat menggerakkan lidah keatas kurang.
1. Diagnosis
Berdasarkan hasil assessment dan analisis data yang telah dilakukan
dapat disimpulkan bahwa klien didiagnosis mengalami gangguan bahasa dan
bicara karena Retardasi Mental. Adapun gejala yang dimiliki klien meliputi:
IQ klien 67, kemampuan bahasa reseptif klien rata-rata, kemampuan bahasa
ekspresif klien rendah, klien mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat
dan bercerita, dan klien mengalami subtitusi, omisi dan distorsi beberapa
fonem.
2. Prognosis
Berdasarkan aset dan limitasi yang dimiliki klien dapat ditentukan bahwa
prognosis klien baik. Hal ini dapat dilihat dari aset yang dimiliki klien yaitu
keluarga klien yang sangat mendukung, klien kooperatif, selalu datang pagi,
usia klien masih 7 tahun 3 bulan, IQ klien 67, klien sudah mendapatkan
pendidikan TK kelas B, adanya semangat serta kemauan klien untuk belajar.
Sedangkan limitasi yang dimiliki klien yaitu: konsentrasi klien terkadang
mudah teralih, dan intensitas pertemuan untuk intervensi hanya 2 kali dalam
seminggu.

C. Perencanaan Terapi
1. Tujuan Jangka Panjang
a. Agar klien mampu menceritakan kategori preposisi secara mandiri
selama 1 tahun.
27

b. Agar klien mampu membuat kalimat aktif dan pasif selama 1 tahun
c. Agar klien mampu memproduksi fonem /k/ awal pada tingkat kalimat
selama 1 tahun.
2. Tujuan Jangka Pendek
a. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan memahami kategori
preposisi dengan tingkat keakuratan 80% selama 3 sesi berturut-turut.
b. Agar klien mampu menyusun kalimat dengan pola S-P-O dgn tingkat
keakuratan 80% selama 3 sesi berturut-turut
c. Agar klien mampu meningkatkan kemampuan produksi fonem /k/ awal
pada tingkat kata dengan tingkat keakuratan 80% selama 3 sesi berturut-
turut.
3. Materi Terapi
a. Latihan meningkatkan kemampuan memahami kategori preposisi
sebanyak 5 kartu meliputi diatas, dibawah, didepan, di belakang dan di
samping.
b. Latihan menyusun kalimat dengan pola S-P-O sebanyak 5 kalimat,
meliputi:
1) Bapak membaca koran.
2) Bulek minum jus.
3) Kakak makan nasi.
4) Ibu mencuci tangan.
5) Budhe duduk dikursi.
c. Latihan meningkatkan kemampuan produksi fonem /k/ awal tingkat kata
sebanyak 5 meliputi: kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado.
4. Metode Terapi
a. Metode Modelling
1) Sumber Metode
Metode ini diambil dari buku Language Disorder: A Functional
Approach To Assessment And Intervention Fourth Edition karya
Robet E. Owens. USA: Parson Education.
28

2) Dasar Pemikiran
Metode ini merupakan terapi berbahasa dengan pendekatan
linguistik yang sederhana. Terapis menyediakan dirinya untuk
menjadi model berbahasa, sehingga klien akan memperoleh
beberapa aspek bahasa dari perilaku fasilitator bahasa atau terapis
(Owens, Robert E. 2004).
3) Tujuan Metode
Metode ini bertujuan agar klien memperoleh beberapa aspek
bahasa dari perilaku fasilitator bahasa atau terapis dan
menggunakannya dalam konteks yang sama (Owens, Robert E.
2004).
4) Langkah-langkah Metode
Langkah-langkah dalam melakukan metode Modelling adalah
sebagai berikut:
a) Praktikan berperan menyediakan dirinya menjadi model dengan
mengucapkan rangkaian kata-kata dan kalimat sederhana.
b) Praktikan bicara tentang apa yang dilakukan dan dipusatkan pada
klien.
c) Klien diminta untuk merespon dalam cara yang mirip dengan
model.
d) Apabila klien belum mampu merespon maka praktikan akan
memberikan prompt sebagai koreksi.
e) Klien juga dapat merespon dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang praktikan sudah memiliki jawabannya.
b. Metode Expansions
1) Sumber Metode
Metode ini diambil dari buku Language Disorder: A Functional
Approach To Assessment And Intervention Fourth Edition karya
Robet E. Owens. USA: Parson Education.
29

