Anda di halaman 1dari 30

PEMBUATAN PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI

UBI JALAR DENGAN PLASTICIZER GLISEROL

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Tengah Semester
mata kuliah Kimia Polimer

Oleh:
SILMIYANTI RAMLAN
E611811010

TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK TEDC BANDUNG
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.
Makalah ini ditujukkan untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Tengah
Semester (UTS). Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari sepenuhnya
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat saya harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi
untuk masa mendatang.

Bandung, 5 April 2020

Silmiyanti Ramlan

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3 Tujuan Pembahasan ............................................................. 3
1.4 Manfaat Pembahasan ........................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 5
2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................. 5
2.1.1 Plastik ......................................................................... 5
2.1.2 Plastik Biodegradable ................................................ 6
2.1.3 Pati Ubi Jalar .............................................................. 6
2.1.4 Pemlastis (Plasticizer) Gliserol .................................. 9
2.1.5 Kitosan ....................................................................... 11
2.1.6 Preparasi Plastik Biodegradable ................................ 12
2.1.7 Interkalasi Larutan ..................................................... 13
2.1.8 Karakteristik Plastik Biodegradable .......................... 14
2.1.9 Standar Untuk Plastik Biodegradable ........................ 15
2.2 Metodologi ........................................................................... 16
2.2.1 Alat dan Bahan ........................................................... 16
2.2.2 Prosedur Kerja ............................................................ 17
2.3 Parameter Pengamatan ......................................................... 20
2.3.1 Uji Daya Serap Air ..................................................... 20
2.3.2 Uji Biodegradasi ......................................................... 20
2.3.3 Uji Elongasi ................................................................ 20
2.3.4 Uji Kekuatan Tarik ..................................................... 21

iii
2.3.5 Uji Ketebalan Plasti Biodegradable ........................... 21
BAB III PENUTUP .............................................................................. 22
3.1 Kesimpulan ........................................................................... 22
3.2 Saran ..................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 24

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Penggunaan Plastik dibeberapa Negara ................... 2


Gambar 2.1 Amilosa .............................................................................. 7
Gambar 2.2 Amilopektin ........................................................................ 7
Gambar 2.3 Ubi jalar .............................................................................. 9
Gambar 2.4 Struktur Molekul Kitosan ................................................... 11
Gambar 2.5 Mekanisme Sederhana Kitosan dari Kitin .......................... 12
Gambar 2.6 Diagram Alir Pembuatan Pati Ubi Jalar ............................. 18
Gambar 2.7 Diagram Alir Pembuatan Plastik Biodegradable dari Pati Ubi jalar
................................................................................................................. 19

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kandungan pati pada beberapa bahan pangan ....................... 8


Tabel 2.2 Komposisi Amilosa dan Amilopektin .................................... 8
Tabel 2.3 Hasil Proyeksi Produksi Ubi Jalar Indonesia ......................... 9
Tabel 2.4 Kriteria, Ambang Batas dan Metode Uji/ Verifikasi Plastik
Biodegradable ........................................................................................ 15
Tabel 2.5 Sifat Mekanik Plastik Sesuai (SNI) ....................................... 15
Tabel 2.6 Penelitian-Penelitian Mengenai Plastik Biodegradable dari Pati
................................................................................................................. 16
Tabel 2.7 Alat yang digunakan pada Pembuatan Plastik Biodegradable
................................................................................................................. 16
Tabel 2.8 Bahan-bahan yang digunakan pada Pembuatan Plastik Biodegradable
................................................................................................................. 17

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plastik adalah bahan yang banyak sekali di gunakan dalam kehidupan
manusia. Plastik dapat di gunakan sebagai peralatan dalam kehidupan sehari-
hari yang bersifat relatif kuat, ringan, dan mempunyai harga yang murah.
Dalam bidang pertanian, plastik pun tidak ketinggalan mengambil peran seperti
untuk mulse, green house dan polybag sehingga terjadi peningkatan produksi
pertanian. Dalam kehidupan sehari-hari penggunaan plastik sebagai packaging
seperti botol, lunch box, kantong plastik dan berbagai jenis kemasan lainnya.
Plastik merupakan bahan yang relatif nondegradable sehingga pemanfaatan
plastik harus diperhatikan mengingat besarnya limbah yang dihasilkannya.
Plastik merupakan material baru yang secara luas dikembangkan dan digunakan
sejak abad ke-20 (Kyrikou, 2007).
Plastik yang digunakan saat ini merupakan polimer sintetis dari bahan baku
minyak bumi yang terbatas jumlahnya dan tidak dapat diperbaharui. Maka,
dibutuhkan adanya alternatif bahan plastik yang diperoleh dari bahan yang
mudah didapat dan tersedia di alam dalam jumlah besar dan murah tetapi
mampu menghasilkan produk dengan kekuatan yang sama yaitu bioplastik
(Martaningtiyas, 2004). Bioplastik adalah plastik atau polimer yang secara
alamiah dapat dengan mudah terdegradasi baik melalui serangan
mikroorganisme maupun oleh cuaca (kelembapan dan radiasi sinar matahari).
Bioplastik dapat diperoleh dengan cara pencampuran pati dengan selulosa,
gelatin dan jenis biopolimer lainnya yang dapat memperbaiki kekurangan dari
sifat plastik berbahan pati (Ban, 2006 dalam Ummah Al Nathiqoh). Pada
penelitian ini akan dipreparasi plastik biodegradable berbahan pati ubi jalar dan
plasticizer gliserol. Plastik berbahan pati ubi jalar, penguat kitosan dan
plasticizer gliserol diharapkan dapat memberikan dampak baik bagi lingkungan
dan mengurangi plastik sintetis.

