Anda di halaman 1dari 10

Pengambilan Keputusan Manajerial

TUGAS Besar 2

Kelas : VT.D-115 / Senin, 07.30-10.00 (Ganjil 2022/2023)

Rizky Arya Syahputra : (43120010104)


Dosen Pengampu : Eri Marlapa, SE, MM

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCUBUANA
2023
Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar

1. Sebutkan teori Learning Curve yang dikemukakan oleh 3 ahli barat yang saudara ketahui

2. Jelaskan konsep-konsep dasar AHP, prinsip-prinsip dasar AHP dan manfaat AHP

3. Jelaskan 6 (enam) tahapan perkembangan teori learning curve dalam konsep pengambilan
keputusan!

4. Jelaskan asumsi-asumsi dalam konsep pengambilan keputusan pelayanan konstan?

5. Dalam keputusan pengambilan keputusan pimpinan dihadapkan pada piilhan keputusan


dengan tujuan tunggal atau tujuan jamak.

A. Jelaskan apa yang dimaksud keputusan tungal dan keputusaan jamak.


B. Dalam situasai apa keputusan tunggal atau jamak harus dipilih, dan manakah keputusan
yan g paling ideal menurut pendapat saudara.
Jawaban Tugas Besar 1 PKM

Nomor 1

Teori Learning Curve adalah konsep yang menggambarkan peningkatan efisiensi dalam proses
produksi seiring dengan pengalaman dan peningkatan dalam produksi berulang. Dalam
konteks ini, beberapa ahli barat yang terkenal dalam pengembangan teori Learning Curve
adalah:

1. Frederick E. Emmons: Frederick E. Emmons adalah salah satu tokoh awal dalam
pengembangan teori Learning Curve. Ia mempublikasikan hasil risetnya tentang
fenomena penurunan biaya produksi seiring dengan pengalaman dalam industri
penerbangan selama Perang Dunia II. Penelitiannya mendasari konsep dasar Learning
Curve.

2. Theodore P. Wright: Theodore P. Wright adalah seorang insinyur dan peneliti yang
membantu mengembangkan konsep Learning Curve. Ia menciptakan rumus matematis
untuk menggambarkan hubungan antara volume produksi dan penurunan biaya per unit
produksi. Rumus Wright's Learning Curve menjadi dasar penting dalam analisis biaya
dan perencanaan produksi.

3. Bruce D. Henderson: Meskipun tidak menciptakan konsep Learning Curve, Bruce D.


Henderson, pendiri Boston Consulting Group (BCG), berperan dalam mendorong
penerapan teori Learning Curve dalam praktik manajemen. BCG menggunakan konsep
Learning Curve dalam analisis strategis bisnis, terutama dalam pemetaan portofolio
bisnis perusahaan (BCG Matrix).

Konsep Learning Curve memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai industri, termasuk
manufaktur, teknologi, dan layanan, serta telah digunakan untuk membantu perusahaan
merencanakan produksi, mengelola biaya, dan meningkatkan efisiensi operasional mereka.

Nomor 2

AHP (Analytic Hierarchy Process) adalah sebuah metode yang digunakan untuk membuat
keputusan kompleks dengan menguraikan masalah menjadi berbagai kriteria (faktor) yang
berbeda dan kemudian membandingkannya secara berhirarki. Berikut adalah konsep-konsep
dasar, prinsip-prinsip dasar, dan manfaat AHP:

Konsep-konsep Dasar AHP:

1. Hierarki: AHP menggambarkan masalah keputusan dalam bentuk hierarki dengan


elemen-elemen utama, yaitu tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif. Hierarki ini
membantu dalam pengorganisasian dan pemahaman yang lebih baik tentang masalah.

2. Penilaian Komparatif: AHP meminta pengambil keputusan untuk membandingkan


dan memberi bobot relatif pada kriteria, subkriteria, dan alternatif berdasarkan
preferensi mereka. Ini melibatkan pembobotan berjenjang yang membantu mengukur
pentingnya setiap elemen dalam hierarki.

3. Matriks Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison Matrix): Pengambil


keputusan mengisi matriks perbandingan berpasangan untuk membandingkan elemen
dalam hierarki satu sama lain. Dari data ini, AHP menghitung bobot relatif setiap
elemen.

Prinsip-prinsip Dasar AHP:

1. Konsistensi: Prinsip utama AHP adalah memastikan konsistensi dalam perbandingan


berpasangan yang dibuat oleh pengambil keputusan. Konsistensi diukur dengan indeks
konsistensi dan rasio konsistensi. Jika perbandingan berpasangan tidak konsisten, revisi
perbandingan diperlukan.

