Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM GEOHIDROLOGI
ACARA 1
“MENGHITUNG PRESIPITASI EVAPOTRANSPIRASI DAN
INFILTRASI ”

NAMA : MORINO ADJIE WICAKSONO


NIM : 2009086014
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
ASISTEN : MUHAMMAD AKHMAR
NIM : 1909086005

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah salah satu unsur paling penting di Bumi. Semua makhluk hidup, termasuk
manusia, tumbuhan, dan hewan, membutuhkannya untuk bertahan hidup. Tanpa air, tidak
mungkin ada kehidupan di Bumi. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang air dalam
segala bentuknya, baik cair, padat, atau gas. Ilmu ini mempelajari sifat air, seperti sifatnya,
cara penyebarannya, dan siklus air yang berlangsung di Bumi.

Beberapa ahli berpendapat mengenai pengertian hidrologi. Menurut Asdak (1995), hidrologi
adalah ilmu yang mempelajari air dalam segala bentuknya (cairan, gas, padat) pada, dalam,
dan di atas permukaan tanah. Sedangkan Arsyad (2009) berpendapat bahwa hidrologi adalah
ilmu yang mempelajari proses penambahan, penampungan, dan kehilangan air di bumi.

Presipitasi, yang juga disebut sebagai satu kelas dalam hidrometeor, adalah fenomena
atmosferik yang terjadi ketika atmosfer, suatu larutan gas raksasa, menjadi jenuh, dan uap air
kemudian terkondensasi dan keluar dari larutan. Penambahan uap air atau pendinginan
menyebabkan udara menjadi jenuh. Data hujan dikumpulkan dari penakar curah hujan yang
ditempatkan di lokasi yang disebut "Pos Hujan" sesuai dengan persyaratan dan kerapatan
antar pos untuk mewakili setiap wilayah. Saat ini ada sistem telemetring di mana data yang
diamati otomatis tidak ditampilkan dalam bentuk grafik tetapi disimpan dalam bentuk digital.
Modem, misalnya, dapat menyimpan data hujan selama lebih dari satu tahun.

Oleh karena itu, diadakannya praktikum ini untuk mengetahui tentang infiltrasi, evaporasi,
dan presipitasi, dan dapat mengolah data-data perhitungan tentang infiltrasi, evaporasi, dan
presipitasi.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pratikum ini di antaranya yaitu :
a. Untuk mengetahui nilai infiltrasi pada daerah pengamatan
b. Untuk mengetahui nilai evaporasi pada daerah pengamatan
c. Untuk mengetahui nilai perhitungan pada daerah pengamatan menggunakan metode
thiessan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Geohidrologi atau juga disebut hidrogeologi merupakan ilmu yang mempelajari aliran dan
kualitas airtanah. Banyak ahli membedakan istilah geohidrologi dengan hidrogeologi.
Geohidrologi lebih terfokus tentang airtanahnya sedangkan hidrogeologi lebih pada media
tempat airtanah tinggal, atau geologinya. Untuk selanjutnya kita gunakan istilah geohidrologi
(Rinaldi, 2020).

Airtanah mengalir ke bawah akibat gaya gravitasi mengikuti gradient tekanan. Airtanah ini
terletak di dalam pori-pori tanah, oleh karenanya sering disebut sebagai aliran dalam media
berpori (porous media). Sebagian airtanah terletak di dalam celah atau retakan batuan dan
mengalir melalui saluran semacam pipa (conduit). Airtanah ini terletak dalam lapisan tanah
yang disebut aquifer dan media porous yang dangkal (sekitar 450 m di bawah permukaan
tanah). Airtanah yang dangkal (sekitar 3 meter dari permukaan tanah) merupakan topik
penting pada bidang ilmu tanah, pertanian, dan teknik sipil, dan juga geohidrologi (Rinaldi,
2020).

Air secara alami mengalir dari hulu ke hilir, dari daerah yang lebih tinggi ke daerah yang
lebih rendah. air mengalir diatas permukaan tanah namun air juga mengalir di dalam tanah.
di dalamlingkungan alam, proses, perubahan ujud, gerakan aliran air (dipermukaan tanah, di
dalam tanah, dan di udara) mengikuti suatu siklus keseimbangan yang dikenal dengan siklus
hidrologi. Siklus Hidrologi adalah siklus air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer kebumi
dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan transpirasi
(Salsabila, 2020).

Berdasarkan pengetian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hidrogeologi merupakan cabang


keilmuan air yang berkaitan dengan proses pergerakan air di bawah tanah (red.: dalam sistem
akuifer) dan air sebagai fluida berada di bawah permukaan tanah. Perbedaan hidrogeologi
dan air tanah terletak pada ruang lingkup definisi, yaitu hidrogeologi terbatas pada air tanah
dan geologi, sementara air tanah memiliki cakupan yang luas dan lintas keilmuan seperti
rekayasa sipil, tambang, geologi, dan pertanian. Selanjutnya, perkembangan keilmuan
hidrogeologi semakin berkembang pesat sehingga pengertian hidrogeologi pun semakin
kompleks. Dengan interaksinya dengan bidang ilmu Teknik Sipil, Ilmu Tanah, dan Pertanian,
hidrogeologi tidak hanya membahas proses pergerakan air tanah pada zona jenuh air saja,
tetapi juga pada zona tanah tak jenuh air (Salsabila, 2020).