1
2

Gambar 1.1 Grafik Penggunaan Plastik dibeberapa Negara


(kg/orang/tahun) (Sumber: Kyrikou, 2007)

Plastik biodegradable atau bioplastik dibuat dari biopolimer yang diperoleh


dari biomassa, seperti pati, selulosa dan protein. Di antara biopolimer tersebut,
pati banyak digunakan untuk pembuatan plastik biodegradable karena murah,
terbarukan dan mempunyai daya degradasi yang baik. Namun, plastik berbasis
pati juga menunjukkan beberapa keterbatasan, seperti kerapuhan, sensitivitas
tinggi terhadap kelembaban dan kekuatan mekanik yang buruk, dibandingkan
dengan plastik elastis yang dapat diolah yang terbuat dari polietilen densitas
tinggi (HDPE) atau polietilen densitas rendah (LDPE). Oleh karena itu,
modifikasi plastik berbasis pati telah dilakukan untuk meningkatkan kekuatan
fisik dan mekaniknya (Abdullah,dkk., 2019).
Penggunaan plasticizer adalah pendekatan yang paling sederhana dan paling
efektif untuk meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas plastik berbasis pati.
Plasticizer yang paling umum digunakan dalam pembuatan plastik
biodegradable adalah gliserol, sebuah molekul kecil tidak beracun yang dapat
mengurangi interaksi polimer dan meningkatkan jarak antar molekul dengan
mendapatkan akses ke rantai polimer melalui ikatan hidrogen dan akibatnya
meningkatkan daya regang pada plastik biodegradable.
Ubi jalar merupakan salah satu sumber pati yang dapat dengan mudah
ditemukan di zona tropis terutama di Indonesia. Ubi jalar mengandung 50-80%
3

pati secara kering dan pati ubi jalar terdiri dari 70-80% amilopektin bercabang
tinggi dan 20-30% amilosa linier dan sedikit bercabang.
Pada penelitian ini digunakan juga salah satu polimer alam yaitu kitosan.
Kitosan merupakan polimer alam turunan kitin yang dihasilkan dari kulit udang
yang tak terpakai. Kitosan disini berfungsi untuk memudahkan plastik
biodegradable tersebut terdegradasi oleh tanah, karena kitosan juga memiliki
sifat biodegradability dan anti bakteria yang baik. Hal ini, berdasarkan fungsi
anti bakteria yang dimiliki kitosan ketika terdegradasi, tidak menghasilkan
racun ke lingkungan.
Riset tentang plastik biodegradable telah dilakukan di berbagai negara,
termasuk di Indonesia. Salah satunya penelitian yang telah dilakukan oleh
Nuriyah, dkk.,2018 tentang karakteristik kuat tarik dan elongasi plastik
biodegradable berbahan pati ubi jalar cilembu dengan variasi jenis pemlastis
juga penelitian yang telah dilakukan oleh Hartatik, dkk.,2015 tentang pengaruh
komposisi kitosan terhadap sifat mekanik dan biodegradable bioplastik. Kedua
penelitian tersebut memberi kesimpulan bahwa dengan adanya plasticizer dan
kitosan akan menjadikan kualitas plastik biodegradable menjadi lebih baik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Penambahan Variasi Kitosan dan Plasticizer Gliserol pada
Karakteristik Plastik Biodegradable dari Pati Ubi Jalar”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik plastik biodegradable yang dihasilkan dengan
adanya penambahan kitosan dan plasticizer gliserol?
2. Berapa konsentrasi optimum kitosan dan plasticizer gliserol dalam
pembuatan plastik biodegradable dari pati ubi jalar?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
4

1. Mengetahui karakteristik plastik biodegradable yang dihasilkan dengan


adanya penambahan kitosan dan plasticizer gliserol.
2. Mengetahui konsentrasi optimum kitosan dan plasticizer gliserol dalam
pembuatan plastik biodegradable dari pati ubi jalar.

