Anda di halaman 1dari 52

TUGAS AKHIR

HALAMAN JUDUL

ANALISIS FAKTOR KETERLAMBATAN KONSTRUKSI


GONDOLA UNTUK MENGETAHUI FAKTOR PALING BESAR
PADA PROYEK JAKARTA LIVING STAR MENGGUNAKAN
METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN METHOD
OBTAIN CUT SET (MOCUS)

Diajukan Sebagai Syarat Kelulusan Program Sarjana Strata – 1 (S1)

Disusun Oleh :
Lonardo Kholivatul Alfiantono (41118110018)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERCU BUANA

TAHUN
2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur atas kehadiran Allah SWT, atas kelimpahan rahmat-

nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Penulisan tugas akhir

berjudul “Analisis Faktor Keterlambatan Proyek Menggunakan Metode Fault Tree

Analysis (FTA) dan Method Obtain Cut Set (Mocus)”, tugas akhir ini berguna untuk

melengkapi persyaratan dalam program sarjana strata 1 Teknik Sipil Fakultas Teknik di

Universitas Mercu Buana.

Selama proses penelitian dan penyelesaian tugas akhir, penulis banyak mendapatkan

bantuan, baik saran, dukungan, tenaga dan materi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,

penulis mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan hidayah nya sehingga dapat

menyelesaikan tugas akhir ini hingga akhir.

2. Kedua orang tua saya dan keluarga yang telah memberikan doa, semangat dan

bantuan lain berupa material dan spiritual hingga saya bisa menyelesaikan tugas

akhir ini.

3. Ibu Sylvia Indriany, Ir., MT. selaku ketua program studi Teknik Sipil Universitas

Mercu Buana.

4. Ibu Bernadette Detty kussumardianadewi, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing

kami yang telah mengarahkan dan membimbing kami dalam mengerjakan tugas

akhir ini.

5. Ibu Mukhlisya Dewi Ratna Putri, S.T., M.T., selaku dosen mata kuliah Tugas

Akhir.

ii
6. Staff Tata Usaha dan dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana

yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

7. Seluruh responden yang telah membantu dalam mengisi kuisioner yang telah

diberikan.

8. Teman-teman Universitas Mercu Buana yang telah membantu dalam hal proses

pembuatan tugas akhir ini.

Jakarta, April 2023

Penulis

Lonardo Kholivatul Alfiantono

iii
Daftar isi
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

BAB I..............................................................................................................................I-1

PENDAHULUAN..........................................................................................................I-1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................I-1

1.2 Identifikasi Masalah.........................................................................................I-4

1.3 Rumusan Masalah............................................................................................I-4

1.4 Tujuan Penelitian.............................................................................................I-4

1.5 Manfaat Penelitian...........................................................................................I-5

1.6 Pembatasan dan Ruang Lingkup Masalah.......................................................I-5

1.7 Sistem Penulisan..............................................................................................I-6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................II-1

2.1 Manajemen Proyek Konstruksi.......................................................................II-1

2.2 Proyek Konstruksi...........................................................................................II-2

2.3 Pengendalian Proyek Konstruksi....................................................................II-4

2.4 Pengertian Keterlambatan Proyek..................................................................II-8

2.5 Faktor Keterlambatan Proyek.........................................................................II-9

2.6 Jenis Keterlambatan Proyek..........................................................................II-10

iv
2.7 Dampak Keterlambatan Proyek....................................................................II-12

2.8 Fault Tree Analysis (FTA)............................................................................II-13

2.8.1 Definisi Problem dan Kondisi Batas.....................................................II-16

2.8.2 Aturan Membuat FTA...........................................................................II-18

2.9 Method Obtain Cut Set (MOCUS)...............................................................II-19

2.10 Research Gap............................................................................................II-20

2.9.1 Analisa Penelitian Terdahulu................................................................II-20

2.9.2 Research Gap.........................................................................................II-22

2.11 Kerangka Berfikir......................................................................................II-25

BAB III........................................................................................................................III-1

METODE PENELITIAN..........................................................................................III-1

3.1. Metodologi Penelitian..................................................................................III-1

3.1.1. Latar Belakang Masalah.....................................................................III-2

3.1.2. Studi Pustaka........................................................................................III-3

3.1.3. Pengumpulan Data...............................................................................III-3

3.1.4. Analisa Data Tahap 1..........................................................................III-3

3.1.5. Model Grafis FTA................................................................................III-4

3.1.6. Hasil Pengolahan Secara Kualitatif (menentukan minimal cut set)III-6

3.1.7. Analisa Data Tahap 2..........................................................................III-7

v
3.1.8. Hasil Pengolahan Secara Kuantitatif Menggunakan Pendekatan

Aljabar Boolean..................................................................................................III-7

3.1.9. Kesimpulan dan Saran........................................................................III-7

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................III-8

3.2.1. Tempat penelitian....................................................................................III-8

3.2.2. Waktu penelitian......................................................................................III-8

3.3. Populasi........................................................................................................III-9

3.4. Jadwal Penelitian.......................................................................................III-10

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat ini, pada bidang perkembangan

aplikasi dan perkembangan rancang bangun, dengan tujuan mempermudah pekerjaan

manusia. Perkembangan teknologi ini membantu disetiap bidang pekerjaan, termasuk

pekerjaan kebersihan, seperti saat ini telah ada vacum cleaner , mesin cuci dan

sebagainya yang mempermudah pekerjaan di rumah. Pada dunia perkantoran pekerjaan

cleaning service berperan penting dalam menjaga kebersihan kantor, mulai dari lantai,

lingkungan sekitar kantor, sampai pada menjaga kebersihan kaca. Pada perkantoran

yang memiliki gedung bertingkat tentunya untuk membersihkan kaca harus menghadapi

resiko yang tinggi, karena harus berada pada ketinggian. Saat ini, untuk membersihkan

kaca pada gedung bertingkat masih menggunakan Gondola. Gondola secara umumnya

dapat diartikan sebagai penunjang atau pembantu bagi pekerja yang akan bekerja di luar

gedung bertingkat. Seperti pemaasangan kaca,acp pada fasad dan pengecetan luar

gedung pada saat gedung finishing, Gondola digerakkan dengan bantuan motor listrik

ataupun digerakkan secara manual dan bergerak secara vertical maupun horizontal.

Suatu proyek mengalami keterlambatan apabila tidak dapat diserahkan oleh penyedia

jasa kepada pengguna jasa pada tanggal serah terima pekerjaan pertama yang telah

ditetapkan. (Waskito, Purba, & Kustiani, 2020). Dalam pengerjaan suatu proyek

konstruksi jika waktu pengerjaan sudah tidak sesuai dengan schedule awal yang

direncanakan secara langsung akan berpengaruh terhadap bertambahnya biaya yang

dikeluarkan pihak kontraktor. Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam
1
BAB I Pendahuluan

keberhasilan pengerjaan kegiatan proyek ini, yaitu dilihat dari biaya (cost), waktu (time)

dan mutu (quality) dalam pengerjaan kegiatan konstruksi tersebut (Adhiputra, 2015).

Proyek pembangunan Gondola Jakarta living star ini direncanakan pembangunan

awalnya ialah pada bulan september 2020 dan berakhir pada minggu terakhir bulan

Desember 2021, tetapi karena adanya permasalahan terkait dengan pabrikasi dan

pekerjaan di lapangan maka proyek ini selesai pada bulan april 2022.

Berdasarkan observasi dengan melakukan interview dengan Project Manager di

lapangan, kendala-kendala yang ditemukan pada proyek pembangunan Gondola Jakarta

living star yang mengalami keterlambatan dalam penyelesaian proyek, diantaranya

masih terjadinya Addendum, belum siapnya pembesian pada saat tim proyek tiba di

lokasi, proses approval dokumen proyek yang terlambat, terjadinya pengurangan tenaga

kerja untuk proses baprikasi dan pasokan material

Kondisi ini membutuhkan suatu penanganan yang baik agar keterlambatan proyek

dapat diminimalkan atau dihindari dan ini juga dapat mengakibatkan konflik dan

perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi penyebabnya, oleh karena hal ini

berkaitan dengan tuntutan waktu dan biaya.

Berdasarkan hal tersebut faktor yang menyebabkan perlu dianalisis sehingga dapat

diketahui pekerjaan apa saja yang menghambat berjalannya proyek. Terdapat beberapa

metode untuk menganalisis faktor keterlambatan yang berpengaruh terhadap kinerja

pelaksanaan pekerjaan salah satunya metode Fault Tree Analysis (FTA).

Menurut Priyanta 2000, dikutip oleh (Arief, 2019) Fault Tree Analysis adalah suatu

teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko yang berperan terhadap terjadinya

kegagalan. Metode ini dilakukan dengan pendekatan yang bersifat top down, yang

2
BAB I Pendahuluan

diawali dengan asumsi kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak (Top Event)

kemudian merinci sebab-sebab suatu Top Event sampai pada suatu kegagalan dasar

(root cause).

Menurut Priyanta 2000, dikutip oleh (Arief, 2019) Kelebihan dari metode Fault Tree

Analysis adalah:

1. Mudah menjelaskan semua perbedaan interaksi penyebab untuk menghasilkan

kerugian.