2) Dasar Pemikiran
Metode ini dikembangkan untuk memperluas ujaran klien, terapis
mengambil apa yang di katakan klien dan menambahkan tata bahasa
yang benar sehingga menjadi kalimat yang lebih variatif dan benar.
3) Tujuan Metode
Metode ini bertujuan untuk meningkatkan probabilitas sehingga
dengan spontan klien akan meniru setidaknya bagian dari perluasan
terapis dan agar klien dapat membuat kalimat yang lebih variatif dan
benar. Menurut Saxton (2005), metode ini juga dikaitkan dengan
perkembangan tata bahasa untuk stuktur bahasa yang lebih variatif
dan benar.
4) Langkah-langkah Metode
Langkah-langkah dalam melakukan metode Expansions, adalah
sebagai berikut:
a) Praktikan memperlihatkan kartu kepada klien.
b) Praktikan memberikan stimulus.
c) Klien diminta menjawab stimulus yang diberikan oleh praktikan.
d) Praktikan memberikan contoh kepada klien dalam menyusun
kalimat.
e) Praktikan meminta klien untuk menyusun dengan sendiri.
f) Apabila klien mampu menyusun praktikan akan memberikan
reward.
c. Metode Phonetic Placment
1) Sumber Metode
Metode ini diambil dari buku Clinical Management of
Articulatory and Phonologic Disorders (1987) karya dari Curtis E.
Weiss, Mary E. Gordon dan Herold S. Lillywhite.
2) Dasar Pemikiran
Metode artikulasi Phonetic Placement dikembangkan oleh
Scripture (1923) dan Jackson (1927), dalam buku Clinical
Management of Articulatory and phonologic Disorders (1987).
Menurut Scripture (1923), bahwa untuk dapat menggerakkan alat
30

wicara secara benar seseorang harus merasakan gerakan-gerakan dan


mendengarkan bunyi sewaktu memproduksi. Seseorang yang
mempunyai penyimpangan artikulasi harus mengembangkan dan
mengendalikan gerakan-gerakan kemampuan menempatkan organ
artikulasi tersebut pada posisi yang benar. Pasien harus mendapatkan
pengawasan yang baik. Pasien juga harus menyelesaikan dan
mengatur susunan artikulasi serta mengendalikan gerakan-
gerakannya. Secara spesifik terdapat satu pendapat dari metode ini
menurut Power (1975) bahwa tiap bunyi selalu diproduksi dengan
cara yang sama dan dengan pendekatan yang sama.
3) Tujuan Metode
Tujuan metode Phonetic Placement ialah memperbaiki bunyi-
bunyi artikulasi. Dimulai dengan memproduksi bunyi secara satuan
selanjutnya dikembangkan menjadi suku kata, kata, kalimat dan
persiapan untuk dialog (Somers & Kane, 1974, KPHA, Dispraksia,
2002).
4) Langkah-langkah Metode
Van Riper (1978) memaparkan bahwa ketika menggunakan
metode Phonetic Placement, seorang klien harus memahami posisi
lidah, bibir, dan rahang sebelum mencoba. Ketika memproduksi
dengan benar suara harus segera diperkuat dengan cara diulang
berkali-kali tanpa ada gangguan.
Langkah-langkah dalam melakukan metode Phonetic Placement,
adalah sebagai berikut:
a) Praktikan meminta klien untuk mengucapkan kata yang sesuai
dengan gambar.
b) Praktikan memanipulasi organ artikulator menggunakan Tangue
spatel.
c) Praktikan memberikan instruksi dan petunjuk secara verbal.
d) Praktikan merasakan getaran laryngeal.
31

5. Alat Terapi
Alat terapi yang digunakan dalam setiap pelaksanaan kegiatan terapi
antara lain:
a. Meja, kursi, botol minum, buku, dan topi digunakan untuk melatih
kemampuan memahami kategori preposisi.
b. Kartu kategori kata kerja (makan, minum, duduk, mencuci tangan, dan
membaca) digunakan untuk menyusun kalimat dengan pola S-P-O.
c. Kartu bergambar dengan awalan huruf /k/ (kaki, kuku, kursi, kuda, kado),
digunakan untuk melatih kemampuan produksi /k/ awal.
d. Tangue spatel dan gloves digunakan untuk memanipulasi organ
artikulator pada saat melatih produksi /k/ awal.
e. Puzzle digunakan sebagai reward.

