Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN MIXED GERM CELL

TUMOR DENGAN KEMOTERAPI DI RUANG RAWAT


INAP LANTAI 31 MRCCC SILAOM HOSPITAL

Disusun Oleh:
HESDI RETNA. S.KEP. NERS
NS. PRISTA YUNIAR, S.KEP
NS. ROSARI LISA ELIA RUMONDOR, S.KEP

PROGRAM PELATIHAN PERAWATAN KANKER DASAR


SILOAM HOSPITAL TRAINING CENTER
JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Testis merupakan dua kelenjar yang berbentuk seperti telur yang terletak dalam kantung
skrotum di bawah penis. Organ ini berperan dalam menghasilkan hormon testosteron yang
merupakan hormon seksual pada pria dan spermatozoa untuk membuahi sel telur wanita.
Kanker testis merupakan keganasan yang dijumpai pada satu atau kedua testis. Kanker testis
terbagi ke dalam beberapa jenis. Pembagian ini berdasarkan jenis sel di mana kanker testis
bermula (ICCC, 2023). Jenis yang paling sering terjadi adalah kanker testis sel nutfah (germ
cell). Sel nutfah merupakan jenis sel yang digunakan oleh tubuh untuk membentuk sperma
(American Cancer Society, 2018).Germ cell tumor (GCT) adalah kumpulan dari neoplasma
heterogen yang paling sering terjadi pada gonad, testis, dan ovarium. Menurut Muller et all
(2021), GCT dapat dikategorikan menjadi lima subtipe umum dan dua subtipe baru. Tipe I
terdiri dari teratoma murni (TE) dan tumor kantung kuning telur (YSTs). Sedangkan tipe II
berkembang dari sel germinal primordial (PGC) sebagian besar mengandung aberasi
kromosom 12 p. Pada pria, GCT tipe II dapat dibagi menjadi seminoma (SE), nonseminoma
(NS), dan embrional karsinoma (ECS). Pada GCT tipe III terjadi perubahan pada kromoson
9p yaitu tumor spermatositik yang biasa ditemukan pada pria lanjut usia. GCT tipe IV adalah
kista dermoid ovarium dan GCT tipe V terdiri dari mola hidatidosa lengkap di dalam rahim.
Tipe 0 adalah GCT yang timbul di tempat perlekatan kembar siam. Tipe VI adalah GCT yang
berasal dari sel somatik. Penyebab terjadinya germ cell tumor dipengaruhi oleh faktor
prenatal, perinatal dan postnatal. Faktor prenatal meliputi faktor maternal bleeding selama
kehamilan, dan kebiasaan ibu perokok aktif/pasif, faktor perinatal meliputi cryptorchims,
berat badan bayi lahir rendah, inguinal hernia, hipospadia, dan faktor postnatal meliputi late
age puberty, infertilitas, BMI tinggi dan gaya hidup (Tinke et all, 2015).
GCT adalah jenis neoplasma yang paling umum terjadi pada pria (15-40 tahun) di banyak
bagian dunia. Secara keseluruhan, ini mewakili 1% neoplasma dewasa dan 5% tumor urologis,
dengan insiden mulai dari 3 hingga 11 kasus baru per 100.000 pria per tahun di masyarakat
barat. Berdasarkan American Society of Clinical Oncology (ASCO) pada tahun 2023,
diperkirakan 9,190 orang di Amerika Serikat akan didiagnosis menderita kanker testis. Sekitar
1 dari setiap 250 pria dan anak laki-laki akan didiagnosis mengidap penyakit ini selama hidup
mereka. Pada tahun 2020, tingkat insiden tertinggi tercatat di wilayah Eropa dengan
Norwegia, Slovenia, dan Denmark menempati tiga posisi pertama. Sebaliknya, tingkat
kejadian sangat rendah di negara-negara Asia dan Afrika. Kanker testis adalah penyakit
langka. Pada tahun 2020 Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), mencatat
74.458 kasus baru di seluruh dunia. Pada tahun 2020, 20.651 kasus kanker testis dilaporkan
di seluruh Asia dan Timur Tengah. Lima negara dengan angka tertinggi adalah India, Cina,
Jepang, Turki, dan Indonesia dengan masing-masing sebanyak 4.638 (22,7%), 4.502 (21,8%),
2.458 (11,9%), 1.605 (7,8%) dan 1.497 (7,2%) kasus.
Mixed germ cell tumor ditandai dengan komposisi dua atau lebih komponen sel germinal
ganas. Kombinasi paling umum adalah disgerminoma dan tumor kantung kuning telur. Tumor
biasanya terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa muda. Biasanya terletak di gonad,
kadang juga di daerah lain. Gambaran klinis berhubungan dengan masing-masing komponen
sel germinal dan lokasi tumor; Manifestasinya termasuk sakit perut, massa perut, dan massa
testis pada pria. Faktor prognosis yang paling penting adalah stadium tumor (Cancer Research
UK, 2022)
Asuhan Keperawatan pada pasien mixed germ cell tumor perlu dilakukan secara
komprehensif dan optimal, sehingga dapat mencapai tujuan yang sudah dibuat. Dalam
intervensinya perawat juga perlu mempertimbangkan keadaan pasien dari pengkajian, faktor
nilai atau budaya dan faktor lainnya yang berperan dalam proses keperawatan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum: Melakukan penerapan asuhan keprawatan pada Tn. H 46 tahun dengan
Mixed Germ Cell Tumor di ruang perawatan IPD30 kamar 3004 MRCCC Siloam
Hospital Semanggi
1.2.2 Tujuan Khusus:
a) Melakukan pengkajian pada Tn. H dengan Mixed Germ Cell Tumor
b) Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada Tn. H dengan Mixed
Germ Cell Tumor
c) Menyusun intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan kepada Tn. H dengan
Mixed Germ Cell Tumor
d) Menyusun persiapan pulang kepada Tn. H dengan Mixed Germ Cell Tumor
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Germ cell tumor (GCT) adalah pertumbuhan sel yang terbentuk dari sel reproduksi. Tumor
ini dapat bersifat jinak (non-kanker)atau ganas (kanker). GCT paling banyak terjadi di testis
atau ovarium. Beberapa GCT terjadi di area lain pada tubuh seperti perut, otak dan dada meski
penyebabnya tidak jelas. GCT yang terjadi di tempat lain selain testis dan ovarium sering
disebut GCT ekstragonad sangat jarang terjadi (Mayo Clinic, 2023).
GCT adalah kumpulan dari neoplasma heterogen yang paling sering terjadi pada gonad,
testis dan ovarium. GCT terbagi menjadi 5 kategori. Tipe I terdiri dar teratoma jinak dan tumor
kantung kuning telur atau malignant yolk sac tumors (YSTs). GST tipe I ini sebagin besar
didagnosis pada neonaus dan bayi. Tipe II terdiri dari seminoma ganas dan GCT
nonseminomatous yang merupakan tipe GCT yang paling umum terjadi. Tipe III adalah
seminoma spermatostik yang biasanya menyerang pria berusia ≥ 40 thn. Tipe IV yaitu kista
dermoid dan tipe V yaitu mola hidatidosa pada wanita subur (Tinke et all, 2015)
Sedangkan menurut muller dkk, (2021), GCT dapat dikategorikan menjadi lima subtipe
umum (I-V) dan dua subtipe baru (0 dan VI). Tipe I terdiri dari teratoma murni (TE) atau
tumor kantung kuning telur murni (YSTs). Tipe II berkembang dari sel germinal primordial
(PGC), sebagian besar mengandung aberasi kromosom 12p. Pada pria GCT tipe 2 dapat dibagi
menjadi seminoma (SE), non seminoma (NS) dan karsinoma embrional (ECs). Sedangkan
perubahan kromosom 9p merupakan karakteristik GST tipe III yaitu tumor sprematositik yang
ditemukan pada pria lanjut usia. Tipe IV adalah kista dermoid ovarium sedangkan tipe V
terdiri dari mola hidatidosa lengkap di dalam rahim. Tipe 0 adalah GCT yang timbul di tempat
perlekatan kembar siam. Tipe VI adalah GCT yang berasal dari sel somatik.
2.2 Epidemiologi
GCT adalah jenis neoplasma yang paling umum terjadi pada pria (15-40 tahun) di banyak
bagian dunia. Secara keseluruhan, ini mewakili 1% neoplasma dewasa dan 5% tumor urologis,
dengan insiden mulai dari 3 hingga 11 kasus baru per 100.000 pria /tahun di masyarakat barat.
Pada tahun 2020, tingkat insiden tertinggi tercatat di wilayah Eropa dengan Norwegia,
Slovenia, dan Denmark menempati tiga posisi pertama. Sebaliknya, tingkat kejadian sangat
rendah di negara-negara Asia dan Afrika. Kanker testis adalah penyakit langka. Pada tahun
2020, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC), mencatat 74.458 kasus baru di
seluruh dunia. Pada tahun 2020, 20651 kasus kanker testis dilaporkan di seluruh Asia dan
Timur Tengah. Lima negara dengan angka tertinggi adalah India, Cina, Jepang, Turki, dan
Indonesia dengan masing-masing 4.638 (22,7%), 4.502 (21,8%), 2.458 (11,9%), 1.605 (7,8%)
dan 1.497 (7,2%).
2.3 Etiologi
Menurut Giona,S (2022) risiko terjadinya GCT sebagian besar ditentukan sebelum lahir
atau saat masih di dalam rahim. Faktor risiko yang sudah terbukti adalah anomali kogenital,
cryptorchidism (testis tidak turun). Faktor risiko lainnya adalah riwayat keluarga dengan
kanker testis dan peningkatan tinggi badan pada orang dewasa. Sedangkan menurut tinke et
all (2015), yang dapat menyebabkan munculnya GCT ada beberapa faktor, yaitu:
2.3.1 Faktor risiko genetik
Perbedaan etnis dan pengelompokan geografis mempengaruhi munculnya GCT hal
ini dibuktikan dengan tingkat kejadian GCT yang lebih banyak terjadi pada pria di
wilayah Eropa dibandingkan pria di wilayah Afrika dan Asia. Riwayat keluarga juga
menjadi faktor risiko yang kuat terjadinya GCT. Diperkirakan bahwa efek genetik
menyumbang 25% dari GCT yang merupakan angka yang tinggi dibandingkan dengan
kanker lain dan bahkan 1/3 dari semua jenis kanker.
2.3.2 Faktor risiko lingkungan dan lainnya
a) Faktor risiko prenatal
Faktor yag sudah terbukti dapat menyebabakan GCT adalah perdarahan selama
kehamilan. Ada juga beberapa faktor yang mungkin berhubungan yaitu, DES dan
merokok selama kehamilan
b) Faktor risiko perinatal
Beberapa faktor yang sudah terbukti dapat menyebabakan GCT yaitu:
cryptorchism, berat badan lahir rendah (BBLR), usia kehamilan, hernia inguinal,
kembar dan sibship. Ada juga beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi adalah
berat badan lahir tinggi dan hipospadia
c) Faktor risiko postnatal
Beberapa faktor yang sudah terbukti dapat menyebabakan GCT yaitu, usia pubertas
yang terlambat dan infertilitas. Ada juga beberapa faktor yang mungkin
mempengaruhi adalah: BMI, tinggi badan, SES, aktivitas fisik, pengaruh lingkungan
