PROPOSAL SKRIPSI
oleh:
SANUDIN
1840303068
PROPOSAL SKRIPSI
oleh:
SANUDIN
1840303068
Proposal Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Pada
Universitas Borneo Tarakan
HALAMAN JUDUL......................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................iii
DAFTAR TABEL.........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan penelitian.......................................................................................2
1.4 Batasan Masalah........................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................36
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABLE
iv
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui tipe jenis-jenis sampah botol plastik.
2. Dapat menjadi salah salah satu referensi mengenai pemanfaatan daur ulang
sampah botol platik.
3. Data yang diperoleh pada penelitian dapat dijadikan sebagai informasi yang
saling melengkapi dengan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
material komposit.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam
bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan.
a. Polimer Thermoplastik
Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik di atas, thermoplastik adalah jenis
yang memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang
diberi kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan
penggunaannya lihat pada Gambar 2.1 dan Tabel 1.
Respon dari polimer terhadap gaya mekanik pada temperatur yang tinggi
memiliki hubungan dengan struktur dominan dari polimer tersebut. Berdasarkan
perilaku polimer pada temperatur tinggi, polimer diklasifikasikan menjadi dua
5
macam yaitu thermoplastic dan thermoset. Pada thermoplastic polimer, ketika
dipanaskan akan melunak dan ketika didinginkan akan mengeras. Proses nya
dapat dibalik dan dapat diulang.
Pada temperatur yang tinggi gaya ikatan sekunder pada polimer melemah dan
pergerakan molekul meningkat. Polimer jenis thermoplastic cenderung lunak.
Berdasarkan struktur molekul nya polimer linear dan beberapa branched polymer
yang memiliki rantai yang flexibel termasuk ke dalam kategori thermoplastic.
Beberapa contoh thermoplastic yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari
adalah polyethylene, PET, dan PVC. (Callister, 2007)
b. Polimer Thermosetting
Polimer thermosetting adalah jenis dari polimer yang ketika dipanaskan tidak
melunak. Polimer jenis ini mengeras secara permanen pada pembentukannya.
Berdasarkan struktur molekulnya polimer thermosetting adalah network polymer
yang memiliki mechanical dan thermal properties yang spesifik.
Pada saat perlakuan panas, ikatan pada rantai polimer thermoset akan
menguatkan diri satu sama lain pada rantainya untuk menahan pergerakan vibrasi
dan rotasi. Maka dari itu, polimer thermosetting dapat tetap stabil dan tidak
melunak meskipun dihadapkan pada temperatur yang tinggi. Namun pada
temperatur yang berlebihan polimer thermosetting akan berubah bentuk dan
terdegradasi. Polimer jenis ini lebih keras dan lebih kuat dibandingkan dengan
polimer thermoplastik. Beberapa contoh polimer thermosetting adalaha vulcanized
rubbers, epoxies, dan polyester resin. (Callister, 2007)
6
2.1.2 Sifat Thermal Bahan Plastik
Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam
proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah
titik lebur (Tm), temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur
transisi adalah temperatur di mana plastik mengalami perengganan struktur
sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik
lebur, plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih
bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Temperatur lebur adalah
temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur
dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas
temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami
dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal melampaui energi yang
mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi
pada suhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya (Budiyantoro, 2010). Data
sifat termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.2 Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik
Jenis Tm (°C) Tg (°C) Temperatur
Bahan Kerja Maks (°C)
PP 168 5 80
HPDE 134 -110 82
LDPE 330 -115 260
PA 260 50 100
PET 250 70 100
Sumber : Budiyantoro (2010)
8
ketika panas. Polyethylene terephthalate (PET) bersifat jernih dan transparan,
kuat, tahan pelarut, kedap gas dan air, melunak pada suhu 180ºC dan mencair