1.4 Manfaat Pembahasan


1. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk sosialisasi bahwa ubi jalar
dapat diolah menjadi barang yang bermanfaat selain sebagai makanan
pokok.
b. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk mengetahui karakteristik
plastik biodegradable yang dihasilkan dari ubi jalar dengan beberapa
variasi konsentrasi gliserol dan kitosan.
c. Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Bagi Masyarakat
a. Memberi alternatif bagi masyarakat untuk mengurangi sampah plastik
yang menumpuk karena proses penguraian yang lama.
b. Memberi nilai ekonomis dan daya guna terhadap ubi jalar.
3. Bagi Peneliti
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pembuatan
plastik biodegradable dengan memanfaatkan ubi jalar.
b. Dapat mensosialisasikan mengenai plastik biodegradable sebagai solusi
dari limbah plastik yang susah terurai.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Plastik
Secara sederhana, plastik didefinisikan sebagai material
polimer yang dapat dicetak atau diekstruksi menjadi bentuk yang
diinginkan, yang kemudian mengeras setelah didinginkan atau
diuapkan pelarutnya (Oxtoby, 2003). Istilah plastik didasarkan
pada sifat dan bahan yang berada dalam keadaan plastik atau
kenyal. Plastik merupakan polimer dengan struktur dan sifat rumit
yang disebabkan adanya jumlah atom pembentuk yang jauh lebih
besar daripada senyawa dengan berat atom lebih rendah. Pada
umumnya, suatu polimer dibangun oleh satuan struktur yang
tersusun berulang dan diikat oleh gaya tarik menarik yang kuat
yang disebut dengan ikatan kovalen. Gaya tarik menarik antar atom
dalam polimer adalah berupa ikatan hidrogen dan gaya Van der
Waals yang terkadang juga terdapat ikatan ion, ikatan koordinasi
dan ikatan hidrofobik (Stevens, 2001).
Plastik banyak digunakan dalam cakupan produk
polimerisasi sintetik atau semi-sintetik yang terbentuk dari
kondensasi organik atau penambahan polimer. Plastik dapat
dibentuk menjadi film atau serat sintetik. Berdasarkan kemampuan
adaptasi, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan,
memungkinkan plastik digunakan hampir di seluruh bidang
industri.
Secara umum plastik dibedakan menjadi dua, yaitu plastik
yang bersifat termoplastik dan plastik yang bersifat termoset.
Plastik yang bersifat termoplastik adalah plastik yang dapat di-
recycling, sedangkan plastik yang bersifat termoset adalah plastik

5
6

yang tidak dapat dibentuk lagi setelah mengalami pemanasan dan


pendinginan.
2.1.2 Plastik Biodegradable
Plastik biodegradable merupakan film kemasan yang terbuat
dari bahan yang dapat diperbarui, yang dapat diaur ulang dan dapat
dihancurkan secara alami. Plastik jenis ini mampu menggantikan
plastik sintesis yang umumnya bersifat tidak dapat didegradasi oleh
mikroorganisme di alam. Substitusi plastik sintesis yang
nondegradable oleh plastik biodegradable telah menjadi salah satu
jawaban atas masalah tersebut. Dalam kondisi dan waktu tertentu,
plastik biodegradable akan mengalami perubahan struktur kimia
akibat adanya pengaruh mikroorganisme seperti bakteri, alga,
jamur yang biasanya disebabkan oleh serangan kimia atas enzim
yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut sehingga
menyebabkan pemutusan rantai polimer (Griffin, 1994).
Plastik biodegradable dapat digunakan layaknya plastik
konvensional, namun setelah habis terpakai akan hancur akibat
aktivitas mikroorganisme menjadi hasil akhir berupa air dan gas
karbondioksida yang dibuang ke lingkungan, sehingga plastik ini
disebut sebagai plastik ramah lingkungan. Sebagai
implementasinya, di Jepang telah disepakati adanya penggunaan
plastik biodegradable yang diberi nama plastik hijau
(GURINPURA) (Pranamuda, 2001).
2.1.3 Pati Ubi Jalar
Pati merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman
terutama tanaman berklorofil. Bagi tanaman, pati merupakan
cadangan makanan yang terdapat pada biji, batang dan umbi
tanaman. Pati telah lama digunakan sebagai bahan makanan
maupun bahan tambahan dalam sediaan farmasi (Ben, 2014).
Secara alamiah pati merupakan campuran dari amilosa dan
amilopektin. Komposisi amilosa dan amilopektin berbeda - beda
7

pada tiap tumbuhan. Adanya perbedaan kadar amilosa dan


amilopektin menyebabkan sifat pati dari berbagai tumbuhan
berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) dan
memberikan warna biru tua pada tes iodin, sedangkan amilopektin
menyebabkan sifat lengket dan tidak menimbulkan reaksi pada tes
iodin. Amilosa terdiri dari D- glukosa yang terikat dengan ikatan
α-1,4-glikosidik sehingga molekulnya merupakan rantai terbuka.
Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian
besar mempunyai ikatan α-1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan
α1,6-glikosidik. Adanya ikatan α-1,6-glikosidik menyebabkan
molekul amilopektin memiliki cabang dan sebagian lagi ikatan α-
1,6-glikosidik. Adanya ikatan α-1,6-glikosidik menyebabkan
molekul amilopektin memiliki cabang (Wahyu, 2014).