kerja dan pengaruh lingkungan lainnya.
2.4 Pencegahan
Deteksi dini untuk mencegah adanya germ cell tumor dengan pemeriksaan testis mandiri,
periksakan jika benjolan yang dialami membesar dengan cepat, mengalami perubahan warna,
atau disertai dengan gangguan berkemih. Pemeriksaan dan penanganan sejak dini dapat
mencegah komplikasi (Cancer Council, 2023).
2.5 Patofisiologi
GCT berkembang akibat peristiwa tumorigenik di dalam rahim yang mengarah ke
neoplasia sel germinal intratubular. Neoplasia sel germinal intratubular berasal dari gonosit
yang gagal berdiferensiasi menjadi spermatogonia. Sel-sel ini tidak mencapai potensi invasif
sampai setelah perubahan hormonal terjadi selama masa pubertas. Seminoma terdiri dari sel
germinal yang ditransformasikan dan diblokir dalam diferensiasinya. Sel karsinoma
embrional menyerupai sel punca yang tidak berdiferensiasi, ekspresi gennya mirip dengan sel
punca dan neoplasma sel germinal intratubular. Koriokarsinoma dan tumor yolk-sac memiliki
diferensiasi ekstraembrionik, sedangkan teratoma memiliki diferensiasi somatik. Seminoma
dapat dibagi menjadi salah satu dari tiga kategori berdasarkan histologi: klasik, anaplastik,
dan spermatositik. Pada seminoma testis, alpha-fetoprotein (AFP) berada dalam kisaran
normal. Jika AFP meningkat dan terdapat elemen nonseminomatous dalam spesimen
histopatologi, dapat ditetapkan diagnosis tumor sel germinal nonseminotaous. Germ cell
neoplastic carcinoma in situ (GCNIS) adalah kondisi prakanker dengan kecenderungan
berkembang menjadi seminoma atau kanker embrional. Pasien dengan kriptorkismus,
infertilitas, riwayat tumor sel germinal kontralateral, gangguan interseks, atau testis atrofi
lebih sering mengalami GCNIS. Seminoma testis berasal dari epitel germinal tubulus
seminiferus. Penyakit ini diduga berasal dari hasil proliferasi spermatogonia yang belum
matang. Peningkatan ketidakstabilan genom merupakan kondisi yang paling mempengaruhi
patogenesis GCNIS. Transisi dari lesi prekursor ke kanker invasif terkait dengan peningkatan
lengan pendek kromosom 12, Isochromosome i (12p), serta melibatkan KRAS2 dan NANOG
(pseudogenes). Mekanisme secara pasti belum diketahui. Namun, terdapat juga peningkatan
frekuensi isozim 7, 15, 19, dan X pada seminoma (Itsa et all, 2023).
Sumber: Muller et all, 2021
Secara umum diyakini bahwa prekursor GCT muncul selama tahap perkembangan awal sel
germinal (GC) pada janin. Perkembangan GC dimulai setelah beberapa pembelahan zigot
totipoten, ketika sel dapat dibagi menjadi massa sel bagian dalam (ICM) serta sel trofektoderm
blastokista. Setelah terjadi implantasi blastokista, bagian dari ICM memulai diferensia
menjadi sel somatik (epiblas). Spesifikasi Premordial Germ Cell (PGC) dimulai pada minggu
ke empat pasca pembuahan. Spesifikasi PGC bergantung pada sinyal BMP dan WNT, jika
terjadi gangguan pada jalur ini dapat mengarah pada pembentukan GCT Tipe I yaitu Teratoma
murni (TE) karena tidak dapat mempertahankan penghentian proliferasi dan resistensi
terhadap diferensiasi lebih lanjut. Setelah spesifikasi, PGC akan bermigrasi menuju genital
ridge. Untuk menghindari anomaly yang terjadi akibat dari PGC yang salah arah
migrasi, apoptosis diinduksi sebagai akibat dari pengurangan KITLG (faktor sel induk)
dan peningkatan BAK1 (pembunuh antagonis homolog Bcl-2 ). Jika faktor-faktor pemicu
apoptosis ini terjadi perubahan secara genetik atau epigenetik, sel-sel yang salah arah dapat
bertahan dan mempertahankan fenotip PGC-nya. Faktor lingkungan mikro mungkin
menyebabkan pemrograman ulang pada sel-sel yang bermigrasi ini, dan mengakibatkan
proliferasi yang tidak terkendali. Dengan demikian, kesalahan arah dan/atau kegagalan dalam
menghentikan program pluripotensi di PGC dapat mengarah pada pengembangan GCT tipe I
yaitu Tumor kantong kuning telur (YSTs) (Muller et all, 2021).
GCT sering kali terjadi bersamaan dengan gangguan reproduksi pria lainnya termasuk
gangguan spermatogenesis , hipospadia , dan kriptorkismus. Semua kondisi klinis ini bisa
menjadi gejala dari satu kelainan utama, yang disebut sindrom disgenesis testis (TDS). TDS
diperkirakan merupakan akibat dari gangguan lingkungan hormonal selama
awal perkembangan janin , karena efek genetik dan/atau faktor lingkungan selama
kehamilan, seperti anti androgen. Teori TDS menyatakan faktor genetik dan lingkungan,
seperti estrogen, peniruan estrogen, anti-androgen dan faktor-faktor lain yang belum
ditentukan, untuk mengganggu fungsi sel Sertoli dan Leydig, mencegah diferensiasi GC yang
tepat, sehingga menyebabkan GCNIS dan Testic Germ Cell Tumos (TGCTs). Biasanya,
lingkungan mikro menampung kemokin , yang memediasi arah migrasi dan pertumbuhan,
namun lingkungan mikro yang dihasilkan oleh sel somatik yang menyimpang dapat
menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan tumor. Mekanisme pasti di balik
sinyal yang menyebabkan sekresi kemokin somatik ini sampai saat ini belum sepenuhnya
dipahami. Dikatakan bahwa Sertoli dan sel imun yang mensintesis SDF-1/CXCL12 dalam
testis neoplastik dapat menciptakan ceruk somatik yang memungkinkan pemeliharaan sel
kanker GCNIS yang kemudian berkembang menjadi SE diperkirakan muncul dari PGC yang
bermigrasi selama fase demetilasi DNA global , sesaat sebelum tiba di genital ridge dan
sebelum bersentuhan dengan sel Sertoli dan Leydig (Muller et all, 2021).
GCNIS menyerupai sel germinal / gonosit primordial dan mengekspresikan sejumlah
penanda serupa. Transkriptom GCNIS sangat mirip dengan gonosit manusia normal yang
terisolasi. GCNIS tampak seperti dihambat untuk berdiferesiasi dan memasuki
spermatogeneis, sebaliknya GCNIS trakumulasi dalam tubulus seminiferus menjadi lesi
intratubular yang disebut seminoma (SE) atau non seminoma (NS). SE nantinya bisa
diprogram ulang menjadi karsinoma embrional (EC). Pada gilirannya, yang terakhir ini
mempunyai kapasitas untuk menghasilkan komponen-komponen tumor yang mewakili
semuanya garis keturunan, termasuk YST ekstra-embrional dan koriokarsinoma (CH), dan
turunan somatik TE, yang mencakup jaringan somatik dari tiga lapisan kuman dengan tingkat
pematangan yang berbeda-beda (yaitu, berpotensi majemuk). Kombinasi dari salah satu
komponen ini mengarah pada pembentukan Mixed GCT (Lobo et all, 2019).
2.6 Patoflow
Terlampir
2.7 Manifestasi klinis:
Pada beberapa kasus, GCT tidak menimbulkan gejala di tahap awal, gejala timbul dengan
bertahap dengan massa atau benjolan pada testis. Namun, seiring berkembangnya penyakit,
sejumlah gejala yang biasanya muncul adalah:
2.7.1 Benjolan padat dan keras pada testis (biasanya disertai dengan atau tanpa nyeri)
2.7.2 Rasa nyeri pada area skrotum
2.7.3 Testis mengalami perubahan bentuk yang abnormal
2.7.4 Payudara pria terasa nyeri, disebabkan karena produksi hormon HCG yang berlebihan
2.7.5 Pada anak-anak dapat menyebabkan pubertas dini
2.7.6 Nyeri pada punggung bawah dan area selangkangan apabila kanker sudah menyebar ke
kelenjar getah bening, sesak napas dan nyeri dada apabila sudah metastase ke paru, nyeri
perut jika sudah menyebar ke liver, nyeri kepala jika sudah menyebar ke otak
(Tim Medis Siloam hospital, 2023)
2.8 Prognosis
Prognosis sangat ditentukan oleh histologi, luasnya penyebaran tumor, dan luasnya
peningkatan penanda tumor. Untuk pria dengan seminoma, variabel prognostik utama yang
merugikan adalah adanya metastasis ke organ visceral selain paru-paru. Tumor yang berasal
dari mediastinum memiliki prognosis yang lebih buruk jika dibandingkan dengan tumor yang
berasal dari testis. Prognosis GCT dipengaruhi oleh keparahan penyakit yang dapat dinilai
dari ada atau tidaknya metastasis dengan tingkat kelangsungan hidup relatif 5 tahun.
American Cancer Society, 2023 menyatakan saat kanker terbatas pada testis, angka kesintasan
mencapai 96%. Jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening regional, angka
kesintasan mencapai 90%. Jika ada metastasis jauh sampai keorgan lain seperti liver atau
otak, angka kesintasan diperkirakan di atas 70%. Dari pernyataan Cancer Research UK, 2022
disebutkan bahwa di Inggris lebih dari 95 dari 100 pria (lebih dari 95%) akan bertahan hidup
dari kanker selama 1 tahun atau lebih setelah mereka didiagnosis, 95 dari 100 pria (95%) akan
bertahan hidup dari kanker selama 5 tahun atau lebih setelah diagnosis, sekitar 90 dari 100
pria (sekitar 90%) akan bertahan hidup dari kanker selama 10 tahun atau lebih setelah
diagnosis.
2.9 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kliesch et all (2021) dan Cancer Council (2023) pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan untuk menegakan diagnosa pada germ cell tumor meliputi:
2.9.1 USG testis: USG testis merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan untuk melihat
apakah ada terjadi perubahan merupakan kondisi jinak tertentu (seperti hidrokel atau
varikokel) atau tumor padat yang bisa menjadi kanker.
2.9.2 Hasil lab AFP, B-HCG, dan LDH: Peningkatan kadar AFP atau HCG juga dapat
membantu dokter mengetahui jenis kanker testis. Non-seminoma sering kali
meningkatkan kadar AFP dan/atau HCG. Seminoma murni kadang-kadang
meningkatkan kadar HCG tetapi tidak pernah meningkatkan kadar AFP. Artinya, setiap
peningkatan AFP merupakan tanda bahwa tumor tersebut menderita non-seminoma.
(Tumor dapat bercampur dan memiliki area seminoma dan non-seminoma). Tumor
testis juga dapat meningkatkan kadar enzim yang disebut laktat dehidrogenase (LDH).
Tingkat LDH yang tinggi seringkali (tetapi tidak selalu) menunjukkan penyebaran yang