dengan sempurna pada suhu 200 ºC. Tidak untuk air hangat apalagi panas, Untuk
jenis ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk mewadahi
pangan dengan suhu kurang dari 60 ºC. Berikut ini sifat-sifat dari PET
ditunjukkan pada Tabel 2.3
Tabel 2.3 Karakteristik Polyethylene terephthalate
Sifat Nilai
Density Amorphous 1.370 g/cm3
Density Crystalline 1.455 g/cm3
Young's Modulus (E) 2800-3100 Mpa
Tensile Strength('Of') 55-75 Mpa
Elastic Limit 50-150%
Glass Temperature 75 °C
Melting Point 260 °C
Water Absorption (ASTM) 00.16
Sumber : Nabeel (2010)
2.2 Komposit
Komposit merupakan perpaduan dari dua material atau lebih yang memiliki
fasa yang berbeda menjadi suatu material yang baru dan memiliki properties lebih
baik dari keduanya. Komposit menjadi bahan alternatif pengganti bahan logam,
hal ini disebabkan sifat dari komposit serat yang kuat dan mempunyai berat yang
lebih ringan dibandingkan logam (Fahmi H, 2011). Karakteristik komposit sangat
kuat dipengaruhi oleh penyusunnya, distribusinya dan interaksinya. Lebih
spesifik, juga dipengaruhi oleh geometri dari penguatnya, dimana geometri itu
merupakan bentuk, ukuran dan distribusi ukurannya. Semua hal ini kemudian
dikembangkan untuk menaikkan karakteristik mekaniknya seperti kekuatan,
kekakuan, ketangguhan, peforma terhadap panas dan lainnya.(Sirait, 2010)
Keuntungan dari penggunaan komposit sendiri adalah bobotnya yang ringan
serta mempunyai kekuatan dan kekakuan yang baik, biaya produksi lebih murah,
umur pemakaian yang lama dan tahan terhadap korosi. Hal demikian harus
9
diperhatikan karena pada komposit yang diperkuat agar dapat membentuk produk
yang efektif, disamping itu juga harus ada ikatan permukaan yang lebih kuat
antara komponen penguat dan matriks.(Djaprie, 1991:592)
Menurut bentuk dan penyusunnya material komposit dapat dibedakan menjadi
lima jenis, yaitu :
1. Komposit Partikel (particulate
composite)
Komposit partikel merupakan material komposit yang bahan penguatnya
berbentuk partikel atau butiran. Misal bulat, serpih atau balok, serta bentuk
lainnya yang memiliki panjang sumbu hampir sama, dan bisa terbuat dari satu
atau lebih material yang dibenamkan dalam suatu matriks dari material yang
berbeda.
10
Gambar 2.4 Komposit Partikel Serpih (Flake)
Sumber : Lumintang S (2011)
11
3. Komposit Skeltal (filled)
Komposit skeltal adalah komposit yang mengandung partikel yang hanya
dimaksudkan untuk memperbesar volume material dan bukan untuk kepentingan
sebagai bahan penguat. Di dalam komposit skeltal biasanya diberi tambahan
material atau filler ke dalam matriknya dengan struktur tiga dimensi.
4. Komposit Laminar
Komposit laminar merupakan jenis komposit yang tersusun atas dua atau lebih
lamina/lapisan. Komposit serat lamina ini adalah yang paling banyak digunakan
dalam lingkup teknologi otomotif maupun industri.
12
5. Komposit Serat (fibrous composite)
Pada umumnya serat jauh lebih kuat dan kaku dibanding matriknya, sifat dan
kandungan seratnya akan sangat menentukan sifat komposit yang dihasilkan.
Komposit serat merupakan jenis komposit yang paling banyak digunakan untuk
struktur. Komposit serat terdiri dari serat sebagai bahan penguat dan matrik
sebagai bahan pengikat, pengisi volume dan pelindung serat- serat untuk
mendistribusikan gaya atau beban antara serat-serat.
13
Gambar 2.8 Skema Klasifikasi Beberapa Tipe Komposit
Sumber : Callister (2007)
2.3 Persamaan
Karakteistik material komposit adalah kandungan atau persentase antara
matriks dan serat merupakan salah satu faktor penting sebelum melakukan
cetakan komposit. dalam menentukan perbandingan antara komponen matriks
dengan serat (pengisi) material komposit ini pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan metode konversi fraksi volume menjadi fraksi berat (Sulistiono,
2012).
Perhitungan volume komposit (Vc), volume serat (V f), Volume matriks (Vm),
dan massa matriks. Sebelum melakukan percetakan komposit dan menentukan
berapa besar volume pada komposit maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan
dengan persamaan Kemudian dilakukan perhitungan fraksi volume serat = V f,
volume matriks Vm dengan Persamaan 2.1. dan Persamaan 2.2.
𝑉 𝑣𝑓 = 𝑣𝑚
𝑉 = ; (2.1)
𝑓
𝑣𝑐 𝑚 𝑣𝑐
𝑤𝑓 𝑤𝑚 (2.2)
𝑊
𝑊 = ; =
𝑓
𝑤𝑐 𝑚 𝑤𝑐
Dengan mengetahui densitas dari komposit, serat dan matriks, maka bisa
diperoleh konversi dari fraksi volume ke fraksi berat atau sebaliknya
menggunakan Persamaan 2.3. kemudian untuk mengetahui berat fiber yang
dibutuhkan wf berat matriks yang dibutuhkan pada Persamaan 2.3. ditentukan
14
dengan Persamaan 2.4. dan 2.5.