Gambar 2.1 Amilosa


Sumber: Wahyu, 2014

Gambar 2.2 Amilopektin


Sumber: Wahyu, 2014
Pada saat ini banyak penelitian tentang plastik
biodegradable yang menggunakan pati sebagai matriksnya. Pada
penelitan kali ini digunakan pati ubi jalar, ubi jalar mengandung
8

90% pati dalam basis kering. Kadar amilosa yang terkandung


dalam pati ubi jalar adalah sebesar 8,5 – 37,4% dan amilopektin
sebesar 62,6 %. Dalam Tabel. 2.1 dapat dilihat kandungan pati dari
beberapa bahan pangan.
Tabel 2. 1 Kandungan pati pada beberapa bahan pangan

Sumber: Cui, 2005


Tabel 2. 2 Komposisi Amilosa dan Amilopektin

Sumber : Kusnandar, 2010


Ubi jalar (Ipomoea batatas (Soemartono, 1984)) merupakan
tanaman dikotil yang masuk dalam famili Convolvulaceae
(Onwueme, 1978). Menurut para ahli botani dan pertanian, daerah
asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan
Amerika Tengah. Daerah yang paling ideal untuk mengembangkan
ubi jalar adalah daerah bersuhu antara 21⁰C dan 27⁰C, yang
mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari, kelembapan udara (RH)
50-60%, dengan curah hujan 750-1500 mm/tahun. Ubi jalar dapat
tumbuh sepanjang tahun di dataran rendah sampai pegunungan
dengan ketinggian 1000 m (Soemartono,1984). Ubi jalar termasuk
tanaman yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap kondisi
lingkungan yang buruk seperti angin kencang dan musim kering
9

yang panjang, sehingga telah terbukti peranannya pada musim


paceklik dan bencana alam sebagai makanan alternatif. Tanaman
ini dapat ditanam sepanjang tahun dan memiliki daya adaptasi yang
luas dengan syarat kebutuhan airnya cukup pada awal
pertumbuhan. Dalam Tabel. 2.3 dapat dilihat hasil proyeksi
produksi ubi jalar Indonesia tahun 2014-2020.
Tabel 2. 3 Hasil Proyeksi Produksi Ubi Jalar Indonesia,
Tahun 2014-2020

Sumber: Pusdatin, 2016

Gambar 2. 3 Ubi jalar


Sumber : Lesmana, 2020
2.1.4 Pemlastis (Plasticizer) Gliserol
Pembuatan film pati memerlukan campuran bahan aditif
untuk mendapatkan sifat mekanis yang lunak, ulet dan kuat. Untuk
itu perlu ditambahkan suatu zat cair/padat agar meningkatkan sifat
plastisitasnya. Proses ini dikenal dengan plastisasi, sedang zat yang
10

ditambahkan disebut pemlastis. Di samping itu pemlastis dapat


pula meningkatkan elastisitas bahan, membuat lebih tahan beku
dan menurunkan suhu alir, sehingga pemlastis kadang-kadang
disebut juga dengan antibeku. Jelaslah bahwa plastisasi akan
mempengaruhi semua sifat fisik dan mekanisme film seperti
kekuatan tarik, elastisitas kekerasan, sifat listrik, dan suhu alir,
suhu transisi kaca, dll. (M. T, 2008).
Plasticizer didefinisikan sebagai bahan non volatile, bertitik
didih tinggi yang jika ditambahkan pada material lain dapat
Indonesia sifat fisik dari material tersebut. Penambahan plasticizer
dapat menurunkan kekuatan intermolekuler, meningkatkan
fleksibilitas dan menurunkan sifat barrier suatu film. Plasticizer
merupakan bahan organik dengan berat molekul rendah yang
ditambahkan ke dalam polimer yang bertujuan untuk mengurangi
kekakuan dan meningkatkan fleksibilitas dan ekstensibilitas
polimer tersebut. Plasticizer berfungsi untuk meningkatkan
fleksibilitas, elastisitas dan ekstensibilitas material,
menghindarkan material dari keretakan, serta meningkatkan
permeabilitas terhadap gas, uap air dan zat terlarut (Mujiarto,
2005).
Dalam pembuatan plastik biodegradable, gliserol
mempunyai peranan yang cukup penting. Gliserol merupakan salah
satu agen pemlastis yang sering digunakan. Hal ini karena gliserol
merupakan bahan yang murah, sumbernya mudah diperoleh, dapat
diperbaharui dan juga akrab dengan lingkungan karena mudah
didegradasi oleh alam. Pati yang merupakan polimer alam yang
tidak mahal dan terbarukan yang hadir dalam bentuk butiran tidak
dapat diproses menjadi material termoplastik karena kuatnya
ikatan hidrogen intermolekular dan intramolekular. Tetapi dengan
adanya air dan plasticizer, dalam hal ini gliserol, pati dapat diolah
11