Adapun perkembangan keilmuan hidrogeologi dalam berbagai bidang, berdasarkan buku


Hidrogeologi Pertanian, adalah sebagai berikut:
1. Hidrogeologi panas bumi berkaitan dengan tatanan akuifer dan aliran air tanah pada
sistem geotermal, mata air panas, dan sumber energi terbarukan.
2. Hidrogeologi pertambangan berkaitan dengan analisis peran air tanah pada kestabilan
lereng, penirisan air tanah (dewatering), dan air asam tambang.
3. Hidrogeologi migas berkaitan dengan overpressure dan hidrodinamika cebakan
migas.
4. Hidrogeologi geoteknik berkaitan dengan pembahasan sistem akuifer dan aliran air
tanah terkait pembangunan/rekayasa terowongan, kestabilan lereng, amblesan tanah,
likuefaksi, dan konsolidasi.
5. Hidrogeokimia dan hidrogeologi lingkungan berkaitan dengan pencemaran air tanah,
interaksi antara air tanah dengan air permukaan, air asam tambang dan limbah.
6. Hidrogeologi gunung api (vulkanik) berkaitan dengan gunung api/ vulkanik.
7. Hidrogeologi karst berkaitan dengan proses pelarutan batu kapur/karst, sungai bawah
tanah, dan gua.
8. Hidrogeologi pertanian berkaitan dengan proses infiltrasi, distribusi kadar air, sumur
sumber air, perencanaan pemenuhan kebutuhan air tanahan, dan irigasi air tanah.
9. Sistem informasi hidrogeologi berkaitan dengan sistem informasi spasial, geografi,
tata ruang, serta perencanaan dan pengembangan wilayah.
10. Hidrogeologi tanah tak jenuh air berkaitan dengan kondisi tanah tak jenuh air
(unsaturated zone).
(Salsabila, 2020).

Zona tanah tak jenuh air atau lazim juga disebut unsaturatled zone merupakan zona tanah
yang berada di bawah permukaan tanah sampai zona capillary fringe. Air pada zona tanah
tak jenuh air memilki pressure head yang lebih kecil dari atmospehreic pressure dan tanah
pada zona tanah tak jenuh air mengadung air dengan derajat kejenuhan <100%)
(Salsabila, 2020).

Evapotranspirasi adalah kombinasi dari dua proses: evaporasi dan transpirasi. Evaporasi
adalah penguapan atau hilangnya air dari tanah dan badan air (abiotik) dan transpirasi adalah
keluarnya air (biotik) dari tanaman karena respirasi dan fotosistesis. Transpirasi pada
dasarnya adalah penguapan air dari tanaman melalui daun ke atmosfer. Sistem perakaran
tanaman mengambil air dalam jumlah yang berbeda dan ditranspirasi (Rinaldi, 2020).

Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi adalah suhu air, suhu udara (atmosfir),
kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, sinar matahari. Pada waktu pengukuran
evaporasi, kondisi/keadaan iklim ketika itu harus diperhatikan, mengingatfaktor itu Sangat
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan (Sosrodarsono dan Takeda,1983). Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses transpirasi adalah suhu, kecepatanangin, kelembaban tanah, sinar
matahari, gradien tekanan uap. Juga dipengaruhi olehfaktor karakteristik tanaman dan
kerapatan tanaman (Fuasan,2020).

Proses evaporasi dimulai ketika molekul air membutuhkan energi untuk bergerak dari fase
cair ke fase uap. Energi berasal dari radiasi matahari langsung dan komponen lingkungan
lainnya yang mempengaruhi suhu udara. Gaya penggerak adalah perbedaan tekanan antara
uap air di permukaan penguapan dan tekanan udara atmosfir. Selama proses, udara sekitar
menjadi jenuh secara bertahap. Jika udara basah tidak dipindahkan ke atmosfir, proses akan
melambat dan mungkin berhenti.Kecepatan angin sangat memengaruhi perpindahan antara
udara jenuh dan udara kering (Fuasan,2020).

Oleh karena itu, radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin adalah
faktor iklim yang dipertimbangkan ketika proses evaporasi dihitung. Tingkat
penutupantanaman pelindung (tanaman pelindung) dan jumlah air yang tersedia pada
permukaan penguapan juga mempengaruhi proses evaporasi jika permukaan penguapan
adalah tanah.Ada beberapa cara untuk mengukur evaporasi, seperti menggunakan panci Eva
porasi, menggunakan lisimeter, atau menggunakan pengukuran meteorologis (Fuasan,2020).