luas. Namun, kadar LDH juga dapat meningkat pada beberapa kondisi non-kanker. Tes
penanda tumor terkadang juga digunakan untuk alasan lain, misalnya untuk membantu
perkirakan berapa banyak kanker yang ada, keberhasilan pengobatan untuk mencari
tanda-tanda kanker mungkin muncul kembali.
2.9.3 Biopsi: pengambilan sampel jaringan abnormal yang dicurigai sebagai kanker untuk
diperiksa di laboratorium patologi anatomi.
2.9.4 Tes pencitraan dengan rontgen thoraks, CT Scan, PET, atau MRI, bone scan: untuk
mendeteksi lokasi tumor dan memastikan seberapa besar ukuran tumor.
2.9.5 Rontgen thoraks: melihat apakah kanker telah menyebar ke paru-paru
2.9.6 Ct scan: CT scan dapat digunakan untuk membantu menentukan stadium (luasnya)
kanker dengan menunjukkan keberadaannya telah menyebar ke kelenjar getah bening,
paru-paru, hati, atau organ lainnya.
2.9.7 PET CT: pemeriksaan PET CT dapat membantu menemukan kumpulan kecil sel kanker
di dalam tubuh. Pemeriksaan PET CT berguna untuk melihat apakah kelenjar getah
bening yang masih membesar setelah kemoterapi adalah kanker atau hanya jaringan
parut.
2.9.8 Bone scan: Menunjukkan apakah kanker telah menyebar ke tulang.
2.10 Penatalaksanaan:
Stephenson et all (2019) menjelaskan bahwa pengobatan germ cell tumor tergantung
kepada jenis, stadium dan beratnya penyakit. Setelah kanker ditemukan,langkah pertama yang
dilakukan adalah menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya ditentukan stadiumnya:
Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis. Stadium II: kanker telah menyebar ke
kelenjar getah bening di perut. Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah
bening, bisa sampai ke hati atau paru-paru. Adapun pengobatan yang bisa dilakukan yang
direkomendasikan oleh Stephenson et all (2019) meliputi:
2.10.1 Pembedahan:
a) Orichidectomy: Orkiektomi adalah prosedur pembedahan yang bertujuan
mengangkat testis yang terkena kanker
b) Testis sparing surgery (TSS) adalah pembedahan yang dapat dilakukan pada pasien
dengan testis soliter dan bertujuan untuk mempertahankan fertilitas dan fungsi
hormonal. Dilakukan apabila massa masih berukuran kecil dengan tumor marker
negatif.
c) Operasi rekonstruksi dengan testis prostetik
d) Diseksi kelenjar getah bening: Pengangkatan kelenjar getah bening merupakan
pilihan pengobatan jika kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitar
perut. Tindakan ini dapat menimbulkan komplikasi seperti infeksi dan gangguan
ejakulasi. Oleh karena itu, diseksi kelenjar getah bening retroperitoneal jarang
dilakukan untuk seminoma, kecuali untuk massa residual abdomen yang bertambah
besar dan tidak berespon dengan pengobatan lain.
2.10.2 Kemoterapi
Germ cell tumor memiliki kemosensitivitas yang baik, sehingga kemoterapi
menghasilkan angka kesembuhan yang sangat baik, terutama dengan regimen berbasis
cisplatin. Bleomycin, etoposide, dan cisplatin (BEP); atau etoposide dan cisplatin (EP)
adalah 2 regimen kemoterapi yang paling umum digunakan.
2.10.3 Radioterapi
Radioterapi adalah pengobatan menggunakan sinar radiasi tinggi yang bertujuan
menghancurkan sel-sel kanker.
2.10.4 Terapi pengganti hormon
Pengangkatan testis dapat menyebabkan produksi hormon testosteron tergangg,
sehingga perlu dilakukan terapi pengganti hormon testosteron untuk mengatasi
masalah ini
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat penyakit saat ini: keluhan yang dirasakan saat ini
3.1.2 Riwayat kesehatan masa lalu: kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang riwayat kanker
sebelumnya
3.1.3 Aktivitas/istirahat: gejala kelemahan dan/ keletuhan perubahan pada pola istirahat dan
jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
seperti nyeri, ansietas, atau mual.
3.1.4 Pola kesehatan: kebiasaan atau upaya pasienuntuk mempertahankan kesehatannya
3.1.5 Sirkulasi: adanya palpitasi, angina pectoris/nyeri dada, takikardia, distritmia, sianosis
3.1.6 Psikososial: Menyangkal diagnosis (denial), perasaan tidak berdaya, putus asa,
depresi, cemas terkait penyakit dan pengobatan. Tanda yang dapat muncul:
menyangkal menarik diri, dan marah
3.1.7 Pola hubungan dan peran: bagaimana hubungan pasien dengan keluarga dan peran
pasien dalam keluarga
3.1.8 Eliminasi: adanya perubahan pola defekasi seperti nyeri saat defekasi. Perubahan
eliminasi urinarius, misalnyerisaat berkemih, hematuria. Tanda yang dapat muncul
seperti perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
3.1.9 Nutrisi dan metabolisme: adanya anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual
muntah terkait efek samping pengobatan, penurunan berat badan, kakeksia,
berkurangnya masa otot.
3.1.10 Neurosensori: Pusing sinkope
3.1.11 Nyeri/kenyamanan: adanya nyeri atau derajat bervariasi, misal nyeri ringan sampai
nyeri berat
3.1.12 Pola persepsi dan konsep diri: petasaan pasien sebelum oprasi/kemoterapi, koping
pasien menghadapi penyakitnya
3.1.13 Seksualitas: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan, adanya
perubahan bentuk pada kelamin
3.1.14 Interaksi sosial: ketidakkuatan/kelemahan sistem pendukung(support system)
3.1.15 Pola nilai dan keprcayaan: agama yang dianut, kegiatan keagamaan yang diikuti, dn
nilai atau norma budaya dan agama terkait pengobatan
(Wijanarko et all, 2017)
3.2 Analisa data
Analisa data merupakan salah satu bagian dari proses keperawatan dengan mengkaitkan
data serta menghubungkan data dengan konsep dan prinsip yang relevan yang bertujuan untuk
membuat diagnosa keperawatan. tahap analisis data meliputi kategorisasi, ringkasan,
perbandingan dan kesimpulan. Kategorisasi di dapat berdasarkan inti, subsistem dan persepsi.
Untuk ringkasan yaitu dengan meringkas data dalam setiap kategori, selanjutnya untk
perbandingan yaitu dengan identifikasi kesenjangan dan ketidaksesuaian dan bandingkan
dengan data standar. Tahap terakhir yaitu kesimpulan yaitu dengan membuat kesimpulan logis
yang mengarah pada karakteristik data mayor atau minor pada SDKI (Saputra dkk, 2023).
3.3 Diagnosa keperawatan:
Diagnosa keprawatan yang dapat muncul pada pasien dengan germ cell tumormeliputi:
3.3.1 Nyeri akut
3.3.2 Defisit nutrisi
3.3.3 Disfungsi seksual Ansietas
3.4 Perencanaan:
no Diagnosa Intervensi
keperawatan Tujuan Tindakan Rasional
1 Nyeri akut Tujuan: 1) Lakukan pengkajian 1) Membantu
a) Mampu nyeri secara menentukan
mengontrol nyeri komprehensif pilihan
(tahu penyebab termasuk lokasi, intervensi dan
nyeri, mampu karakteristik, durasi, memberikan
menggunakan frekuensi, kualitas dasar untuk
Teknik dan faktor presipitasi berbandingan
nonfarmakologi 2) Observasi reaksi dan evaluasi
untuk mengurangi nonverbal dari terhadap terapi.
nyeri, mencari ketidaknyamanan 2) Tirah baring
bantuan) dalam posisi
b) Melaporkan bahwa 3) Gunakan teknik yang nyaman
nyeri berkurang komunikasi memungkinkan
dengan terapeutik untuk pasien untuk
menggunakan mengetahui menurunkan
manajemen nyeri pengalaman nyeri spasme otot,
Mampu mengenali pasien menurunkan
nyeri (skala, 4) Kaji kultur yang penekanan pada
intensitas, mempengaruhi bagian tubuh
frekuensi dan tanda respon nyeri tertentu dan
nyeri) 5) Evaluasi pengalaman menfasilitasi
c) Menyatakan rasa nyeri masa lampau terjadinya
nyaman setelah 6) Evaluasi bersama reduksi dari
nyeri berkurang pasien dan tim tonjolan diskus.
kesehatan lain 3) Menurunkan
tentang gaya grativasi
ketidakefektifan dan gerak yang
kontrol nyeri masa dapat
lampau menghilangkan
7) Bantu pasien dan spasme otot
keluarga untuk 4) Merelaksasi otot
mencari dan dan menurunkan
menemukan nyeri
dukungan
8) Kontrol lingkungan
yang
dapatmempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan
9) Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10) Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal)
11) Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
12) Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
13) Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
14) Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
15) Tingkatkan istirahat
16) Kolaborasi dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17) Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
2) Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesic ketika
pemberian lebih dari
satu
5) Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
6) Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
7) Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
8) Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali Evaluasi
efektivitas analgesik,
tanda dan gejala
2 Defisit nutrisi Tujuan: 1) Monitor intake 1) Mengetahui
a) Pasin menunjukkan makanan pasien, informasi tentag
berat badan yang status gizi pasien
stabil, hasil lab apakah pasien makan 2) Memberikan
normal dan tidak sampai habis iformasi tentang
ada tanda malnutrisi 2) Kaji kemampuan penambahan dan
b) Intake adekuat pasien dalam intake, penurunan berat
c) Tidak ada mual dan pakah ada kesulitan badan pasien
muntah menelan atau masalah 3) Kebutuhan gizi
d) Berpartisipasi lainnya yang tercukupi
dalam 3) Timbang dan ukur dapat membantu
penatalksanaan diet berat badan 1 minggu proses pemulihan
yang sekali pasien
berhubungandengan 4) Anjurkan pasien untuk 4) Mencegah mual
penyakitnya mengkonsumsi muntah, distensi
makanan tinggi kalori berlebih, yang
dan protein dapat meurunkan
5) Kolaborasi dengan ahli nafsu makan
gizi terkait diet pasien 5) Menunjukkan
6) Anjurkan makan porsi keadaan gizi saat
kecil apabila ada mual ini
7) Kolaborasi dengan
dokter untuk evaluasi
hasil lab