15
𝑤𝑓 𝜌𝑓 𝑣 𝑓 𝜌
𝑊 = = . = 𝑓.𝑉 (2.3)
𝑓
𝑤𝑐 𝜌𝑐 𝑣 𝜌𝑓 𝑓
𝜌𝑐 𝑐
𝑉 𝑓 = . 𝑊𝑓
𝜌𝑓
𝜌𝑐
𝑉𝑚 = . 𝑊𝑚
𝜌𝑓
𝑊 𝑓 = 𝑣 𝑓. 𝜌 𝑓
(2.4)
𝑊𝑚 = 𝑣𝑚. 𝜌𝑚 (2.5)
Dimana :
𝑤𝑐 = berat komposisi (gr),
𝑤𝑓 = berat serat (gr),
𝑤𝑚 = berat matriks (gr),
𝑣𝑓 = volume fiber (gr),
𝑊𝑓 = fraksi berat fiber (%),
𝑉𝑓 = fraksi volume fiber (%),
𝑉𝑚 = fraksi volume matriks (%).
Setelah bahan dipersiapkan dengan Persamaan 2.1, 2.2 dan 2.3. selanjutnya
bahan dibentuk menjadi komposit. Untuk menentukan densitas komposit
digunakan Persamaan 2.4.
1
𝜌𝑐 = 𝑊 𝑊 𝑊 (2.6)
𝑓
𝑠𝑏⁄𝜌
)
( ⁄𝜌 𝑓 ) + ( 𝑚⁄
𝜌𝑚 ) + ( 𝑠𝑏
16
jumlah yang
17
sedikit dibandingkan matriks. Jenis filler yang digunakan dapat mempengaruhi
sifat dari komposit. Serat maupun serbuk dapat diperoleh dari alam atau sintetis.
Pada beberapa penelitian serat dan serbuk dijadikan pengisi pada komposit
composite hybrid fillers. Hybrid composite juga banyak dilakukan pada beberapa
penelitan, di mana fiber composite dan particulate composite dijadikan sebuah
komposit dengan menggabungkannya per laminat, biasa disebut komposit
laminat. Partikel pengisi (filler) sering kali diterapkan pada matriks komposit
untuk mengurangi biaya. Komposit dengan serat alam yang harganya relative
murah, tetapi dengan kosekuensi memiliki sifat yang lebih rendah, sebaliknnya
partikel pengisi yang memiliki sifat tahan panas. Konduktor panas dan listrik yang
bagus juga bisa meningkatkan sifat baik komposit. Sehingga komposit partikel
bisa didesain agar memiliki ketahanan aus, abrasi, korosi, kekerasan permukaan
yang tinggi, sifat magnet dan sebagainya tergantung dari jenis partikel pengisinya.
2.4.1 Serat (Fiber)
Serat (fiber) yang digunakan sebagai pengisi umumnya diklasifiksikan
menjadi 2 kelompok, yaitu serat sintetik dan serat natural (alami). Keduanya
dipakai dalam pembuatan komposit sebagai penguat atau pengisi (filler). Serat
sintetik banyak dipakai sebagai penguat, sebaliknya serat natural banyak
digunakan sebagia pengisi. Serat penguat atau fiber yang paling banyak
digunakan antara lain: Glass, Aramid (Kevlar) dan Karbon. Dari beberapa jenis
tersebut yang paling banyak digunakan adalah serat kaca (fiber glass). karena saat
ini paling murah, mudah diperoleh, diproduksi dan diaplikasikan untuk membuat
komposit. Fiber glass memiliki modulus elastisitas (kekakuan) dan kekuatan yang
relative randah dibandingkan dengan fiber lainnya. Disamping itu glass juga
memiliki harga yang murah serta memiliki kemampuan yang mampu bersaing
dengan Kevlar dan karbon. Tabel 2.4 menunjukan perbandingan sifat mekanik
beberapa serat.
18
Serat dengan spesifik stiffness dan spesifik strength yang tinggi dinamakan
advance fiber. Serat natural (alam) dikelompokan berdasarkan pada sumbernya
yaitu berasal dari tanaman, binatang atau mineral. Serat tanaman terdiri atas
selulosa, sementara serat hewan (rambut, sutera, dan wol) terdiri atas
proteinprotein. Serat tanaman meliputi serat kulit pohon (stem atau sklerenkima
halus), daun (serat-serat keras), benih, buah, kayu, sereal gandum, dan serat-serat
rumput lain. Banyak diantara serat-serat alam ini, telah dikembangkan sebagai
penguat dalam bahan komposit.
Peggunaan serat alami seperti serat bamboo, serat kelapa dan serat pisang juga
banyak di kembangkan. Serat pisang adalah serat kulit alami yang memiliki
berbagai kegunaan dalam pengembangan produk kerajinan seperti tikar, tali dan
twines. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa serat pisang memiliki banyak sifat
fisik dan kimia menguntungkan yang dapat digunakan sebagai bahan baku yang
sangat baik untuk industri tekstil dan kemasan (vigneswaran dkk, 2015).