2. Penyebab dasar dan logis dalam penyebab kerugian bisa dimengerti.

3. Dapat membuat tindakan pencegahan yang tepat untuk mengeliminir penyebab

dasar sehingga kerugian yang sama tidak akan muncul lagi.

4. Dapat menghitung evaluasi kualitatif dan kuantitatif dari kerugian.

Faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan pelaksanaan proyek diharapkan dapat

menjadi acuan bagi pemilik atau kontraktor dalam menyusun perencanaan dan

penjadwalan proyek yang lebih seksama, sebagai upaya untuk menghindari dan atau

mengendalikan keterlambatan waktu pelaksanaan proyek. Dari kasus tersebut diatas,

maka penelitian ini difokuskan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi

penyebab keterlambatan dan pengendalian proyek dari pihak pelaksana jasa konstruksi

(Kontraktor). Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis merasa tertarik dan

menganggap hal ini penting untuk salah satu solusi dalam meninjau tingkat risiko yang

terjadi pada pelaksaan proyek serta dapat menjadi masukan bagi pelaksana proyek

untuk menekan dampak yang ditimbulkan oleh risiko yang terjadi. Meneliti lebih lanjut

mengenai faktor penyebab keterlambatan pelaksanaan konstruksi dan

pengendaliannya seperti apa.

3
BAB I Pendahuluan

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Pada proyek pembangunan Gondola Jakarta Living Star tertunda mengalami

keterlambatan konstruksi pekerjaan pembesian dikarenakan kurangnya jumlah

pekerja pabrikasi dan asembling di lapangan.

2. Proyek konstruksi terjadinya keterlambatan akibat ketidaksesuaian jadwal rencana

dengan aktualisasi pelaksanaan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor apa saja yang menyebabkan keterlambatan proyek pembangunan Gondola

Jakarta Living Star dengan menggunakan metode FTA ?

2. Variabel apa saja yang mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan

Gondola Jakarta Living Star dengan menggunakan metode FTA ?

3. Strategi apa saja yang digunakan untuk meminimalkan pembengkakan anggaran

biaya yang disebabkan keterlambatan proyek ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang sudah dijabarkan, maka maksud dan tujuan dari

penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi keterlambatan proyek pembangunan

Gondola Jakarta Living Star dengan menggunakan metode FTA.

4
BAB I Pendahuluan

2. Mengidentifikasi variabel apa saja yang mempengaruhi keterlambatan proyek

pembangunan Gondola Jakarta Living Star dengan menggunakan metode FTA.

3. Menentukan strategi yang digunakan untuk meminimalkan pembengkakan

anggaran biaya yang disebabkan keterlambatan proyek.

1.5 Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat bagi penulis untuk menambah wawasan serta pengetahuan mengenai

faktor apa saja yang menyebab keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi.

2. Manfaat bagi penyedia jasa kontruksi dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

referensi untuk menghindari terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek secara

keseluruhan, sehingga waktu penyelesaian proyek tersebut dapat selesai sesuai

dengan waktu yang telah direncanakan.

3. Manfaat bagi lingkungan akademis khusunya mahasiswa, penelitian ini kiranya

dapat menjadi bahan acuan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian

tentang keterlambatan

1.6 Pembatasan dan Ruang Lingkup Masalah

Dengan adanya keterbatasan waktu penelitian, sedangkan lingkup proyek sangat luas

dan banyak pihak yang terlibat, maka perlu dibuatkan suatu batas masalah agar

penelitian dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran serta untuk mempermudah

penulisan tugas akhir. Adapun batasan dan ruang lingkup permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian tugas akhir ini adalah :

5
BAB I Pendahuluan

1. Proyek yang dianalisis adalah Proyek Pembangunan Gondola Jakarta Living Star di

Ciracas dimana kontraktornya adalah PT.Gondola karya lestari

2. Aspek yang dibahas adalah faktor-faktor penyebab keterlambatan yang terjadi di

Proyek Pembangunan Gondola Jakarta Living Star di Ciracas.

3. Kajian ini didasarkan pada kinerja waktu pelaksanaan proyek yang tidak terkait

dengan kinerja keuangan.

4. Responden pada penelitian ini adalah kontraktor pelaksana dan menejemen

konstruksi.

5. Schedule yang ada dalam penelitian adalah yang terdapat pada kontrak kerja.

6. Metode (kuantitatif) pengumpulan data dengan cara kuisioner dan wawancara.

7. Penelitian tidak membahas tentang perhitungan kekuatan dan keefektifan elemen

struktur yang digunakan.

1.7 Sistematika Penulisan

Penyusunan dan pembahasan tugas akhir ini secara garis besar terdiri atas lima bab dan

masing-masing bab terdapat beberapa sub bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

perumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan

masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi penjelasan mengenai mengenai tentang penelitian terdahulu yang

digunakan sebagai landasan penelitian ini, landasan teori, pengembangan hipotesis dan

6
BAB I Pendahuluan

kerangka pemikiran yang akan digunakan sebagai dasar untuk memperkuat gagasan dan

menjadi pedoman dalam proses penelitian agar dapat menghasilkan tujuan penelitian

sebagai kesimpulan yang diharapkan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas metodologi penelitian yang mencakup penetapan metode analisis,

identifikasi data, pola pengumpulan data, dan pola pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Bab ini berisi pembahasan mengenai hasil pengumpulan data dan dilanjutkan dengan

analisis data keterlambatan berdasarkan data-data proyek serta dokumen pendukung lain

untuk kesimpulan yang mengarah pada pemecahan masalah.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil data penelitian dari bab sebelumnya, dan

saran- saran yang dapat dijadikan pertimbangan serta tindak lanjut terhadap hasil yang

diperoleh dari penelitian.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Proyek Konstruksi

Manajemen merupakan ilmu mengelola suatu kegiatan dengan skala kecil sampai

dengan skala besar yang mempunyai ukuran tersendiri terhadap hasir akhirnya. Dengan

menerapkan system manajemen yang sama oleh individu maupun organisasi yang

berbeda satu sama lain. Hal ini dikarenakan perbedaan-perbedaan budaya, pengalaman,

lingkungan, kondisi sosial, tingkat ekonomi, karakter sumber daya manusia, serta

kemampuan untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar manajemen.(Kiswati & Chasanah,

2019)

setiap proyek konstruksi pada umumnya mempunyai rencana pelaksanaan dan jadwal

pelaksanaan tertentu, kapan pelaksanaan proyek tersebut harus dimulai, dan kapan

proyek tersebut harus diselesaikan. Akan tetapi dalam realisasinya di lapangan, banyak

sekali kendala-kendala yang membuat rencana dan jadwal pelaksanaan tidak

tepat pada waktunya atau mengalami keterlambatan. Penelitian ini membahas

faktor penyebab keterlambatan pada pekerjaan struktur bangunan gedung khususnya

pelaksanaan Gondola Jakarta Living Star.

Menurut (Afriyana, 2017), Prinsip Manajemen Proyek Konstruksi adalah sebaai berikut:

1. Planning (Perencanaan) adalah proses yang secara sistematis mempersiapkan

kegiatan guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu.

2. Organizing (Pengorganisasian) yaitu sebagai pengaturan atas suatu kegiatan yang

dilakukan oleh sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan kelompok dalam suatu

1
BAB II Tinjauan Pustaka

wadah organisasi. Wadah organisasi ini menggambarkan hubungan-hubungan

struktural dan fungsional yang diperlukan untuk menyalurkan tanggung jawab,

sumber daya maupun data.

3. Actuating (pergerakan) diartikan sebagai fungsi manajemen untuk menggerakan

orang yang tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah

ditetapkan di dalam planning. Pada tahap ini diperlukan kemampuan pimpinan

kelompok untuk menggerakan, mengarahkan, dan memberi motivasi kepada

anggota kelompoknya untuk secara bersama sama memberikan kontribusi dalam

menyukseskan manajemen proyek mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

4. Controlling (Pengendalian) adalah sebagai kegiatan guna pekerjaan yang telah

dilaksanakan sesuai dengan rencana. Didalam manajemen proyek, controlling

terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan oleh konsultan melalui kontrak supervisi,

dimana pelaksanaan pekerjaan konstruksinya dilakukan oleh kontraktor. Pengawas

umum berkewajiban melakukan pengendalian secara berjenjang terhadap pekerjaan

yang dilakukan oleh staf di bawah kendalinya untuk memastikan masing-masing

staf sudah melakukan tugasnya dengan baik dalam koridornya. Sehingga, tahap-

tahap pencapaian sasaran yang dikarenakan dapat dipenuhi.

2.2 Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membangun suatu

bangunan yang

dibatasi oleh biaya, mutu, waktu dan sumber daya. Proyek konstruksi memiliki tiga

karakteristik, yaitu unik, melibatkan sejumlah sumber daya dan membutuhkan

2
BAB II Tinjauan Pustaka

organisasi. Kemudian proses penyelesainnya harus berpegang pada tiga kendala,

diantaranya sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, sesuai dengan time schedule, dan

sesuai dengan biaya yang sudah direncanakan. Oleh karena itu, perencanaan suatu

proyek konstruksi memiliki peranan yang penting dalam tahapan proyek konstruksi agar

proyek konstruksi dapat mencapai tujuan utama, yaitu tepat biaya, mutu dan waktu.