D. Rencana Pelaksanaan Terapi


Klien direncanakan akan melaksanakan kegiatan terapi selama 12 kali
pertemuan di ruang terapi wicara Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga. Terapi
akan dilakukan dua hingga tiga kali dalam satu minggu yakni pada hari Selasa,
Kamis dan Sabtu. Dengan durasi setiap pertemuan 30 menit.
1. Pertemuan pertama (akan dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun
kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
klien berdo’a bersama sebelum terapi dimulai. Praktikan mengambil
peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu kategori preposisi (diatas,
dibawah, didepan, dibelakang dan disamping). Kemudian praktikan
memberikan stimulus dengan memperagakan materi menggunakan
miniatur pakaian yang di pusatkan pada klien. Diharapkan klien mampu
memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai instruksi.
32

Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan akan


memberikan reward berupa tepuk tangan atau mengucapkan kata “pintar”.
Namun apabila klien belum mampu memahami maka praktikan akan
memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Selanjutnya untuk aktivitas menyusun kalimat sesuai dengan S-P-
O praktikan mengambil materi berupa kartu kategori kata kerja (makan,
minum, duduk, mencuci tangan, dan membaca). Kemudian praktikan
memberikan gambar satu-persatu dilanjudkan dengan memberikan stimulus
dengan menanyakan “Ini gambar siapa? Sedang apa? (sambil menunjuk
obyek) Dimana atau apa ini? Ayo sekarang kita susun.” Diharapkan agar
klien mampu menyusun kalimat dengan sendirinya. Apabila klien mampu
menyusun kalimat sesuai dengan instruksi praktikan maka praktikan akan
memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle untuk
dipasang. Apabila klien belum mampu merespon maka praktikan akan
memberikan prompt.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sambil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
33

2. Pertemuan kedua (akan dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2018)


Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun
kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
klien berdo’a sebelum terapi dimulai. Praktikan mengajak klien bermain
terlebih dahulu untuk menciptakan suasana nyaman. Praktikan mengambil
materi berupa kartu kategori kata kerja (makan, minum, duduk, mencuci
tangan, dan membaca). Kemudian praktikan memberikan gambar satu-
persatu dilanjudkan dengan memberikan stimulus dengan menanyakan “Ini
gambar siapa? Sedang apa? (sambil menunjuk obyek) Dimana atau apa ini?
Ayo sekarang kita susun.” Diharapkan agar klien mampu menyusun
kalimat dengan sendirinya. Apabila klien mampu menyusun kalimat sesuai
dengan instruksi praktikan maka praktikan akan memberikan reward
berupa tepuk tangan atau mengucapkan kata “pintar”. Apabila klien belum
mampu merespon maka praktikan akan memberikan prompt.
Selanjudnya untuk aktivitas memahami kategori preposisi.
Praktikan mengambil peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu
kategori preposisi (diatas, dibawah, didepan, dibelakang dan disamping).
Kemudian praktikan memberikan stimulus dengan memperagakan materi
menggunakan miniatur pakaian yang dipusatkan kepada klien. Diharapkan
klien mampu memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai
instruksi. Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan
akan memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle
untuk dipasang. Namun apabila klien belum mampu memahami maka
praktikan akan memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
34

satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sabil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
3. Pertemuan ketiga (akan dilaksanakan pada tanggal 3 April 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun
kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
klien berdo’a bersama sebelum terapi dimulai. Praktikan mengambil
peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu kategori preposisi (diatas,
dibawah, didepan, dibelakang dan disamping). Kemudian praktikan
memberikan stimulus dengan memperagakan materi menggunakan
miniatur pakaian yang di pusatkan pada klien. Diharapkan klien mampu
memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai instruksi.
Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan akan
memberikan reward berupa tepuk tangan atau mengucapkan kata “pintar”.
Namun apabila klien belum mampu memahami maka praktikan akan
memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Selanjutnya untuk aktivitas menyusun kalimat sesuai dengan S-P-
O praktikan mengambil materi berupa kartu kategori kata kerja (makan,
35

