Anda di halaman 1dari 12

1.

HAK MEMPEROLEH KEADILAN

a. Kasus Pelanggaran HAM, Pemerintah belum memberikan keadilan kepada


korban pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh aparat keamanan
atau pihak yang terkait. Banyak kasus pelanggaran HAM yang tidak
mendapatkan penyelesaian hukum yang adil, dan pelaku pelanggaran
seringkali tidak dihukum dengan tegas. Contoh:
● Kasus pelanggaran HAM di Papua, dimana kekerasan dan pelanggaran
hak asasi manusia terhadap masyarakat Papua masih terjadi. Meskipun
ada laporan dan bukti yang cukup, pemerintah belum berhasil
memberikan keadilan kepada korban dan menghukum pelaku dengan
tegas.
● Penggunaan kekerasan berlebihan dalam menghadapi protes para
petani yang menolak pembangunan bandar udara internasional di
Majalengka, Jawa Barat. Juga pembangunan pabrik semen di
pegunungan Kendeng yang melanggar hak-hak para petani.
● Banyaknya peraturan yang tidak diimbangi dengan penguatan
kebijakan perlindungan HAM dan sosial; eksisnya regulasi yang tidak
sesuai dengan prinsip hak asasi manusia; lemahnya kemampuan
institusi negara dalam hal penghormatan, perlindungan dan pemenuhan
HAM; rendahnya kepatuhan hukum dan budaya aparat dalam
penghormatan dan perlindungan HAM; serta minimnya pemahaman
aparat negara pada pendekatan dan prinsip hak asasi manusia
● Transparansi merupakan faktor utama yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan serta pembangunan suatu negara. Keterbukaan
(transparansi) dari pemerintah dalam penyampaian informasi publik,
merupakan salah satu bentuk pemenuhan dari hak asasi manusia, yang
mana perlindungan dan penjaminan terhadap hak asasi manusia adalah
salah satu ciri negara hukum, akan tetapi terdapat faktor penyebab
pemerintah tidak transparan yaitu ; pengaruh kekuasaan ; konflik sosial
budaya ; penyelewengan hukum dan politik dan hukum
● Kasus pembunuhan salah satu aktivis HAM Munir Said Thalib atau
yang lebih dikenal dengan Munir. Terutama masyarakat yang menuntut
untuk menjadikan kasus Munir ini sebagai kasus pelanggaran HAM
berat. Pada awalnya, kasus Munir ini hanya dikategorikan sebagai
pelanggaran HAM biasa yaitu pembunuhan. Namun, banyak
masyarakat dan pihak-pihak pencari kebenaran dan keadilan menuntut
agar kasus ini dikategorikan sebagai kasus pelanggaran HAM berat.
Dalam kasus ini pemerintah dinilai tidak transparan. Hal ini dibuktikan
dengan Laporan akhir Tim Pencari Fakta (TPF) Munir di tahun 2005
yang hingga kini pemerintah Indonesia tidak pernah mempublikasikan
Laporan TPF tersebut. Hal itu justru melanggar Keputusan Presiden
No. 111 Tahun 2004 tentang Pembentukan Tim Pencari Fakta Kasus
Meninggalnya Munir, yang mengamanatkan pemerintah untuk
mengumumkan Laporan TPF kepada masyarakat. Dengan alasan
inilah, masyarakat menilai pemerintah tidak transparan dalam
menyelesaikan kasus pelanggaran HAM ini.