Selain serat pisang, serat bamboo juga banyak digunakan. Dalam beberapa
tahun terakhir, bambu telah membangkitkan minat para peneliti unutk
mengembangkan FRP dengan serat bamboo. Hal ini disebabkan sifat potensial
bambu yang memiliki kekuatan dan kekakuan tinggi selain biodegradable,
sustainable dan renewable. Meskipun bio-komposit bambu pada umumnya
memiliki sifat mekanik rendah, desain unidirectional bio-komposit bambu juga
dapat memiliki sifat mekanik tinggi yang sama baiknya dengan laminat bamboo
yang diperkuat komposit. Sifat mekanik komposit diperkuat serat bambu
sebanding dengan sifat mekanik yang terbaik di antara komposit yang diperkuat
serat alami (Roslan 2015). Salah satu perbedaan serat dapat dilihat pada Gambar
2.10
19
Gambar. 2.9 Serat sintetis (A. fiber glass) dan natural (B. coir fiber),
Sumber : Rahul (2017)
20
Beberapa komposit serat yang banyak diaplikasikan adalah Glass-reinforced
Cement (GRC) merupakan campuran semen dan fiberglass ditambah beberapa
material pendukung lainnya. Material GRC banyak kita temui pada produk
ornamen dan dekoratif pada bangunan arsitektur. Material ini bisa disebut
lumayan fleksibel untuk menciptakan bentuk yang komplek dan rumit pada
bidang arsitektural, misalnya GRC krawangan, GRC ornamen dll.
Steel-fiber-reinforced Concrete (SRC) Adalah composit dengan bahan dasar,
fiber glass, besi (baik serbuk atau batangan) dan semen serta beberapa bahan
pendukung lainnya. Keunggulan SRC terletak pada strenght/kekuatannya yang
melebihi GRC, karena didalamnya terdapat struktur penahan berbahan besi.
Pembuatan SRC lebih rumit dibanding GRC, meskipun SRC masih mempunyai
sisi fleksibelitas pada bentuk, dimensi dan ketebalannya. Hal ini dikarenakan
pekerjaan pembesian sangat menyita waktu produksi lebih dibanding pengerjaan
GRC.
Glass-reinforced Gypsum (GRG) pada umumnya GRG sudah tidak asing lagi
di dunia arsitektural. Produk komposit ini sudah beredar luas hampir di seluruh
toko bangunan. GRG biasanya di gunakan sebagai plafon rumah atau bangunan
lain. Hal ini dikarenakan produk yang berbahan dasar gipsum (casting) dan fiber
glass ini sangat ringan, sehingga sangat cocok untuk plafon. Kelemahan produk
ini adalah tidak punya ketahanan terhadap perubahan cuaca. Beberapa kalangan
salah menyebut nama GRG menjadi GRC, padahal dari segi bahan baku
penyusunnya sudah beda sama sekali.
Glass-fiber-reinforced Polyester Resin (GRP) Komposit ini sering digunakan
untuk produk yang membutuhkan ketebalan minim (tipis) namun masih sangat
kuat jika di cetak dalam bentuk lembaran besar. Beberapa contoh produknya
antara lain, Body kapal, tangki tandon air, body modifikasi pada motor dan mobil,
dll. GRP juga bisa disebut Fiber-reinforced Polymer (FRP).
2.4.2 Serat Kaca
Serat kaca adalah penguat yang banyak digunakan dalam pembuatan material
komposit dengan matriks polimerik. Glass fiber reinforced polimer (GFRP)
banyak diaplikasikan pada bidang struktur, otomotif, penerbangan dan lainya.
Fiber glass memiliki sifat yang berharga: tahan api, tahan terhadap korosi dan
ringan. Memiliki kekuatan cukup tinggi dan kepadatan relatif rendah dalam
21
kombinasi dengan sifat insulasi optik, listrik, panas dan suara yang sangat baik.
22
Produksi industri fiber glass berkelanjutan di Uni Soviet, pertama kali
diselenggarakan pada tahun 1942 (Avdeeva dkk, 2016). Serat kaca memiliki sifat
ringan dan sangat kuat. Sifat kekuatan, kekakuan dan beratnya juga sangat
menguntungkan jika dibandingkan dengan logam. Serat E-glass dengan orientasi
acak digunakan sebagai bahan penguat dalam matriks resin poliester. Kaca jenis
ini mengkombinasikan karakteristik C-glass dengan insulasi yang sangat baik
untuk listrik. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa peningkatan variasi serat
pada komposit serat kaca diperkuat polyester. Serat kaca dengan variasi persen
berat 15%, 30%, 45% dan 60% orientasi acak diproduksi metode hand layup.
Menunjukan bahwa dengan meningkatnya persen berat serat kaca dapat
meningkatkan kekuatan mekanik kompossit berpenguat polyester (Wazery, 2017).
Beberapa bentuk dan tipe serat kaca yang sudah dikenal antara lain chopped
strand, continuous yarn, roving, Fabric. Seperti yang ditunjukan pada Gambar.