(Spektran, 2019)

Proyek konstruksi pada umumnya sama dalam pelaksanaanya di lapangan persiapan,

pekerjaan struktur, arsitektur, dan ME, dan finishing. Pekerjaan persiapan merupakan

pekerjaan pembersihan lahan memudahkan pelaksanaan konstruksi pekerjaan struktur.

(Utami, 2018)

Membuat struktur bangunan sesuai dengan gambar kerja yang ada. Pekerjaan struktur

ini pada umumnya terdiri dari pekerjaan pemasangan tulangan dan

pengecoran.Pekerjaan yang memperindah tampilan dari sebuah bangunan namun tidak

mempengaruhi kekuatan bangunan. Pekerjaan ME merupakan pekerjaan mekanikal dan

elektrikal meliputi instalasi listrik,air dan sebagainya. Pada setiap pekerjaan memiliki

resiko tersendiri dalam pengerjaanya yang tentu saja dapat berdampak negatif pada

konstruksi. Ketepatan waktu penyelesaian dan hasil kualitas yang baik merupakan

sasaran yang harus dicapai. Karena apabila terjadi keterlambatan dalam penyelesaian

dan atau terjadi kualitas hasil pekerjaan yang rendah, akan menimbulkan dampak

negatif pada proyek terutama pada pelaksana (kontraktor). Dampak tersebut bisa berupa

klaim dari pemilik (owner), pembengkakan biaya dan lainnya. Sebabnya manajemen

waktu dan kualitas yang baik sangat diperlukan dalam pelaksanaan konstruksi (Utami,

2018). Pada contoh lain yang dikemukakan oleh Soeharto, 1999, yang dikutip oleh

3
BAB II Tinjauan Pustaka

(Utami, 2018), yaitu dimana dapat terjadi bahwa dalam laporan suatu kegiatan proyek

berlangsung melebihi anggaran. Bila tidak segera dilakukan tindakan pengendalian,

maka dapat berakibat proyek tidak dapat diselesaikan secara keseluruhan karena

kekurangan dana. Oleh karena itu, pekerjaan konstruksi harus direncanakan dan

dikendalikan dengan baik sehingga tidak terjadi keterlambatan waktu pelaksanaan

konstruksi yang dapat berakibat pada peningkatan biaya konstruksi.

2.3 Pengendalian Proyek Konstruksi

Pengendalian merupakan suatu bentuk dari perlindungan atau kontrol terhadap berbagai

macam tindakan yang tidak diinginkan atau suatu gangguan baik didalam maupun

gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi sebuah sistem. (Budiman, 2021)

Pengendalian adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai

dengan sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan

dengan standart, menganalisis kemungkinan adanya penyimpangan pelaksanaan dengan

standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang diperlukan agar sumber daya

digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran (R.J. Mockler,

1972, dikutip oleh Agustiar, 2018).

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengendalian membutuhkan standar atau

tolok ukur sebagai pembanding, alat ukur kinerja, dan tindakan koreksi yang akan

dilakukan bila terjadi penyimpangan. Kegiatan yang dilakukan dalam proses

pengendalian dapat berupa pengawasan, pemeriksaan serta tindakan koreksi, yang

dilakukan selama proses implementasi

4
BAB II Tinjauan Pustaka

Dalam proyek konstruksi, pengendalian diperlukan untuk menjaga agar pelaksanaan

tidak menyimpangan dari perencanaan. Tiap pekerjaan yang dilaksanakan harus benar-

benar diinspeksi dan dicek oleh pengawasan lapangan, apakah sudah sesuai dengan

spesifikasi atau belum. Misalnya, pengangkutan bahan harus diatur dengan baik dan

bahan-bahan yang dipesan harus diuji terlebih dahulu di masing-masing pabriknya. Jika

pengendalian dilaksanakan dengan baik, maka keterlambatan jadwal dan pembengkakan

biaya proyek dapat dihindari. Sumber daya proyek khususnya proyek konstruksi terdiri

dari material, tenaga kerja, pendanaan, metode pelaksanaan dan peralatan. Sumber daya

direncanakan untuk mencapai sasaran proyek dengan batasan waktu, biaya dan mutu.

Tantangan pada pelaksanaan proyek adalah bagaimana merencanakan jadwal waktu

yang efektif dan perencanaan biaya yang efisien tanpa mengurangi mutu. Waktu dan

biaya merupakan dua hal penting dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi selain mutu,

karena biaya yang akan dikeluarkan pada saat pelaksanaan sangat erat kaitannya dengan

waktu pelaksanaan pekerjaan. Kegiatan pengendalian dilakukan dalam bentuk-bentuk

kegiatan sebagai berikut (Utami, 2018) :

1. Supervisi, yaitu melakukan serangkaian tindakan koordinasi pengawasan dalam

batas wewenang dan tanggung jawab menurut prosedur organisasi yang telah

ditetapkan,agar dalam operasional dapat dilakukan secara bersama-sama oleh

semua personel dengan kendali pengawas.

2. Inspeksi, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap hasil pekerjaan dengan tujuan

menjamin spesifikasi mutu dan produk sesuai dengan yang direncanakan.

3. Tindakan koreksi, yaitu melakukan perubahan dan perbaikan terhadap rencana yang

telah diteteapkan untuk menyesuaikan dengan kondisi pelaksanaan.

5
BAB II Tinjauan Pustaka

Dalam pengendalian proyek, dikenal beberapa alat untuk mengendalikan pelaksanaan

pekerjaan konstruksi, diantaranya adalah :

A. Kurva S

Kurva S menurut Callahan 1992, dikutip oleh (Ramadhan, 2022) adalah hasil plot dari

Barchart, bertujuan untuk mempermudah melihat kegiatan-kegiatan yang masuk dalam

suatu jangka waktu pengamatan progres pelaksanaan proyek. Kurva S dapat

menunjukan kemampuan proyek berdasarkan kegiatan, waktu dan bobot yang di

presentasikan sebagai presentase kumulatif dari seluruh kegiatan proyek.

Dari definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa kegunaan dari Kurva S adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis kemajuan/progres suatu proyek secara keseluruhan. Untuk

mengetahui pengeluaran dan kebutuhan biaya pelaksanaan proyek.

2. Untuk mengontrol penyimpangan yang terjadi pada proyek dengan

membandingkan kurva S rencana dengan kurva S actual.

B. CPM (Critical Path Method)

Menurut James J.O”Brien 1971 dikutip (Sihotang, 2021), Metode CPM merupakan

metode perencanaan penjadwalan proyek konstruksi yang dapat menunjukkan aktivitas-

aktivitas kritis. Aktivitas-aktivitas kritis tersebut sangat mempengaruhi waktu

penyelesaian pekerjaan dari salah satu aktivitas kritis terlambat makan proyek akan

mengalami keterlambatan pelaksanaannya, yang berarti akan menyebabkan

keterlambatan penyelesaian proyek secara keseluruhan.

6
BAB II Tinjauan Pustaka

Berikut adalah kelebihan dan kekurangan CPM (Critical Path Method) menurut Aryo

Andri Nugroho, 2007 dikutip (Sihotang, 2021) :

Kelebihan :

 Menghemat waktu dan biaya proyek

 Alat Komunikasi yang efektif

 Berguna untuk mengetahui pekerjaan mana yang bersifat kritis

 Dapat menghitung toleransi keterlambatan suatu pekerjaan yang tidak bersifat

kritis.

Kekurangan :

 Pekerjaan yang terlalu banyak

 Penilaian durasi pekerjaan

 Penilaian interdependensi pekerjaan

 Pembuatan dan pembacaan jadwal yang jauh lebih sulit.

C. PERT (Program Evaluation and Review Technique)

PERT atau Program Evaluation and Review Technique adalah sebuah model

Management Science untuk perencanaan dan pengendalian sebuah proyek. Teknik

PERT adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengurangi adanya penundaan,

maupun gangguan produksi, serta mengkoordinasi berbagai bagian suatu pekerjaan

secara menyeluruh dan mempercepat selesainya proyek. (Sugiarta, 2022)

Berikut adalah kelebihan dan kekurangan PERT (Program Evaluation and Review

Technique) menurut Aryo Andri Nugroho, 2007 dikutip (Sihotang, 2021)

7
BAB II Tinjauan Pustaka

Kelebihan:

 Berguna pada tingkat manajemen proyek.

 Secara matematis tidak terlalu rumit.

 Menampilkan secara grafis menggunakan jaringan untuk menunjukkan

hubungan antar kegiatan.

 Dapat ditunjukkan jalur kritis, jalur yang tidak ada slack nya atau halangan.

 Dapat memantau kemajuan proyek.

 Dapat diketahui waktu seluruh proyek akan diselesaikan.

 Mengetahui apa saja kegiatan kritis yaitu kegiatan yang akan menunda proyek

jika terlambat dikerjakan.

 Apa kegiatan non-kritis : kegiatan yang boleh dikerjakan terlambat.

 Mengetahui probalilitas proyek selesai pada waktu tertentu.

 Mengetahui jumlah uang yang dibelanjakan sesuai rencana sesuai dengan

proyek tersebut.

 Efisiensi jumlah sumberdaya yang ada dapat menyelesaikan proyek tepat waktu

Kekurangan:

 Kegiatan proyek harus didefinisikan dengan jelas.

 Hubungan antar kegiatan harus ditunjukkan dan dikaitkan.

 Perkiraan waktu cenderung subyektif oleh perancang PERT.