minum, duduk, mencuci tangan, dan membaca). Kemudian praktikan


memberikan gambar satu-persatu dilanjudkan dengan memberikan stimulus
dengan menanyakan “Ini gambar siapa? Sedang apa? (sambil menunjuk
obyek) Dimana atau apa ini? Ayo sekarang kita susun.” Diharapkan agar
klien mampu menyusun kalimat dengan sendirinya. Apabila klien mampu
menyusun kalimat sesuai dengan instruksi praktikan maka praktikan akan
memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle untuk
dipasang. Apabila klien belum mampu merespon maka praktikan akan
memberikan prompt.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sambil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
4. Pertemuan keempat (akan dilaksanakan pada tanggal 5 April 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun
kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
36

klien berdo’a sebelum terapi dimulai. Praktikan mengajak klien bermain


terlebih dahulu untuk menciptakan suasana nyaman. Praktikan mengambil
materi berupa kartu kategori kata kerja (makan, minum, duduk, mencuci
tangan, dan membaca). Kemudian praktikan memberikan gambar satu-
persatu dilanjudkan dengan memberikan stimulus dengan menanyakan “Ini
gambar siapa? Sedang apa? (sambil menunjuk obyek) Dimana atau apa ini?
Ayo sekarang kita susun.” Diharapkan agar klien mampu menyusun kalimat
dengan sendirinya. Apabila klien mampu menyusun kalimat sesuai dengan
instruksi praktikan maka praktikan akan memberikan reward berupa tepuk
tangan atau mengucapkan kata “pintar”. Apabila klien belum mampu
merespon maka praktikan akan memberikan prompt.
Selanjudnya untuk aktivitas memahami kategori preposisi.
Praktikan mengambil peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu
kategori preposisi (diatas, dibawah, didepan, dibelakang dan disamping).
Kemudian praktikan memberikan stimulus dengan memperagakan materi
menggunakan miniatur pakaian yang dipusatkan kepada klien. Diharapkan
klien mampu memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai
instruksi. Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan
akan memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle
untuk dipasang. Namun apabila klien belum mampu memahami maka
praktikan akan memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sabil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
37

mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan


menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan praktikan
lalu meninggalkan ruangan terapi.
5. Pertemuan kelima (akan dilaksanakan pada tanggal 10 April 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu
meningkatkan kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien
mampu menyusun kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu
meningkatkan kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang
keruangan, praktikan meminta klien untuk berjabat tangan dan
memberikan salam. Kemudian praktikan mengatur tempat duduk agar
klien merasa aman dan mengajak klien berdo’a bersama sebelum terapi
dimulai. Praktikan mengambil peralatan yang sesuai dengan materi terapi
yaitu kategori preposisi (diatas, dibawah, didepan, dibelakang dan
disamping). Kemudian praktikan memberikan stimulus dengan
memperagakan materi menggunakan miniatur pakaian yang di pusatkan
pada klien. Diharapkan klien mampu memahami seluruh materi yang
diberikan praktikan sesuai instruksi. Apabila klien mampu merespon
dengan benar maka praktikan akan memberikan reward berupa tepuk
tangan atau mengucapkan kata “pintar”. Namun apabila klien belum
mampu memahami maka praktikan akan memberikan prompt berupa
stimulus secara terus-menerus.
Selanjutnya untuk aktivitas menyusun kalimat sesuai dengan S-P-
O praktikan mengambil materi berupa kartu kategori kata kerja (makan,
minum, duduk, mencuci tangan, dan membaca). Kemudian praktikan
memberikan gambar satu-persatu dilanjudkan dengan memberikan
stimulus dengan menanyakan “Ini gambar siapa? Sedang apa? (sambil
menunjuk obyek) Dimana atau apa ini? Ayo sekarang kita susun.”
Diharapkan agar klien mampu menyusun kalimat dengan sendirinya.
Apabila klien mampu menyusun kalimat sesuai dengan instruksi praktikan
maka praktikan akan memberikan reward berupa tepuk tangan dan
38