2.11
Gambar. 2.10 Beberapa bentuk fiber glass: (a) chopped strand, (b) continuous
yarn, (c) roving, (d) Fabric
Sumber : Chawla (2011)
Struktur utama penyusun serat kaca adalah silica (~50-60% SiO2) dan
mengandung sejumlah oksida kalsium, boron, natrium, aluminium, dan besi. Serat
23
kaca dibagi menjadi 3 tipe. Tipe E (E glass fibre) merupakan isolator listrik yang
24
baik juga memiliki kekuatan dan modulus Young baik. Tipe C (C glass fibre)
memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap korosi kimia dari pada glass lainnya.
Tipe S (S glass fibre) merupakan serat kaca dengan kandungan silica yang tinggi,
ini yang membuat tipe ini tahan terhadap temperatur tinggi. Pada material
komposit yang paling banyak digunakan adalah tipe E. Pada Tabel 2.5
menunjukan Sifat mekanik dari serat kaca.
25
1. Komposit partikel yang menggunakan logam sebagai matriksnya biasa dikenal
dengan sebutan MMC (Metal Matriks Composite). MMC mulai
dikembangkan sejak tahun 1996. Pada mulanya yang diteliti adalah Continous
Filamen MMC yang digunakan dalam industri penerbangan. Partikel yang
paling banyak digunakna adalah aluminium dan tembaga.
2. CMC: Ceramic Matriks Composite
CMC merupakan komposit partikel di mana partikelnya adalah keramik.
Penguat yang umum digunakan pada CMC adalah; oksida, carbide, nitride.
3. PMC: Polymer Matriks Composite
Polimer merupakan matriks yang paling umum digunakan pada material
komposit. Karena memiliki sifat yang lebih tahan terhadap korosi dan lebih
ringan. Matriks polimer terbagi 2, yaitu termoset dan termoplastik. Pada
komposit ini partikel yang digunakan bervariasi sesuai kebutuhan. Beberapa
partikel yang digunakan adalah partikel kayu atau batuan sebagai filler. Selain
itu partikel metal maupun keramik dapat diaplikasikan atau bahkan
dikombinasikan. Pada penelitian sebelumnya penambahan serbuk dapat
meningkatkan modulus pada komposit partikel. Penggunaan serbuk granit
dengan ukuran yang berbeda memberikan kekuatan mekanik yang berbeda
yang memiliki area permukaan 0,42m2 /g dan 0,66m2/g (Gonçalves dkk,
2014). Penambahan serbuk pada komposit umunya digunakan untuk
mengingkatkan kekrasan permukaan material komposit.
2.4.4 Serbuk CaCO3
Pada penelitian ini serbuk yang digunakan sebagai filler tambahan adalah
serbuk kalsium karbonat (CaCO3). Serbuk kalsium karbonat diperoleh dari limbah
industri. Limbah dimanfaatkan untuk mengurangi jumlah limbah yang terus ada.
Saat ini jumlah limbah yang dihasilkan dari proses industri terus meningkat. Hal
ini dikhawatirkan akan semakin mencemari lingkungan. Salah satu limbah hasil
industri dalam bentuk serbuk. Limbah serbuk yang banyak dikembangkan pada
material komposit adalah fly ash, nanosilika, CaCO3 dan lainya.
Kalsium karbonat (CaCO3) yang digunakan diperoleh dari limbah sisa proses
pemotongan dan penghalusan yang tidak terpakai pada perusahaan Apaiser.
Perusahaan ini memproduksi bathup dan perlengkapan kamar mandi lainya.
26
Produk
27
yang dibuat merupakan komposit. serbuk yang bercampur potongan kecil dari
komposit dikumpulkan kemudian di ayak. Komposit pada produk merupakan
gabungan antara serat dan partikel. Beberapa jenis partikel yang digunakan adalah
kerang, bamboo, tempurung kelapa dan batuan. partikel ini berfungsi sebagai
motif pada produk. Pada Gambar 2.13 menunjukan beberapa keramik dengan
partikel yang berbeda.
Produk yang dibuat pada pabrik ini terbuat dari komposit. Serat kaca sebagai
filler utama dan penambahan partikel pada permukaan produk. Matriks yang
digunakan poliester. Serat kaca yang berfungsi untuk kekuatan struktur buthup
sedangkan partikel untuk meningkatkan kekerasan permukaan bathup. Proses
pembuatan menggunakan metode hand layup. Serat diletakan pada cetakan
kemudian poliester dioleskan menggunakan kuas. Polyester, katalis dan pewarna
dicampurkan terlebih dahulu.
28
Bahan komposit mempunyai sifat–sifat yang berbeda dengan sebagian besar
material konvensional yang telah dikenal selama ini. Sebagian material
29
konvensional bersifat homogen. Bahan homogen berarti bersifat sama di semua
tempat dalam hal ini massa jenis serat alam lebih rendah dibanding massa jenis
sintesis (serat buatan). Adapun resin yang umum dipakai yaitu:
1. Resin Thermosetting
Resin ini pada umumnya mempunyai reaksi kimia dua tingkat dengan rantai
molekul yang panjang. Reaksi dua tingkat ini terjadi selama proses
pembentukan dengan bantuan panas dan tekanan. Hasil dari pada proses ini
akan mengeras setelah didinginkan dan memiliki struktur jaringan tertutup.