Proses transpirasi meliputi penguapan cairan (air) yang terkandung pada jaringantanaman
dan pemindahan uap ke atmosfir. Tanaman umumnya kehilangan air melalui stomata.
Stomata merupakan saluran terbuka pada permukaan daun tanaman melalui proses
penguapan dan perubahan wujud menjadi gas. Air bersama beberapa nutrisi lain diserap oleh
akar dan ditransportasikan keseluruh tanaman. Proses penguapan terjadi dalam daun, yang
disebut ruang intercellular, dan pertukaran uap ke atmossfir dikontrol oleh celah stomata.
Hampir semua air yang diserap oleh akar keluar melalui proses transpirasi dan hanya
sebahagian kecil saja yang digunakan dalam tanaman (Fuasan,2020).

Evapotranspirasi (ETc) adalah proses dimana air berpindah dari permukaan bumi ke atmosfer
termasuk evaporasi air dari tanah dan transpirasi dari tanamanmelalui jaringan tanaman
melalui transfer panas laten persatuan area (Hillel, 1983). Ada 3 faktor yang mendukung
kecepatan evapotranspirasi yaitu (1) faktor iklim mikro, mencakup radiasi netto, suhu,
kelembaban dan angin, (2) faktor tanaman,mencakup jenis tanaman, derajat penutupannya,
struktur tanaman, stadia perkembangan sampai masak, keteraturan dan banyaknya stomata,
mekanisme menutup dan membukanya stomata, (3) faktor tanah, mencakup kondisi tanah,
aerasitanah, potensial air tanah dan kecepatan air tanah bergerak ke akar tanaman
(Ramli, 2011).
Proses transpirasi meliputi penguapan cairan (air) yang terkandung pada jaringantanaman
dan pemindahan uap ke atmosfir. Tanaman umumnya kehilangan air melalui stomata.
Stomata merupakan saluran terbuka pada permukaan daun tanaman melalui proses
penguapan dan perubahan wujud menjadi gas. Air bersama beberapa nutrisi lain diserap oleh
akar dan ditransportasikan keseluruh tanaman (Ramli, 2011).

Jenis-Jenis Evapotranspirasi
1. Evapotranspirasi potensial, adalah yang munkin terjadi pada kondisi air yang tersedia
berlebihan.Faktor penting yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah tersedianya air yang
cukup banyak.Evapotranspirasi potensial akan terjadi jika evapotranspirasi pada suatu daerah
sempit di tengah-tengah daerah yang luas,tidak terpisah,seluruh permukaan tertutup vegetasi
seragam. Dan terjadi jika dalam kondisi kelembaban tanah tidak terbatas.
2. Evapotranspirasi aktual Jumlah air tidak berlebihan atau terbatas.Dipengaruhi oleh
proporsi permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau pada musim kemarau.
(Sarminah, 2017)

Ada beberapa metode dalam penetapan nilai/besarnya evapotranspirasi,antara lain:


1. Metode Thornthwaite
Thornwite telah mengembangkan suatu metode untuk memperkirakan besarnya
evapotranspirsai potensial dari data klimatologi.Evapotranspirasi potensial (PET)
berdasarkan suhu udara rerata bulanan dengan standar 1 bulan 30 hari dan lama penyinaran
matahari 12 jam sehari. Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan
energi panas untuk berlangsungnya proses ET dengan asumsi suhu udara tersebut berkorelasi
dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang mengendalikan proses ET. Evapotranspirasi
potensial tersebut berdasarkan suhu udara rata-rata bulanan dengan standar 1 bulan (30 hari)
dan lama penyinaran 12 jam sehari
2. Metode Blaney-Criddle
Metode ini digunakan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi dari tumbuhan yang
pengembangannya didasarkan pada kenyataan bahwa evapotranspirasi bervariasi sesuai
dengan keadaan temperatur,
3. Metode Modifikasi
Metode ini adalah metode yang bervariasi tergantung dari temperatur, lama penyinaran
matahari, kelembaban relatif, dan kecepatan angin.
(Sarminah, 2017)

Proses turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi dan laut dikenal sebagai presipitasi.
Air yang turun bisa berbentuk hujan atau salju tergantung di mana air turun. Presipitasi yang
dibahas secara umum dalam bab ini adalah curah hujan karena Indonesia berada di daerah
tropis; namun, di daerah beriklim sedang, itu dapat berupa curah hujan atau salju (Ramli,
2011).

Perubahan bentuk air karena kondensasi dari uap menjadi cairan dikenal sebagai presipitasi,
peristiwa klimatik alamiah. Siklus hidrologi mendokumentasikan presipitasi secara
menyeluruh. Proses presipitasi dimulai dengan uap air mengalir ke atmosfer dari permukaan
bumi. Ketika suhu udara menjadi lebih dingin, uap air di atmosfer menjadi dingin dan
terkondensasi, membentuk clouds. Ketika awan tidak dapat lagi menampung air, awan akan
melepas uap air di dalamnya ke dalam bentuk presipitasi (Ramli, 2011).