b. Korupsi, Pemerintah belum berhasil memberikan keadilan kepada rakyat


dalam menangani kasus korupsi yang melibatkan pejabat publik. Banyak
kasus korupsi yang tidak ditindaklanjuti secara serius, dan pelaku korupsi
seringkali lolos dari hukuman yang setimpal. Contoh:
● Kasus korupsi di Indonesia, dimana beberapa pejabat publik terlibat
dalam korupsi proyek-proyek besar. Meskipun ada bukti yang kuat,
pelaku korupsi seringkali tidak dihukum dengan tegas dan jarang
mengembalikan uang yang telah mereka korupsi.
● para aparat penegak hukum masih berpikir dan bertindak secara klasik,
bersikap submisif terhadap hukum positif bahkan tidak berani untuk
bertindak rule breaking. Dari sinilah dapat diketahui bahwa tidak
hanya aturan-aturan saja yang sempurna dalam penegakan hukum
korupsi, akan tetapi juga aparat penegak hukumnya. Yang mana para
aparat penegak hukum korupsi tersebut dilahirkan dari
fakultas-fakultas hukum, yang seharusnya berpikir bahwa hukum
dibuat untuk ditegakkan bukan untuk disimpangi demi tercapainya
sebuah keadilan yang tidak hanya melindungi kaum minoritas
penguasa, juga melindungi seluruh kepentingan.
● Di saat negara maju lainnya sudah mulai masuk dalam ranah
pencegahan korupsi di sektor swasta dan memperbaiki integritas dalam
dunia usaha, Indonesia justru masih berkutat dan belum selesai
menghadapi korupsi akut yang menyangkut pejabat publik dan
penegak hukum. Apalagi jika melihat dari indikator Indeks Persepsi
Korupsi dari Transparency International, bahkan di tingkat ASEAN
saja pemberantasan korupsi Indonesia masih jauh tertinggal dari
Singapura dan di bawah Timor Leste serta Malaysia.
● PT Asabri Kasus yang dilakukan oleh PT Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (Asabri), menjadi yang terbesar di
Indonesia, jumlah kerugian kasus dugaan pengelolaan dana investasi
periode 2012 sampai 2019 PT Asabri mencapai Rp23,74 triliun.
● Jiwasraya, Kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mencapai Rp13,7
triliun rupiah. Jiwasraya menjadi sorotan setelah gagal bayar polis
kepada nasabah sebesar Rp12,4 triliun rupiah.
● Bank Century, Kasus bank Century ramai di tahun 2014. Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) melaporkan kerugian negara mencapai
Rp6,76 triliun, berdasarkan Laporan Hasil Perhitungan (LHP).
● Pelindo II, Kerugian negara karena empat kasus PT Pelindo II
diperkirakan mencapai Rp6 triliun, menurut BPK. Kasus dugaan
korupsi ini antara lain pembangunan pelabuhan New Kalibaru,
pengelolaan Terminal Peti Kemas (TPK) Koja, Global Bond Pelindo
II, dan kontrak Jakarta International Container Terminal (JICT).
● Kotawaringin Timur, Kasus korupsi Kotawaringin Timur merugikan
negara mencapai Rp5,8 triliun. Kerugian negara dihitung dari kegiatan
pertambangan, kerugian hutan, kerusakan lingkungan, dan eksplorasi
pertambangan bauksit.
● Kasus BLBI, BPK menemukan kerugian negara terhadap kasus Surat
Keterangan Lunas Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (SKL BLBI)
sebesar Rp4,58 triliun. Jumlah perhitungan kerugian negara lebih
besar, jika dibandingkan dengan perkiraan KPK sebesar Rp3,7 triliun.
● E-KTP, Kasus korupsi KTP elektronik atau e-KTP merugikan negara
senilai Rp2,3 triliun dari total nilai proyek Rp5,9 triliun. Kasus korupsi
e-KTP terjadi di tahun 2011 dan 2012.
● Hambalang, Total kerugian negara kasus Hambalang mencapai Rp706
miliar. Data tersebut dari hasil investigasi BPK di tahun 2012 dan
2013. Kasus Hambalang melibatkan Menteri Pemuda Olahraga Andi
Mallarangeng, anggota DPR Ignatius Mulyono, Kepala Pertanahan
Nasional Joyo Winoto, Bendahara Umum Partai Demokrat
Muhammad Nazaruddin.