3 Disfungsi Tujuan: 1) Diskusiakan dengan 1) Meningkatkan


seksual a) Pasien dapat pasien da keluarga ekspresi seksual
mengungkapkan tentag proses dan
pengertiannya seksualitas dan reaksi meningkatkan
terhadap efek serta hubungnnya komunikasi
kanker dan terapi dengan penyakitnya terbuka antara
terhadap seksualitas 2) Berikan informasi pasien dan
tentang efek pasangannya
b) Mempertahankan pengobatan terhadap 2) Mmebantu
aktivitas seksual seksualitasnya pasien dalam
dalam batas 3) Berikan privasi kepada mengatasi
kemampuannya pasien dan masalah seksual
pasangannya yang dihadapi
3) Memberikan
kesempatan bagi
pasien dan
pasangannya
untuk
mengekspresikan
perasaan dan
keinginan secara
wajar

4 Ansietas b.d Tujuan: 1) Tentukan pengalaman 1) Pengalaman


situasi krisis a) Pasien dapat pasien sebelumnya pasien
pasien mengurangi rasa terhadap penyakit yang sebelumnya akan
cemas diderita memberikan
b) Rileks dan saat 2) Berikan informasi dasar untuk
melihat dirinya tentang prognosis penyuluhan
secara obyektif penyakit secra akurat 2) Pemberian
c) Menunjukkan 3) Beri kesempatan informasi dapat
koping yang pasienuntuk membantu pasien
efektif dan mengekspresikan rasa dalam
mampu marah, takut, memahami
berpartisipasi konfrotasi. Beri proses
dalam pengobatan informasi dengan wajar penyakitnya
dan ekspresi yang 3) Untuk
sesuai mengetahugali
pola koping
4) Jelaskan pengobatan, pasien serta
tujuan dan efek mengatasinya/
samping obat. Bantu memberikan
pasien memprispakan solusi dalam
diri dalam pengobatan upaya
5) Catat koping yang meningkatkan
efektif untuk pasien kekuatan dalam
6) Berikan lingkungan mengatasi
yang tenang dan kecemasan
nyaman 4) Agar pasien
7) Libatkan memperoleh
keluarga/teman untuk dukungan dari
menjadi support system orang
yang kuat untuk pasien terdekat/keluarga
8) Lakukan komunikasi 5) Agar pasien
terapeutik merasa nyaman
dan mendapatkan
kepercayaan diri
dan keyakinan
bahwa pasien
benar benar
ditolong

(SDKI, 2018)
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah penialaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil
yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan
dari evaluasi ini adalahntuk pertama mengakhiri rencana tindakan keperawatan, kedua
memodifikasi rencana tindakan keperawatan, ketiga meneruskan rencana tindakan
keperawatan. Jenis Evaluasi :
3.5.1 Evaluasi proses (formatif)
a) Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.
b) Berorientasi pada etiologi.
c) Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentuakn tercapai.
3.5.2 Evaluasi hasil (sumatif)
a) Evalusi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna.
b) Berorientasi pada masalah keperawatan.
c) Menjelaskan keberhasilan / ketidakberhasilan.
d) Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu
yang ditetapkan.
Catatan perkembangan berisikan perkembangan atau kemajuan dari tiap- masalah yang
telah dilakukan dan disusun oleh semua anggota yang terlihat dengan menambahkan catatan
perkembangan pada lembaran yang sama. Catatan dengan kata-kata dapat dipakai pada
pengisian statustentang data yang menojol dari tiap masalah atau menggunakan format S O A
P I E R (Saputra dkk, 2023).
3.6 Persiapan pasien pulang
3.6.1 Perencanaan diet dan nutrisi
3.6.2 Manajemen nyeri mandir
3.6.3 Jadwal kontrol
3.6.4 Obat obatan yang dibawa pulang (dosis, cara minum)
3.6.5 Edukasi pasien terkait seksualitas
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
4.1 Pengkajian
4.1.1 Identifikasi
A. Pasien
Nama : Tn. Herry Gorda
No. MR : MRCCC.00-46-15-37
Tgl lahir/ umur : 25 September 1977 / 46Y1M5D
Jenis Kelamin : Laki-laki
DPJP : dr. Jefry betha tenggara, SpPD-KHOM
No./Tgl admisi : IPA2310290016/ 29 Oktober 2023
Bed no./ Bangsal : 3104/ Ward 31st floor
Status perkawinan : Menikah
Jumlah anak : 3
Agama/ suku : Kristen/ China
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : Sidosermo Indah 3/48 Surabaya ,kota Jawa Timur
Indonesia
Asal masuk : Outpatient
Anamnesis :
Autoanamnesa V
Alloanamnesa
Status perkawinan : Menikah
V
Jumlah anak : 3
Status perkawinan : Menikah
Agama/ suku : Kristen/
Jumlah anak : 3
Warga negara : Indonesi
Agama/ suku : Kristen/
Bahasa yang digunakan : Indonesi
Warga negara : Indones
Pendidikan : SMA
Bahasa yang digunakan : Indones
Pekerjaan : Wiraswa
Pendidikan : SMA
Alamat rumah : Sidoserm
Pekerjaan : Wiraswa
Indonesi
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. Yen Yen
Umur : 45 tahun
Alamat rumah : : Sidosermo Indah 3/48 Surabaya ,kota Jawa Timur Indonesia
Hubungan dengan pasien : Istri
4.1.2 Data Medik

Diagnosa Medik
Saat masuk : Mixed Germ Cell Tumor Meta Paru Dan KGB
Saat Pengkajian : Mixed Germ Cell Tumor Meta Paru Dan KGB
Riwayat alerg : Obat : Primperan (gelisah, berdebar, keringat dingin)
Makanan : Tidak ada
Lainnya : Tidak ada
Riwayat konsumsi obat : Xarelto 1x20 mg, Betaloc zok 1x25 mg, Coralan 2x5 mg
4.1.3 Keadaan Umum
A. Keadaan Sakit
Pasien tampak sakit ringan
Alasan : Pasien terlihat mampu menggerakkan semua anggota tubuhnya, akan tetapi
pasien tidak bisa memenuhi kebutuhannya secara keseluruhan karena keterbatasan
aktivitas adanya pemasangan kemoport di derah abdomen untuk akses ivline. Kesadaran
pasien compos mentis, dan pasien melakukan semua aktivitas didampingi oleh perawat
dan keluarga ( Istri). Juga pasien tidak ada keluhan selama perawatan saat ini.
B. Tanda-Tanda Vital
1) Kesadaran : Skala Coma Glasgow 15 E4M6V5 (CM)
2) Tekanan Darah : 117/70 mmHg
MAP : 86 mmHg
3) Nadi : 93 kali/mnt
Irama : V Teratur Taki k ardi Bradi k ardi

V Kuat Lemah
4) Suhu : 37 ,5 ˚ C Oral V Axilla

5) Pernafasan : 18 kali/mnt
Irama : Teratur
Jenis : Perut
6) Saturasi : 98% RA
7) Urine Output : 50 ml/jam
8) Skor nyeri : 0/0
9) Risiko jatuh : 5 (risiko jatuh rendah)
10) EWS :0
11) Skor VTE : 2 (risiko sedang)
12) Skor braden : 19 (tidak ada risiko)
C. Pengukuran
Tinggi Badan : 175cm
Berat badan : 68 Kg
Indeks Massa Tubuh : 22,2 kg/m2
Kesimpulan : Normal
D.Genogram
4..1.2 PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1. Keadaan Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehat tidak dapat digantikan oleh
apapun dan tidak dapat ditukar oleh apapun. Kesehatan
adalah nomor satu. Tetapi pasien suka makan makanan
siap saji dan sering makan keluar terutama sewaktu
akhir pekan
2. Riwayat penyakit saat ini
3. Keluhan utama : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
4. Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan 1 minggu SMRS pasien sempat cek
lab dan trombosit rendah, pasien mengatakn sempat
terjadi perdarahan pada hidung karena dikorek

5. Riwayat penyakit : AKI, Riw Thrombus vena- pulmonalis dengan ektensi


atrium kiri
6. Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien Mengatakan pamannya 20 tahun yang lalu
mengidap kanker pankreas
7. Riwayat operasi : Operasi testis (15/05/23) dan Implant kemoport (Juni
2023)
8. Pemerikaan Fisik :
a. Kebersihan rambut : Bersih
b. Kulit Kepala : Normal
c. Kebersihan kulit : Kulit tampak bersih dan kering, tidak bersisik
d. Hygiene rongga mulut : Rongga mulut tampak bersih, lembab, tidak berbau
e. Kebersihan genetalia : Tidak terkaji karena pasien menolak untuk dikaji
f. Kebersihan anus : Tidak terkaji karena pasien menolak untuk dikaji
B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK
1. Keadaan Sebelum sakit : Pasien mengatakan makan 3 kali sehari, dalam sekali makan dapat
menghabiskan 1 porsi makanan, pasien mengatakan sering mengkonsumsi sayuran, ikan dan
buah buahan yang segar. Namun pasien sering makan makanan yang siap saji dan sering makan
diluar tiap akhir pekan
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan tetap memiliki nafsu makan yang baik. Pasien makan
3x sehari dan makanan pasien selalu habis hanya saja sewaktu menjalani kemoterapi ke -4 mulai
sedikit mulut pecah- pecah sehingga makan berkurang
3. Observasi : Terlihat ada makanan di atas meja pasien ada pisang dan roti, pasien makan roti dan
minum habis
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan rambut : Rambut tidak ada (botak ) ini dialami pasien sejak 5 bulan yang lalu post
khemo 7 hari setelah kemoterapi siklus 1, kulit kepela pasien bersih.
Hidrasi kulit : Kulit pasien tampak lembab.
Palpebrae : Palpebrae normal kedua mata dapat menutup secara normal / Konjungtiva
terlihat pucat dan Sklera : Sklera berwarna putih
Hidung : Hidung simetris kiri dan kanan, tidak terdapat polip dan septum, tidak ada
lesi, tidak ada sumbatan, dan bersih.
Rongga mulut : Rongga mulut tampak bersih, bibir pasien terlihat kering, tidak berbau,
tidak ada sariawan, tidak ada peradangan pada tonsil.
Gigi : Gigi pasien tidak ada lubang, warna gigi putih.
Lidah : Lidah berwarna merah muda, bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada
sariawan dan tidak di temukan adanya peradangan
Pharing : Tidak ada peradangan, tidak ada massa
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar parotis : Tidak ada pembesaran kelenjar parotis
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : flat , terpasang kemoport di daerah tengah abdomen
Bayangan : Tidak ada bayangan vena
Auskultasi : Peristaltik usus