Material tidak bisa menjadi lunak kembali bila dilakukan pemanasan ulang
walaupun diatas temperatur pembentuknya. Pemanasan yang tinggi justru
akan membentuk bahan terurai. Resin yang tergolong jenis ini adalah :
a. Phenolik
Dalam satu ilmu kimia phenolik dikenal sebagai Poly Phenol
Formaldehyde yaitu suatu zat hasil kondensasi Phenol dan Aldehyde
Formaldehyde. Bentuk material sangat keras dan kaku dengan modulus elastis
yang baik disbanding dengan resin lainnya. Seluruh jenis reinforcement dapat
dipadukan dengan phenolic namun pada umumnya resin dipakai dalam
industri polywood karena sifatnya yang keras, kuat, mudah dibentuk, mudah
diberi warna serat, tidak transparan dan mempunyai kestabilan dimensi yang
baik. Diperoleh dari hasil kondensasi ephylcchlor hydrin dengan senyawa
hidroksin. Sifatnya ulet, elastis, dan tidak bereaksi dengan sebagian besar
bahan kimia dan mempunyai dimensi yang lebih stabil.
b. Silikon
Silikon biasanya digunakan sebagai matrik untuk jenis komposit dengan
tujuan tertentu, silikon merupakan material khusus yang mempunyai
ketahanan panas hingga suhu 316°C. Hal ini dikarenakan silikon mempunyai
ikatan antara atom silicon dan oksigen tanpa terdapat rantai karbon. Ini yang
menjadikan silikon mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan
jenis resin yang lain.
c. Epoxy
Resin ini memiliki kegunaan yang sanggat luas dalam industri teknik
kimia, listrik, mekanik dan sipil. Resin epoxy memiliki sifat tahan banting
30
dan
31
elastisitas yang melebihi resin-resin lain ini membuatnya populer dalam
bidang pertahanan seperti pembuatan kevlar, pembuatan kaca-kaca anti peluru
dan dalam industri-industri perkapalan sekarang. Biasanya resin jenis ini
digunakan untuk cat, pelapis, pencetak cor dan benda-benda cetakan. Sifatnya
yang tahan terhadap zat kimia dan stabil terhadap banyak asam, kecuali asam
pengoksida yang kuat, ketahanan termal yang tinggi dan mudah dibentuk
tanpa dipananskan terlebih dahulu.
Tabel 2.6 Karakteristik Resin Epoksi
Kekuatan Kekuatan Kekuatan
Resin Perpanjangan Modulus elastic
Tarik tekan lentur
epoxy
(Kgf/𝒄𝒎𝟐)
(%) (Kgf/𝒎𝒎𝟐𝒙𝟏𝟎𝟐) (Kgf/𝒎𝒎𝟐) (Kgf/𝒎𝒎𝟐
Dengan
pengisi 2,8-9,1 3-6 2,4 10,5-17,5 9,3-14,7
(coran)
Dengan
serat 9,8-2,1 4 2,10 21-26 14-21
gelas
Sumber : Pengetahuan Bahan Teknik (2017)
Untuk resin (matriks) yang akan saya gunakan yaitu resin epoxy karena
mempunyai ketahanan kimia yang baik, pada umumnya kuat terhadap asam dan
tahan terhadap panas yang cukup baik. Resin ini berupa cairan dengan viskositas
yang rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa
menghasilkan gas sewaktu pengesetan seperti banyak resin thermoset lainnya.
33
yang diinginkan. Resin termoseting yang biasa di gunakan pada proses ini
adalah poliester, vinil ester, epoxies, dan fenolat.
2. Proses Cetakan Tertutup (Closed mold Processes)
a) Proses Cetakan Tekan (Compression Molding)
Proses cetakan ini menggunakan hydraulic sebagai penekannya. Fiber
yang telah dicampur dengan resin dimasukkan ke dalam rongga cetakan,
kemudian dilakukan penekanan dan pemanasan. Resin termoset khas yang
digunakan dalam proses cetak tekan ini adalah poliester, vinil ester,
epoxies, dan fenolat.
b) Metode Injection Molding
Injection molding juga dikenal sebagai reaksi pencetakan cairan atau
pelapisan tekanan tinggi. Fiber dan resin dimasukkan kedalam rongga
cetakan bagian atas, kondisi temperature dijaga supaya tetap dapat
mencairkan resin. Resin cair beserta fiber akan mengalir ke bagian bawah,
kemudian injeksi dilakukan oleh mandrel ke arah nozel menuju cetakan.
c) Continuous Pultrusion
Fiber jenis roving diletakkan pada cetakan yang berisi resin, kemudian
secara kontinu diletakkan ke dalam cetakan kemudian didiamkan untuk
proses curing, kemudian dilakukan pengerolan sesuai dengan dimensi
yang diinginkan. Proses ini juga bisa di sebut sebagai penarikan serat dari
suatu jaring atau creel melalui bak resin, kemudian diletakkan pada
cetakan yang telah dipanaskan. Fungsi dari cetakan tersebut untuk
mengontrol kandungan resin, melengkapi pengisian serat, dan
mengeraskan bahan menjadi bentuk akhir setelah diletakan pada cetakan.