 Terlalu focus pada jalur kritis, jalur yang terlama dan tanpa hambatan

8
BAB II Tinjauan Pustaka

2.4 Pengertian Keterlambatan Proyek

Menurut (Fetriani, 2021) Keterlambatan proyek konstruksi berarti tidak

terselesaikannya pekerjaan tepat waktu sehingga bertambahnya waktu pelaksanaan

penyelesaian proyek diluar yang telah direncanakan dalam dokumen kontrak.

Penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu ini akan menimbulkan 2 kerugian baik dari

pihak owner maupun pihak kontraktor. Dari pihak Owner, keterlambatan proyek akan

membawa dampak pengurangan pemasukan karena penundaan pengoperasian

fasilitasnya sedangkan dari pihak kontraktor akan dirugikan dengan pembayaran denda

pinalti sesuai dengan kontrak. Di samping itu, kontraktor juga akan mengalami

tambahan biaya overhead selama proyek masih berlangsung.

Penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu adalah merupakan kekurangan dari tingkat

produktifitas dan sudah barang tentu kesemuanya ini akan mengakibatkan pemborosan

dalam pembiayaan, baik berupa pembiayaan langsung yang dibelanjakan untuk proyek-

proyek Pemertintah, maupun berwujud pembengkakan investasi dan kerugian-kerugian

pada proyek-proyek swasta.

Peran aktif manajemen merupakan salah satu kunci utama keberhasilan pengelolaan

proyek. Pengkajian jadwal proyek diperlukan untuk menentukan langkah perubahan

mendasar agar keterlambatan penyelesaian proyek dapat dihindari atau dikurangi.

2.5 Faktor Keterlambatan Proyek

Faktor yang berpengaruh terhadap keterlambatan secarah keseluruhan yaitu,

Kekurangan bahan material, Perolehan ijin dari Pemerintah, Perubahan material pada

bentuk, fungsi, dan spesifikasi, Keterlambatan pengiriman bahan, Kekurangan tenaga

9
BAB II Tinjauan Pustaka

kerja, Ketersediaan keuangan selama pelaksanaan, Kesalahan desain yang dibuat oleh

perencana, Terjadi perubahan desain oleh owner, Kesalahan dalam penyelidikan tanah,

dan Kondisi permukaan air bawah tanah di lapangan. (Fetriani, 2021)

Keterlambatan proyek dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berasal dari

Kontraktor, Owner, dan selain kedua belah pihak, berikut faktor-faktor penyebab

keterlambatan proyek menurut (Boy, 2021)

1. Keterlambatan akibat kesalah Kotraktor, antara lain :

a. Terlambatnya memulai pelaksanaan proyek.

b. Pekerja dan pelaksana kurang berpengalaman.

c. Terlambat mendatangkan peralatan.

d. Mandor yang kurang aktif.

e. Rencana kerja yang kurang baik

2. Keterlambatan akibat kesalahan Owner.

a. Terlambatnya angsuran pembayaran oleh kontraktor

b. Terlambatnya penyedia lahan

c. Mengadakan perubahan pekerja yang besar

d. Pemilik menugaskan Kontraktor lain untuk mengerjakan proyek tersebut.

3. Keterlambatan yang diakibatkan selain kedua belah pihak di atas, antara lain :

a. Akibat kebakaran yang bukan kesalahan Kontraktor, Konsultan, dan Owner.

b. Akibat perang, gempa, banjir, ataupun bencana lainnya.

c. Perubahan moneter.

10
BAB II Tinjauan Pustaka

2.6 Jenis Keterlambatan Proyek

Menurut Kraiem and Diekman, 1987 dikutip oleh (Boy, 2021) keterlambatan dapat

dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu:

1. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non Excusable Delays). Non

Excusable Delays adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh tindakan, kelalaian,

atau kesalahan kontraktor

2. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delays). Excusable Delays adalah

keterlambatan yang disebabkan oleh kejadian- kejadian diluar kendali baik pemilik

maupun kontraktor. Pada kejadian ini, kontraktor mendapatkan kompensasi berupa

perpanjangan waktu saja.

3. Keterlambatan yang layak mendapat ganti rugi (Compensable Delays).

Compensable Delays adalah keterlambatan yang diakibatkan tindakan, kelalain atau

kesalahan pemilik. Pada kejadian ini, kontraktor biasanya mendapatkan kompensasi

berupa perpanjangan waktu dan tambahan biaya operasional yang perlu selama

keterlambatan pelaksanaan tersebut

Menurut Donal S Barbie, 1984 dikutip oleh (Suryandono, 2018), keterlambatan dapat

disebabkan oleh pihak-pihak yang berbeda yaitu :

1. Pemilik atau wakilnya (delay caused by owner or hi agent). Bila pemilik atau

wakilnya menyebabkan suatu keterlambatan, misalkan karena terlambat pemberian

gambar kerja atau keterlambatan dalam memberikan persetujuan terhadap gambar,

maka umumnya kontraktor akan diperkenankan untuk mendapatkan tuntutan yang

sah untuk mendapatkan kompensasi ekstranya.

11
BAB II Tinjauan Pustaka

2. Keterlambatan yang disebabkan oleh kontraktor (contractor caused delay).

Keterlambatan semacam ini umumnya akan berakibat tidak diberikannya

perpanjangan waktu dan tidak ada pemberian suatu kompensasi tambahan.

Sesungguhnya pada situasi yang ekstrim maka hal-hal ini akan menyebabkan

terputusnya ikatan kontrak.

3. Keterlambatan oleh pihak ketiga yang diperkenankan (excusable triedparty delay).

Sering terjadi keterlambatan yang disebabkan oleh kekuatan yang berbeda diluar

jangkauan pengendalian pihak pemilik atau kontraktor. Contohnya yang tidak

dipersoalkan lagi diantaranya adalah kebakaran, banjir, gempa bumi dan hal yang

lain disebut sebagai “tindakan Tuhan Yang Maha Kuasa”. Hal-hal lainnya yang

sering kali menjadi masalah perselisihan meliputi pemogokan, embargo untuk

pengangkutan, kecelakaan dan keterlambatan dalam menyerahkan yang bisa

dimengerti. Termasuk pula yang tidak dimasukkan dalam kondisi yang telah ada

pada saat penawaran dilakukan dan keadaan cuaca buruk. Dalam hal ini dapat

disetujui, tipe keterlambatan dari tipe-tipe ini umumnya menghasilkan

perpanjangan waktu namun tidak disertasi dengan kompensasi tambahan.

2.7 Dampak Keterlambatan Proyek

Menurut Lewis, 1996 dikutip oleh (Utama, 2021) keterlambatan akan berdampak pada

perencanaan semula serta pada masalah keuangan. Keterlambatan dalam suatu proyek

konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau meningkatkan biaya maupun

keduaduanya. Adapun dampak keterlambatan pada owner adalah hilangnya potensial

income dari fasilitas yang dibangun tidak sesuai waktu yang ditetapkan, sedangkan pada

kontraktor adalah hilangnya kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke

12
BAB II Tinjauan Pustaka

proyek lain, meningkatnya biaya tidak langsung (indirect cost) karena bertambahnya

pengeluaran untuk gaji karyawan, sewa peralatan serta mengurangi keuntungan.

Menurut Obrein JJ, 1976 dikutip oleh (Abdullah, 2021), menyimpulkan bahwa dampak

keterlambatan menimbulkan kerugian:

1. Bagi pemilik, keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan dari bangunan

yang seharusnya sudah bisa digunakan atau disewakan.

2. Bagi kontraktor, keterlambatan penyelesaian proyek beranti naiknya overhead

karena bertambah panjang waktu pelaksanaan, sehingga merugikan akibat

kemungkinan naiknya harga karena inflasi dan naiknya upah buruh, juga akan terta

hannya modal kontraktor yang kemungkinan besar dapat dipakai untuk proyek lain.

3. Bagi konsultan, keterlambatan akan mengalami kerugian waktu, karena dengan

adanya keterlambatan tersebut konsultan yang bersangkutan akan terhambat dalam

mengagendakan proyek lainnya.

2.8 Fault Tree Analysis (FTA)

Fault Tree Analysis menurut Hanif, 2015 dikutip (Sukmana, 2021), adalah uraian suatu

teknik analisis yang berbentuk pohon kesalahan. Pohon kesalahan merupakan sebuah

diagram yang memperlihatkan kesalahan-kesalahan yang biasa menyebabkan kejadian

yang tidak diinginkan, atau lebih singkatnya adalah gambaran timbal balik suatu

kegiatan dengan kegiatan lainnya. Untuk membuat pohon kesalahan bias dilakukan

dengan melakukan wawancara dengan manajemen atau mengamati langsung pekerjaan

di lapangan. Lalu sumber-sumber masalah akan digambarkan pada pohon kesalahan

yang nantinya akan dianalisa akar permasalahanya.

13
BAB II Tinjauan Pustaka

Menurut Priyanta, 2000 dikutip (Arief, 2019) Fault Tree Analysis adalah suatu teknik

yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko yang berperan terhadap terjadinya

kegagalan. Metode ini dilakukan dengan pendekatan yang bersifat top down, yang

diawali dengan asumsi kegagalan atau kerugian dari kejadian puncak (Top Event)

kemudian merinci sebab-sebab suatu Top Event sampai pada suatu kegagalan dasar

(root cause). FTA merupakan teknik untuk mengindentifikasi kegagalan (failure) dari

suatu system. FTA berorientasi pada fungsi atau yang lebih dikenal dengan ‘’top down

approach” karena analisa ini berawal dari sistem level (top) dan meneruskannnya ke

bawah.