memberikan puzzle untuk dipasang. Apabila klien belum mampu


merespon maka praktikan akan memberikan prompt.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan
salah satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai
sambil memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ
dengan tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
6. Pertemuan keenam (akan dilaksanakan pada tanggal 12 April 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun
kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
klien berdo’a sebelum terapi dimulai. Praktikan mengajak klien bermain
terlebih dahulu untuk menciptakan suasana nyaman. Praktikan mengambil
materi berupa kartu kategori kata kerja (makan, minum, duduk, mencuci
tangan, dan membaca). Kemudian praktikan memberikan gambar satu-
persatu dilanjudkan dengan memberikan stimulus dengan menanyakan “Ini
gambar siapa? Sedang apa? (sambil menunjuk obyek) Dimana atau apa ini?
Ayo sekarang kita susun.” Diharapkan agar klien mampu menyusun
39

kalimat dengan sendirinya. Apabila klien mampu menyusun kalimat sesuai


dengan instruksi praktikan maka praktikan akan memberikan reward
berupa tepuk tangan atau mengucapkan kata “pintar”. Apabila klien belum
mampu merespon maka praktikan akan memberikan prompt.
Selanjudnya untuk aktivitas memahami kategori preposisi.
Praktikan mengambil peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu
kategori preposisi (diatas, dibawah, didepan, dibelakang dan disamping).
Kemudian praktikan memberikan stimulus dengan memperagakan materi
menggunakan miniatur pakaian yang dipusatkan kepada klien. Diharapkan
klien mampu memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai
instruksi. Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan
akan memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle
untuk dipasang. Namun apabila klien belum mampu memahami maka
praktikan akan memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sabil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
7. Pertemuan ketujuh (akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
40

kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun


kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
klien berdo’a bersama sebelum terapi dimulai. Praktikan mengambil
peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu kategori preposisi (diatas,
dibawah, didepan, dibelakang dan disamping). Kemudian praktikan
memberikan stimulus dengan memperagakan materi menggunakan
miniatur pakaian yang di pusatkan pada klien. Diharapkan klien mampu
memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai instruksi.
Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan akan
memberikan reward berupa tepuk tangan atau mengucapkan kata “pintar”.
Namun apabila klien belum mampu memahami maka praktikan akan
memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Selanjutnya untuk aktivitas menyusun kalimat sesuai dengan S-P-
O praktikan mengambil materi berupa kartu kategori kata kerja (makan,
minum, duduk, mencuci tangan, dan membaca). Kemudian praktikan
memberikan gambar satu-persatu dilanjudkan dengan memberikan stimulus
dengan menanyakan “Ini gambar siapa? Sedang apa? (sambil menunjuk
obyek) Dimana atau apa ini? Ayo sekarang kita susun.” Diharapkan agar
klien mampu menyusun kalimat dengan sendirinya. Apabila klien mampu
menyusun kalimat sesuai dengan instruksi praktikan maka praktikan akan
memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle untuk
dipasang. Apabila klien belum mampu merespon maka praktikan akan
memberikan prompt.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sambil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
41

praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi


apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
8. Pertemuan kedelapan (akan dilaksanakan pada tanggal 19 April 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun
kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
klien berdo’a sebelum terapi dimulai. Praktikan mengajak klien bermain
terlebih dahulu untuk menciptakan suasana nyaman. Praktikan mengambil
materi berupa kartu kategori kata kerja (makan, minum, duduk, mencuci
tangan, dan membaca). Kemudian praktikan memberikan gambar satu-
persatu dilanjudkan dengan memberikan stimulus dengan menanyakan “Ini
gambar siapa? Sedang apa? (sambil menunjuk obyek) Dimana atau apa ini?
Ayo sekarang kita susun.” Diharapkan agar klien mampu menyusun
kalimat dengan sendirinya. Apabila klien mampu menyusun kalimat sesuai
dengan instruksi praktikan maka praktikan akan memberikan reward
berupa tepuk tangan atau mengucapkan kata “pintar”. Apabila klien belum
mampu merespon maka praktikan akan memberikan prompt.
Selanjudnya untuk aktivitas memahami kategori preposisi.
Praktikan mengambil peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu
kategori preposisi (diatas, dibawah, didepan, dibelakang dan disamping).
Kemudian praktikan memberikan stimulus dengan memperagakan materi
42