menjadi polimer yang biodegradable yang biasa disebut


thermoplastic starch.
Gliserol umumnya digunakan sebagai material plastisasi
dalam proses pembuatan plastik yang bersifat degradable. Material
plastisasi umumnya merupakan molekul kecil yang larut dalam
struktur yang amorf diantara molekul- molekul polimer yang lebih
besar. Material plastisasi memacu proses pencetakan, dan
meningkatkan fleksibilitas produk. Diperlukan pencampuran
sempurna untuk memperoleh distribusi homogen (Zhong Q, 2008).
2.1.5 Kitosan
Kitosan merupakan senyawa turunan kitin yang telah
mengalami proses deasetilasi. Kitin adalah senyawa yang menjadi
penyusun kulit udang, kulit kepiting dan kulit crustacea lainnya
(Paniche, 1998). Kitosan merupakan biopolimer alami yang aman
dikonsumsi, mampu menyerap lemak dan biodegradable. Kitosan
memiliki banyak manfaat untuk bidang agrikultur, obatobatan,
lingkungan dan makanan. Namun untuk bidang obat-obatan dan
makanan pemanfaatan kitosan terbatas oleh berat molekulnya yang
tinggi yang menyebabkan rendahnya kelarutan kitosan di dalam
larutan (Ilyina, dkk., 2000).

Gambar 2.4 Struktur Molekul Kitosan


Sumber: Kumar, 2000
Kitosan dihasilkan dari kitin melalui proses deproteinisasi,
demineralisasi, penghilangan warna dan deasetilisasi. Untuk
beberapa dekade kitosan telah diterima secara luas sebagai bahan
baku dan teknik rangkaian pembawa untuk senyawa bioaktif
12

karena kitosan merupakan sejenis bahan yang biodegradasi,


bioserasi dan mempunyai sifat bioaktif (Kumar R, 2000). Proses
paling penting dari sintesis kitosan dari kitin adalah deasetilasi.
Deasetilasi merupakan proses penghilangan gugus
asetilglukosamin pada kitin dan digantikan oleh gugus NH2 pada
kitosan (Muzzarelli, 1977).

Gambar 2.5 Mekanisme Sederhana Kitosan dari Kitin


Sumber: Kumar, 2000
Variasi metode preparasi kitosan menghasilkan perbedaan pada
derajat deasetilasi, distribusi dari grup asetil, viskositas dan berat
molekul (Chen & Horng-Dar, 1996). Variasi ini memengaruhi
kelarutan dari kitosan dan aktivitas antimikroba dari berbagai sifat
lainnya. Kitosan komersil biasanya memiliki derajat deasetilasi
bervariasi antara 70% - 95% dan berat molekul bervariasi antara 50
– 2000 kDa (Rege, dkk., 1999).
Kitosan memiliki gugus amino dengan pKa 6.2-7,
merupakan zat basa (Kumar, 2000). Viskositas gel kitosan
meningkat dengan meningkatnya berat molekul atau jumlah
polimer. Penurunan Ph akan meningkatkan viskositas, viskositas
juga meningkat dengan meningkatnya derajat deasetilasi. Gel
kitosan terdegradasi secara berangsur-angsur, sebagaimana halnya
kitosan melarut (Zhang, dkk., 2004).
2.1.6 Preparasi Plastik Biodegradable
2.1.6.1 In Situ Intercalative Polymerization
Pada metode ini, polimer dibentuk diantara lapisan
dengan mengembangkan kumpulan lapisan dalam
monomer cair atau larutan monomer sehingga pembetukan
13

polimer dapat terjadi antara lembar yang terinterkalasi.


Pembentukan polimer (polimerisasi) dapat dimulai dengan
panas/radiasi/difusi (Zhao, 2008).
2.1.6.2 Melt Intercalation
Proses pembuatan bionanokomposit pada metode ini
tidak memerlukan penambahan pelarut. Silikat berlapis
dicampur dengan matriks polimer dalam molten state,
ikatan polimer akan bergerak perlahan-lahan ke dalam
ruang antar lapisannya (Ma, 2009). Proses penyebaran
ikatan polimer ke dalam galeri lapisan silikat menjadi
bagian penting pada proses melt intercalation (Li, dkk.,
2002).
Melt intercalation merupakan metode yang ramah
lingkungan karena tidak digunakannya pelarut organik
yang nantinya dapat menjadi limbah, sementara metode
eksfoliasi, polimerisasi insitu interkalatif dan interkalasi
larutan menggunakan pelarut tersebut. Selain itu, melt
intercalation juga kompatibel dengan proses industri seperti
pada injection molding. Pada melt intercalation, pembuatan
bionanokomposit dilakukan dengan tujuan untuk
menguatkan material, yaitu dengan cara memanaskan dan
mendinginkan material.
2.1.7 Interkalasi Larutan
Metode ini didasarkan pada pengembangan sistem pelarut
dimana biopolimer atau bio-prepolimer, seperti pati dan protein
terlarut dan nanofillers anorganik (biasanya silikat). Pertama,
silikat berlapis dikembangkan di dalam suatu pelarut seperti air,
kloroform, atau toluena. Kedua, ketika biopolimer dan larutan
nanopartikel yang mengembang dicampur, rantai polimer akan
terinterkalasi dan menggantikan pelarut dalam interlayer dari
silikat. Ketiga, setelah penghilangan pelarut, struktur yang telah
14

