Disusun Oleh:
Ahmad Reski
NIM: 02210923007
A. Kesimpulan ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang luar biasa oleh Allah SWT. Manusia dibekali akal pikiran dan hati yang
manusia dengan mengatakan “tidak ada makhluk Allah yang lebih bagus daripada
manusia diam dan tidak mengasah kemampuan untuk mengamati fenomena alam
nyata. Manusia dilengkapi dengan sifat kodrati yaitu mempunyai rasa ingin tahu.
Rasa ingin tahu tersebut tidak terbatas pada apa yang ada dalam dirinya sendiri
tetapi juga lingkungan dan kehidupan. Rasa ingin tahu membawa manusia pada
potensi pengembangan diri secara maksimal melalui hal-hal yang dirasakan, dilihat,
dan didengar, semua hal ini merupakan sumber dalam bidang pengetahuan. Sejauh
ini ada dua aliran yang menjadi sumber dasar ilmu pengetahuan yaitu, aliran
rasionalisme yang bersumber dari akal dan aliran empirisme yang bersumber dari
dibutuhkan sehingga ilmu menjadi sebuah sistem yang utuh dan teruji
kebenarannya (interconnected)1.
1
Susanti Vera, ‘Aliran Rasionalisme Dan Empirisme Dalam Kerangka Ilmu Pengetahuan’,
Jurnal Penelitian Ilmu Ushuluddin, 1 No.2 (2021), 59–73 <https://doi.org/10.15575/jpiu.12207>.60
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
Ilmu dan pengetahuan berbeda dalam pandangan filsafat. Filsafat di sini bisa
dipahami sebagai filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
pengetahuan, ilmu ialah cabang dari pengetahuan dan filsafat ilmu ialah usaha akal
manusia secara taat mengkaji asas pengetahuan menuju penemuan yang benar. Ilmu
objektif. Pengetahuan adalah semua pikiran dan pemahaman tentang alam yang
spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Contoh ramalan ilmu ialah
ketika ramalan cuaca menurut ahli meteorologi, kemudian contoh ramalan di luar
keilmuan yaitu ramalan jodoh, nasib, atau ramalan kupon berhadiah itu semua
1. Model Rasionalisme.
yang berarti pikiran. Dalam konteks ini (Filsafat Ilmu) rasionalisme dimaksudkan
untuk memberi nama terhadap paham yang mempergunakan metode deduktif
suatu pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai dalam membangun
sistem pemikirannya diturunkan dari ide yang menurut anggapannya adalah jelas,
2
Fuad Masykur, ‘Metode Dalam Mencari Pengetahuan: Sebuah Pendekatan Rasionalisme
Empirisme Dan Metode Keilmuan’, Tarbawi, Vol. 1 (2019).
tegas dan pasti dalam pikiran manusia. Dalam membangun sistem pemikirannya,
kaum rasionalisme juga didasarkan terhadap logika yang sahih (valid). Logika
sebagai istilah berarti sebuah metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti
ketepatan penalaran. Adapun bentuk pemikiran dari mulai yang sederhana ialah
penalaran (ratiocinium: reasoning). Tiadak ada proposisi tanpa pengertian dan tidak
ada penalaran tanpa proposisi. maka untuk memahami penalaran ketiga bentuk
pemikiran ini harus dipahami bersama. Secara singkat tiga pengertian tersebut dapat
a. Pengertian.
pengertian itu harus diganti dengan lambing. Lambangnya yang paling lazim adalah
bahasa. Dengan demikian lambang di sini adalah bahasa yang memiliki sifat-sifat
sendiri yang lain dari pada sifat-sifat yang dilambangkannya yaitu pengertian.
Harus juga diperhatikan agar jangan sampai sifat lambang dianggap sebagai sifat
dari apa yang dilambangkan, kekurangan perhatian dalam hal ini akan menyesatkan
jalan pikiran. Di dalam bahasa pengertian itu pelambangannya adalah kata. Kata
b. Proposisi
Berdasarkan terjadinya observasi empirik, did alam pikiran tidak hanya
terbentuk pengertian, akan tetapi terjadi perangkaian dari term-term itu . Tidak ada
pengertian yang berdiri sendiri di dalam pikiran. Rangkaian pengertian itulah yang
disebut proposisi. Dalam proses pembentukan proposisi terjadi dua hal yakni
pertama, proses pembentukan proposisi terjadi begitu rupa sehingga ada pengertian
3
Masykur.