Secara sederhana, agar presipitasi dapat terjadi, kondisi atmosfer harus mendukung 4 hal
berikut, yaitu:
1. Kelembaban udara yang cukup
2. Terdapat inti yang cukup untuk pembentukan kondensasi
3. Kondisi udara cukup baik untuk proses penguapan terjadi
4. Awan pembentukan kondensasi harus mencapai bumi
(Ramli, 2011).

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, presipitasi bisa terjadi dalam beberapa bentuk.
Berdasarkan ukurannya, bentukbentuk presipitasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Drizzle : Presipitasi yang terdiri dari butir-butir air berdiameter kurang dari 0,02 mm
atau intensitasnya kurang dari 0.04 mm per jam
2. Rain : Presipitasi dengan ukuran butir air lebih besar dari 0,02 mm
3. Glaze : Presipitasi berupa es yang terbentuk dari hujan atau drizzle yang membeku
akibat kontak dengan lingkungan yang dingin
4. Sleet : Presipitasi terbentuk apabila butir-butir hujan sewaktu jatuh mengalami
pembekuan akibat udara yang dingin
5. Snow : Presipitasi dalam bentuk Kristal es
6. Hail : Presipitasi dalam bentuk bola es dengan diameter lebih dari 0,2 inci.
(Salsabila, 2020).

Infiltrasi merupakan peristiwa atau proses masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi
tidak mesti) melalui permukaan tanah dan secara vertikal. Infiltrasi adalah proses masuknya
air ke dalam tanah melalui permukaan tanah dalam tingkatan prosesnya melalui 1, ambibisi
yaitu proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah atau serapan matrik tanah
2, bergeraknya air ke dalam permukaan tanah,dimana ambibisi masih berlangsung. 3,
redistribusi air tanah setelah proses ambibisi berakhir.Infoltrasi merupakan suatu peralihan
atau pergerakan air dari permukaan tanah yang terus bergerak di dalam profil tanah yang
prosesnya dikenal dengan perkolasi (Salsabila, 2020).

Laju infiltrasi dintaranya dipengaruhi oleh sejumlah variabel, termasuk kelembaban tanah,
pemampatan hujan, penyumbatan oleh butir halus, tanaman penutup, topografi, dan intensitas
hujan. Dalam beberapa situasi, air dapat masuk melalui rekahan atau jalur tanah, atau gerakan
horizontal dari samping, antara lain, tetapi faktor-faktor ini akan menentukan tingkat infiltrasi
dari area tertentu. Seseorang dapat mengukur laju infiltrasi di lapangan dengan mengukur
curah hujan, aliran permukaan, dan menduga komponen lain dari siklus air. Alternatif,
mereka dapat menggunakan analisis hidrograf untuk menghitung laju infiltrasi
(Salsabila, 2020).
Penetapan infiltrasi sering dilakukan pada luasan yang sangat kecil dengan menggunakan
suatu alat yang dinamai infiltrometer. Ada beberapa macam infiltrometer yang dapat
digunakan untuk menetapkan laju infiltrasi, yaitu:
(1) ring infiltrometer (single ataudouble/concentric-ring infil trometer);
(2) wells, auger hole permeameter;
(3) pressure infiltrometer;
(4) closed-top permeameter;
(5) crust test;
(6) tension and disc infiltrometer;
(7) driper; dan
(8) rainfall
(Sarminah, 2017).

Proses infiltrasi melibatkan tiga proses yang saling tidak tergantung satu sama lain, yaitu (1)
proses masuknya air hujan melalui pori-pori permukaan tanah, (2) tertampungnya air hujan
tersebut di dalam tanah, (3) proses mengalirnya air tersebut ke tempat lain (bawah, samping,
dan atas) (Sarminah, 2017).

Saat air hujan menyentuh permukaan tanah, sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam tanah
melalui pori-pori yang ada di permukaan tanah. Gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah
membatasi aliran air hujan ke dalam tanah. Gaya gravitasi membatasi aliran air hujan tegak
lurus melalui profil tanah, sementara gaya kapiler mengalirkan air tegak lurus ke atas, ke
bawah, dan ke arah horizontal. Metode kapiler tanah ini efektif pada tanah dengan poripori
yang kecil (Sarminah, 2017).