menggunakan miniatur pakaian yang dipusatkan kepada klien. Diharapkan


klien mampu memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai
instruksi. Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan
akan memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle
untuk dipasang. Namun apabila klien belum mampu memahami maka
praktikan akan memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sabil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
9. Pertemuan kesembilan (akan dilaksanakan pada tanggal 21 April 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun
kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
klien berdo’a bersama sebelum terapi dimulai. Praktikan mengambil
peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu kategori preposisi (diatas,
dibawah, didepan, dibelakang dan disamping). Kemudian praktikan
43

memberikan stimulus dengan memperagakan materi menggunakan


miniatur pakaian yang di pusatkan pada klien. Diharapkan klien mampu
memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai instruksi.
Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan akan
memberikan reward berupa tepuk tangan atau mengucapkan kata “pintar”.
Namun apabila klien belum mampu memahami maka praktikan akan
memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Selanjutnya untuk aktivitas menyusun kalimat sesuai dengan S-P-
O praktikan mengambil materi berupa kartu kategori kata kerja (makan,
minum, duduk, mencuci tangan, dan membaca). Kemudian praktikan
memberikan gambar satu-persatu dilanjudkan dengan memberikan stimulus
dengan menanyakan “Ini gambar siapa? Sedang apa? (sambil menunjuk
obyek) Dimana atau apa ini? Ayo sekarang kita susun.” Diharapkan agar
klien mampu menyusun kalimat dengan sendirinya. Apabila klien mampu
menyusun kalimat sesuai dengan instruksi praktikan maka praktikan akan
memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle untuk
dipasang. Apabila klien belum mampu merespon maka praktikan akan
memberikan prompt.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sambil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
44

kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan


praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
10. Pertemuan kesepuluh (akan dilaksanakan pada tanggal 24 April 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun
kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
klien berdo’a sebelum terapi dimulai. Praktikan mengajak klien bermain
terlebih dahulu untuk menciptakan suasana nyaman. Praktikan mengambil
materi berupa kartu kategori kata kerja (makan, minum, duduk, mencuci
tangan, dan membaca). Kemudian praktikan memberikan gambar satu-
persatu dilanjudkan dengan memberikan stimulus dengan menanyakan “Ini
gambar siapa? Sedang apa? (sambil menunjuk obyek) Dimana atau apa ini?
Ayo sekarang kita susun.” Diharapkan agar klien mampu menyusun
kalimat dengan sendirinya. Apabila klien mampu menyusun kalimat sesuai
dengan instruksi praktikan maka praktikan akan memberikan reward
berupa tepuk tangan atau mengucapkan kata “pintar”. Apabila klien belum
mampu merespon maka praktikan akan memberikan prompt.
Selanjudnya untuk aktivitas memahami kategori preposisi.
Praktikan mengambil peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu
kategori preposisi (diatas, dibawah, didepan, dibelakang dan disamping).
Kemudian praktikan memberikan stimulus dengan memperagakan materi
menggunakan miniatur pakaian yang dipusatkan kepada klien. Diharapkan
klien mampu memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai
instruksi. Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan
akan memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle
untuk dipasang. Namun apabila klien belum mampu memahami maka
praktikan akan memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
45

Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,


praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sabil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
11. Pertemuan kesebelas (akan dilaksanakan pada tanggal 26 April 2018)
Klien masuk ke ruang terapi wicara RSUD Salatiga dengan
durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu agar klien mampu meningkatkan
kemampuan memahami kategori preposisi, agar klien mampu menyusun
kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien mampu meningkatkan
kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang keruangan, praktikan
meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan salam. Kemudian
praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa aman dan mengajak
klien berdo’a bersama sebelum terapi dimulai. Praktikan mengambil
peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu kategori preposisi (diatas,
dibawah, didepan, dibelakang dan disamping). Kemudian praktikan
memberikan stimulus dengan memperagakan materi menggunakan
miniatur pakaian yang di pusatkan pada klien. Diharapkan klien mampu
memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai instruksi.
Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan akan
memberikan reward berupa tepuk tangan atau mengucapkan kata “pintar”.
46