2. Perhitungan Bobot: AHP menggunakan metode perhitungan berbasis aljabar untuk


menghitung bobot akhir dari kriteria, subkriteria, dan alternatif. Perhitungan ini
mencakup penjumlahan perbandingan berpasangan dan normalisasi matriks.

Manfaat AHP:

1. Pemecahan Masalah Kompleks: AHP memungkinkan pengambil keputusan untuk


memecahkan masalah yang kompleks dengan mengevaluasi banyak faktor yang
berbeda dan memprioritaskan kriteria.

2. Keputusan yang Tepat: AHP membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih
tepat karena mengukur bobot kriteria secara sistematis dan mempertimbangkan
preferensi pengambil keputusan.
3. Analisis Sensitivitas: AHP memungkinkan analisis sensitivitas terhadap perubahan
bobot kriteria atau perbandingan berpasangan, sehingga pengambil keputusan dapat
memahami bagaimana perubahan tersebut memengaruhi hasil keputusan.

4. Keterlibatan Pihak Terkait: AHP dapat digunakan dalam pengambilan keputusan


yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Ini membantu dalam
mengintegrasikan preferensi dan pandangan mereka.

5. Penggunaan yang Luas: AHP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk
manajemen, perencanaan strategis, pemilihan proyek, pemilihan vendor, dan
sebagainya.

AHP adalah alat yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan yang kompleks,
terutama ketika ada banyak faktor dan preferensi yang harus dipertimbangkan. Dengan
memahami konsep-konsep dasar dan mematuhi prinsip-prinsip AHP, pengambil keputusan
dapat menghasilkan keputusan yang lebih terstruktur dan rasional.

Nomor 3

Teori Learning Curve adalah konsep yang mencerminkan peningkatan efisiensi dalam proses
produksi atau pekerjaan seiring dengan pengalaman dan repetisi. Dalam konteks pengambilan
keputusan, terdapat enam tahapan perkembangan teori Learning Curve yang dapat membantu
dalam memahami dan mengaplikasikan konsep ini:

1. Pemahaman Konsep Learning Curve: Tahap pertama adalah pemahaman konsep


dasar Learning Curve, di mana pengambil keputusan harus memahami bagaimana
penurunan biaya atau peningkatan efisiensi terjadi seiring dengan repetisi atau
pengalaman dalam suatu tugas atau proses produksi. Ini adalah dasar dari teori Learning
Curve.

2. Analisis Historis Data Produksi: Pengambil keputusan perlu mengumpulkan dan


menganalisis data historis produksi atau pekerjaan yang relevan. Data ini mencakup
informasi tentang biaya produksi, jumlah unit yang diproduksi, waktu yang diperlukan,
atau parameter lain yang relevan. Analisis data ini membantu dalam mengidentifikasi
pola penurunan biaya seiring dengan pengalaman.
3. Penentuan Tingkat Penurunan Biaya: Setelah data historis dianalisis, pengambil
keputusan harus menentukan tingkat penurunan biaya yang sesuai untuk proses atau
pekerjaan tertentu. Ini melibatkan menentukan persentase penurunan biaya per unit atau
waktu yang akan digunakan dalam perhitungan ke depan.

4. Perencanaan dan Prediksi Biaya di Masa Depan: Berdasarkan tingkat penurunan


biaya yang telah ditentukan, pengambil keputusan dapat merencanakan dan
memprediksi biaya di masa depan. Ini memungkinkan mereka untuk memperkirakan
biaya produksi, manajemen risiko, dan perencanaan anggaran.

5. Analisis Sensitivitas: Pengambil keputusan harus melakukan analisis sensitivitas


untuk memahami bagaimana perubahan dalam tingkat penurunan biaya atau variabel
lainnya dapat memengaruhi perhitungan biaya. Ini membantu dalam mengevaluasi
berbagai skenario dan membuat keputusan yang lebih terinformasi.

6. Implementasi dan Pemantauan: Setelah perencanaan dan prediksi biaya di masa


depan, pengambil keputusan harus mengimplementasikan rencana mereka dan terus
memantau kinerja produksi atau pekerjaan sesuai dengan perhitungan Learning Curve.
Jika terdapat penyimpangan dari perencanaan, perbaikan dan penyesuaian mungkin
diperlukan.

Tahapan-tahapan ini membantu pengambil keputusan untuk memahami dan menerapkan


konsep Learning Curve dalam proses pengambilan keputusan yang melibatkan perhitungan
biaya dan efisiensi produksi. Dengan demikian, mereka dapat membuat keputusan yang lebih
tepat dan memanfaatkan potensi penurunan biaya seiring dengan pengalaman.