Faktor Yang Mempengaruhi Infiltrasi


1. Vegetasi
Kapasitas infiltrasi pada tanah bervegetasi cenderung lebih tinggi dibanding tanah yang tidak
bervegetasi, karena penutupan tanah dengan vegetasi dapat meningkatkan laju infiltrasi.
Tanah yang ditutupi oleh tanaman biasanya mempunyai laju infiltrasi lebih besar daripada
permukaan tanah yang terbuka. Hal ini disebabkan oleh perakaran tanaman yang
menyebabkan porositas tanah lebih tinggi, sehingga air lebih banyak dan meningkat pada
permukaan yang tertutupi oleh vegetasi, dapat menyerap energi tumbuk hujan dan sehingga
mampu mempertahan kan laju infiltrasi yang tinggi.
2. Intensitas Hujan
Hujan merupakan faktor yang paling penting di daerah tropika sebagai agensi yang mampu
merusak tanah melalui kemampuan energy kinetiknya yang dijabarkan sebagai intensitas,
durasi, ukuran butiran hujan dan kecepatan jatuhnya. Faktor iklim dibedakan dalam dua
kategori yakni bila curah hujan tahunan 2500 mm.
3. Tekstur Tanah
Menurut Hardjowigeno (2007), kelas tekstur tanah menunjukkan perbandingan butir-butir
pasir (0,005-2 mm), debu (0,002-0,005 mm), dan liat < 0,002 mm) di dalam fraksi tanah
halus. Tekstur menentukan tata air, tata udara, kemudahan pengelolaan, dan struktur tanah.
fraksi-fraksi tanah, maka tekstur tanah dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu halus,
sedang, dan kasar. Makin halus tekstur tanah mengakibatkan kualitas tanah semakin menurun
karena berkurangnya kemampuan tanah dalam menghisap air. Profil tanah yang dalam dan
permeabilitas tanah yang baik (sedang-cepat) memungkinkan air permukaan dapat masuk
lebih dalam kedalam tanah dang mengisi pori-pori dan rongga-rongga yang ada jauh didalam
tanah.
4. Kerapatan Massa (Bulk Density)
Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti
porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air, drainase, dll. Sifat fisik
tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan. Bulk
density sangat berhubungan dengan particle density, jika particle density tanah sangat besar
maka bulk density juga besar. Hal ini dikarenakan particle density berbanding lurus dengan
bulk density, namun apabila tanah memiliki tingkat kadar air yang tinggi maka particle
density dan bulk density akan rendah. Dapat dikatakan bahwa particle density berbanding
terbalik dengan kadar air. Hal ini terjadi jika suatu tanah memiliki tingkat kadar air yang
tinggi dalam menyerap air tanah, maka kepadatan tanah menjadi rendah karena pori-pori di
dalam tanah besar sehingga tanah yang memiliki pori besar akan lebih mudah memasukkan
air di dalam agregat tanah.
(Sarminah, 2017).

Laju infiltrasi dapat diukur di lapangan dengan mengukur curah hujan, aliran permukaan dan
menduga faktor-faktor lain dari siklus air, atau menghitung laju infiltrasi dengan analisis
hidrograf. Laju infiltrasi tertinggi dicapai saat air pertama kali masuk ke dalam Pengantar
Hidrologi 39 tanah dan menurun dengan bertambahnya waktu (Sarminah, 2017).

Ada beberapa macam infiltrometer yang dapat digunakan untukmenetapkan laju infiltrasi,
yaitu: (1) ring infiltrometer (single atau double/concentric-ring infiltrometer); (2) wells,
auger holepermeameter; (3) pressure infiltrometer; (4) closed-top permeameter; (5) crust
test; (6) tension and disc infiltrometer; (7) driper; dan (8) rainfall (Sarminah, 2017).

Adapun prosedur pengukuran infiltrasi di lapangan adalah sebagai berikut:


1. Terlebih dahulu lokasi yang akan diukur dibersihkan.
2. Membenamkan kedua ring kedalam tanah sedalam ± 10 cm, sehingga tersisa kurang
lebih 20 cm di atas permukaan.
3. Setelah itu, ruang antara ring dalam dan ring luar diisi air dan dibiarkan beberapa
lama sampai habis (seluruhnya terinfiltrasi). Hal ini perlu dilakukan untuk menghilangkan
retak-retak tanah yang merugikan pengukuran.
4. Kemudian ruang pada ring luar diisi kembalidan diikuti dengan pengisian ring dalam
sampai mencapai batas garis atas.
5. Mengukur dan mencatat penurunan muka air tiapselang waktu 10 menit, 20 menit,30
menit, 40 menit, 50 menit dan 60 menit.
6. Selanjutnya, air dituangkan kembali secepatnyake dalam ring sampai garis batas atas.
7. Hal tersebut dilakukan sebanyak tiga ulangan, sehingga diperoleh penurunan tinggi
muka air selalu tetap. Dalam hal ini berarti laju infiltrasi telah tetap atau nilai konstan telah
tercapai.
(Sarminah, 2017).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
a. Komputer/laptop
b. Charger laptop

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktium kali ini yaitu:
a. Data Administrasi
b. Data Curah Hujan
c. Software ArcGIS

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Pembuatan Peta Curah Hujan
a. Dimasukan shp administrasi
b. Dimasukan data curah hujan menggunakan tools conversion excel to tabel
c. Di eksport titiknya menjadi shp yang baru
d. Dibuat poligon thiessen dengan tools search anlyst poligon thiessen
e. Disatukan tabel dengan join tabel poligon ke titik curah hujan
f. Diubah warna peta sesuai dengan klasifikasinya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Pengertian presipitasi, Evaporasi dan Infiltrasi