terinterkalasi akan tertinggal dan akan membentuk bio-


polimer/silikat berlapis bionanokomposit (Zhao, 2008).
2.1.8 Karakteristik Plastik Biodegradable
Keberhasilan suatu proses pembuatan plastik biodegradable
diukur dari karakteristik film yang dihasilkan. Karakteristik film
yang dapat diuji diantaranya adalah karakteristik mekanik,
permeabilitas dan nilai biodegradabilitas nya. Adapun pengertian
masing-masing karakteristik tersebut adalah:
1. Karakteristik Mekanik
Karakteristik mekanik suatu film kemasan diantaranya
yaitu: kuat tarik (tensile strength), persen pemanjangan
(elongation to break) dan elastisitas (elastic/young modulus).
Parameter-parameter tersebut dapat menjelaskan bagaimana
karakteristik mekanik plastik biodegradable yang berkaitan
dengan sruktur kimianya. Kuat tarik merupakan gaya tarik
maksimum yang dapat ditahan oleh film selama pengukuran
berlangsung. Sedangkan persen pemanjangan merupakan
perubahan panjang maksimum film sebelum terputus.
Adapun elastisitas yang merupakan ukuran dari kekuatan film
yang dihasilkan.
2. Uji Ketahanan Terhadap Air
Uji ketahanan air diperlukan untuk mengetahui sifat
plastik biodegradable yang dibuat apakah sudah mendekati
sifat plastik sintesis atau belum, karena kebanyakan
konsumen memilih plastik dengan sifat yang sesuai
keinginan, salah satunya adalah menginginkan plastik yang
tahan terhadap air.
3. Uji Biodegradasi
Biodegradasi merupakan perubahan senyawa kimia
menjadi komponen yang lebih sederhana melalui bantuan
mikroorganisme. Metode yang digunakan adalah metode soil
15

burial test, yaitu dengan metode penanaman sampel dalam


tanah.

2.1.9 Standar Untuk Plastik Biodegradable


Penggunaan kantong plastik biodegradable diharapkan
dapat mengurangi permasalahan lingkungan. Meninjau plastik
konvensional yang sangat sulit terdegredasi. Kriteria ambang
batas pada plastik biodegradable pun diterapkan oleh Badan
Standarisasi Nasional untuk menetapkan persyaratan lingkungan
yang harus dipenuhi sebagai produk yang ramah lingkungan.
Berikut ini data Standarisasi Nasional Indonesia pada plastik
biodegradable:
Tabel 2.4 Kriteria, Ambang Batas dan Metode Uji/
Verifikasi Plastik Biodegradable

Sumber : BSN, 2016


Tabel 2.5 Sifat Mekanik Plastik Sesuai (SNI)

Sumber : BSN, 2016


16

Tabel 2.6 Penelitian-Penelitian Mengenai Plastik


Biodegradable dari Pati

2.2 Metodologi
2.2.1 Alat dan Bahan
2.2.1.1 Alat
Tabel 2.7 Alat yang digunakan pada Pembuatan
Plastik Biodegradable
17

2.2.1.2 Bahan
Tabel 2.8 Bahan-bahan yang digunakan pada Pembuatan
Plastik Biodegradable

2.2.2 Prosedur Kerja


2.2.2.1 Pembuatan Pati Ubi Jalar
1. Ubi jalar sebanyak 1 kg dikupas, kemudian bagian daging ubi
jalar dicuci dan dibersihkan.
2. Ubi jalar yang telah dikupas dan dicuci bersih kemudian
dipotong agar memudahkan dalam proses penghalusan.
3. Setelah dilakukan pemotongan air ditambahkan dengan
perbandingan 1 Kg bahan : 1 Liter air, kemudian diblender.
4. Saring menggunakan kain saring sampai diperoleh ampas dan
cairan pati ubi jalar, lalu didiamkan hingga larutan mengendap.
5. Setelah mengendap cairan yang terdapat diatas endapan pati ubi
jalar dibuang.
6. Kemudian endapan pati ubi jalar dikeringkan dengan
menggunakan oven 100⁰C selama 1 jam.
18