NOMOR 4

Dalam konteks pengambilan keputusan pelayanan konstan (constant service), ada beberapa
asumsi dasar yang diperlukan untuk memudahkan analisis dan perhitungan. Asumsi-asumsi
tersebut meliputi:

1. Keseimbangan Produksi dan Permintaan: Asumsi pertama adalah bahwa produksi


dan permintaan untuk produk atau layanan tersebut berada dalam keseimbangan atau
proporsional. Ini berarti tidak ada fluktuasi signifikan dalam permintaan yang mungkin
mempengaruhi proses produksi. Permintaan dianggap konstan sepanjang waktu.
2. Biaya Produksi Konstan: Asumsi ini menyatakan bahwa biaya produksi (termasuk
biaya bahan baku, tenaga kerja, peralatan, dan lainnya) tetap konstan per unit produk
atau layanan. Dalam konteks ini, biaya variabel per unit dianggap tetap.

3. Waktu dan Proses Produksi Konsisten: Asumsi ini mengasumsikan bahwa waktu
yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk atau layanan adalah konsisten
dan tidak berfluktuasi. Proses produksi dianggap stabil dan tidak ada gangguan atau
perubahan signifikan.

4. Kualitas Konstan: Asumsi ini berhubungan dengan kualitas produk atau layanan yang
dihasilkan. Dalam konteks pelayanan konstan, kualitas dianggap tetap dan tidak
mengalami fluktuasi.

5. Kepuasan Pelanggan Konstan: Dalam beberapa kasus, asumsi ini berlaku ketika
kepuasan pelanggan dianggap konstan atau setidaknya tidak mengalami perubahan
signifikan seiring waktu. Hal ini berarti bahwa tidak ada perubahan yang
mempengaruhi persepsi pelanggan terhadap kualitas atau kepuasan dari produk atau
layanan yang diberikan.

6. Siklus Hidup Produk Konstan: Dalam beberapa kasus, asumsi ini mengandaikan
bahwa produk atau layanan yang diberikan telah mencapai tahap pematangan dalam
siklus hidupnya dan tidak mengalami perkembangan produk baru, perubahan signifikan
dalam permintaan, atau perubahan dalam strategi pemasaran.

7. Tidak Ada Perubahan Teknologi atau Inovasi: Asumsi ini mengasumsikan bahwa
tidak ada perubahan teknologi atau inovasi yang dapat memengaruhi produksi atau
kualitas produk atau layanan selama periode waktu yang dihitung.

Asumsi-asumsi ini digunakan untuk membuat model analisis yang lebih sederhana dan
konsisten dalam pengambilan keputusan terkait pelayanan konstan. Namun, perlu diingat
bahwa dunia nyata seringkali tidak memenuhi semua asumsi ini, dan dalam situasi yang lebih
kompleks, perluasan atau penyesuaian asumsi mungkin diperlukan untuk lebih akurat dalam
menganalisis keputusan pelayanan.
NOMOR 5

A. Dalam pengambilan keputusan, ada dua jenis tujuan yang dapat dihadapi, yaitu tujuan
tunggal (single objective) dan tujuan jamak (multiple objectives). Mari kita jelaskan keduanya:

1. Keputusan dengan Tujuan Tunggal (Single Objective): Keputusan dengan tujuan


tunggal adalah jenis keputusan di mana pengambil keputusan memiliki satu tujuan atau
target yang ingin dicapai. Dalam konteks ini, fokus utama adalah untuk mencapai
tujuan tunggal tersebut. Keputusan ini seringkali lebih sederhana dalam hal pemilihan,
karena hanya satu kriteria atau parameter yang digunakan untuk mengukur dan
membandingkan alternatif. Pengambil keputusan berupaya mencapai tujuan tersebut
dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan.

Contoh keputusan dengan tujuan tunggal termasuk penentuan harga jual produk untuk
mencapai keuntungan tertentu, pemilihan lokasi baru untuk membuka cabang perusahaan, atau
pemilihan pemasok yang menawarkan harga terendah untuk mengurangi biaya.

2. Keputusan dengan Tujuan Jamak (Multiple Objectives): Keputusan dengan tujuan


jamak adalah jenis keputusan di mana pengambil keputusan memiliki lebih dari satu
tujuan atau kriteria yang harus dipenuhi. Dalam konteks ini, pengambil keputusan
dihadapkan pada sejumlah tujuan yang seringkali saling bertentangan atau berbeda.
Pengambil keputusan harus mempertimbangkan bagaimana memadukan atau
menyeimbangkan berbagai tujuan ini dalam pengambilan keputusan.