c. Ketimpangan Sosial Dan Ekonomi, Pemerintah belum berhasil memenuhi


hak-hak rakyatnya dalam mengatasi ketimpangan sosial ekonomi yang ada.
Masih banyak rakyat yang hidup dalam kemiskinan ekstrim sementara
sejumlah kecil orang kaya semakin kaya. Keadilan sosial masih belum
terwujud dengan baik. Contoh:
● Ketimpangan sosial di Indonesia, dimana sebagian besar penduduk
hidup dalam kondisi miskin sementara sejumlah kecil orang kaya
semakin kaya. Program-program pemerintah untuk mengatasi
ketimpangan sosial seringkali belum efektif dan tidak merata dalam
memberikan manfaat kepada seluruh rakyat.
● Ketika hanya segelintir orang atau kelompok yang mendapatkan
manfaat dari pembangunan ekonomi, sedangkan sebagian besar rakyat
hidup dalam kemiskinan dan kesenjangan sosial yang besar, itu
menunjukkan bahwa pemerintah belum memenuhi hak-hak rakyat
untuk keadilan ekonomi.
● Akses pendidikan yang tidak merata: Pemerintah belum mampu
menyediakan pendidikan berkualitas secara merata di seluruh wilayah
negara. Hal ini mengakibatkan kesenjangan dalam kesempatan
pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Anak-anak di
daerah terpencil seringkali tidak mendapatkan akses yang sama
terhadap pendidikan berkualitas seperti anak-anak di kota-kota besar.
● Ketimpangan dalam akses kesehatan: Meskipun pemerintah telah
berupaya meningkatkan akses kesehatan bagi seluruh penduduk,
namun masih terdapat ketimpangan dalam akses terhadap fasilitas
kesehatan yang memadai. Beberapa daerah terpencil masih
menghadapi kesulitan dalam mendapatkan fasilitas kesehatan yang
memadai, seperti rumah sakit atau puskesmas yang terjangkau.
● Ketimpangan dalam pendapatan: Ketimpangan dalam pendapatan
merupakan salah satu masalah yang masih belum bisa diselesaikan
oleh pemerintah. Beberapa kelompok masyarakat masih menghadapi
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, sementara ada
juga kelompok lain yang hidup dalam kemewahan. Hal ini
menciptakan kesenjangan sosial dan ekonomi yang signifikan di antara
rakyat.
● Ketimpangan dalam akses pekerjaan: Pemerintah belum mampu
menyediakan lapangan kerja yang cukup untuk semua lapisan
masyarakat. Akibatnya, beberapa kelompok masyarakat, terutama yang
kurang terdidik atau berasal dari daerah terpinggirkan, menghadapi
kesulitan dalam mencari pekerjaan yang layak.
● Ketimpangan dalam akses infrastruktur: Beberapa daerah masih
menghadapi ketimpangan dalam akses infrastruktur dasar seperti jalan,
listrik, dan air bersih. Hal ini mempengaruhi kualitas hidup masyarakat
di daerah tersebut dan menciptakan kesenjangan sosial ekonomi.

d. Akses Terhadap Pendidikan dan Kesehatan, Pemerintah belum berhasil


memberikan akses yang merata kepada rakyatnya dalam bidang pendidikan
dan kesehatan. Masih banyak daerah terpencil yang belum mendapatkan
fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai, sehingga rakyat di daerah
tersebut tidak dapat menikmati hak-hak dasar mereka. Contoh:
● Ketimpangan akses pendidikan: Masih ada perbedaan yang signifikan
dalam akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Di
beberapa daerah, terutama di daerah terpencil, sulit bagi anak-anak
untuk mendapatkan akses yang setara terhadap pendidikan yang
berkualitas. Faktor-faktor seperti infrastruktur yang buruk, kurangnya
guru yang berkualitas, dan kurangnya fasilitas pendukung, seperti
perpustakaan dan laboratorium, menjadi hambatan dalam memberikan
keadilan pendidikan kepada semua rakyat.
● Keterbatasan fasilitas kesehatan: Di beberapa daerah terpencil, fasilitas
kesehatan yang memadai masih sulit dijangkau. Kurangnya rumah
sakit, puskesmas, dan tenaga medis yang berkualitas menjadi hambatan
bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
memadai. Selain itu, masalah ekonomi juga dapat mempengaruhi akses
terhadap kesehatan, dengan banyak masyarakat yang tidak mampu
membayar biaya pengobatan yang mahal.
● Ketimpangan akses berdasarkan status sosial-ekonomi: Masih ada
ketimpangan dalam akses pendidikan dan kesehatan berdasarkan status
sosial-ekonomi. Masyarakat yang miskin atau berasal dari keluarga
dengan pendapatan rendah sering kali menghadapi kesulitan dalam
mengakses pendidikan berkualitas dan pelayanan kesehatan yang
memadai. Ini dapat menyebabkan ketidakadilan dalam kesempatan dan
kualitas hidup.