RUQ LUQ
8x/mnt 10x/mnt
RLQ LLQ
7x/mnt 9x/mnt

Palpasi : Nyeri : Tidak ada nyeri saat di palpasi


Benjolan : Tidak teraba adanya massa, teraba ada implant port pada
abdomen dekstra
Perkusi : Normal, terdengar tympani
Lesi : Tidak terdapat adanya lesi
5. Pemeriksaan
Laboratorium :

No. Lab Nilai hasil Nilai normal


1 Hb 7,6 13.00.-18.00 g/dL
2 SGOT 11 <40 U/L
3 SGPT 7 <41 U/L
4 Albumin 3.37 3.50-5,20 g/dL
5 Na 133 136-146 mmol/L
6 K 4,1 3.5-5.1 mmol/L
7 Cl 99 98-106 mmol/L
6. Therapy : Infus Nacl 500 cc
C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan Sebelum sakit : Pasien mengatakan dalam sehari biasanya BAB 2 kali sehari,
konsistensinya BAB tidak lembut dan tidak keras, berwarna kuning kecoklatan. Pasien
mengatakan dapat BAK ±7 kali dalam sehari.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan BAB lancer sejak menjalani proses kemoterpi
dan dibantu oleh obat pencahar juga supaya jangan mengejan dan sejak masuk ke RS
,BAB juga lancer dan dibantu dengan obat pencahar lactulac syrp , tidak ada darah dan
tidak ada lendir. Semenjak sakit pasien BAK langsung ke kamar mandi dan dibantu oleh
perawat dan istri pasien Pasien mengatakan Ia banyak minum air putih ..
3. Pemeriksaan Fisik
a. Peristaltik usus :
RUQ LUQ
7 x/mnt 10
x/mnt
RLQ LLQ
8 x/mnt 9x/mnt

b. Palpasi kandung : Ascites Positif Negatif


kemih
c. Perkusi ginjal : Positif Negatif
d Anus : Tidak terkaji pasien menolak untuk dikaji
i. Lesi
Peradangan : Tidak terdapat peradangan
Hemorroid : Tidak ada hermohoid
4. Pemeriksaan :
Laboratorium :
Data biokimia fungsi ginjal:
• Ureum: 30 mg/dl
• Creatinine: 1,51 mg/dl 0,5-1,3
• eGFR: 57,3 ml/ min /1,73 m^z
(GFR comment: >= 60 normal kidney function)
• SGOT (AST): 11 U/L (Range 0-40)
• SGPT (ALT): 7 U/L (Range 0-41)
• Blood Random Glucose: 111 mg/dl (Range <200.0)
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Keadaan Sebelum sakit : pekerjaan pasien Wiraswasta ,pola aktivitas baik ,mengerjakan
pekerjaan dengan cekatan, rajin berolah raga kalua ada waktu luang
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan setelah mengalami penyakit kanker dan
menjalani terapi yang rutinitas sesuai dengan jadwal pemberian obat kemoterapi, aktivitas
berkurang dan dibatasi mengingat kondidsi fisik yang yang tidak stabil.
3. Observasi
Aktivitas harian
Makan :0 0 : mandiri
Mandi :0 1 : bantuan dengan alat
Pakaian :0 2 : bantuan orang
Kerapihan :0 3 : bantuan alat dan orang
Buang air besar :0 4 : bantuan penuh
Buang air kecil :0
Mobilisasi di :0
tempat tidur
Postur Tubuh : Tegap dan bias berdiri sendiri
Gaya jalan : berjalan lurus dan seimbang
Disabilitas anggota : Tidak ada disabilitas anggota tubuh.
4. Pemeriksaan Fisik
a. CRT : Kurang dari 3 detik
b. Thorax & Paru
Inspeksi
Bentuk Thorax : Normal adult
Sianosis : tidak ada
Palpasi
Vocal Premitus : Getaran terasa simetris kiri dan kanan.
Perkusi
Batas hepar : Sonor Redup Pekak
Auskultasi
Suara nafas : Vesicular
Suara ucapan : Suara normal
Suara tambahan : Tidak ada suara nafas tambahan
Stridor : Tidak ada
c. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Terlihat di ICS 5 midclavicula sinistra
Palpasi
Ictus cordis : Teraba 5 midcalvikula sinistra.
Perkusi
Batas atas : Batas atas kanan jantung : di ruang interkostal II kanan linea
parasternalis kanan.
Batas kanan : Batas bawah kanan jantung: sekitar ICS III-IV kanan di linea
parasternalis kanan.
Batas kiri : Batas kiri atas jantung: ICS II kiri di linea parasternalis kiri.
Auskultasi
BJ II Aorta : Tunggal, tidak ada bunyi tambahan
BJ II : Tunggal, tidak ada bunyi tambahan
Pulmonal
BJ I Triskupid : Tunggal, tidak ada bunyi tambahan
BJ II Mitral : Tunggal, tidak ada bunyi tambahan
BJ II Irama : Tidak terdengar bunyi irama gallop
Gallop

Murmur : Tidak terdengar bunyi murmur


HR : 93 kali/menit
d. Ekstremitas
: Positif Negatif
Atrofi otot
: Bebas, bisa menggerakkan anggota tubuh
Rentang gerak

: Kanan Kiri
Uji kekuatan otot
12345 12345
:12345 12345
Atas
:12345 12345
Bawah
Refleks fisiologi
: Positif Negatif
Refleks patologi
Babinski,
Kiri
Kanan : Positif Negatif
Clubbing finger : Tidak ada clubbing finger
Varises Tungkai : Tidak ada varises tungkai

Columna
e. Vetebralis
Inspeksi :
Kelainan bentuk
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Nyeri tekan : Pasien mampu menggerakkan bola mata sesuai dengan instruksi,
N. III – IV - VI pasien mampu mengangkat kelopak mata. Pupil mata pasien isokor
N. V Motorik 2 mm dan reflex pupil terjadi miosis (reflex pupil mengecil) pada
N. VII Motorik kedua bola mata.
: Hasil didapatkan saat pasien diminta untuk menggigit terlihat
simetris dan reflex kornea baik.
: Hasil yang didapatkan bahwa wajah pasien simetris saat
tersenyum, mengangkat alis dan memajukan bibir
: Pasien mampu mengangkat bahu dan memberikan tahanan pada
gerakan kepala.
: Tidak ada kaku kuduk.

Test Kaku kuduk :


Pemeriksaan diagnostik

Laboratorium : No. Lab Nilai hasil Nilai normal


1 Hb 7,6 g/dL 13.20-17.30
g/dL
2 Hematocrit 21,7 % 40.00-50.00
%
3 Rbc 2,53 4.40-5.90
10^6/µL µL
4 WBC 6,6 3.80-10.60
10^3/µL µL
Hasil Satuan Nilai normal