Precipitasi, evaporasi, dan infiltrasi adalah tiga proses utama dalam siklus air yang
mempengaruhi pergerakan dan distribusi air di planet Bumi. Berikut adalah pengertian
masing-masing proses:

Presipitasi adalah proses turunnya air dari atmosfer ke permukaan Bumi dalam bentuk
berbagai macam jenis presipitasi, seperti hujan, salju, hujan es, embun beku, atau gerimis.
Ini terjadi ketika uap air di atmosfer mengembun menjadi tetes-tetes air atau kristal es yang
cukup besar untuk jatuh ke permukaan. Precipitasi adalah cara utama di mana air kembali ke
permukaan Bumi setelah menguap dari permukaan air (seperti sungai, danau, dan lautan).
Precipitasi adalah sumber air penting untuk pasokan air tawar di Bumi, yang diperlukan
untuk kehidupan, pertanian, dan berbagai keperluan lainnya.

Evaporasi adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi uap air yang terjadi ketika
air di permukaan (seperti air di sungai, danau, atau laut) terpapar panas matahari dan berubah
menjadi uap air. Evaporasi adalah salah satu cara utama di mana air menguap dari permukaan
Bumi ke atmosfer. Ini adalah langkah awal dalam siklus air yang menghasilkan uap air di
atmosfer, yang kemudian dapat kondensasi menjadi awan dan berkontribusi pada proses
presipitasi. Evaporasi juga memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan iklim Bumi
dan mengatur

Infiltrasi adalah proses perembesan atau penyerapan air ke dalam tanah dari permukaan. Air
hujan atau air permukaan yang mencapai tanah dapat meresap ke dalam tanah melalui pori-
pori tanah dan batuan. Infiltrasi penting dalam siklus air karena air yang meresap ke dalam
tanah dapat menjadi sumber air bagi akuifer bawah tanah (lapisan air tanah) dan kemudian
dapat dialirkan ke sumur-sumur atau mata air. Infiltrasi juga membantu mengontrol erosi
permukaan dan mengisi kembali air tanah. Tingkat infiltrasi dapat dipengaruhi oleh jenis
tanah, tipe vegetasi, curah hujan, dan banyak faktor lainnya.

4.2 Pengertian Metode Curah Hujan


4.2.1 Meyode Arikmatik
Metode aritmetika dalam konteks curah hujan dapat digunakan untuk menghitung atau
menganalisis berbagai aspek terkait curah hujan, seperti rata-rata curah hujan, total curah
hujan dalam suatu periode, atau perbandingan curah hujan antara beberapa lokasi. Berikut
beberapa metode aritmetika yang sering digunakan dalam analisis curah hujan;
1. Rata-Rata Curah Hujan: Untuk menghitung rata-rata curah hujan dalam suatu periode
tertentu, Anda dapat menjumlahkan semua data curah hujan yang tercatat selama periode
tersebut dan kemudian membaginya dengan jumlah hari atau bulan dalam periode tersebut.
2. Total Curah Hujan: Untuk menghitung total curah hujan dalam suatu periode, cukup
menjumlahkan semua data curah hujan selama periode tersebut. Misalnya, untuk menghitung
total curah hujan selama musim hujan, jumlahkan semua curah hujan yang tercatat selama
musim tersebut.
3. Perbandingan Curah Hujan: Anda juga dapat menggunakan metode aritmetika untuk
membandingkan curah hujan antara beberapa lokasi atau periode waktu.
4. Tren Curah Hujan: Dengan menggunakan metode aritmetika, Anda dapat menghitung
tren curah hujan dari data historis. Ini dapat melibatkan perhitungan tahun-tahun dengan
curah hujan di atas atau di bawah rata-rata, serta perhitungan persentase perubahan dari tahun
ke tahun.
5. Perhitungan Variabilitas Curah Hujan: Anda dapat menggunakan metode aritmetika
untuk menghitung variabilitas curah hujan, seperti simpangan baku atau koefisien variasi,
untuk menentukan sejauh mana fluktuasi curah hujan dalam suatu wilayah atau periode
tertentu.
4.2.2 Metode Thiessan
Metode Thiessen, juga dikenal sebagai metode polygon Thiessen atau metode poligon
Voronoi, adalah metode yang digunakan untuk membagi suatu wilayah menjadi beberapa
sub-wilayah (poligon) berdasarkan jarak terdekat ke titik-titik data yang ada. Metode ini
sering digunakan dalam analisis curah hujan untuk mengestimasi curah hujan rata-rata di
suatu wilayah berdasarkan data curah hujan yang terukur di beberapa titik stasiun hujan.