Gambar 2.6 Diagram Alir Pembuatan Pati Ubi Jalar


2.2.2.2 Pembuatan Plastik Biodegradable
1. Pembuatan plastik biodegradable menggunakan
perbandingan pati dan kitosan (%w/v) yaitu 10:0; 10:2;
10:3; 10:4 dan ditambahkan variasi gliserol (0 ; 1 ml ; 3
ml ; 5 ml).
2. Pembuatan plastik biodegradable dilakukan dengan
menyiapkan 2 larutan yaitu larutan kitosan dan larutan
pati.
3. Pembuatan larutan kitosan dengan cara mencampurkan
larutan cuka (asam asetat) 1% sebanyak 30 ml
ditambahkan 0,9 gr kitosan selama ±15 menit dengan
suhu 100°C pada magnetic stirrer sampai diperoleh gel
kitosan.
19

4. Penyiapan larutan pati dengan cara mencampurkan


aquadest 50 ml ditambah 5 gr pati ubi jalar diaduk pada
magic stirrer selama 10 menit (suspensi pati).
5. Selanjutnya suspensi pati diaduk kembali dan
dipanaskan dengan suhu 80-90°C selama ±5 menit pada
magic stirrer sampai membentuk gel.
6. Gel kitosan dicampur dengan gel pati kemudian
dipanaskan sambil diaduk dengan suhu 80°C selama
±10 menit.
7. Kemudian dicetak dengan cawan petri.
8. Langkah selanjutnya dikeringkan dengan oven dengan
suhu 60⁰C selama 5 jam terbentuklah plastik
biodegradable pati ubi jalar.
9. Dilakukan perlakuan yang sama dengan variasi kitosan
dan gliserol yang berbeda.

Gambar 2.7 Diagram Alir Pembuatan Plastik


Biodegradable dari Pati Ubi jalar
20

2.3 Parameter Pengamatan


2.3.1 Uji Daya Serap Air
Plastik biodegradable dipotong dengan ukuran 1 cm x 1 cm
dan ditimbang dengan neraca analitik untuk mengetahui berat awal
plastik biodegradable, selanjutnya plastic biodegradable
dimasukkan ke dalam beaker glass 10 ml yang telah diisi aquadest
sebanyak 5 ml, kemudian didiamkan dalam suhu kamar dan setiap
waktu tertentu plastik biodegradable diambil dan ditiriskan
beberapa saat, lalu dilakukan penimbangan. Variasi waktu yang
dilakukan adalah 1 menit, 5 menit, 15 menit dan 30 menit. Langkah
tersebut dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh berat konstan
(Illing & MB, 2018).
2.3.2 Uji Biodegradasi
Sampel plastik biodegradable ditanam di dalam tanah
dengan kedalaman 15 cm dan dibiarkan selama 30 hari dengan
pengamatan setiap 7 hari. Sebelum plastik biodegradable ditanam,
ditimbang dan diukur terlebih dahulu sampel yang akan ditanam
tersebut. Sampel uji diambil dan dibersihkan dengan aquadest
kemudian direndam dengan alkohol 70% selama 5 menit dan
dikeringkan. Sampel ditimbang kembali menggunakan neraca
analitis. Perlakuan ini dilakukan untuk semua sampel yang diteliti.
2.3.3 Uji Elongasi
Sampel yang akan diuji dipotong sesuai standar yaitu 2 x 8
cm. Pengujian dilakukan dengan cara kedua ujung sampel dijepit.
Selanjutnya dicatat panjang awal sebelum penambahan beban.
Setelah dicatat film yang telah dijepit ditambahkan beban.
Selanjutnya dilakukan pengujian lembar berikutnya. Pengukuran
elongasi dilakukan dengan cara yang sama dengan pengujian kuat
tarik. Elongasi dinyatakan dalam persentase (Haryati, dkk., 2017).
21