Dalam penelitian ini metode yang di gunakan adalah hand lay-up. Hand
layup adalah metode yang paling sederhana dan merupakan proses dengan
metode terbuka dari proses fabrikasi komposit. Adapun proses dari
pembuatan dengan metode ini adalah dengan cara menuangkan resin
dengan tangan ke dalam serat berbentuk anyaman, rajutan atau kain,
kemudian memberi takanan sekaligus meratakannya menggunakan rol
atau kuas (Madhusudhan, 2016). Metode ini juga banyak digunakan pada
proses pembuatan komposit skala industri rumahan. Hal ini dikarenakan
34
kemudahan dalam proses ini.
35
Gambar. 2.12 Proses Hand Lay-up
Sumber : Cucinotta (2017)
36
adalah untuk
37
memperbaiki stabilitas bentuk dan panas. Contoh pengisi yang digunakan dalam
polymer yaitu : serat selulosik dan bedak (powder), bedak silica dan kalsium
karbonat.
2. Katalis (Hardener)
Katalis (Hardener) Adalah bahan yang memungkinkan terjadinya proses
curing, yaitu proses pengerasan terhadap resin. Hardener ini terdiri dari dua bahan
yaitu katalisator dan accelerator. Katalisator dan accelerator akan menimbulkan
panas, pengaruh panas ini diperlukan untuk mempercepat proses pengeringan
sehingga bahan menjadi kuat. Namun apabila panasnya terlalu tinggi maka akan
merusak ikatan antar molekul dan juga akan merusak seratnya.
a. Katalisator
Katalisator adalah bahan yang mempercepat terbukanya ikatan rangkap
molekul polimer kemudian akan terjadi pengikatan antar molekul molekulnya.
b. Accelerator
Accelerator adalah bahan yang mempercepat terjadinya ikatan-ikatan yang
diantara molekul yang sudah mempunyai ikatan tunggal dan untuk mempercepat
proses pengerasan.
Bahan tambahan utama adalah katalis (hardener). Katalis merupakan zat
curing (mengeraskan cairan resin) bagi sistem perekat. Pengeras bergabung
secara kimia dengan bahan rekatannya. Pengeras berupa monomer, polimer atau
senyawa campuran. Katalis juga dipergunakan sebagai zat curing bagi resin
thermoset, mempersingkat waktu curing dan meningkatkan waktu silang
polimernya. Semakin banyak katalis, reaksi curing akan semakin cepat. Tetapi
kelemahan katalis akan menimbulkan panas yang tinggi pada saat curing
sehingga akan merusak produk yang dibuat. Produk tersebut dapat menjadi bahan
komposit getas/ rapuh. Dengan demikian, pemberian katalis dibatasi berkisar 1% -
2% dari berat resin.(Aris, 2015)
38
penerbangan, olah raga dan otomotif. Pada bidang otomotif khusunya pada mobil,
39
komposit banyak digunakan pada bagian dasbor, panel pintu, body dan bagian
mobil lainnya. Gambar 2.10, menunjukan beberapa bagian pada kendaraan yang
menggunakan komposit.
Pada penelitian ini memfokuskan pada bemper, menggunakan serat kaca dan
limbah serbuk granit bermatrik epoxy. National Highway Traffic Safety
Administration (NHTSA) mendefinisikan bumper sebagai perisai yang terbuat
dari aluminium, plastik, karet atau baja yang dipasang di bagian depan dan
belakang mobil penumpang. Bumper mobil adalah sistem keamanan yang
digunakan untuk menangkal tabrakan berkecepatan rendah, ditempatkan di badan
mobil dan dirancang untuk mencegah atau mengurangi kerusakan fisik pada
bagian depan dan belakang mobil selama tabrakan benturan rendah (Ezekwem
2016). Tabel 2.7 menunjukan spesifikasi bemper.