Namun apabila klien belum mampu memahami maka praktikan akan


memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Selanjutnya untuk aktivitas menyusun kalimat sesuai dengan S-P-
O praktikan mengambil materi berupa kartu kategori kata kerja (makan,
minum, duduk, mencuci tangan, dan membaca). Kemudian praktikan
memberikan gambar satu-persatu dilanjudkan dengan memberikan stimulus
dengan menanyakan “Ini gambar siapa? Sedang apa? (sambil menunjuk
obyek) Dimana atau apa ini? Ayo sekarang kita susun.” Diharapkan agar
klien mampu menyusun kalimat dengan sendirinya. Apabila klien mampu
menyusun kalimat sesuai dengan instruksi praktikan maka praktikan akan
memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle untuk
dipasang. Apabila klien belum mampu merespon maka praktikan akan
memberikan prompt.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sambil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.
12. Pertemuan keduabelas (akan dilaksanakan pada tanggal 28 April 2018)
Pada pertemuan keduabelas yang akan dilaksanakan pada tanggal
28 April terapis akan melakukan evaluasi dari sebelum diterapi hingga
sesudah diterapi. Evalusi akan dilakukan pada semua tujuan jangka pendek.
47

Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan klien dari


sebelum diterapi dengan sesudah diterapi. Klien masuk ke ruang terapi
wicara RSUD Salatiga dengan durasi terapi 30 menit. Tujuan terapi yaitu
agar klien mampu meningkatkan kemampuan memahami kategori preposisi,
agar klien mampu menyusun kalimat dengan pola S-P-O, dan agar klien
mampu meningkatkan kemampuan produksi fonem /k/ awal. Klien datang
keruangan, praktikan meminta klien untuk berjabat tangan dan memberikan
salam. Kemudian praktikan mengatur tempat duduk agar klien merasa
aman dan mengajak klien berdo’a sebelum terapi dimulai. Praktikan
mengajak klien bermain terlebih dahulu untuk menciptakan suasana
nyaman. Praktikan mengambil materi berupa kartu kategori kata kerja
(makan, minum, duduk, mencuci tangan, dan membaca). Kemudian
praktikan memberikan gambar satu-persatu dilanjudkan dengan
memberikan stimulus dengan menanyakan “Ini gambar siapa? Sedang apa?
(sambil menunjuk obyek) Dimana atau apa ini? Ayo sekarang kita susun.”
Diharapkan agar klien mampu menyusun kalimat dengan sendirinya.
Apabila klien mampu menyusun kalimat sesuai dengan instruksi praktikan
maka praktikan akan memberikan reward berupa tepuk tangan atau
mengucapkan kata “pintar”. Apabila klien belum mampu merespon maka
praktikan akan memberikan prompt.
Selanjudnya untuk aktivitas memahami kategori preposisi.
Praktikan mengambil peralatan yang sesuai dengan materi terapi yaitu
kategori preposisi (diatas, dibawah, didepan, dibelakang dan disamping).
Kemudian praktikan memberikan stimulus dengan memperagakan materi
menggunakan miniatur pakaian yang dipusatkan kepada klien. Diharapkan
klien mampu memahami seluruh materi yang diberikan praktikan sesuai
instruksi. Apabila klien mampu merespon dengan benar maka praktikan
akan memberikan reward berupa tepuk tangan dan memberikan puzzle
untuk dipasang. Namun apabila klien belum mampu memahami maka
praktikan akan memberikan prompt berupa stimulus secara terus-menerus.
Kemudian untuk aktivitas memproduksi fonem /k/ awal,
praktikan mengambil kartu artikulasi fonem /k/ awal sebanyak 5 kartu
48

meliputi kaki, kuku, kursi, kuda, dan kado. Praktikan memperlihatkan salah
satu kartu kepada klien. Praktikan meminta klien untuk menamai sabil
memberikan bantuan berupa memanipulasi penempatan organ dengan
tangue spatel. Apabila klien mampu merespon dengan benar, maka
praktikan akan memberikan reward berupa ucapan "sip". Akan tetapi
apabila klien belum mampu merespon makan praktikan akan memberikan
prompt.
Untuk mengakhiri sesi terapi praktikan mengajak klien untuk
berdo’a bersama dan praktikan memberikan salam kepada klien. Praktikan
mengantarkan klien kepada orangtua atau keluarga klien. Praktikan
menyampaikan proses terapi serta hasil terapi pada pertemuan hari ini
kepada orangtua atau keluarga klien. Klien berjabat tangan dengan
praktikan lalu meninggalkan ruangan terapi.

Anda mungkin juga menyukai