Mata melihat anjing, melihat warna hitam, telinga mendengar suara
anjing hitam itu menggonggong. Kedua. Dalam proses pembentukan proposisi itu
sekaligus terjadi pengakuan bahwa anjing hitam itu memang menggonggong, atau
bahwa memang anjing hitam itu tidak menggonggong. Di sini jelas bahwa proposisi
itu mengandung sifat benar atau salah, pengertian tidak benar tidak salah.
Proposisi secara garis besar ada dua jenis, yakni proposisi empirik dan
proposisi mutlak. Proposisi empirik (proposisi dasar) ialah yang langsung kembali
kepada observasi empirik. Sementara proposisi mutlak adalah proposisi yang sifat
kebenaran atau kesalahannya langsung nampak pada pikiran dan oleh karenanya
harus diterima. Misalnya, janda adalah wanita yang pernah kawin. Bahwa bagian
c. Penalaran
3 dipanasi memuai, dan seterusnya. Katakan sampai 10 logam. Begitu pula logam-
logam yang lain jika dipanasi juga akan memuai. Kalau disusun secara formal
penalaran di atas kita perhatikan maka jelaslah konsekuensi lebih luas dari pada
premisnya. Yang di ketahu dalam premisnya hanya 10 logam yang memuai, sedang
konklusinya mengenai semua logam di sini terjadilah apa yang dikenal dengan
universal yang berlaku secara umum untuk segala benda. Penalaran yang lebih luas
dari pada premisnya itu disebut penalaran induktif atau induksi. Sedangkan yang
sebaliknya yakni konklusi tidak lebih luas dari premisnya, itu dinamakan penalaran
Yang perlu disadari bahwa penalaran deduksi dalam premisnya itu mesti
harus ada proposisi universal. Misalnya, suatu benda yang dipanasi akan memuai.
Kalau kemudian diketahui bahwa ban mobil sesudah perjalanan itu panas, maka
dapat disimpulkan bahwa ban mobil itu telah memuai. Yang demikian ini adalah
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
seperti ini biasa menggunakan pola pikir silogismus yang disusun dari dua buah
proposisi dan satu buah konklusi.6 Dengan demikian silogismus adalah proses logis
yang terdiri dari dua bagian. Dua bagian pertama adalah premis-premis atau
4
Masykur.
hubungan yang terdapat antara kedua bagian pertama lewat pertolongan term
penengah . Bagian yang ketiga disebut juga kesimpulan yang berupa pengetahuan
disebut penyimpulan.
bersyarat. Contoh: Jika ia seorang WNI ia harus patuh terhadap peraturan hukum
Indonesia.
Pada contoh pertama bahwa kesimpulan “jadi sapi harus makan” adalah sah
menurut penalaran deduktif. Sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua
kesimpulan tergantung dari tiga hal, yakni kebenaran premis mayor, kebenaran
premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Sekiranya salah satu dari
5
Masykur.
2. Model Empirisme.
a. Pengertian
Empirisme bersal dari bahasa Inggris empiricism dan experience yang berarti
data-data atau kenyataan. Dalam konteks ini yang dimaksud adalah paham yang
yang abstrak namun lewat pengalman yang kongkrit. Pemikiran seperti ini paling
tidak dimulai sejak zaman Aristoteles. Semenjak itu muncul tradisi epistimologi
yang kuat untuk mendasarkan diri kepada pangalaman manusia dan meninggalkan
merupakan contoh dari tradisi ini. Kaum empirisme berdalil bahwa adalah tidak
beralasan untuk mencari pengetahuan mutlak dan mencakup semua segi, apalagi
bila didekat kita terdapat kekuatan yang dapat dikuasai untuk meningkatkan
pengetahuan manusia, yang meskipun bersifat lebih lambat, namun lebih dapat
pengetahuan yang mempunyai peluang yang besar untuk benar meskipun kepastian
dapat diperoleh lewat pengalaman. Jika kita sedang berusaha untuk meyakinkan
seorang empiris bahwa suatu itu ada, dia akan berkata “tunjukkan hal itu kepada
empiris adalah bersifat kongkrit dan dapat dinyatakan melalui tangkapan panca
6
Masykur.
indra manusia. Gejala itu kalu kita telaah lebih lanjut mempunyai beberapa
karakteristik tertentu, umpamanya saja terdapat pola yang teratur mengenai suatu
kejadian tertentu. Misalnya suatu benda padat jika dipanaskan akan memanjang.
mengikuti pola-pola tertentu. Disamping itu kita melihat adanya karaktristik lain.
logam kalau kita panaskan akan memanjang. hal ini akan memungkinkan kita untuk
melakukan suatu generalisasi dari berbagai kasus yang telah terjadi dengan
umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejaala fisik yang bersifat individual. Jika
metode induktif.