Basofil 0 % 0-1
Eosinophil 0 % 1-3
Band 3 % 2-6
Neutrophil
Segmental 63 % 50-70
neutrophil
Limfosit 19 % 25-40
Monosit 15 % 2-8
Therapy : Tidak ada terapi yang diberikan berhubungan dengan pola
E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Keadaan Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur 6 jam dari jam 24.00
malam dan bangun jam 6 pagi. Pasien mengatakan tidur nyenyak. Pasien mengatakan jarang
tidur siang.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan setelah sakit pasien sering terbangun karena
peralatan medis, dan kemoport yang dipakai. Namun masih dapat tidur dengan baik.
3. Observasi : Pasien tidak tampak mengantuk dan menguap.
Ekspresi wajah : Positif Negatif
Banyak menguap : Positif Negatif
Palpebra inferior gelap : Positif Negatif
4. Therapy : Tidak ada terapi
F. POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Keadaan Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak mengenakan kacamata maupun alat
bantu dengar dan tidak ada gangguan yang membahayakan saat dirumah.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien tidak mengenakan kacamata dan alat bantu dengar. Pasien
dapat melihat dan mendengar dengan jelas.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penglihatan
Cornea : Tidak ada kekeruhan
Visus : Pasien mampu membaca dalam jarak 20 cm dengan ukuran tulisan yang
besar tanpa menggunakan alat bantu mata. Pasien mampu membaca dalam jarak 40 cm
tanpa menggunakan alat bantu mata.
Pupil : Pupil bulat, dan isokor, kiri 2 mm kanan 2 mm
Lensa mata : Lensa tidak terlalu jernih, sedikit keruh
b. Pendengaran
Kanalis : Tidak ada serumen atau nanah
Membran : Membrane timpani utuh
c. N I : Pasien mampu membedakan bau kopi dengan bau minyak kayu putih
d. N II : Lapang pandang pasien penuh,
e. N V Sensorik : Pasien mampu merasakan gesekan dan petikan tangan, mampu
membedakan sensasi benda tajam dan tumpul
f. N VII Sensorik : Pasien mampu membedakan rasa tawar seperti air mineral dan rasa
manis seperti gula.
g. N VIII : Tidak terkaji karena alat tidak memadai Pendengaran
4. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium : Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus yang
berhubungan dengan pola kognitif
Lain-lain : Pasien mampu berbicara dengan jelas, pasien
dapat mengatakan tempat dimana dia berada saat ini, waktu sekarang dan dapat mengenali
orang.
5. Therapy : Tidak ada terapi yang berhubungan dengan pola persepsi kognitif
G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
1. Keadaan Sebelum sakit : Pasien mengatakan kesehatan No.1 olahraga jogging minimal
500 langkah. Tetapi tidak disiplin makan.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan sejak sakit aktivitasnya menjadi terbatas, ia
hanya bisa tidur dikamar supaya istirahat cukup karena harus menjalani pengobatan rutin
( kemoterapi). Supaya kondisi fisiknya terjaga. Dan bisa menjalani kemoterapi sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan
3. Observasi
a. Kontak mata : Kontak mata penuh
b. Rentang Perhatian : Fokus
c. Suara dan cara : Intonasi suara jelas dan tegas bicara
d. Postur Tubuh : Tidak terkaji karena pasien tidak bisa berdiri atau duduk.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kelainan kongenital : Tidak ada
b. Abdomen
Bentuk : Rounded
Bayangan Vena : Tidak terlihat bayangan vena
Benjolan massa : Tidak ada benjolan massa
c. Kulit : Tidak ada masalah kulit, kulit tampak lembab.
d. Penggunaan protesa : Tidak ada alat bantu tambahan
H.POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1. Keadaan Sebelum sakit : Pasien mengatakan hubungan dengan sesama dan tetangganya
sangat baik dan hubungannya sangat erat dan masih sering komunikasi dengan teman-
teman semasa sekolahnya.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan sejak sakit hubungan dengan sesama tetap
terjalin dengan baik, pasien sering di kunjungi oleh keluarga dan juga rekan sekerja
3. Observasi : Pasien tampak berkomunikasi dengan orang lain mengenai keadaannya
melalui telepon sewaktu perawat datang.
I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS
1. Keadaan Sebelum sakit : Pasien mengatakan aktiv melakukan hubungan seksual dengan
istrinya 2-3 kali seminggu dan tidak ada masalah
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan setelah menjalankan operasi dan kemoterapi
beberapa kali pasien mulai merasakan ada perbedaan saat berhubungan seksual, pasien
mengatakan terasa seperti mulai susah untuk ereksi
3. Observasi : Tidak ada perilaku yang menyimpang, pasien tampak berperilaku sesuai
dengan jenis kelaminnya
4. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium : Tidak ada Lain-lain : Tidak ada
5. Therapy : Tidak ada
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
1. Keadaan Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak pernah mengeluh dan makanan tidak
perlu di pikirkan. Sering taveling untuk merilekskan pikiran.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan tidak stres, maksimalkan istirahat agar bisa
traveling kembali, bosan saat diruangan tetapi tetap enjoy.
3. Observasi : Pasien lebih banyak cerita kepada perawat
tentang penyakitnya.
4. Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah Berbaring : 117/70 mmHg
HR : 93 kali/mnt
Keringat dingin : Tidak ada keringat dingin.
K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
1. Keadaan Sebelum sakit : Pasien mengatakan ia beragama Kristen dan sering ke gereja
setiap minggu
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan sejak sakit suah tidak rutin ke gereja karena
waktu perawatan
3. Observasi : Saat dilakukan pengkajian pasien sedang mendengarkan musik rohani
4.2 Analisa Data
Data Subjektif & Objektif Etiologi Masalah Keperawatan
Data Subjektif Kemoterapi dapat menurunkan Perfusi Jaringan Perifer
1) Pasien mengatakan badan masih lemas jumlah sel darah merah yang Tidak Efektif
2) Pasien mengatakan sedikit pusing berfungsi membawa oksigen ke
3) Pasien mengatakan mudah lelah seluruh tubuh. Agen
kemoterapi menyebbkan
Data Objektif: anemia secara langsung dengan
1) TTV: menggangu hematopoiesis,
a) Tekanan darah: 121/79 mmHg termausuk sintesis prekusor sel
b) Nadi : 107 x/menit darah merah di sumsum tulang
c) Pernafasan: 20x/menit
d) Suhu: 36.7oC
e) SpO2: 96%
2) Konjungtiva tampak anemis
3) Bibir tampak pucat
4) Pasien tampak lemas
5) Hasil HB tanggal 29/10/2023: 7,6 mg/dl
Data Subjektif Obat-obatan kemoterapi dapat Nausea
1) Pasien mengatakan mengeluh mual menyebabkan iritasi pada
2) Pasien mengatakan ingin muntah lambung atau lapisan
gastrointestinal yang
3) Pasien mengatakan nafsu makan berkurang dan tidak menghabiskan menghasilkan pelepasan
makanan neurotrasmitter sehingga pasien
akan mengalami rasa mual
Data Objektif
1) TTV:
a) Tekanan darah: mmHg
b) Nadi : 100 x/menit
c) Pernafasan: 18x/menit
d) Suhu: 36.6oC
e) SpO2: 97%
2) Tampak piring makan pasien tidak habis
3) Bibir pasien tampak pucat
4) Pasien post kemoterapi siklus ke 6 pada 31/10/2023

Data Subjektif Perubahan fungsi seksual Risiko Disfungsi seksual


Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan setelah operasi dan selama fase respon seksual
kemoterapi pasien merasakan ada perbedaan saat berhubungan seksual, berupa hasrat, maupun
pasien mengatakan terasa seperti mulai susah untuk ereksi rangsanga terjadi akibat dari
Data Objektif: pengangkatan testis dan
1) Pasien post operasi testis pada 15 Mei 2023 di Surabaya rangkaian kemoterapi
2) Tampak ada perbedaan bentuk pada testis pasien karena testi sebelah kiri
sudah diangkat
4.3 Prioritas Masalah Keperawatan
Pada hari pertama perawatan 30 Oktober 2023 ditemukan:
1. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemogobin d.d konjungtiva
anemis, bibir tampak pucat, pasien lemas, nilai hb 7,6 mg/dl
2. Risiko disfungsi seksual d.d testis sebelah kiri sudah diangkat, pasien mengatakan setelah
operasi dan kemoterapi merasakan ada perbedaan saat berhubungan seksual, pasien
mengatakan terasa seperti mulai susah untuk ereksi.
Pada hari kedua perawatan 31 Oktober 2023 ditemukan:
1. Nausea b.d efek agen farmakologis d.d pasien mengeluh mual dan ingin muntah, pasien
tidak bisa menghabiskan makanan satu porsi hasil natrium 133mmol/L
2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemogobin d.d konjungtiva
anemis, pasien lemas, nilai hb 10, 4 mg/dl
3. Risiko disfungsi d.d testis sebelah kiri sudah diangkat, pasien mengatakan setelah oprasi
dan kemoterapi merasakan ada perbedaan saat berhubungan seksual, pasien mengatakan
terasa seperti mulai susah untuk ereksi
4.4 Perencanaan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Perfusi jaringan tidak Setelah dilakukan tindakan 1) Observasi tanda-tanda vital
efektif b.d penurunan keperawatan selama 2x24 setap shift terutama frekuensi
konsentrasi hemogobin jam diharapkan perfusi dan kekuatan nadi
d.d konjungtiva perifer meningkat 2) Monitor sirkulasi: adanya
anemis, bibir tampak Dengan kriteria hasil: edema, CRT, warna kulit dan
pucat, pasien lemas, 1) Warna kulit pucat suhu
nilai hb 7,6 mg/dl menurun 3) Identifikasi faktor risiko
2) Pengisian kapiler /CRT gangguan sirkulasi (misal
<3 detik diabetes, merokok, hipertensi,
3) Tidak ada anemis kadar kolesterol tinggi)
4) Kolaborasi dengan dokter
untuk hidrasi pasien dengan
pemberian infus
5) Kolaborasi dengan dokter
untuk transfusi darah
6) Edukasi pasien untuk
membatasi aktivitas
2. Nausea b.d efek agen Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji status nutrisi pasien saat
farmakologis d.d keperawatan selama 2x24 masuk: diet pola makan,
pasien mengeluh mual jam, diharapkan pasien makanan yang menjadi
dan ingin muntah, mampu mengatasi pencetus rasa mual, berat
pasien tidak bisa perasaan tidak nyaman badan
menghabiskan yang dapat menyebabkan 2) Observasi tanda tanda vital
makanan satu porsi muntah sign setiap shift
Dengan kriteria hasil: 3) Identifikasi faktor yang
1) Nafsu makan memungkinkan terjadinya
meningkat mual
2) Tidak ada mual 4) Identifikasi pengaruh mual
3) Tidak ada muntah terhadap kulitas hidup pasien
4) Nadi dalam batas 5) Menjaga nutrisi tetap terpenuhi
normal dan mencegah terjadinya mual
berlanjut dengan anjurkan
pasien makan porsi kecil,
hindari makanan berbau tajam
6) Sajikan makanan dalam
kondisi hangat
7) Kolaborasi dengan ahli gizi
terkait diet pasien
8) Kolaborasi dengan dokter
terkait pemberian antiemetik
3. Risiko Disfungsi Setelah dilakukan tindakan 1) Ciptakan lingkungan saling
seksual d.d testis keperawatan selama 3x24 percaya dan beri kesempatan
sebelah kiri sudah jam diharapkan fungsi pada pasien untuk
diangkat, pasien seksual membaik dengan menggambarkan masalahnya
mengatakan setelah kriteria hasil: 2) Beri informasi tentang
oprasi dan kemoterapi • Kepuasan kondisi pasien terkait
merasakan ada hubungan seksual pengobatan dan penyakit
perbedaan saat meningkat 3) Dorong pasien untuk berbagi
berhubungan seksual, • Mencari informasi pikiran atau masalah dengan
pasien mengatakan untuk mencapai pasangannya
terasa seperti mulai kepuasan seksua 4) Libatkan pasangan untuk
susah untuk ereksi meningkat mendukung proses
• Keluhan nyeri saat pengobatan pasien
melakukan
hubungan seksual
menurun
• Keluhan hubungan
seksual terabata
menurun
• Keluhan sulit
melakukan
hubungan seksual
menurun
• Ketertarikan pada
pasangan membaik

4.5 Implementasi dan Evaluasi


Hari/tanggal No. Diagnosa Implementasi Evaluasi
Diagnosa Keperawatan
Senin, 1 Perfusi jaringan Memberi salam, S: pasien
30/10/2023 tidak efektif b.d memperkenalkan diri mengatakan badan
penurunan dan tujuan dan kontrak lemas, mudah
konsentrasi waktu kepada pasien mengantuk,
hemoglobin d.d untuk asuhan konjungtiva tampak
konjungtiva keperawatan anemis, bibir tampak
anemis, bibir pucat
tampak pucat, Melakukan pengkajian
pasien lemas, kepada pasien O: konjungtiva
nilai hb 7,6 mg/dl Hasil: pasien anemis, bibir tampak
mengatakan badan pucat, pasien lemas,
lemas, mudah nilai hb 7,6 mg/dl
mengantuk,
konjungtiva tampak A: Masalah
anemis, bibir tampak Keperawatan perfusi
pucat jaringan perifer
belum teratasi
Melakukan
pemeriksaan tanda- P: Intervensi
tanda vital dilanjutkan
Hasil: Tekanan darah:
121/79 mmHg, Nadi: 1) Observasi tanda-
107 x/menit, tanda vital setap
Pernafasan: shift terutama
20x/menit.\, Suhu: frekuensi dan
36.7oC, SpO2: 96% kekuatan nadi
2) Monitor sirkulasi:
Melakukan edukasi adanya edema,
kepada pasien dan CRT, warna kulit
keluarga membatasi dan suhu
aktivitas 3) Identifikasi faktor
risiko gangguan
Melakukan sirkulasi (misal
pencegahan risiko jatuh diabetes,
dengan memastikan merokok,
bedrail terpasang, bed hipertensi, kadar
terkunci, bel dekat kolesterol tinggi)
pasien, terpasang pin 4) Kolaborasi
kuning dan edukasi dengan dokter
pasien dan keluarga untuk pemberian
untuk berhati-hati saat cairan infus
kekamar mandi dan 5) Edukasi pasien
harus disampingi untuk membatasi
keluarga/perawat aktivitas