2.3.4 Uji Kekuatan Tarik


Sampel yang akan diuji dipotong sesuai standar yaitu 2 x 8
cm. Pengujian dilakukan dengan cara kedua ujung sampel dijepit.
Selanjutnya dicatat panjang awal sebelum penambahan beban.
Setelah dicatat film yang telah dijepit ditambahkan beban.
Selanjutnya dilakukan pengujian lembar berikutnya (Haryati, dkk.,
2017).
2.3.5 Uji Ketebalan Plastik Biodegradable
Uji ketebalan plastik biodegradable dilakukan dengan cara
memotong film plastik biodegradable berukuran 2 cm x 1 cm. Uji
ketebalan dilakukan pada 4 tempat yang berbeda dari sampel plastik
biodegradable tersebut, menggunakan mikrometer yang memiliki
ketelitian 0,01 mm. Kemudian hasil pengukuran dirata-rata sebagai
hasil ketebalan film plastik biodegradable (Sutanti & Dewi, 2018).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sifat mekanik terbaik dari bioplastik dengan variasi konsentrasi
plasticizer gliserol diperoleh pada konsentrasi gliserol 0,5%, yaitu kuat tarik
19,23 MPa, sedangkan nilai elongasi terbaik diperoleh pada saat variasi gliserol
1,5 % yaitu 39,16%. Bioplastik pada saat variasi konsentrasi kitosan diperoleh
sifat mekanik terbaik yaitu nilai kuat terbaik pada saat konsentrasi kitosan 2%
yaitu 5,60 MPa, sedangkan nilai elongasi terbaik pada saat konsentrasi kitosan
1% yaitu 32,62%. Nilai elongasi bioplastik akan meningkat seiring
bertambahnya konsentrasi gliserol (0.5, 1 dan 1.5%), yaitu 0, 21,66% dan
39,16%, kemudian akan menurun seiring bertambahnya konsentrasi kitosan
(1%, 2% dan 3%) yaitu 32,62%, 16,60% dan 8,35%. Sedangkan nilai kuat tarik
sebaliknya pada saat penambahan konsentrasi gliserol nilai kuat tarik semakin
menurun yaitu 19,23 Mpa, 11,58 Mpa dan 8,83 Mpa, sedangkan pada saat
variasi kitosan semakin banyak kitosan yang ditambahkan nilai kuat tarik
meningkat dari 4,90 Mpa menjadi 5,60 Mpa tetapi pada saat konsentrasi
kitosan 3% nilai kuat tarik menurun menjadi 4,22 Mpa. Dari hasil uji
biodegradabilitas, tingkat biodegradabilitas bioplastik Pada variasi kitosan
lebih optimal jika dibandingkan dengan bioplastik pada variasi gliserol.
Biodegradabilitas bioplastik dengan variasi plasticizer gliserol mencapai 2,50
% dalam waktu 8 hari. Sedangkan bioplastik pada variasi konsentrasi kitosan
mempunyai biodegradabilitas 1,63% dalam waktu 8 hari.
3.2 Saran
Pengujian bioplastik yang baik sebaiknya menggunakan waktu lama
pengeringan sampel bioplastik yang sama. Misalnya, jika lama pengeringan
bioplastik selama 5 hari maka semua sampel bioplastik setelah 5 hari
pengeringan segera diuji sifat mekaniknya. Karena jika tidak langsung diuji
dan didiamkan dulu selama beberapa hari akan berpengaruh terhadap nilai

22
23

mekaniknya, kemudian untuk penelitian selanjutnya sebaiknya mengganti


penguat kitosan dengan bahan yang lain untuk menghasilkan bioplastik yang
mempunyai nilai mekanik yang optimal. Sebaiknya juga dicari cara untuk
menjernihkan warna bioplastik yang dihasilkan, dari berwarna kecoklatan
menjadi transparan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. H., Pudjiraharti, S., Karina, M., Putri, O. D., & Fauziyyah, R. H.
(2019). Fabrication and Characterization of Sweet Potato Starch-based Bioplastics
Plasticized with Glycerol. Journal of Biological Sciences, 57-64.
Ben, E. S., Zulianis, & Halim, A. (2014). Studi Awal Pemisahan Amilosa dan
Amilopektin Pati Singkong Dengan Fraksinasi Butanol-Air. Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi, 1-11.
Cui, S. W. (2005). Food Carbohidrates Chemistry, Physical Properties and
Aplications. New York: CRC Press.
Griffin, R. (1994). Technical Methode of Analyst. New York: Mc. Graw Hill.
Haryati, S., Rini, A. S., & Safitri, Y. (2017). Pemanfaatan Biji Durian Sebagai
Bahan Baku Plastik Biodegradable Dengan Plasticizer Giserol Dan Bahan Pengisi
CaCO3. Jurnal Teknik Kimia, 1-8.
Nuriyah, L., Saroja, G., Ghufron, M., Razanata, A., & Rosid, N. F. (2018).
Karakteristik Kuat Tarik dan Elongasi Bioplastik Berbahan Pati Ubi Jalar
Cilembu dengan Variasi Jenis Pemlastis. Natural B, Vol. 4, No. 4, 177-182.
Oxtoby, D. W. (2003). Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.
Pranamuda, H. (2001). Pengembangan Bahan Plastik Biodegradable Berbahan
Baku Pati Tropis. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Stevens, M. P. (2001). Kimia Polimer. Jakarta: Pradnya Paramita.
Soemartono. (1984). Ubi Jalar. Jakarta: CV Yasaguna.
Wahyu, M. K. (2014). Pemanfaatan Pati Singkong Sebagai Bahan Baku Edible
Film. Beswan Djarum, 1-31.
Zhao, R. (2008). Emerging Biodegradable materials: Starch- and Protein-based. J
Mater Sci, 43:3058–3071.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kitosan
https://www.ruparupa.com/blog/apa-sih-plastik-biodegradable/
Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, Edisi Spesial 2017

24

Anda mungkin juga menyukai