Berikut adalah langkah-langkah umum dalam metode Thiessen untuk mengestimasi curah
hujan:
1. Titik Data Curah Hujan: Mulailah dengan mengidentifikasi lokasi dari titik-titik
stasiun hujan yang memiliki data curah hujan yang telah terukur. Titik-titik ini akan
digunakan sebagai pusat-pusat poligon Thiessen.
2. Pembuatan Poligon Thiessen: Untuk setiap titik stasiun hujan, gambarlah garis-garis
(garis Voronoi) yang membagi wilayah sekitarnya menjadi poligon Thiessen. Garis-garis ini
adalah garis yang berjarak sama jauh dari dua titik stasiun hujan terdekat. Poligon Thiessen
adalah wilayah yang terbentuk oleh garis-garis ini.
3. Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata: Setelah pembuatan poligon Thiessen, Anda
dapat menghitung rata-rata curah hujan di masing-masing poligon tersebut. Ini biasanya
dilakukan dengan cara membagi total curah hujan pada titik data stasiun hujan yang terletak
di dalam poligon dengan luas poligon tersebut.
4. Visualisasi Hasil: Hasil dari metode Thiessen dapat divisualisasikan dalam bentuk
peta yang menunjukkan poligon Thiessen dan nilai curah hujan rata-rata di masing-masing
poligon. Ini membantu untuk melihat bagaimana curah hujan terdistribusi di wilayah
tersebut.

4.2.3 Metode Ishoyet


Metode isohyet adalah salah satu metode yang digunakan dalam analisis curah hujan untuk
menggambarkan distribusi spasial curah hujan dalam suatu wilayah dengan lebih detail.
Metode ini menggunakan garis isohyet, yang merupakan garis yang menghubungkan titik-
titik yang memiliki curah hujan yang sama dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan kata
lain, garis isohyet menghubungkan titik-titik dengan nilai curah hujan yang serupa.

Berikut adalah langkah-langkah umum dalam metode isohyet:


1. Pengumpulan Data Curah Hujan: Mulailah dengan mengumpulkan data curah hujan
dari stasiun hujan atau sumber data lainnya di wilayah yang ingin Anda analisis. Data ini
biasanya mencakup nilai curah hujan harian atau bulanan dari berbagai lokasi dalam wilayah
tersebut.
2. Pengolahan Data: Setelah Anda mengumpulkan data curah hujan, Anda perlu
mengklasifikasikan data tersebut ke dalam berbagai kategori curah hujan yang berbeda. Ini
dapat dilakukan dengan mengelompokkan nilai-nilai curah hujan ke dalam rentang curah
hujan yang sesuai, misalnya, 0-10 mm, 11-20 mm, 21-30 mm, dan seterusnya.
3. Pembuatan Garis Isohyet: Selanjutnya, gambarlah garis isohyet untuk setiap kategori
curah hujan yang Anda tentukan. Garis isohyet adalah garis yang menghubungkan semua
titik dengan nilai curah hujan yang sama dalam kategori tersebut. Anda dapat menggunakan
perangkat lunak khusus untuk membuat garis isohyet atau melakukannya secara manual jika
data cukup sederhana.
4. Pemberian Label dan Analisis: Setelah garis isohyet digambar, beri label pada setiap
garis dengan menyebutkan nilai curah hujan yang sesuai. Ini akan membantu dalam
interpretasi peta isohyet. Selanjutnya, Anda dapat menganalisis pola distribusi curah hujan
dalam wilayah tersebut berdasarkan garis-garis isohyet yang terbentuk.
5. Visualisasi: Hasil dari metode isohyet biasanya divisualisasikan dalam bentuk peta
isohyet. Peta ini menunjukkan garis-garis isohyet dan nilai curah hujan yang sesuai. Peta
isohyet membantu dalam pemahaman dan komunikasi pola curah hujan dalam wilayah
tersebut.
4.3 Tabel Curah Hujan
Tabel 4.1 Curah Hujan
Stasiun Curah Hujan Luas wilayah Curah Luas
Buayan 487 331,466461 Km2 161,423942
Karang Gayam 391 302,285755 Km2 118,193435
Prembun 308 212,368188 Km2 65,409344
Petahanan 327 237,872679 Km2 77,784144
Alian 412 242,55195 Km2 99,931012
Total 522,741877

4.4 Pembuatan Peta Curah Hujan


4.4.1 Peta Curah Hujan Polygon

Gambar 4.1 Peta Curah Hujan Polygon


4.4.2 Peta Curah Hujan IDW

Gambar 4.2 Peta Curah Hujan IDW

4.5 Perhitungan Presipitasi


Berdasarkan data diberikan, maka dapat diperoleh perhitungan dari metode presipitasi, yaitu:
Rumus :
𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3
𝑝=
𝑛
487 + 391 + 412 + 327 + 308
𝑝=
5
𝑝 = 385

4.6 Perhitungan Suhu


Berdasarkan data diberikan, maka dapat diperoleh perhitungan dari suhu, yaitu :
Rumus :
T1 = 0,006 (Z1 – Z2)°C
Dari data telah diketahui :
Z1 (elevasi terendah) = 308
Z2 (elevasi tertinggi) = 486 m
Maka :
T1 = 0,006 (308 - 486) °C
T1 = 0,006 (-178) °C
T1 = -1,068 °C