e. Diskriminasi, Pemerintah belum berhasil mengatasi diskriminasi yang masih


terjadi di masyarakat. Beberapa kelompok minoritas masih menghadapi
perlakuan tidak adil, seperti diskriminasi berdasarkan ras, agama, gender, dan
orientasi seksual. Contoh:
● Diskriminasi terhadap kelompok LGBT di beberapa negara, dimana
pemerintah belum memberikan perlindungan dan hak yang sama
kepada mereka. Diskriminasi juga terjadi terhadap kelompok agama
minoritas, di mana hak-hak mereka sebagai berikut adalah beberapa
contoh dimana pemerintah belum memenuhi haknya untuk
memberikan keadilan kepada rakyatnya.
● Terjadi pelanggaran hak-hak sipil seperti penangkapan
sewenang-wenang, penyiksaan, atau pembatasan kebebasan berbicara
dan berserikat. Hal ini mengakibatkan ketidakadilan dan merampas
hak-hak dasar rakyat.
● Ketika pemerintah gagal memberikan keadilan kepada kelompok
minoritas. Misalnya, ketika terjadi diskriminasi terhadap suatu suku,
agama, atau kelompok etnis tertentu. Kurangnya perlindungan dan
perlakuan yang tidak adil terhadap kelompok minoritas ini mengekang
kemampuan mereka untuk hidup dengan layak dan setara dengan
kelompok mayoritas.
● Diskriminasi Rasial: Masalah ini terjadi ketika seseorang atau
kelompok diperlakukan dengan tidak adil berdasarkan ras atau etnis
mereka. Misalnya, masih ada kasus-kasus diskriminasi terhadap etnis
Tionghoa di Indonesia, baik dalam hal ekonomi, pendidikan, maupun
kehidupan sehari-hari.
● Diskriminasi Gender: Meskipun telah ada kemajuan dalam
pemberdayaan perempuan di Indonesia, tetapi diskriminasi gender
masih sering terjadi. Wanita masih menghadapi kesulitan dalam
mendapatkan akses yang sama dengan pria dalam bidang pendidikan,
pekerjaan, dan partisipasi politik.
● Diskriminasi Disabilitas: Orang dengan disabilitas juga sering
menghadapi diskriminasi di Indonesia. Mereka menghadapi kesulitan
dalam mendapatkan akses yang sama dengan orang tanpa disabilitas
dalam hal pendidikan, pekerjaan, dan layanan kesehatan.

2. HAK ATAS KEBEBASAN

a. Hak atas kebebasan adalah konsep dasar dalam hak asasi manusia yang
mencakup serangkaian kebebasan individu yang diakui dan dilindungi oleh
hukum. Contoh :
● Beberapa kelompok minoritas, baik itu berdasarkan agama, suku, atau
orientasi seksual, mungkin mengalami diskriminasi atau pembatasan
hak asasi mereka.
● Penangkapan atau penuntutan terhadap aktivis atau pembela hak asasi
manusia sering kali menciptakan keprihatinan akan upaya untuk
meredam suara kritis atau advokasi hak asasi.

b. Pembatasan Kebebasan Berbicara


Pemerintah mungkin memberlakukan undang-undang atau kebijakan yang
membatasi kebebasan berbicara, terutama terkait dengan kritik terhadap
pemerintah atau pandangan politik yang berbeda. Pembatasan ini dapat
merugikan hak asasi manusia dan menghambat perkembangan masyarakat
yang demokratis. Contoh :
● Beberapa kasus penangkapan atau pengadilan terhadap individu yang
menyuarakan kritik terhadap pemerintah atau berpendapat secara
terbuka di media sosial telah menciptakan kekhawatiran akan
pembatasan kebebasan berbicara.

c. Ketidakadilan Sistem Hukum


Jika sistem hukum suatu negara tidak adil dan cenderung dipolitisasi, hal
ini dapat mengakibatkan pelanggaran hak asasi manusia. Misalnya, penahanan
tanpa proses hukum yang adil atau penyalahgunaan kekuasaan hukum untuk
menekan oposisi politik.

d. Kendali Terhadap Media


Pemerintah mungkin mengendalikan media atau memberlakukan sensor
yang melibatkan penyensoran informasi atau pembatasan kebebasan pers. Ini
dapat membatasi akses masyarakat terhadap informasi yang objektif dan
merugikan kebebasan berekspresi. Contoh :
● Ada kekhawatiran terkait tekanan ekonomi atau politik terhadap
media, yang dapat memengaruhi independensi dan kebebasan pers.
Beberapa kasus pemecatan atau intimidasi terhadap wartawan juga
telah menjadi subjek keprihatinan.
● Tindakan penyensoran internet atau pembatasan akses ke situs web
tertentu telah menimbulkan kekhawatiran terkait kebebasan akses
informasi.

e. Pembatasan Kebebasan Berkumpul


Pemerintah mungkin membatasi hak rakyat untuk berkumpul secara damai
atau mengorganisir protes. Pembatasan semacam itu dapat merugikan
partisipasi politik dan ekspresi kolektif dari warga negara. Contohnya :
● Tindakan keras terhadap beberapa protes atau demonstrasi, terutama
yang dianggap mengancam keamanan, dapat menimbulkan pertanyaan
tentang sejauh mana hak berkumpul dihormati.

3. HAK ATAS KESEJAHTERAAN


a. Buruh miskin yang bekerja dalam kondisi eksploitasi: Kasus ini melibatkan
pekerja yang bekerja dalam lingkungan yang tidak aman, upah yang tidak
layak, jam kerja yang berlebihan, atau tanpa jaminan sosial yang memadai.
Pelanggaran hak ini merampas kesejahteraan pekerja dan melanggar hak
mereka untuk bekerja dengan layak. Contoh kasus buruh miskin yang bekerja
dalam kondisi eksploitasi di Indonesia antara lain:
● Kasus pelanggaran hak buruh perkebunan sawit di Kalimantan Barat
dan Sulawesi Tengah (2021). Buruh tidak mendapat salinan kontrak
kerja, hanya membaca dan menandatangani di muka. Untuk buruh
borongan, mereka awalnya diiming-imingi gaji dan tunjangan tempat
tinggal yang layak, tetapi kenyataannya berbeda. Buruh menerima nilai
upah di bawah upah minimum kabupaten karena banyaknya potongan
upah harian. Fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja tidak memadai.
Terakhir, perusahaan pernah melakukan intimidasi ketika merespons
keluhan buruh ataupun sengketa lahan dengan masyarakat sekitar.
● Kasus pelanggaran hak buruh di perusahaan tekstil di Bandung. Dalam
kasus ini, terdapat pelanggaran hak buruh, seperti upah yang tidak
layak, jam kerja yang berlebihan, dan tidak adanya jaminan kesehatan
dan jaminan sosial.

b. Penggusuran paksa warga dari tanah mereka tanpa ganti rugi yang adil atau
tanpa konsultasi yang memadai. Contoh penggusuran paksa warga antara lain:
● Pada tanggal 18 November 2021, terjadinya penggusuran
rumah-rumah penduduk di Jalan Anyer Dalam Kota Bandung, oleh PT.
KAL. PT KAI melakukan penggusuran paksa terhadap 25 rumah.
Sekitar 84 warga kehilangan tempat tinggal, termasuk kelompok rentan
anak dan balita, lansia, serta disabilitas. Kasus penggusuran Anyer
Dalam membuat lebih dari seratus warga termasuk anak- anak tergusur
dan kehilangan rumah tinggal yang telah berpuluh-puluih tahun
mereka tinggali.
● Kasus dugaan pelanggaran hak atas tanah dan hak atas kesejahteraan di
Sumatera Utara yang dilakukan oleh pihak perusahaan dan pemerintah
setempat. Kasus ini terkait dengan penggusuran rumah-rumah
penduduk tanpa ganti rugi.
c. Memang benar bahwa dalam beberapa kasus pelanggaran HAM di Indonesia,
pemerintah belum memberikan kesejahteraan yang memadai kepada korban.
Contoh kasus yaitu:
● Pembantaian 1965-1966: Korban dan keluarga korban dari tragedi
pembantaian tahun 1965-1966, di mana ratusan ribu orang diduga
terlibat dalam kasus PKI secara sewenang-wenang, hingga saat ini
masih belum mendapatkan pengakuan dan pemulihan yang memadai.
Beberapa korban dan keluarga mereka masih hidup dalam kemiskinan
dan dihadapkan pada stigma sosial.
● Pelanggaran HAM di Papua: Korban dan keluarga korban dari
pelanggaran HAM di Provinsi Papua, termasuk kekerasan, penahanan
sewenang-wenang, dan eksekusi, sering kali tidak memperoleh
kompensasi yang memadai. Banyak korban yang masih hidup dalam
ketidakpastian dan belum mendapatkan akses terhadap kesejahteraan
dasar seperti pendidikan, perumahan, atau pelayanan kesehatan yang
layak.
● Pelanggaran HAM selama konflik di Aceh dan Timor Timur:
Meskipun beberapa korban dan keluarga mereka telah menerima
kompensasi, masih ada banyak korban pelanggaran HAM selama
konflik di Aceh dan Timor Timur yang belum mendapatkan pemulihan
dan kesejahteraan yang memadai. Bantuan psikososial, pemulihan
ekonomi, dan akses ke layanan kesehatan masih menjadi kebutuhan
yang belum terpenuhi.