Tabel 2.7 Spesifikasi Bember
Sifat Nilai
Effective length 0.975m
Total length 2.055m
Thickness 0.002m
Effective breath 0.078m
Total breath 0.172m
Weight 5.16kg
Tensile strength 460 Mpa
Density 7800 kg/m3
Sumber : Ezekwem (2016)
40
Bumper umumnya tidak dirancang secara signifikan berkontribusi pada
kecelakaan mobil. Saat terjadi tabrakan atau benturan di depan maupun di
belakang, tidak dapat disalah artikan sebagai fitur keselamatan yang dimaksudkan
untuk mencegah cedera parah pada penumpang. Bumper juga berfungsi untuk
melindungi fender depan, tutup bagasi/dek, sistem pembuangan dan pendinginan
serta peralatan terkait keselamatan penting seperti lampu depan, lampu belakang,
dan indikator dalam hal tabrakan berkecepatan rendah. Beberapa keunggulan
utama dari bemper berbahan komposit meliputi menyerap lebih banyak energi
saat tabrakan. Lebih mudah untuk mencapai profil aerodinamis yang mulus
untuk pengurangan drag. Ketahanan yang luar biasa terhadap korosi. Resistensi
impak yang tinggi, respon cepat terhadap teg angan yang diinduksi atau
dilepaskan dan pengurangan jumlah bagian dan biaya produksi.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
43
Gambar 3.2 Resin Epoxy
Anton Kurnaiwan (2018)
(a) (b)
Gambar 3.3 (a) Botol plastik PET atau PETE
(b) hasil pencacahan botol plastik
Sumber : Destya Sasmitha (2017)
44
c. Katalis
Katalis merupakan cairan yang berfungsi untuk mempercepat curing dalam
proses pembuatan komposit. Gambar 3.4 menunjukan katalis yang digunakan
Katalis akan ditambahkan ke dalam epoxy ketika akan dituangkan kecetakan.
45
3.4 Alat Penelitian
a. Neraca massa digital
Digunakan untuk penimbangan cacahan botol plastik dan resin epoxy yang
digunakan pada penelitian. Proses ini dilakukan di laboratorium Jurusan Teknik
Mesin Universitas Borneo Tarakan.
b. Cetakan spesimen
Untuk menghasilkan komposit yang sesuai dengan ukuran standar maka
perlu dibuat cetakan komposit dalam berbagai ukuran.
3.5 Pengamatan
Pada penelitian ini dilakukan beberapa pengujian mekanik dan karakterisasi
untuk diamati. Bertujuan untuk mengetahui komposit dengan variasi mana yang
memiliki hasil yang optimal. Sebelum dilakukan pengujian lebih komposit
dibentuk sesuai dengan standar pengujian. Instrument pengujian tersebut ialah:
3.5.1 Pengujian Kekerasan
Uji kekerasan adalah pengujian yang digunakan untuk mengetahui kekerasan
permukaan material. Pada metal uji kekerasan yang digunakan adalah Brinell,
Vikers dan Rockwell. Pada penelitian ini hardness test yang digunakan adalah tipe
shore D. uji kekerasan khusus untuk material polimer komposit. Gambar 3.8
menunjukan alat yang digunakan untuk uji kekerasan Shore D dengan satuan
Barcol.
48
DAFTAR PUSTAKA
Rampo, Yohanis (2020) Analysis of the Use of Fiber Material in Car : Manado
State University
Diana, Lohdy (2020) Analisis Kekuatan Tarik pada Material Komposit dengan
Serat Penguat Polimer : Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Budiyantoro, C.,2010, Thermoplastik dalam Industri, Teknika Media, Surakarta.
Campbell, F.C. 2010. Structural Composite Materials .ASM Internasional
Copyright.
Kurniawan, A., 2012, Mengenal Kode Kemasan Plastik yang Aman dan Tidak
http://ngeblogging.wordpress.com/2012/06/14/mengenal-
kodekemasanplastik-yang-aman-dan-tidak/, 2 Maret 2022
Macklin, B. 2008. Pengolahan limbah plastik dengan metode daur ulang (recyle).
http://onlinebuku.com [24-10-2009].
Rude, E.F., 2007, Evaluation of Coupling Mechanisms in Wood Plastic
Composite,. (Thesis), Department of Mechanical and Materials
Engineering., Washington State University.
Kirana, Astrit (2018) Variation Analysis Of Plastic Waste Composition Of
Polyethylene Terephthalate Waste, Polypropylene Waste, And Saw Dust
To Mechanical Properties And Physical Properties As Wood Plastic
Composite
: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Sujita, Sajuri Gunawan Hadi (2015) Pengaruh Penambahan Limbah Plastik Bekas
Terhadap Karakteristik Kekuatan Tarik Dan Kekuatan Bending Material
Polimer Komersil : Universitas Mataram NTB
Sirait, (2010) Kajian Potensi Pengembangan Material Komposit Polimer Dengan
Serat Alam Untuk Produk Otomotif : Teknik Mesin Universitas Jember
Anggun, Nandra Setiawan (2019) Pengaruh Variasi Arah Serat Limbah Ti
(Titanium) Sebagai Penguat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Pmc
(Polymer Matrix Composite) : Universitas Muhammadiyah Malang
Budi, Marhadi W (2019) Pengaruh Komposisi Serat Kaca Dan Serbuk Caco3
Terhadap Karakteristik Material Komposit Hybrid Bermatriks Poliester
Tak Jenuh : Institut Teknologi Sepuluh Nopember
49