Memberikan transfusi
darah PRC 214 cc via
kemoport
Hasil: pasien tidak ada
tanda-tanda reaksi
transfusi, TTV
Tekanan darah: 125/68
mmHg, Nadi: 85
x/menit, Pernafasan:
18x/menit.\, Suhu:
36.7oC, SpO2: 98%

2 Risiko disfungsi Memberi salam, S: pasien


seksual d.d testis memperkenalkan diri mengatakan
sebelah kiri sudah dan tujuan dan kontrak merasakan ada
diangkat, pasien waktu kepada pasien perbedaan saat
mengatakan untuk asuhan berhubungan seksual,
merasakan ada keperawatan pasien mengatakan
perbedaan saat terasa seperti mulai
berhubungan Memfasilitasi susah untuk ereksi
seksual, pasien lingkungan saling
mengatakan percaya dengan duduk O: tampak perubahan
terasa seperti disamping pasien bentuk pada testis
mulai susah untuk pertahankan kontak pasien karena
ereksi mata, berbicara dengan operasi, pasien
intonasi yang sedang tampak masih malu
dan tidak terburu buru, untuk membahas
beri kesempatan pada terkait seksualitas
pasien untuk
menggambarkan A: Masalah
masalahnya keperawatan
Hasil: pasien Disfungsi seksual
mengatakan merasakan belum teratasi
ada perbedaan saat
berhubungan seksual, P: Intervensi
pasien mengatakan dilanjutkan
terasa seperti mulai 1) Ciptakan
susah untuk ereksi lingkungan saling
percaya dan beri
Memberikan informasi kesempatan pada
tentang kondisi pasien pasien untuk
terkait pengobatan menggambarkan
kemoterapi dan operasi masalahnya
yang dilakukan 2) Beri informasi
berpengaruh terhadap tentang kondisi
fungsi seksualitas pasien terkait
pasien pengobatan dan
penyakit
Melibatkan pasangan 3) Dorong pasien
untuk mendukung untuk berbagi
proses pengobatan pikiran atau
pasien masalah dengan
pasangannya
4) Libatkan
pasangan untuk
mendukung
proses
pengobatan
pasien
Selasa, 1 Nausea b.d efek Memberi salam, S: pasien mengeluh
31/10/2023 agen memperkenalkan diri mual pasien
farmakologis d.d dan tujuan dan kontrak mengatakan nafsu
pasien mengeluh waktu kepada pasien makan berkurang
mual dan ingin
muntah, pasien untuk asuhan O: tampak pasien
tidak bisa keperawatan tidak menghabiskan
menghabiskan makanannya
makanan satu Mengkaji status nutrisi
porsi pasien saat masuk: diet A: Masalah
pola makan, makanan keperawatan nausea
yang menjadi pencetus belum teratasi
rasa mual, berat badan
Hasil: pasien P: Intervensi
mengatakan ada mual dilanjutkan
setelah kemoterapi, ada 1) Menjaga nutrisi
penurunan BB dari tetap terpenuhi
kemoterapi pertama dan mencegah
sampai sekarang +- 4 terjadinya mual
kg, BB sekarang 68 kg berlanjut dengan
anjurkan pasien
Mengidentifikasi makan porsi kecil,
faktor yang hindari makanan
memungkinkan berbau menyengat
terjadinya mual 2) Sajikan makanan
Hasil: pasien dalam kondisi
mengatakan mual hangat
bertambah apabila 3) Kolaborasi
makan makanan yang dengan ahli gizi
berbau menyengat terkait diet pasien
4) Kolaborasi
Mengdentifikasi dengan dokter
pengaruh mual terkait pemberian
terhadap kulitas hidup antiemetik
pasien
Hasil: pasien
mengatakan nafsu
makan jadi berkurang

Menganjurkan pasien
untuk makanan dalam
kondisi hangat

Melakukan kolaborasi
dengan dokter terkait
pemberian antiemetik
Ramozea 0,3 mg satu
kali sehari

2 Perfusi jaringan Memberi salam, S: pasien


tidak efektif b.d memperkenalkan diri mengatakan sudah
penurunan dan tujuan dan kontrak tidak lemas seperti
konsentrasi waktu kepada pasien kemarin
hemogobin d.d untuk asuhan
konjungtiva keperawatan O: konjungtiva
anemis, bibir tampak anemis, nilai
tampak pucat, Melakukan pengkajian hb hari ini 10,44
pasien lemas, kepada pasien mg/dl, CRT <3 detik
nilai hb 10,4 Hasil: pasien
mg/dl mengatakan sudah A: Masalah
tidak lemas seperti Keperawatan perfusi
kemarin, konjungtiva jaringan perifer
masih tampak anemis belum teratasi
Melakukan
pemeriksaan tanda- P: Intervensi
tanda vital dilanjutkan
Hasil: Tekanan darah: 1) Observasi tanda-
138/69 mmHg, Nadi: tanda vital setap
98 x/menit, Pernafasan: shift terutama
18x/menit.\, Suhu: frekuensi dan
36.7oC, SpO2: 98% kekuatan nadi
2) Monitor
Melakukan sirkulasi: adanya
pencegahan risiko jatuh edema, CRT,
dengan memastikan warna kulit dan
bedrail terpasang, bed suhu
terkunci, bel dekat 3) Kolaborasi
pasien, terpasang pin dengan dokter
kuning dan edukasi untuk pemberian
pasien dan keluarga cairan infus
untuk berhati-hati saat 4) Edukasi pasien
kekamar mandi dan untuk
harus disampingi membatasi
keluarga/perawat aktivitas
5) Anjurkan pasien
untuk makan
makanan tinggi
zat besi

3 Risiko disfungsi Memberi salam, S: pasien


seksual d.d testis memperkenalkan diri mengatakan
sebelah kiri sudah dan tujuan dan kontrak merasakan ada
diangkat, pasien waktu kepada pasien perbedaan saat
mengatakan untuk asuhan berhubungan seksual,
merasakan ada keperawatan pasien mengatakan
perbedaan saat
berhubungan Melakukan terasa seperti mulai
seksual, pasien pemeriksaan tanda- susah untuk ereksi
mengatakan tanda vital
terasa seperti Hasil: Tekanan darah: O: tampak perubahan
mulai susah untuk 138/69 mmHg, Nadi: bentuk pada testis
ereksi 98 x/menit, Pernafasan: pasien karena
18x/menit.\, Suhu: operasi, pasien
36.7oC, SpO2: 98% tampak masih malu
untuk membahas
Melibatkan istri untuk terkait seksualitas
mendukung proses
pengobatan pasien A: Masalah
keperawatan
Merencanakan edukasi Disfungsi seksual
terkait disfungsi belum teratasi
seksual kepada pasien 1) Ciptakan
dan pasangan lingkungan saling
percaya dan beri
kesempatan pada
pasien untuk
menggambarkan
masalahnya
2) Beri informasi
tentang kondisi
pasien terkait
pengobatan dan
penyakit
3) Dorong pasien
untuk berbagi
pikiran atau
masalah dengan
pasangannya
Libatkan pasangan
untuk mendukung
proses pengobatan
pasien

4.6 Persiapan Pulang


1 Memberitahukan kepada pasien dan keluarga terkait jadwal kontrol dan cek lab sebelum
kontrol jika ada
2 Berikan informasi yang jelas dan mudah dipahami terkait obat obatan yang dibawa pulang
(dosis, cara minum)
3 Jika ada keluhan selama dirumah yang memberat anjurkan pasien ke rumah sakit terdekat.
Beberapa keluhan umum yang mungkin muncul setelah dilakukan kemoterapi adalah
rambut rontok, mouth sores, kehilangan selera makan, mual dan muntah, diare, risiko
infeksi (jika terjadi penurunan sel darah putih), mudah memar atau perdarahan ( jika terjadi
penuruna trombosit), kelelahan ( jika ada penurunan sel darah merah) (Moffitt Cancer
Center). Beberapa obat kemoterapi kanker dapat menghambat produksi sperma atau
kehilangan kesuburan (Modern Cancer Hospital Guangzhou). Beberapa obat kemoterapi
yang digunakan untuk pasien dengan kaner testis juga mempunyai efek samping lain,
seperti:
a) Cisplatin dan ifosfamide dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hal ini dapat dicegah
dengan memberikan banyak air sebelum dan sesudah diberikan kemoterapi.
b) Cisplatin, etoposide, paclitaxel dan vinblastine dapat menyebabkan mati rasa atau
kesemutan pada tangan dan kaki, dan kepekaan terhadap dingin atau panas.
c) Cisplatin juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran
d) Bleomisin dapat menyebabkan sesak nafas
e) Ifosfamide dapat menyebabkan perdarahan kantung kemih, untuk pencegahan dapat
diberkan banyak cairan dan dapat diberikan mesna bersamaan dengan ifosfamid
4 Mengedukasi pasien dan keluarga cara penyuntikan neukin atau berikan surat pengantar
untuk pasien jika akan melakukan penyuntikan di RS terdekat. Neukine diberikan dengan
cara injeksi subkutan atau penyuntik langsung ke lapisan lemak dengan tahap sebagi
berikut:
a) Pilih area tubuh yang berlemak, seperti perut, punggung lengan atau paha:jika harus
melakukan penyuntikan setiap hari, putar tempat penyuntikan agar ada waktu area
suntikan untuk pulih
b) Cuci tangan sebelum membersihkan area enyuntikan dengan alkohol swab : tunggu
hingga area suntikan kering
c) Buka tutup jarum
d) Cubit lipatan kulit : cubit area berlemak setebal 2 inci
e) Tusukkam jarum dengan sudut 45-90 derajat
f) Dorong pendorong spuit obat
g) Buang obat dan jarum ke tempat sampah yang aman
5 Memberikan edukasi pasien dan keluarga terkait pemberian diet tinggi zat besi untuk
membantu peningkatan Hb dan mempertahankannya dalam batas normal. Contoh makanan
tinggi zat besi adalah bayam (setiap 100 gram mengandung 3,5 mg zat besi), brokoli (setiap
100 gram mengandung 0,75 mg zat besi), kacang merah (setiap 100 gram mengandung 3,7
mg zat besi), edamame (setiap 100 gram mengandung 2,27 mg zat besi), daging merah
(setiap 100 gram mengandung 2,6 mg zat besi), tahu (setiap 100 gram mengandung 3,4 mg
zat besi), ikan atau seafood (setiap 100 gram ikan salmon:0,77 mg, ikang tenggiri: 0,9, ikan
tongkol: 0,7, ikan kakap: 0,7), dark chocolate (setiap 100 gram mengandung 4,4 mg zat
besi), daun parsley (setiap 100 gram mengandung 4,3 mg zat besi), biji buah labu (setiap 1
ons mengandung 2,7 mg zat besi). Berdasarkan angk akecukupan gizi (AKG) rekomendasi
asupan gizi harian tubuh yang dianjurkan:
a) Anak usia 1-3 thn : 7 mg/hari
b) Anak usia 4-9 thn : 10 mg/hari
c) Anak 10-12 thn : 8 mg/hari
d) Remaja usia 13-18 thn : 11 mg/hari (Pria) dan 15 mg/hari (wanita)
e) Pria dewasa usia > 19 thn : 9 mg/hari
f) Wanita dewasa usia 19-49 thn : 18 mg/hari
g) Wanita dewasa usia >50 thn : 8 mg/hari
h) Ibu hamil : + 9 mg/hari dari kebutuhan zat besi diusianya
6 Jika masih mual muntah, obat anti mual dapat diminum 30 menit sebelum makan dna
makan dalam porsi yang kecil tapi sering
7 Mengedukasi pasien dan pasangan terkait dampak seksualitas yang mungkin muncul
karena prosedur operasi pengangkatan testis. Selama testis yang tersisa masih sehat,
kehilangan satu testis tidak akan mempengaruhi kemampuan untuk memiliki anak. Namun,
beberapa orang mungkin mengalami masalah kesuburan jika sisa testisnya kecil dan tidak
menghasilkan banyak sperma. Efek samping seperti lelah atau sakit juga bisa menurunkan
gairah seksual. Setelah operasi cairan bisa terkumpul di penis dna menyebabkan
pembengkakan, akan tetapi pembengkakakn ini dapat hilang dengan sendirinya.
8 Mengedukasi pasien dan pasangannya bahwa untuk memenuhi kebutuhan hubungan
seksual itu tidak hanya dengan melakukan hubungan intim. Hubungan seksual adalah
kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan lawan jenis. Contohnya: pegangan
tangan, cium kering, cium basah, petting, intercourse dan lain-lain. Seksualitas
menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis,
dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat
kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ
reproduksi dan dorongan seksual. Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya
dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis,
serta bagaimana dinamika aspek-aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku)
terhadap seksualitas itu sendiri. Dari dimensi sosial, seksualitas dilihat pada bagaimana
seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam
membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual.
Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di
masyarakat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Germ cell tumor (GCT) adalah kumpulan dari neoplasma heterogen yang paling sering
terjadi padagonad, testis, dan ovarium. GCT adalah jenis neoplasma yang paling umum terjadi
pada pria (15-40 tahun) di banyak bagian dunia. Pada kasus yang kelompok bahas ditemukan
pasien Tn. H 46 tahun dengan diagnosa Mixed Germ Cell Tumor. Mixed germ cell tumor
ditandai dengan komposisi dua atau lebih komponen sel germinal ganas, kombinasi paling
umum adalah disgerminoma dan tumor kantung kuning telur. Penatalaksanaan Germ Cell
Tumor meliputi pembedahan, radiasi, kemoterapi dan terapi hormon.
Pasien Tn. H (46) datang kerumah sakit untuk kemoterapi siklus ke enam. Saat
pengkajian awal masuk pasien tampak lemas, konjungtiva anemis dan saat dilakukan cek
darah lengkap di temukan hasil hemoglobin 7,6 mg/dl. Sehingga dokter memberikan rencana
transfusi PRC 700 cc untuk menaikkan kadar hemoglobin dalam darah. Dalam hal ini
kelompok mengambil masalah keprawatan perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d penurunan
konsentrasi hemoglobin d.d konjungtiva anemis, bibir tampak pucat, pasien lemas, nilai hb
7,6 mg/dl. Saat kelompok melakukan pengkajian kepada pasien ditemukan bahwa da
perubahan bentuk pada testis pasien karena prosedur operasi dan pemberian kemoterapi
mempengaruhi fungsi seksualitas pasien sehingga kelompok mengambil diagnosa
keperawatan risiko disfungsi seksual. Pada hari kedua perawatan pasien sudah post
kemoterapi hari pertama, pasien mengeluh mual dan nafsu makan berkurang sehingga
kelompok mengambil diagnosa keperawatan nausea b.d efek agen farmakologis d.d pasien
mengeluh mual dan ingin muntah, pasien tidak bisa menghabiskan makanan satu porsi.
9 Asuhan keperawatan yang dilakukan selama dua hari, kelompok melakukan evaluasi pada
setiap masalah yang ditemukan pada pasien. Namun dari tiga diagnosa keprawatan tersebut
belum teratasi karena pasien masih ada keluhan terkait masalah keperawatan yang
dilakukan dan terbatasnya waktu untuk melakukan asuhan keprawatan kepada pasien.
Sehingga didapat untuk perencanaan kepulangan pasien meliputi: 1) Memberitahukan
kepada pasien dan keluarga terkait jadwal kontrol dan cek lab sebelum kontrol jika ada, 2)
Berikan informasi yang jelas dan mudah dipahami terkait obat obatan yang dibawa pulang
(dosis, cara minum). 3) Beberapa keluhan umum yang mungkin muncul setelah dilakukan
kemoterapi. 4) Mengedukasi pasien dan keluarga cara penyuntikan neukin. 5) Memberikan
edukasi pasien dan keluarga terkait pemberian diet tinggi zat besi untuk membantu
peningkatan Hb dan mempertahankannya dalam batas normal. 6) Jika masih mual muntah,
obat anti mual dapat diminum 30 menit sebelum makan dna makan dalam porsi yang kecil
tapi sering. 7) Mengedukasi pasien dan pasangan terkait dampak seksualitas yang mungkin
muncul. 8) Mengedukasi pasien dan pasangannya bahwa untuk memenuhi kebutuhan
hubungan seksual itu tidak hanya dengan melakukan hubungan intim.
5.2 Saran
1) Bagi perawat
Dengan adanya studi kasus ini yang dilakukan di IPD 31 ruang 3104 MRCCC Siloam
Hospital Semanggi diharapkan dalam pemberian asuhan keprawatan kepada pasien
dengan Germ Cell Tumor dapat secara maksimal dan mengembangkan kembali intervensi
yang dilakukan pada setiap diagnosa keprawatan yang muncul pada pasien.
2) Bagi pasien dan keluarga
Pasien Tn. H dan keluarga diharapkan menerima informasi yang cukup dan edukasi terkait
penyakit dan pengobatan yang sedang dijalankan dan kiranya terbantu dengan asuhan
keperawatan yang diberikan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. (2018). Testicular Cancer Early Detection, Diagnosis, and Staging.
Diakses pada 30 Oktober 2023 dari https://www.cancer.org/cancer/types/testicular-
cancer/detection-diagnosis-staging.html
American cancer society. (2023). Testicular Cancer Survival Rates. Diakses pada 30 Oktober 2023
dari https://www.cancer.org/cancer/types/testicular-cancer/detection-diagnosis-
staging/survival-rates.html)
Cancer Council. (2023). Kanker Testis: Gejala Penyebab dan Pengobatan. Diakses pada 30
Oktober 2023 dari https://www-cancer-org-au.translate.goog/cancer-information/types-of-
cancer/testicular-
cancer/?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=tc&_x_tr_hist=true
Cancer Research UK (2022). Survival For Testicular Cancer. Diakses pada 30 Oktober 2023 dari
https://www.cancerresearchuk.org/about-cancer/testicular-cancer/survival
Giona, S.(2022).Urologic Cancers: The Epidemiology of Testicular Cancer.Exon Publication.
DOI: https://doi.org/10.36255/exon-publications-urologic-cancers-epidemiology-testicular-
cancer
IARC. (2020).Estimated age-standardized incidence rates (World) in 2020, worldwide, all ages.
ICCC. (2023). Kanker Testis. Indonesia Cancer Cancer Care Communty. Diakses pada 30
Oktober 2023 dari https://iccc.id/kanker-testis
Kliesch, S., Schmid, S., Wilborn, D.,...Albers, P. (2021). Management of Germ Cell Tumours of
the Testis in Adult Patients. German Clinical Practice Guideline Part I: Epidemiology,
Classification, Diagnosis, Prognosis, Fertility Preservation, and Treatment Recommendations
for Localized Stages. Karger Internasional:Urologia Internationalis
Lobo,J., Gillis,A.,...,Looijenga,L.(2019).Human Germ Cell Tumors are Developmental Cancers:
Impact of Epigenetics on Pathology and Clinic.International Journal of Molecular
Sciences,20(258):1-28. DOI:10.3390/ijms20020258.
Muller, M., Skowron, M., Albers, P., & Nettersheim, D.(2021).Molecular and Epigenetic
Pathogenesis of Germ Cell Tumors.Asian Journal of Urology, 8(2):144-154.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2214388220300357#bib62
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keprawatan.
Jakarta :DPP PPNI
PPNI (2018). Standar luaran keperawatan Indonesia: definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, edisi
1. Jakarata: DPP PPNI
Stephenson, A., Eggener, S. E., Chelnick, D.,..., Sheinfeld, J. (2019). Diagnosis dan Pengobatan
Kanker Testis Stadium Awal: Peedoman AUA. Jurnal Urologi. Diakses ada 30 Oktober 2023
dari https://www-auajournals-
org.translate.goog/doi/10.1097/JU.0000000000000318?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=
id&_x_tr_pto=tc
Tim Medis Siloam hospital (2023). Kanker Testis: Penyebab Gejala, dan Pengobatannya. Siloam
Hospital. Diakses pada 30 0ktober 2023 dari https://www.siloamhospitals.com/informasi-
siloam/artikel/apa-itu-kanker-testis
Tinke, J., Dohle,G., Looijenga, L.(2015). Etiology and Early Pathogenesis of Malignant Testicular
Germ Cell Tumors: Towards Possibilities for Preinvasive Diagnosis. Asian Journal of
Andrology,17(3):381-393.Doi:10.4103/1008-682X.148079.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4430936/
DAFTAR PUSTAKA POSTER
City of Hope.(20 September 2023).5 Common Chemotherap Myths and The Reality Behind
Them.Cancer Center.diakses pada 01 November 2023 dari
https://www.cancercenter.com/community/blog/2023/09/chemotherapy-facts-and-myths
Fatimah,N.(24 Agustus 2022).Mitos Seputar Kemoterapi.Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Diakses pada 01 November 2023 dari
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1366/mitos-seputar-kemoterapi

Anda mungkin juga menyukai