Berikut ini akan diuraikan secara singkat metode induktif. Dalam sebuah
karangan singkat yang terkenal karena jelas dan sederhananya, maka karangan ini
buahbauhan. Karena ingin membeli sebuah apel kita ambil satu buah, dan ketika
mencicipinya terbukti itu masam, kita perhatikan apel itu dan terbukti bahwa apel
itu keras dan hijau, kita ambil sebuah yang lain itu pun keras hijau dan masam, si
pedagang menawarkan apel yang ketiga, akan tetapi sebelum mencicipnya kita
memperhatikannya dan terbukti itu pun keras dan hijau. Seketika itu kita
beritahukan bahwa kita tidak menghendakinya, karena itu pun pasti masam seperti
yang kita cicipi. Jalan pikiran sicalon pembeli sehingga sampai pada kesimpulan
untuk tidak membeli apel, ialah sebuah Induksi. Kemudian Hukly menjelaskan
proses induksi sebagai berikut: Pertama-tama kita telah melakukan kegiatan yang
disebut induksi. Kita telah menemukan bahwa dalam dua kali pengalamaan sifat
keras dan hijau pada apel itu selalu bersama-sama dengan sifat masam.
Demikianlah dalam sifat pertama dan itu diperkuat pada sifat yang kedua memang
itu dasar yang amat sempit tetapi itu sudah cukup untuk dijadikan dasar induksi.
Kedua fakta itu kita generalisasikan dan dari situ kita percaya akan berjumpa rasa
masam pada apel, bila kita temui sifat keras dan hiju dan ini suatu induksi yang
sebagai Berikut:
muncul dalam dunia ilmu pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar dari
paham ontologi realisme yang menyatakan bahwa realitas ada (exist) dalam
kenyataan yang berjalan sesuai dengan hukum alam (natural laws). Upaya
penelitian, dalam hal ini adalah untuk mengungkapkan kebenaran realitas yang ada,
pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta. Oleh karena itu,
7
Deni Solehudin, ‘Epistemologi Ilmu Perspektif Islam (Studi Kritis Atas Positivisme,
Pospositivisme, Teori Kritis, Dan Konstruktivisme)’, Epistemologi Ilmu Perspektif Islam (Studi Kritis
Atas Positivisme, Pospositivisme, Teori Kritis, Dan Konstruktivisme), Vol. 7, No (2021).
atau “penyebab yang sebenarnya”, termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-
memerupakan istilah umum untuk posisi filosofis yang menekankan aspek faktual
pengetahuan yang benar dan menolak nilai kognitif dari suatu filosofis atau
metafisik. Dapat pula dikatakan positivisme ialah “aliran yang bependirian bahwa
hal panas tadi oleh Positivisme dikatakan air kopi ini 80 derajat celcius, air
mendidih ini 100 derajat celcius, besi mendidih ini 1000 derajat celcius, ini satu
meter panjangnya, ini satu ton beratnya, dan seterusnya. Ukuran-ukuran ini
Anda lihat, aturan untuk mengatur manusia dan aturan untuk mengatur alam yang
kita miliki sekarang bersifat pasti dan rinci. Jadi, operasional. Bahkan dada dan
pinggul sekarang ini ada ukurannya, katanya, ini dalam kerangka ukuran
kecantikan. Dengan ukuran ini maka kontes kecantikan dapat dioperasikan.
Kehidupan kita sekarang penuh oleh ukuran. Positivisme sudah dapat disetujui
untuk memulai upaya membuat aturan untuk mengatur manusia dan mengatur alam.
Kata Positivisme, ajukan logikanya, ajukan bukti empirisnya yang terukur. Tetapi
bagaimana caranya? Kita masih memerlukan alat lain. Alat lain itu ialah Metode
Ilmiah.9
8
Solehudin.
9
Solehudin.