4.7 Perhitungan Evapotranspirasi


Berdasarkan data diberikan, maka dapat diperoleh perhitungan dari metode evapotranspirasi,
yaitu :
Rumus :
P
𝐸𝑎 =
P2
(0,9 + 2 ) . 0,5
Eo
Mencari nilai dari Eo :
Eo = 325 + 21 x T + 0,9 + T 2
Eo = 325 + 21 x 27,30 + 0,9 + 27,302
Eo = 1569,061

Mencari nilai evapotranspirasi (Ea) :


p
𝐸𝑎 = × 0,5
P2
(0,9 + 2 )
Eo
385
𝐸𝑎 = × 0,5
3852
(0,9 + )
1569,0612
385
𝐸𝑎 = × 0,5
148225
(0,9 + 2461952,4)

385
𝐸𝑎 = × 0,5
(0,9 + 0,602)
385
𝐸𝑎 = × 0,5
(1,502)
𝐸𝑎 = 256,32 × 0,5
𝐸𝑎 = 128,16
4.8 Perhitungan Infiltrasi
Berdasarkan data diberikan, maka dapat diperoleh perhitungan dari metode aritmatik, yaitu :
Rumus :
𝑅 = 𝑃 − 𝐸𝑇 − Runoff
𝑅 = 385 − 0,03 − 2,74
𝑅 = 382,23

4.9 Perhitungan Metode Aritmatik


Berdasarkan data diberikan, maka dapat diperoleh perhitungan dari metode aritmatik, yaitu :
Rumus:
𝑃1+𝑃2+𝑃3
𝑝= 𝑛
487 + 391 + 412 + 327 + 308
𝑝=
5
𝑝 = 385

4.10 Perhitungan Metode Thiessan


Berdasarkan data diberikan, maka dapat diperoleh perhitungan dari metode thiessan, yaitu :
Rumus:
∑ 𝑎𝑛 𝑥 𝑃𝑛
𝑝= ∑𝑎𝑛

522,741,877
𝑝 =
1925
𝑝 = 271,544,22

4.11 Hasil dan Pembahasan


Hasil pembuatan peta curah hujan berada di kabupaten Kebumen provinsi Jawa tengah.
Skala yang digunakan dalam pembuatan peta ini yaitu 1: 350.000. Curah hujan pada peta
poligon yang dibuat yaitu sangat ringan, ringan, sedang, lebat, dan sangat lebat yang terbagi
dalam arah Utara peta memiliki curah hujan sedang, arah timur pada peta memiliki curah
hujan sangat ringan, arah tenggara pada peta memiliki curah hujan lebat, arah Selatan pada
peta memiliki curah hujan ringan, dan arah barat pada peta memiliki curah hujan yang sangat
lebat. Selanjutnya Pada perhitungan presipitasi dapat diketahui hasilnya yaitu P = 385, lalu
hasil perhitungan suhu adalah T1 = -1,068, kemudian hasil perhitungan evapotranspirasi
adalah Ea = 128,16, lalu hasil perhitungan infiltrasi adalah R = 382,23 kemudian hasil
perhitungan metode aritmatik adalah P = 385, dan hasil perhitungan metode thiessan adalah
P = 271,544,22.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum kali ini, anatara lain:
a. Berdasarkan hasil dari perhitungan suhu yang telah dilakukan, diperoleh hasil yaitu T1 =
-1,068 °C.
b. Berdasarkan hasil perhitungan evapotranspirasi adalah Ea = 128,16.
c. Berdasarkan hasil perhitungan metode thiessan adalah P = 271,544,22.

5.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya sudah praktikan disediakan modul sebagai alat
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Rinaldi, Aris. 2020. “Hidrogeologi Tanah Tak Jenuh Air (Unsaturated Hydrogeology)”.
Bandung. ITB

Salsabila, Anisa dkk. 2020 “Pengantar Hidrologi”. CV. Anugrah Utama Raharja. Lampung

Fausan, Ahmad dkk. 2020. ”Analisa Model Evaporasi Dan Evapotranspirasi


Menggunakan Pemodelan Matematika Pada Visual Basic Di Kabupaten Maros”.
Jrunal Teknik Sipil dan Lingkungan. Vol. 05 No. 03. Bogor.

Ramli, Muhammad dkk. 2011. “Cekungan Hidrogeologi Sebagai Dasar Konversi Air
Tanah Makassar”. Fakultas Teknik Universitas Hassanuddin. Makassar.

Sarminah, Sri dkk. 2017. “Kajian Laju Infiltrasi Pada Beberapa Tutupan Lahan Dikawasan
Karst Sangkulirang-Mangkalihat Kabupaten Kutai Timur”. Fakultas kehutanan
Universitas Mulawarman. Samarinda

Samarinda, 19 September 2023


Asisten Praktikum Praktikan

Muhammad Akhmar Morino Adjie Wicaksono


NIM. 1909086005 NIM 2009086014
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai