Karya Tulis
Oleh
Nama : Nisita Widyastari
Kelas : XII IPA 3
No. Induk : 12.2281
Mengetahui,
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul Perbandingan
Kadar Peroksida Pada Minyak Goreng Bekas, Curah, dan Bermerek. Penulisan
karya tulis ini bertujuan untuk memenuhi syarat kelulusan kelas XII SMA
Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis telah dibantu dan mendapat
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
Kebayoran.
ii
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
diri penulis dan dalam karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis ingin memohon
teknik penulisan.
dalam karya tulis ini. Penulis juga mengharapkan agar karya tulis ini dapat
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................... vi
iv
2.1.5 Komposisi Minyak Goreng .................................................19
2.2 Peroksida.........................................................................................19
5.1 Kesimpulan.....................................................................................38
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Salah
satunya yaitu, minyak. Minyak digunakan dalam berbagai hal. Perannya yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar otomotif, bahan bakar memasak, dan
lain-lain.
batas yaitu dua kali pemakaian. Padahal hal tersebut tidaklah baik untuk
kesehatan konsumennya.
Hal tersebut disebabkan oleh kadar peroksida dalam minyak yang terus
tinggi dapat menjadi racun dalam makanan yang dimasak dan dapat
berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Minyak goreng yang memiliki kadar
tengik. Namun apakah berarti minyak goreng baru (curah dan bermerek) tidak
1
memiliki kadar peroksida dalam minyak masing-masing karena belum
kadar normal yang masih rendah sehingga masih layak untuk digunakan dan
baru (curah dan bermerek). Oleh sebab itu, minyak goreng baru dengan kadar
peroksida paling rendah lah yang paling baik dan aman untuk dikonsumsi.
dan Bermerek”.
diantaranya adalah :
2
1.3 Tujuan Penelitian
Penulisan karya tulis ini memiliki tujuan yang terdiri dari tujuan umum
dan khusus.
tahun 2015-2016.
3
2) Pembaca :
goreng.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_goreng)
5
tersebut misalnya dilakukan dua kali penyaringan, dilakukan proses
minyak goreng kemasan. Minyak goreng ini dijual dengan harga yang
dua kali lipat dibandingkan dengan harga minyak goreng curah dengan
b. Tipe minyak rape, yaitu minyak biji rape, dan minyak biji
mustard.
6
c. Tipe minyak hewani, yaitu minyak babi, minyak ikan paus,
sawit.
cohume.
yakni :
Asam lemak jenuh antara lain terdapat pada air susu ibu
(asam laurat) dan minyak kelapa. Sifatnya stabil dan tidak mudah
7
2. Minyak dengan asam lemak tak jenuh tunggal (mono-unsaturated
acids).
(sumber:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20973/4/Chapter%20II.pdf)
8
sebagai sampel beserta minyak jelantah sebagai blanko.
disempurnakan dengan
penyaringan. Mengandung
pro vitamin A.
9
Tabel 1: Kemasan pemasaran minyak goreng Tropical
(sumber: http://saniaroyale.com/product/detail/2)
11
3. Minyak Goreng Bimoli Special
produksinya disempurnakan
Bimoli.
(sumber: http://www.bimoli.com/tentang-bimoli/produk-kami)
12
4. Minyak Jelantah
Agromedia Pustaka)
kedua.
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_jelantah)
(2005) sifat-sifat minyak goreng tersebut dibagi menjadi sifat fisik dan
1. Sifat Fisik
a. Warna
pendek.
c. Kelarutan
15
g. Sliping point
kehadiran komponen-komponennya.
i. Bobot jenis
j. Titik asap
menggoreng.
2. Sifat Kimia
a. Hidrolisa
lemak.
c. Hidrogenasi
d. Esterifikasi
menguap.
netral. Berbeda dengan lemak yang padat, dalam bentuk cair minyak
17
menjadi cokelat. Suhu penggorengan yang dianjurkan biasanya berkisar
mutu minyak adalah asam lemaknya karena asam lemak menentukan sifat
kimia dan stabilitas minyak. Mutu minyak goreng ditentukan oleh titik
gliserol. Titik asap suatu minyak goreng tergantung pada kadar gliserol
tinggi kadar gliserol makin rendah titik asapnya, artinya minyak tersebut
makin cepat berasap. Makin tinggi titik asapnya, makin baik mutu minyak
goreng itu.
18
2.1.5 Komposisi Minyak Goreng
lemak alami yang telah diketahui ada dua puluh jenis asam lemak yang
berbeda. Tidak ada satu pun minyak atau lemak tersusun atas satu jenis
asam lemak, jadi selalu dalam bentuk campuran dari banyak asam lemak.
lemak dapat berbentuk cair atau padat, bersifat sehat atau membahayakan
(sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20973/4/Chapter%20II.pdf)
2.2 Peroksida
larutan berair dari hidrogen peroksida (HOOH atau H2O2), senyawa yang
yang dijual secara komersial adalah larutan encer yang berisi sedikit stabilizer,
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Peroksida)
19
2.1.1 Rumus Kimia Peroksida
oleh Louis Jacques Thenard tahun 1818. Senyawa ini merupakan bahan
pembuatan hidrogen peroksida adalah gas hidrogen (H2) dan gas oksigen
berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Dalam
MEKP (metil etil keton peroksida) biasanya digunakan untuk tujuan ini.
Dalam kimia anorganik, ion peroksida adalah anion O22-, yang juga
memiliki ikatan tunggal oksigen-oksigen. Ion ini bersifat amat basa, dan
peroksida Na2O2.
oksigen. Menurut teori orbital molekul, kedua elektron ini memenuhi dua
orbital. Hal ini mengakibatkan lemahnya kekuatan ikatan O-O dalam ion
ikatan 130 pm dan BaO2 147 pm. Selain itu, hal ini juga menyebabkan ion
(sumber: http://www.forumsains.com/artikel/30/?print)
21
digoreng menggunakan minyak tersebut juga rendah bahkan dapat
membahayakan kesehatan.
molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan radikal bebas yang
baru.
nilai cerna lemak. Gugus peroksida dalam dosis yang besar dan dapat
22
Pada kasus yang seringkali terjadi adalah penggunaan minyak
(sumber: ojs.unud.ac.id/index.php/ach/article/download/8735/6478)
2.3 Titrasi
23
Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil,
dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi
sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan
titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran
warna.
Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat terjadi tepat pada titik
ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir.
Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin
dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan
(atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi)
adalah suatu proses pelepasan satu elektron atau lebih atau bertambahnya
satu elektron atau lebih atau berkurangnya bilangan oksidasi dari suatu
unsur. Reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung serentak, dalam reaksi ini
(sumber: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-tutik-padmaningrum-
dra-msi/c8titrasiiodometrireginatutikuny.pdf)
untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II. Zat–zat ini
25
yang terbentuk ditentukan dengan menggunakan larutan baku natrium
tiosulfat.
dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan
Na2S2O3.
Reaksi :
(sumber: http://lathiefmahmudy.blogspot.com)
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun karya tulis ini guna
percobaan.
Adapun paparan hasil penelitian lebih banyak dijelaskan dalam bentuk angka-
angka.
27
BAB IV
PEMBAHASAN
peroksida dalam minyak goreng bekas, curah dan bermerek. Percobaan ini diuji
1. Alat
Erlenmeyer 100 ml (5
buah)
Pipet Tetes
10 ml
Kompor Listrik
Kawat Kasa
Spatula
28
2. Bahan
Aquades 100 ml
rusaknya amilum.
Pelarut 30 ml
29
2. Ditambahkan 30 ml pelarut yang terdiri dari asam asetat glasial :
(a) (b)
Gambar 10: Percobaan pada minyak jelantah. (a) sebelum titrasi dan telah
disimpan selama 30 menit di tempat gelap dan (b) setelah titrasi.
30
Gambar 11: Percobaan pada minyak curah dan baru dalam keadaan sebelum
titrasi. Larutan mengandung minyak, 30 ml pelarut yang terdiri dari asam
asetat glasial : chloroform (2 : 3) dan KI jenuh 2 gr.