Menurut (Jannah, 2021) terdapat istilah-istilah yang digunakan dalam Fault Tree

Analysis (FTA), diantaranya :

1. Event

Merupakan suatu kegagalan yang terjadi pada system atau pekerjaan.,

2. Top Event

Kejadian puncak yang nantinya akan diteliti penyebabnya mengapa bisa terjadi

kejadian tersebut.

3. Logic Event

Hubungan secara logika antara input dinyatakan dalam AND dan OR.

4. Transffered Event

Simbol ini menunjukan bahwa penjabaran masalah berada di halaman lain.

5. Undeveloped Event

Kejadian dasar yang tidak dilanjuti lagi karena keterbatasan informasi yang

dimiliki.

14
BAB II Tinjauan Pustaka

6. Basic Event

Kejadian yang menjadi penyebab dasar sehingga tidak perlu dianalisa lebih lanjut.

Ada beberapa simbol yang digunakan dalam fault tree analysis menurut (Sukmana,

2021), adapun simbol Fault tree ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

SIMBOL KETERANGAN

Top Event

Logical Event OR

Logical Event AND

Transferred Event

Undeveloped Event

Basic Event

Gambar 2.1 Simbol dalam Fault Tree Analysis


(Sumber: Sukmana, 2021)

Dibawah ini adalah contoh penggunaan metode Fault Tree Analysis

15
BAB II Tinjauan Pustaka

Gambar 2. 2 Contoh Penggunaan Fault Tree Analysis


(Sumber: penulis,2023)

Menurut (Jannah, 2021), Berikut langkah-langkah dalam membuat diagram Fault Tree

Analysis :

1. Mengidentifikasi kejadian utama (top event) yang telah didapatkan dari survey

pendahuluan yang nantinya akan dianalisis penyebabnya.

2. Mengidentifikasi kontributor tingkat pertama atau kejadian tambahan yang

berkontribusi pada terjadinya top event.

3. Menetapkan gerbang logika (logic gate) sesuai dengan kejadian yang terjadi pada

waktu dan tempat yang sama (AND) atau hanya salah satu kejadian yang terjadi

(OR).

4. Mengidentifikasi kontributor tingkat kedua yaitu menentukan simbol- simbol dan

menghubungkan semua kegiatan yang mungkin menjadi penyebab kegagalan

contributor tingkat pertama.

5. Menetapkan gerbang logika (logic gate) kontributor tingkat kedua.

16
BAB II Tinjauan Pustaka

6. Ulang atau lanjutkan. Membuat strategi baru agar kejadian yang sama tidak

terulang kembali.

2.8.1 Definisi Problem dan Kondisi Batas

Aktivitas pertama dari fault tree analysis terdiri dari 2 (dua) step, yaitu :

1. Mendefinisikan critical event yang akan dianalisa.

2. Mendefinisikan boundary condition untuk analisa.

Critical event yang akan dianalisa secara normal disebut dengan top event. Penting

kiranya untuk top event harus didefinisikan secara jelas dan tidak kabur (unambiguous).

Diskripsi dari top event seharusnya selalu memberikan jawaban terhadap pertanyaan

apa (what), dimana (where), dan kapan (when) (Priyanta, 2000 dikutip (Angga 2017)

 What : Mendiskripsikan tipe dari critical event yang sedang terjadi, sebagai

contoh kebakaran (fire).

 Where : Mendiskripsikan dimana critical event terjadi, sebagai contoh critical

event terjadi di process oxidation reactor.

 When : Mendiskripsikan dimana critical event terjadi, sebagai contoh critical

event terjadi pada saat pengoperasian normal.

Sebagai contoh top event yang melibatkan ketiga kriteria di atas adalah : “Kebakaran

yang terjadi di process oxidation reactor pada saat pengoperasian normal”. Agar analisis

dapat dilakukan secara konsisten, adalah hal yang penting bahwa kondisi batas bagi

analisa didefinisikan secara hati-hati. Dari kondisi batas, kita akan memilliki beberapa

pemahaman sebagai berikut. Priyanta,2000 dikutip (Angga 2017) :

 Batas fisik sistem.

17
BAB II Tinjauan Pustaka

Bagian mana dari sistem yang akan dimasukkan dalam analisa dan bagian mana

yang tidak ?

 Kondisi awal.

Kondisi pengoperasian sistem yang bagaimana pada saat top event terjadi ?

Apakah sistem bekerja pada kapasitas yang penuh/sebagian ?

 Kondisi batas yang berhubungan dengnan stress eksternal.

Apa tipe stress eksternal yang seharusnya disertakan dalam analisa ?

 Level dari resolusi.

Seberapa detail kita akan mengidentifikasi berbagai alasan potensial yang

menyebabkan kegagalan ?

2.8.2 Aturan Membuat FTA

Menurut Pandey, 2005 dikutip (Angga 2017) Untuk membangun fault tree dari

kegagalan sistem dibutuhkan aturan, yaitu :

1. Aturan I : “tulis semua pernyataan yang dimasukkan ke dalam simbol kejadian

sebagai kesalahan, tentukan apa kegagalannya dan kapan kegagalan tersebut

muncul”. Artinya, pendefinisian kegagalan harus jelas, apa dan kapan terjadinya.

2. Aturan II : “jika jawaban dari pertanyaan “apakah kegagalan disebabkan kegagalan

komponen ?”adalah “ya”, masukkan kejadian tersebut sebagai kondisi kegagalan

komponen. Jika jawabannya “tidak”, masukkan sebagai kondisi kegagalan sistem”.

3. Aturan III : “kondisi kegagalan sistem menggunakan gerbang AND, OR, atau

INHIBIT, atau tidak menggunakan gerbang sama sekali”.

4. Aturan IV : “kondisi kegagalan komponen selalu menggunakan gerbang OR”.

18
BAB II Tinjauan Pustaka

5. Aturan V. No gate-to-gate : “gerbang input harus mendefinisikan kejadian

kesalahan secara tepat, dan gerbang tidak boleh secara langsung dihubungkan

dengan gerbang yang lain”.

6. Aturan VI. No miracle : “jika fungsi normal dari komponen membuat barisan

kesalahan, maka diasumsikan komponen tersebut berfungsi secara normal”.

7. Aturan VII : Dalam gerbang OR, input tidak menyebabkan output.

8. Aturan VIII : Di gerbang AND definisikan hubungan sebab.

9. Aturan IX: Gerbang INHIBIT menyatakan hubungan antara satu kesalahan dengan

kesalahan lain, tetapi harus disertakan kondisi.

2.9 Method Obtain Cut Set (MOCUS)

Sebuah fault tree memberikan informasi yang berharga tentang berbagai kombinasi dari

fault event yang mengarah pada critical failure sistem. Kombinasi dari berbagai fault

event disebut dengan cut set. Pada terminologi fault tree, sebuah cut set didefinisikan

sebagai basic event yang bila terjadi (secara simultan) akan mengakibatkan terjadinya

Top event.

Sebuah cut set dikatakan sebagai minimal cut set jika cut set tersebut tidak dapat

direduksi tanpa menghilangkan statusnya sebagai cut set. Jumlah basic event yang

berbeda di dalam sebuah minimal cut set disebut dengan orde cut set. Untuk fault tree

yang sederhana mendapatkan minimal cut set dengan tanpa menggunakan prosedur

formal atau algoritma. Untuk fault tree yang lebih besar, maka diperlukan sebuah

algoritma untuk mendapatkan minimal cut set pada fault tree.

MOCUS (Method For Obtaining Cut Sets) merupakan sebuah algoritma yang dapat

dipakai untuk mendapatkan minimal cut set dalam sebuah fault tree. Notasi operator

19
BAB II Tinjauan Pustaka

dalam logika Aljabar Boolean untuk gerbang OR atau penjumlahan Boolean

mempunyai simbol (+). Sedangkan untuk gerbang AND mempunyai simbol (.) atau

perkalian Boolean. Aljabar Boolean mempunyai hukum-hukum persamaan. Salah satu

contohnya adalah hukum distributive.

Aljabar Boolean yang dipakai untuk melakukan analisis fault tree secara kuantitatif.

Pendekatan aljabar Boolean berawal dari top event dan mendiskripsikannya secara logis

dalam basic event, incomplete event dan intermediate event. Semua intermediate event

akan digantikan oleh event-event pada hirarki yang lebih rendah. Hal ini terus dilakukan

sampai pernyataan logika yang menyatakan top event semuanya dalam bentuk basic

event dan incomplete event.

Tabel 2.1 Aturan Aljabar Boolean

(Sumber: Vesely, 1981)


2.10 Research Gap

Research Gap adalah celah-celah atau senjang penelitian yang dapat dimasuki oleh

seorang peneliti berdasarkan pengalaman atau temuan peneliti-peneliti terdahulu.

Penelitian ilmiah didasarkan untuk mendapatkan sebuah jawaban baru terhadap sesuatu

yang menjadi masalah. Oleh karena itu peneliti harus berhadapan dengan sesuatu yang

menjadi masalah yang didukung oleh pembenaran atau justifikasi penelitian yang baik
20
BAB II Tinjauan Pustaka

dan berupaya untuk mencari jawaban yang baru dari masalah yang memang penting

diteliti (Anwar Sanusi, 2012 dikutip oleh Utami, 2018).

21
2.9.1 Analisa Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

JUDUL TAHUN PENULIS MASALAH TUJUAN METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN


1 Analisis faktor-faktor 2018 Dian Aprilia Keterlambatan diakibatkan oleh perubahan Didapatkan cara penyelesaian Studi pustaka Faktor paling dominan yang menyebabkan
keterlambatan proyek Fitrianti design dan perubahan material penggunaan yang perlu diterapkan (literatur), Peninjauan keterlambatan pada Proyek Astra Biz Center
pembangunan gedung astra biz serta usulan yang diberikan oleh Owner terhadap faktor dominan langsung (survey adalah faktor desain dan metode, karena
center, BSD City penyebab keterlambatan lapangan), Pembuatan memiliki nilai koefisien regresi paling besar
proyek Astra Biz Center BSD kuisioner yaitu 0.654 yang dapat dilihat pada tabel 4.22
city

2 Analisis faktor-faktor 2018 Ghina utami Perencanaan proyek ini akan selesai pada Didapatkan analisa Metode analisis, berdasarkan hasil pengujian statistik deskriptif
keterlambatan pelaksanaan pertengahan tahun 2018. dalam keterlambatan pelaksanaan identifikasi data, pola dengan menggunkan metode analisis rankiing
proyek grand clasic cikarang pelaksanaannya bagian Podium dan Tower proyek konstruksi tersebut pengumpulan data, dan maka didapatkan faktor yang paling
mengalami keterlambatan sehingga kerugian yang pola pengolahan data berpengaruh yaitu Faktor perubahan desain
diakibatkan dapat atau X6 dangan indikator paling berpengaruh
diminimalisisr oleh kontraktor yaitu "faktor perubahan desain yang terlelu
utama signifikan X6.1"

3 Analisis Keterlambatan Proyek 2021 A. Imam Utama Keterlambatan penyelesaian proyek dan Untuk menganalisi faktor Metode penelitian yang Hasil dari penelitian yang dilakukan yakni
Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. analisis waktu penyeseaian setiap item penyebab keterlambatan dan digunakan yaitu faktor yang menyebabkan keterlambatan pada
Lanca Kab. Bone pekerjaan berdasarkan produktivitas menganalisis prediksi waktu deskriptif analisis dan proyek tersebut adalah faktor alam, faktor
penyelesaian pada setiap item metode eksperimen sosial, dan faktor material. Serta estimasi
pekerjaan waktu penyelesaian pada masing-masing
pekerjaan ialah 1-153 hari
4 Faktor-Faktor Penyebab 2021 Wendi Boy(1), Keterlambatan dalam menyelesaikan proyek untuk mendapatkan faktor- analisis yang digunakan perubahan design oleh pemilik,
Keterlambatan Proyek Randi konstruksi ini akan menyebabkan kerugian faktor keterlambatan proyek adalah analisa keterlambatan pengiriman bahan,
Konstruksi Gedung Kuliah Pada Erlindo(2) dan baik dari pihak kontraktor maupun pihak konstruksi gedung pada masa deskriptif ketersediaan bahan terbatas, telatnya
Masa Pandemi Covid 19 Ridho Aidil pemilik (owner). pendemi covid 19. pembayaran kepada pekerja, sistem
Fitrah(3) pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak
sesuai kontrak akibat alasan tertentu

(Sumber: Olahan penulis, 2023)

20
BAB II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

JUDUL TAHUN PENULIS MASALAH TUJUAN METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN


5 Analisa Keterlambatan Waktu 2020 Suryanto Pendanaaan kegiatan proyek yang tidak untuk mengetahui faktor- Penelitian ini dilakukan Dari peringkat pada tiap-tiap responden dapat
Pelaksanaan Proyek Konstruksi Intan(1), W. terencana dengan baik, proses persetujuan faktor yang menyebabkan melalui distribusi dilihat faktor yang paling dominan adalah
Di Kota Ambon : Klasifikasi Dan Sapulette(2) ijin yang bertele-tele, Perencanaan keterlambatan waktu kuesioner, dengan Pendanaan kegiatan proyek yang tidak
Peringkat Dari Penyebab- dan Roxaine C. (gambar?/pesifikasi) tidak lengkap pelaksanaan proyek dalam responden target terencana dengan baik (kesulitan pendanaan
Penyebabnya Soukotta(3) proyek pembangunan gedung adalah direktur, di kontraktor)
kualifikasi M1 dan M2 manajer situs, dan
mandor dengan
pekerjaan bangunan
sub-sektor
6 Analisis Faktor-Faktor 2020 Ahmad Faisal Keterlambatan yang merugikan pihak-pihak Didapatkan klasifikasi dan Metode yang digunakan Faktor Keterlambatan dari Aspek
Penyebab Keterlambatan Kerja Romadhona(1), terkait , kontraktor maupun pemilik proyek peringkat dari penyebab- untuk dalam penelitian Ketenagakerjaan (X1), memiliki pengaruh
Pada Proyek Pembangunan Andi itu sendiri. Keppres No. 61 Tahun 2004 penyebabnya ini adalah kajian tertinggi terhadap keterlambatan proyek dari
Gedung Bertingkat Di Tenrisukki menyebutkan bahwa denda (sanksi pustaka dari berbagai enam faktor lainnya. Hal tersebut dapat dilihat
Indonesia Tenriajeng(2) finansial) dapat dikenakan kepada penyedia sumber yang berkaitan dari persamaan regresinya yaitu sebesar 0.807.
jasa bila tidak dapat melaksanakan proyek dengan manajemen Peningkatan faktor keterlambatan dari aspek
sesuai waktu yang tersedia dalam kontrak. konstruksi, khususnya Ketenagakerjaan akan paling mempengaruhi
mengenai kenaikan resiko keterlambatan proyek. Aspek
permasalahan- ketenagakerjaan meliputi: Ketersediaan
permasalahan dalam tenaga kerja yang ada saat ini, Keahlian tenaga
suatu sistem kerja yang dimiliki saat ini, Angka ketidak
manajemen hadiran pekerja, Tingkat kedisiplinan dan
pelaksanaan yang dapat motivasi yang dimiliki tenaga kerja,
menyebabkan Komunikasi yang kurang baik antara pekerja
keterlambatan proyek dengan kepala tukang/mandor.

7 Analisis Faktor-Faktor 2020 Yayuk Indah Perkerjaan yang mengalami masalah dapat Mencari faktor utama yang Metode yang digunakan Faktor yang menjadi penyebab utama yang
Keterlambatan Pada Proyek Puspitasari menyebabkan keterlambatan dan menyebabkan keterlambatan dengan cara mempengaruhi keterlambatan pada proyek
Perumahan Casa De Viola Dan mengakibatkan kerugian. pada proyek perumahan Casa pengumpulan data perumahan Casa De Viola adalah metode
Alternatif Penyelesaiannya De Viola. lewat kuesioner. pelaksanaan pekerjaan tidak tepat dengan
Analisis data nilai mean yang didapat adalah 3.80
menggunkan program
SPSS.

(Sumber: Olahan penulis, 2023)

21
BAB II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)


8 Studi Kasus Keterlambatan 2018 Fredy Keterlambatan merupakan salah satu kendala Untuk mencari faktor-faktor yang Metode penelitian ini Pada lingkup proyek Pemerintah, 3 faktor dominan
Proyek Konstruksi Di Provinsi Kurniawan(1) , bagi pembangunan karena waktu penyelesaian mempengaruhi keterlambatan adalah kualitatif yaitu yang mempengaruhi keterlambatan proyek
Jawa Timur Berdasarkan Kontrak Diah Ayu Restuti tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan pada proyek konstruksi, dengan observasi dan konstruksi adalah cuaca, tenaga kerja, dan desain.
Kerja Wulandari(2), dokumen kontrak pekerjaan. mengidentifikasi peran perundang- wawancara bersama Pada lingkup proyek Swasta, 3 faktor dominan
dan Lilian Arlista undangan, dan mengidentifikasi narasumber dari Dinas yang mempengaruhi keterlambatan proyek
Ayu(3) kontrak kerja. Pekerjaan Umum Dan konstruksi adalah cuaca, material, dan keuangan
Tata Ruang yaitu PPK dan
staff. Juga narasumber
dari kontraktor swasta
yaitu supervisor,
estimator struktur, dan
beberapa staff
9 ANALISIS PENJADWALANPROYEK 2020 Novia Nila Permasalahan di CV. untuk mengoptimalkan waktu MENGGUNAKANMETODE Dengan metode CPM
GONDOLA CV. CIPTA ANUGRAH Sutarman Cipta Anugrah Teknik adalah keterlambatan pekerjaan dalam propyek yang CRITICAL PATH METHODE (Critical Path Method) diperoleh 13 kegiatan kritis,
TEKNIK DENGAN dalam menyelesaikan proyek gondola ada,agar tidak terjadi (CPM) DAN PROJECT dan berdasarkan perhitungan
MENGGUNAKANMETODE karena ada beberapa kendala atau overbudgeting EVALUATION AND dengan metode CPM (Critical Path Method)
CRITICAL PATH METHODE (CPM) permasalahan yang terjadi. Optimalisasi waktu REVIEWTECHNIQUE diperoleh total durasi waktu 55 hari
DAN PROJECT EVALUATION AND kerja cukup penting bagi perusahaan dalam (PERT) juga diaplikasikan ke dalam bentuk Gantt Chart.
REVIEWTECHNIQUE (PERT) mengerjakan proyek Serta dengan metode PERT
(Program Evaluation and Review Technique)
diperoleh 13 kegiatan kritis, dan total
durasi waktu 53 hari dengan probabilitas
penyelesaian proyek adalah 86,65%.

(Sumber: Olahan penulis, 2023)


2.9.2 Research Gap

Tabel 2.3 Research Gap

22
BAB II Tinjauan Pustaka

Kata Kunci Penelitian

Analisis Faktor-
Keterlambatan

Wawancara

Konstruksi
Kuisioner
NO JUDUL TAHUN PENULIS

Satistik

Faktor

SPSS
FTA
1 Analisis faktor-faktor keterlambatan 2018 Dian Aprilia Fitrianti
proyek pembangunan gedung astra biz    
center, BSD City
2 Analisis faktor-faktor keterlambatan 2018 Ghina utami
pelaksanaan proyek grand clasic cikarang      

3 Analisis Keterlambatan Proyek 2021


Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I. Lanca A. Imam Utama  
Kab. Bone
4 Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan 2021 Wendi Boy(1), Randi
Proyek Konstruksi Gedung Kuliah Pada Erlindo(2) dan Ridho
Masa Pandemi Covid 19 Aidil Fitrah(3)     

5 Analisa Keterlambatan Waktu 2020 Suryanto Intan(1), W.


Pelaksanaan Proyek Konstruksi Di Kota Sapulette(2) dan
Ambon : Klasifikasi Dan Peringkat Dari Roxaine C.     
Penyebab-Penyebabnya Soukotta(3)

(Sumber: Olahan penulis, 2023)

23
BAB II Tinjauan Pustaka

Tabel 2.3 Research Gap (Lanjutan)

24
BAB II Tinjauan Pustaka

Kata Kunci Penelitian

Analisis Faktor-
Keterlambatan

Wawancara

Konstruksi
Kuisioner
NO JUDUL TAHUN PENULIS

Satistik

Faktor

SPSS
FTA
6 Analisis Faktor-Faktor Penyebab 2020 Ahmad Faisal
Keterlambatan Kerja Pada Proyek Romadhona(1), Andi
Pembangunan Gedung Bertingkat Di Tenrisukki Tenriajeng(2   
Indonesia
7 Analisis Faktor-Faktor Keterlambatan Pada 2020 Yayuk Indah Puspitasari
Proyek Perumahan Casa De Viola Dan    
Alternatif Penyelesaiannya
8 Studi Kasus Keterlambatan Proyek Konstruksi 2018 Fredy Kurniawan(1) ,
Di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Kontrak Diah Ayu Restuti
Kerja Wulandari(2), dan Lilian   
Arlista Ayu(3)
9 Analisis Penyebab Keterlambatan Waktu 2020 Pondaag Nathalia
Pelaksanaan Proyek Pada Perumahan Grand Elizabeth(1), Grace Y.
Victorian Kairagi Malingkas(2), Jantje B.   
Mangare(3)
10 ANALISIS PENJADWALANPROYEK GONDOLA 2020 Novia Nila Sutarman
CV. CIPTA ANUGRAH TEKNIK     

11 ANALISIS FAKTOR KETERLAMBATAN PROYEK 2023 Lonardo kholivatul


GONDOLA JAKARTA LIVING STAR alfiantono      

(Sumber: Olahan penulis, 2023)

25
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat objek atau proyek yang

digunakan, objek dalam penelitian ini yaitu proyek pembangunan Gondola Jakarta

living star di Jakarta, pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data

kuesioner dan wawancara yang diuji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan

program SPSS-24, kemudian data diolah menggunakan metode FTA (fault tree

analysis) dan MOCUS (method obtain cut set), hasil penelitian ini menampilkan faktor

yang paling berpengaruh terhadap keterlambatan dan juga probabilitas nilai hubungan

antar top event, penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2023.

2.11 Kerangka Berfikir

Menurut Husni, 2020, Kerangka berfikir adalah acuan untuk peneliti agar memiliki rute

penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui penyebab keterlambatan pelaksanaan pada

Proyek Pembangunan Gondola jakarat living star di ciracas berdasarkan data-data yang

sudah dikumpulkan. Dalam penelitian ini menggunakan variabel X (variabel bebas) dan

variabel Y (variabel terikat). Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas (Aprilia, 2018).

Pengumpulan data berupa data primer yang berupa kuisioner dan observasi serta data

sekunder berupa data yang didapat dari proyek seperti Kurva S, Network Planning dan

sebagainya. Setelah itu data diuji validitas dan reliabilitasnya.

25
BAB II Tinjauan Pustaka

Berdasarkan data pada tinjauan pustaka, maka dapat dibuat suatu kerangka pemikiran

penelitian seperti berikut:

Analisis Faktor Keterlambatan Proyek


Pembangunan Gondola jakarat living star di ciracas

Studi literatur untuk identifikasi masalah :


 Faktor penyebab keterlambatan
 Faktor yang paling berpengaruh
 Nilai hubungan keterlambatan

Membuat rumusan masalah

Menentukan tujuan penelitian :


 Mendpatkan faktor keterlambatan
 Memperoleh faktor paling berpengaruh
 Memperoleh nilai hubungan keterlambatan

Metodologi penelitian dengan survey, tahapannya adalah :


 Menetapkan variabel bebas (X) dan terikat (Y)
 Menyebarkan validasi pakar tahap 1
 Menyebarkan kuesioner hasil validasi pakar tahap 1
 Mengolah data menggunakan metode FTA (fault tree
analysis) dan MOCUS (method obtain cut set)
 Validasi pakar tahap 2

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir Dalam penelitian


(Sumber: Analisa Penulis 2023)

26
BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan selama proses penelitian

berlangsung, agar data yang dihasilkan dari selama proses penelitian akurat.

3.1. Metodologi Penelitian


Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar. 3.1 berikut :

I1
BAB III Metode Penelitian

Gambar 3.1. Diagram alir penelitian


Sumber : Hasil Olahan,2023

3.1.1. Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah menguraikan alasan-alasan mengapa masalah dan pertanyaan

penelitian serta tujuan penelitian. Dalam latar belakang masalah secara tersurat harus

jelas subtansi permasalahan (akar permasalahan) yang dikaji dalam penelitian. Dari

hasil mengulas latar belakang masalah maka didapat ruang lingkup dan batasan masalah

mengenai faktor yang menyebabkan keterlambatan proyek Gondola Jakarta living star

dan metode fault tree analysis (FTA).

I2
BAB III Metode Penelitian

3.1.2. Studi Pustaka


Studi pustaka dilakukan dengan mengkaji teori dan hasil penelitian yang relevan

mengenai faktor-faktor penyebab keterlambatan dan metode fault tree analysis (FTA).

3.1.3. Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data

yang diperlukan (Nazir,1983). Proses ini dilakukan untuk mendapat informasi yang

dibutuhkan sebagai upaya mencapai tujuan penelitian. Terdapat dua jenis data yang

dikumpulkan selama proses penelitian berlangsung yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama di

lapangan (Kriyantono, 2006). Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara

kepada staf pihak kontraktor yang bekerja di proyek Gondola Jakarta Living Star dan

observasi yang dilakukan di lokasi proyek. Proses wawancara pada penelitian ini

dilakukan terhadap staf PT Gondola Karya Lestari yang bertujuan untuk mendapatkan

informasi awal. Selanjutnya dari hasil wawancara

3.1.4. Analisa Data Tahap 1


Analisa data menyajikan karakteristik suatu data dari sampel tertentu sehingga peneliti

mengetahui secara cepat gambaran sekilas dan ringkas dari data yang telah diperoleh.

Analisa data dari penelitian ini bertujuan untuk menentukan tiga faktor dengan nilai

yang terbesar, kemudian dipilih satu variabel paling berpengaruh terhadap

keterlambatan proyek dari masing-masing faktor tersebut.

I3
BAB III Metode Penelitian

Analisis data pada tahap 1 menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan sebuah set

pertanyaan secara logis berhubungan dengan masalah yang diteliti, dan tiap pertanyaan

merupakan jawaban-jawaban yang memiliki makna dalam menguji hipotesis

(Singarimbun dkk,1987). Terdapat dua jenis kuesioner berdasarkan keleluasaan

responden untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan :

1) Kuesioner terbuka (kuesioner tidak terstruktur) yaitu kuesioner yang dibuat


sedemikian rupa sehingga jawaban yang diperoleh dapat bermacam-macam.
2) Kuesioner tertutup (kuesioner berstruktur) yaitu kuesioner yang dibuat sedemikian
rupa sehingga responden dibatasi dalam memberi jawaban kepada beberapa
alternatif ataupun kepada satu jawaban saja (Nazir,1983).
Dalam penelitian ini akan digunakan kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang berisi

mengenai variabel-variabel yang menjadi penyebab keterlambatan pada Gondola Karya

Lestari yang sudah di kelompokan jadi beberapa faktor. Variabel tersebut bersumber

dari jurnal-jurnal dan telah divalidasi oleh beberapa ahli. Fungsi dari kuesioner ini

adalah sebagai alat pengumpul data, sehingga data yang diperoleh dari hasil kuesioner

akan diolah untuk mendapatkan. Responden yang dijadikan penelitian Hasil kuesioner

diolah menggunakan program microsoft excel.

3.1.5. Model Grafis FTA


Data yang didapat dari hasil olah kuesioner adalah variabel paling berpengaruh terhadap

keterlambatan proyek dari masing-masing ketiga faktor, selanjutnya variabel tersebut

dianalisis menggunakan metode fault tree. Tahap pertama yaitu pembuatan model grafis

FTA dengan variabel dari masing-masing ketiga faktor yang berpengaruh terhadap

keterlambatan proyek dijadikan top event. Tahap kedua yaitu mendiskripsikan masing-

masing event yang tercantum pada model grafis FTA dengan menjelaskan pengertian

dan hubungan dari setiap event. Tahap ketiga yaitu menganalisis FTA secara kualitatif

(mencari minimal cut set) dimana himpunan kombinasi terkecil dari basic event tersebut

I4
BAB III Metode Penelitian

terjadi akan menyebabkan top event terjadi atau pendekatan dari atas ke bawah. Tahap

keempat yaitu menganalisis FTA secara kuantitatif dengan menggunakan pendekatan

aljabar Boolean. Berdasarkan basic event dari hasil minimal cut set yang didapat dari

pendekatan Boolean selanjutnya dimasukan nilai probabilitas yang didapat dari hasil

wawancara dengan pakar (project manager & site office engineer) hal ini dilakukan

untuk menilai mana variabel yang paling besar dampaknya terhadap keterlambatan yang

terjadi di proyek Gondola Jakarta Living Star

Langkah-langkah pembuatan konstruksi FTA sebagai berikut (Vasely dkk,1981) :

1) Langkah 1 : Menentukan aktivitas sistem.


Menentukan batas-batas kondisi awal secara spesifik dan jelas dari sistem untuk

memperoleh informasi yang diperlukan mengenai kegagalan.

2) Langkah 2 : Menentukan top event untuk dianalisis.


Menentukan masalah yang menarik untuk dianalisis.

3) Langkah 3 : Menentukan struktur atas pohon.


Menentukan kejadian dan kondisi (intermediate events) yang mengarah langsung

pada top event.

4) Langkah 4 : Periksa masing-masing cabang di setiap tingkat secara detail.


Menentukan kejadian dan kondisi yang mengarah langsung intermediate events.

Proses tersebut diulangi sampai model fault tree lengkap.

5) Langkah 5 : Memecahkan fault tree untuk kombinasi kejadian yang berkontribusi


pada top event. Periksa model fault tree untuk mengidentifikasi semua kombinasi
yang mungkin terjadi dari kejadian dan kondisi. Kombinasi yang cukup dari
kejadian dan kondisi diperlukan sebagai penyebab top event.
6) Langkah 6 : Mengidentifikasi potensi kegagalan yang penting dan menyesuaikan
model yang tepat (analisis kualitatif). Mempelajari model pohon kesalahan dan
daftar minimal cut set untuk mengidentifikasi dependensi yang berpotensi penting
diantara peristiwa. Dependensi adalah kejadian tunggal yang dapat menyebabkan
beberapa peristiwa atau kondisi terjadi pada waktu yang sama.

I5
BAB III Metode Penelitian

7) Langkah 7 : Lakukan analisis kuantitatif.


Gunakan statistik tentang kegagalan dan perbaikan peristiwa dan kondisi tertentu

dalam model pohon kesalahan untuk memprediksi kinerja sistem di masa depan.

8) Langkah 8 : Gunakan hasil dalam pengambilan keputusan.


Gunakan hasil analisis untuk mengidentifikasi kerentanan yang paling signifikan

dalam sistem dan untuk membuat rekomendasi yang efektif untuk mengurangi risiko

yang berkaitan dengan kerentanan.

3.1.6. Hasil Pengolahan Secara Kualitatif (menentukan minimal cut set)


Tujuan analisis ini adalah mencari cut set. Cut set adalah kombinasi pembentuk pohon

kesalahan yang mana bila semua terjadi akan menyebabkan peristiwa puncak terjadi

(Clemens,1993). Pada terminologi fault tree, sebuah cut set didefinisikan sebagai basic

event yang bila terjadi (secara simultan) akan mengakibatkan terjadinya top event.

Sebuah cut set dikatakan sebagai minimal cut set jika cut set tersebut tidak dapat

direduksi tanpa menghilangkan statusnya sebagai cut set. Kekritisan dari sebuah cut set

jelas tergantung pada jumlah basic event di dalam cut set (orde dari cut set). Faktor lain

yang penting adalah jenis basic event dari sebuah minimal cut set. Kekritisan dari

berbagai cut set dapat dirangking berdasarkan dari basic event berikut ini (Priyanta,

2000) :

a) Human error
b) Kegagalan komponen atau peralatan yang aktif (active equipment failure)
c) Kegagalan komponen atau peralatan yang pasif (passive equipment failure).

3.1.7. Analisa Data Tahap 2


Analisa data tahap 2 dilakukan menggunakan wawancara dan diolah menggunakan

program microsoft excel. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan nilai

I6
BAB III Metode Penelitian

probabilitas dengan skala yang sudah ditentukan terhadap indikator yang menyebabkan

keterlambatan proses pembayaran oleh owner, masalah perizinan proyek (legal) dan

keterlambatan pengiriman material yang terjadi pada proyek apartemen Gondola Jakarta

Living Star

3.1.8. Hasil Pengolahan Secara Kuantitatif Menggunakan Pendekatan Aljabar


Boolean
Setelah menganalisis fault tree secara kualitatif maka langkah selanjutnya menganalisis

secara kuantitatif dengan menggunakan pendekatan aljabar Boolean. Notasi operator

dalam logika aljabar Boolean untuk gerbang OR atau penjumlahan Boolean mempunyai

simbol (+). Sedangkan untuk gerbang AND mempunyai simbol (.) atau perkalian

Boolean (Vesely dkk.1981). Aturan aljabar Boolean yang dipakai untuk melakukan

analisis fault tree secara kuantitatif. Pendekatan aljabar Boolean berawal dari top event

dan mendiskripsikannya secara logis dalam basic event, incomplete event dan

intermediate event. Semua intermediate event akan digantikan oleh event-event pada

hirarki yang lebih rendah. Hal ini terus dilakukan sampai pernyataan logika yang

menyatakan top event semuanya dalam bentuk basic event dan incomplete event.

3.1.9. Kesimpulan dan Saran


Hasil penelitian yang diperoleh ditarik kesimpulan dan diberikan saran-saran untuk

penelitian selanjutnya.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

I7
BAB III Metode Penelitian

3.2.1. Tempat penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Apartemen Jakarta Living Star yang beralamat di J Jl.

Lap. Tembak No.10, RT.4/RW.4, Pekayon, Kec. Ps. Rebo, Kota Jakarta Timur, Daerah

Khusus Ibukota Jakarta 13710, Lokasi proyek terletak pada jalan yang cukup ramai,

serta dekat dengan pemukiman, rumah sakit ketergantungan obat,pasar munjul

Gambar 3.2. Lokasi proyek


Sumber : Hasil Olahan,2023

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan januri 2023 sampai dengan bulan Februari 2023

yang dibagi menjadi dua tahapan, yaitu tahap pertama yaitu melakukan observasi dan

wawancara yang bertempat di lokasi proyek pembangunan. Tahap kedua yaitu tahap

pelaksanaan yang meliputi pengolahan data dilakukan di Perpustakaan Universitas

Mercu Buana.

3.3. Populasi

I8
BAB III Metode Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah staf yang terlibat selama proses

pembangunan Gondola Jakarta living star khusunya staf yang mengerjakan yang

berjumlah 30 orang. Profil responden akan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Profil Responden Kuesioner

Responden Jabatan Jumlah


1 Project Manager 1
2 ADM Keuangan 2
3 HSE Officer 3
4 Site Office Engineering 3
5 Site Manager 1
6 General Affair 2
7 Quality Control 2
8 MEP Engineering 8
9 Quantity Surveyor 1
10 Drafter 1
11 Drafter MEP 1
12 Supervisor 1
13 Pelaksana 2
14 Mandor 2
Tabel 3.1 Profil Responden Kuesioner (lanjutan)

Sumber : Hasil Olahan,2023

I9
BAB III Metode Penelitian

3.4. Jadwal Penelitian


Kegiatan penelitian akan dilaksanakan pada bulan januari sampai dengan februari 2023.

Rincian kegiatan terdapat dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2 Rincian Waktu Penelitian

Jan feb maret april mei


No Kegiatan 2023 2023 2023 2023 2023
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahap Persiapan
a. Penyusunan
proposal
b. Ujian proposal
2 Tahap Pelaksanaan
a. Penyebaran
kuesioner
b. Pengumpulan data
c. Pengolahan data dan
analisis data
3 Tahap Penyelesaian
a. Penyusunan Laporan
b. Ujian Skripsi
c. Perbaikan
Sumber : Hasil Olahan,2023

I10

Anda mungkin juga menyukai