2. Filsafat Intuisionisme
(berasal dari bahasa Latin, intuitio yang berarti pemandangan. Sedangkan ahli yang
lain mengatakan bahwa intuisionisme, berasal dari perkataan Inggris yaitu intuition
menganggap tidak hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas. Objek-objek yang
kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah, jadi pengetahuan kita tentangnya
tidak pernah tetap. Intelek atau akal juga terbatas. Dengan menyadari keterbatasan
indera dan akal tersebut, Bergson mengembangkan satu kemampuan yang dimilki
Hati bekerja pada tempat yang tidak mampu dijangkau oleh akal yaitu
pengalaman emosional dan spiritual. Kelemahan akal adalah karena ia ditutupi oleh
banyak perkara. Menurut Immanuel Kant (1724-1804) akal tidak pernah mampu
berpikir perkara yang dilihat terus (fenomena) tetapi hati mampu menafsir suatu
perkara dengan tidak terhalang oleh perkara apapun tanpa ada jarak antara subjek
dan objek.
dengan suatu masalah dalam waktu tertentu sehingga dia dapat memberikan
(formal). Kedua, seseorang berpikir secara intuisi dengan asumsi bahwa dia
mendapatkan suatu masalah, dia akan dengan cepat memberikan perkiraan, ukuran,
atau dugaan yang paling realistis untuk jawaban atas masalah tersebut.10
10
Memen Permata Azmi, ‘Filsafat Intuisionisme Dalam Pembelajaran Matematika’, Journal
on Education, Vol, 05, N (2023).
Menurut para ahli intuisionisme terbagi atas 2 yakni; (1) intuisionisme gaya
tidak berperan dalam intuisi tetapi intuisi dapat membantu bernalar seseorang.
Pengikut dari intuisionisme kalsik menyatakan bahwa intuisi tidak persis sama
dengan penalaran formal Ini menyiratkan bahwa dalam masalah matematika yang
bergantung pada keyakinan, perasaan dan muncul secara tidak terduga, yang
membuat ide menjadi jelas tanpa orang lain tanpa panggilan atau pemeriksaan
formal. (2) Intuitionisme inferensial, Ewing dan Bunge melihat bahwa intuisi
adalah sesuatu yang luar biasa. Intuisi adalah jenis penalaran yang berfungsi untuk
membantu pengembangan motivasi dan inspirasi atau ide seseorang sebagai akibat
langsung dari hubungan tak terbatas antara lingkungan dan pengalaman. Pandangan
ini juga sependapat dengan pernyataan bahwa intuisi adalah hasil pemikiran dari
Menurut Bruner (1974), intuisi adalah aktivitas individu untuk sampai pada
signifikansi atau konstruksi suatu masalah, yang tidak secara tegas bergantung pada
contoh intuisi. Intuisi dekat dengan lingkungan permainan, yang dapat mengakui
proses yang tidak dapat dipelajari atau independen dari pengetahuan sebelumnya
dan sebagai hasil dari dari suatu proses bernalar. Pada umumnya, intuisi adalah cara
11
Permata Azmi.
pertimbangan observasional (induktif), tetapi hasil proses tersebut diklaim sebagai
kebenaran.
Muncul sebuah pertanyaan: Apakah kegunaan ilmu itu bagi kita? Tak dapat
dipungkiri bahwa ilmu telah banyak mengubah dunia dalam memberantas berbagai
duka. Namun apakah hal itu selalu demikian: ilmu selalu merupakan berkat dan
penyelamat bagi manusia. Seperti mempelajari atom kita bisa memanfaatkan wujud
tersebut sebagai sumber energi bagi keselamatan manusia, tetapi dipihak lain hal
ini bisa juga berakibat sebaliknya, yakni membawa manusia kepada penciptaan
Bagaimana penentuan obyek yang diteliti secara moral? Bagimana kaitan prosedur
ketika seni tari dangdut Inul Dartista memperlihatkan goyangnya di atas panggung
yang ditonton khalayak ramai, sejumlah ulama dan seniman menjadi berang.
Berkaitan dengan etika, moral, dan estetika maka ilmu itu dapat dibagi menjadi dua
kelompok:
sesungguhnya etika erat hubungannya dengan ilmu. Bebas nilai atau tidaknya ilmu
12
Moh Hifni, ‘Ontologi, Epistimologi Dan Aksiologi Dalam Keilmuan’, 2018.
13
Hifni.
Perjalanan waktu, sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait
sebaliknya seperti yang diajarkan oleh agama (gereja) maka timbullah reaksi antara
ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik.
Secara metafisik ilmu ingin mempelajari alam sedangkan dipihak lain terdapat
agama sehingga timbullah konflik yang bersumber pada penafsiran metafisik yang
Eropa, yang pada dasarnya mencerminkan pertentangan antara ilmu yang ingin
bebas dari nilai-nilai di luar bidang keilmuan dan ajaran-ajaran (agama). Pada kurun
waktu itu para ilmuan berjuang untuk menegakkan ilmu yang berdasarkan
penafsiran alam dengan semboyan “ilmu yang bebas nilai”. Latar belakang otonomi
ilmu bebas dari ajaran agama (gereja) dan leluasa ilmu dapat mengembangkan
dirinya.
memandangnya dari sudut baik dan buruk.34 Adapun cakupan dari nilai etika
adalah: Adakah ukuran perbuatan yang baik yang berlaku secara universal bagi
seluruh manusia.
14
Hifni.
Nilai etika diperuntukkan pada manusia saja, selain manusia (binatang,
benda, alam) tidak mengandung nilai etika, karena itu tidak mungkin dihukum baik
Contohnya dikatakan ia mencuri, mencuri itu nilai etikanya jahat. Dan orang
yang melakukan itu dihukum bersalah. Tetapi kalau kucing mengambil ikan dalam
lemari, tanpa izin tidak dihukum bersalah. Yang bersalah adalah kita yang tidak
b. Nilai estetika
Kadang estetika diartikan sebagai filsafat seni dan kadang-kadang prinsip yang
dengan ukuran-ukuran etika. Etika menuntut supaya yang bagus itu baik. Lukisan
porno dapat mengandung nilai estetika, tetapi akal sehat menolaknya, karena tidak
nilai rohani.
Orang hanya mencari nilai nikmat tanpa mempersoalkan apakah ia baik atau
buruk. Nilai estetika tanpa diikat oleh ukuran etika dapat berakibat mudarat kepada
estetika, dan dapat merusak.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian baik dan
buruk terletak pada manusia itu sendiri. Namun dalam Islam penilaian baik dan
kehidupan manusia yang negatif sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi tetap
berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena itu daya kerja aksiologi ialah:
2. Dalam pemilihan objek penelahaan dapat dilakukan secara etis yang tidak
15
Hifni.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
epistemologi dan aksiologi, atau dengan kata lain apa, bagaimana dan kemana
ilmu itu.
dan keunggulan manusia, hal ini ditunjukkan dengan ciri khusus yaitu manusia
memiliki curiosity (rasa ingin tahu) yang tinggi yang mengakibatkan manusia
sering bertanya dan mencari tahu tentang sesuatu. Pengetahuan dihasilkan dari rasa
ingin tahu dan sejalan dengan prinsip pengamatan maka ilmu dan pengetahuan
muka bumi. Ilmu dan pengetahuan memiliki perbedaan yang signifikan walaupun
keduanya tampak sama dan selalu berdampingan. Ilmu (science) memiliki struktur
(knowledge) meliputi semua hal yang diketahui manusia, baik yang terstruktur
maupun tidak terstruktur. Pengetahuan bisa berupa fakta, berita, mitos dan hal yang
bersifat dogma. Pengetahuan tidak harus memenuhi syarat sistematis hanya saja
pengetahuan dapat naik derajat menjadi ilmu dengan cara memenuhi aspek
aspek ini membongkar pengetahuan sehingga menjadi akurat dan benar serta dapat
pengetahuan manusia terletak pada akal atau disebut dengan idea, sedangkan
empirisme ialah paham yang meyakini bahwa satu-satunya sumber pengetahuan
yang akurat adalah dari pengalaman inderawi. Keduanya memiliki argumen yang
kuat dan melahirkan tokoh-tokoh yang terkenal dalam bidang keilmuan, sehingga
dua paham ini seolah beradu dalam panggung kompetisi yang panas, namun pada
supaya diterima oleh nalar dan indera. Diharapkan penelitian ini memiliki manfaat
bagi para pelajar untuk menstrukturkan pengetahuan yang dimiliki supaya menjadi
ilmu yang benar. Keterbatasan penelitian ini ialah tidak membahas secara