Contoh keputusan dengan tujuan jamak termasuk pemilihan investasi yang


mempertimbangkan profitabilitas, risiko, dan likuiditas, pemilihan proyek yang harus
memenuhi kriteria lingkungan, ekonomi, dan sosial, atau pemilihan produk yang harus
memadukan kualitas, biaya, dan waktu pengiriman.

Keputusan dengan tujuan jamak seringkali lebih kompleks daripada keputusan dengan tujuan
tunggal karena pengambil keputusan harus mengevaluasi setiap tujuan, memutuskan tingkat
kepentingan masing-masing tujuan, dan mencari solusi atau alternatif yang dapat memenuhi
sebagian besar atau semua tujuan yang ditetapkan.

Dalam praktiknya, banyak keputusan bisnis yang dihadapi oleh pimpinan melibatkan tujuan
jamak karena dunia bisnis seringkali kompleks dan memerlukan penyeimbangan antara
berbagai faktor yang relevan. Oleh karena itu, teknik-teknik analisis keputusan, seperti analisis
multi-kriteria, sering digunakan dalam keputusan dengan tujuan jamak untuk membantu
pengambil keputusan mengidentifikasi solusi yang optimal atau mendekati optimal.

B. Pilihan antara keputusan dengan tujuan tunggal atau tujuan jamak bergantung pada situasi
dan kompleksitas pengambilan keputusan yang dihadapi. Tidak ada jawaban yang benar atau
salah, karena keduanya memiliki tempat yang relevan dalam dunia pengambilan keputusan.
Mari kita tinjau dalam situasi apa masing-masing jenis keputusan lebih cocok:

Keputusan dengan Tujuan Tunggal (Single Objective):

 Situasi dengan Tujuan yang Jelas: Keputusan dengan tujuan tunggal biasanya cocok
ketika pengambil keputusan memiliki tujuan yang sangat jelas dan spesifik yang ingin
dicapai. Contohnya, jika tujuan utama adalah memaksimalkan keuntungan atau
mengurangi biaya dalam situasi bisnis yang sederhana dan terfokus, maka keputusan
dengan tujuan tunggal bisa lebih sesuai.

 Situasi yang Membutuhkan Fokus: Ketika perhatian perlu difokuskan pada satu
tujuan utama untuk mencapai hasil yang optimal, keputusan dengan tujuan tunggal
lebih sesuai. Ini membantu menghindari kompleksitas yang mungkin muncul ketika
banyak tujuan berkonflik.

 Situasi Darurat atau Mendesak: Dalam situasi darurat atau mendesak di mana
keputusan cepat diperlukan, keputusan dengan tujuan tunggal dapat menjadi pilihan
yang lebih praktis karena pengambilan keputusan lebih cepat.

Keputusan dengan Tujuan Jamak (Multiple Objectives):

 Situasi dengan Banyak Faktor yang Relevan: Keputusan dengan tujuan jamak lebih
sesuai ketika pengambilan keputusan melibatkan banyak faktor yang saling berkaitan
dan relevan. Ini bisa terjadi dalam bisnis yang kompleks, proyek besar, atau ketika ada
banyak pemangku kepentingan dengan tujuan yang berbeda.

 Situasi yang Membutuhkan Keseimbangan: Jika pengambilan keputusan


memerlukan keseimbangan antara berbagai tujuan yang berbeda, keputusan dengan
tujuan jamak dapat membantu dalam menentukan alternatif yang paling sesuai untuk
situasi tersebut.
 Situasi yang Memerlukan Analisis Mendalam: Keputusan dengan tujuan jamak
biasanya memerlukan analisis yang lebih mendalam dan cermat, termasuk penentuan
tingkat kepentingan masing-masing tujuan. Dalam situasi di mana analisis lebih
mendalam diperlukan, keputusan dengan tujuan jamak menjadi pilihan yang lebih
rasional.

Pilihan yang Paling Ideal: Tidak ada pilihan yang paling ideal secara umum, karena setiap
situasi pengambilan keputusan memiliki karakteristik unik. Keputusan dengan tujuan tunggal
atau jamak dapat menjadi pilihan yang tepat tergantung pada konteks dan tujuan spesifik.
Keputusan yang dianggap ideal adalah yang paling sesuai dengan kondisi, memungkinkan
pencapaian tujuan, dan memberikan hasil yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan preferensi
pengambil keputusan. Oleh karena itu, penting untuk mempertimbangkan dengan cermat
situasi dan tujuan sebelum memilih pendekatan pengambilan keputusan yang paling sesuai.

Anda mungkin juga menyukai