Gambar 12: Percobaan pada minyak curah dan baru dalam keadaan sebelum
titrasi. Larutan mengandung minyak, 30 ml pelarut yang terdiri dari asam
asetat glasial : chloroform (2 : 3) dan KI jenuh 2 gr yang telah disimpan selama
30 menit di tempat gelap.
Gambar 13: Percobaan pada minyak curah dan baru dalam keadaan setelah
titrasi.
31
Tabel 2: Hasil selisih volume titrasi
4.1.4 Perhitungan
w
*Keterangan :
N = Normalitas Na2S2O3
0,008 = mg Bst O2
32
Minyak Jelantah / Blanko
= 0,16 % mg O2/gr
1. Tropicana 2x Penyaringan
= 0,048 % mg O2/gr
2. Sania
= 0,07 % mg O2/gr
3. Bimoli Special
= (3,1-0) x 0,1 x 0,008 x 100%
= 0,049 % mg O2/gr
Minyak Curah
= (5,1-0) x 0,1 x 0,008 x 100%
5
33
= 0,08 % mg O2/gr
Tabel 3: Hasil perhitungan bilangan peroksida
Jenis Minyak Bilangan Peroksida
(%mg O2/gr)
Sania 0.07
Tabel 4: Perbandingan bilangan peroksida pada minyak blanko dan tiap minyak sampel
Jelantah Penyaringan
3 : 1
(a)
Jelantah Sania
34
2 : 1
3 : 1
(c)
Jelantah Curah
2 : 1
(d)
35
Cara yang sering digunakan untuk menentukan angka peroksida adalah
dengan metode titrasi iodometri. Metode titrasi iodometri lah yang digunakan
karena pereaksi yang cocok untuk penentuan peroksida ada pada metode
reaksi peroksida dalam minyak dengan ion Iodin (I-) yang sebanding dengan
Reaksi :
Setiap minyak diberi perlakuan yang sama sesuai dengan proses penelitian
36
pada minyak berubah menjadi kuning muda keruh seperti warna lemonade.
Inilah yang disebut sebagai titik ekivalen yang menjadi indikator bahwa
titrasi telah selesai. Volume titik ekivalen dari tiap minyak kemudian
dikurangi dengan volume awal minyak mulai dititrasi. Dari selisih itulah
minyak goreng Sania 0,07 % mg O2/gr, dan minyak goreng Bimoli Special
0,049 % mg O2/gr.
mengalami oksidasi kurang lebih sebanyak 3 kali dan kadar peroksida dalam
minyak tentunya lebih tinggi dibanding dengan minyak lainnya, kurang lebih
3 kali lebih tinggi. Hal ini terbukti dari hasil percobaan dengan metode titrasi
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
eksperimen, dapat disimpulkan bahwa kadar peroksida paling tinggi terdapat pada
O
minyak jelantah yaitu sebanyak 0,16 % mg 2/gr. Sementara, kadar peroksida
paling rendah terdapat pada minyak Tropicana dua kali penyaringan yaitu
Maka dari itu, hipotesis yang diajukan oleh penulis pada bab pertama
adalah benar, yaitu minyak jelantah memiliki kadar peroksida lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak goreng baru (curah dan bermerek). Oleh sebab itu,
minyak goreng Tropicana dua kali penyaringan dengan kadar peroksida paling
5.2 Saran
tepatnya titik ekivalen ketika titrasi itu muncul. Jangan lupa untuk
38
2. Bagi ibu rumah tangga dan konsumen, jangan menggunakan minyak
bertambah dua hingga tiga kali semula sehingga tidak baik untuk
kesehatan.
39
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bimoli.com/tentang-bimoli/produk-kami
http://www.bkpjkt.com/productdetail.php?idcat=1&idprod=2
http://www.forumsains.com/artikel/30/?print
http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_goreng
http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_jelantah
http://id.wikipedia.org/wiki/Peroksida
http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi
http://lathiefmahmudy.blogspot.com
ojs.unud.ac.id/index.php/ach/article/download/8735/6478
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20973/4/Chapter%20II.pdf
http://saniaroyale.com/product/detail/2
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/regina-tutik-padmaningrum-
dra-msi/c8titrasiiodometrireginatutikuny.pdf
http://tripavillage.blogspot.com/2013/11/hidrogen-peroksidah2o2-senawa-
yang.html
40