d. Penyaluran bantuan sosial yang tidak tepat sasaran, contoh kasus :


● Penyaluran bantuan sosial (bansos) di Kelurahan Klender, Kecamatan
Duren Sawit, Jakarta Timur. Sidaknya di RT 007/RW 010, Kelurahan
Klender, ditemukan masalah penyaluran bansos yang tidak merata.
Ditemukan banyak warga di wilayah tersebut memerlukan bansos dan
sangat layak mendapatkan bantuan sosial, tetapi belum mendapatkan
bansos reguler. Selain itu, ada beberapa warga telah memiliki Kartu
Kesejahteraan Keluarga (KKS), sebelumnya mendapatkan bansos
reguler seperti PKH dan/atau Program Sembako (BPNT). Tetapi sejak
awal tahun mengatakan bantuannya tidak ada lagi. kasus seperti ini
sangat sering ditemukan di daerah lain atau daerah kumuh yang
merupakan kantong-kantong kemiskinan.
● Bantuan sosial tunai yang diberikan kepada Masyarakat tidak mampu
di Kelurahan Tebing, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, tidak tepat
sasaran karena hanya diberikan kepada 92 kepala keluarga dari 7707
kepala keluarga yang seharusnya menerima bantuan tersebut.

4. HAK TURUT SERTA DALAM PEMERINTAHAN


a. Tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk turut serta dalam
pemerintahan, terutama mereka yang kurang mampu secara ekonomi atau
memiliki keterbatasan fisik atau mental.

b. Ada kemungkinan terjadinya manipulasi atau kecurangan dalam pemilihan


umum, yang dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahan.
c. Terkadang, keputusan yang diambil oleh pemerintah tidak selalu sesuai
dengan keinginan atau kepentingan masyarakat, meskipun masyarakat telah
turut serta dalam proses pengambilan keputusan.

d. Namun, meskipun ada kontra dalam hak turut serta dalam pemerintahan,
penting untuk terus memperjuangkan hak ini dan memastikan bahwa semua
orang memiliki kesempatan yang sama untuk turut serta dalam pemerintahan
dan bahwa keputusan yang diambil oleh pemerintah selalu memperhatikan
kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

e. Hak untuk mengajukan pendapat, permohonan, pengaduan, dan usaha kepada


pemerintah : Setiap orang berhak sendiri maupun bersama-sama berhak
mengajukan pendapat, permohonan, pengaduan, dan atau usaha kepada
pemerintah dalam rangka pelaksanaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan
efisien, baik dengan lisan maupun dengan tulisan sesuai dengan ketentuan
peraturan-undangan

f. Hak untuk memilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan


persamaan : Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam
pemilihan umum berdasarkan persamaan, langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil

g. Hak untuk berserikat dan berkumpul : Setiap orang berhak untuk berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya
dalam rapat dan secara damai

h. Hak untuk mendapatkan informasi : Setiap orang berhak untuk memperoleh


informasi yang dibutuhkan untuk melindungi hak-haknya dan kepentingannya,
serta berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik

i. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum : Setiap orang berhak atas


pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum Meskipun hak juga terdapat dalam
pemerintahan yang diakui oleh suatu negara, namun terdapat beberapa hak
yang tidak berlaku di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan
upaya untuk memperjuangkan hak-hak tersebut agar dapat dilaksanakan
dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai