Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

GAYA VAN DER WAALS


(ORIENTASI, INDUKSI, DISPERSI)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Larutan dan
Elektrokimia Analitik

Dosen Pengampu:
Dr. Dra. Isana Supiah Yosephine Louise, M.Si.

Disusun Oleh:
Elfina Salsabila
NIM. 21328251036
Pendidikan Kimia B

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
GAYA VAN DER WAALS
(ORIENTASI, INDUKSI, DISPERSI)

Oleh:
Elfina Salsabila
Program Studi Magister Pendidikan Kimia
FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

PENDAHULUAN
Gaya antarmolekul adalah gaya aksi di antara molekul-molekul yang menimbulkan
tarikan antarmolekul dengan berbagai tingkat kekuatan. Pada suhu tertentu, kekuatan tarikan
antarmolekul menentukan wujud zat, yaitu gas, cair, atau padat. Partikel-partikel yang
umumnya ditemukan dalam kehidupan sehari-hari selalu berhubungan dengan molekul.
Molekul-molekul dalam fasa zat padat atau zat cair diikat oleh gaya tarik menarik antar
molekul. Sedangkan molekul dalam fasa gas pada suhu tinggi dan tekanan yang relatif rendah
benar-benar berdiri sendiri dan tidak mempunyai gaya tarik antarmolekul (Brady, 1990).
Kekuatan gaya antarmolekul lebih lemah dibandingkan ikatan kovalen maupun ikatan ion.
Ikatan kimia dan gaya antarmolekul memiliki perbedaan. Ikatan kimia merupakan gaya tarik
menarik di antara atom-atom yang berikatan, sedangkan gaya antarmolekul merupakan gaya
tarik menarik di antara molekul. Ada tiga jenis gaya antarmolekul, yaitu gaya dipol-dipol, gaya
London, dan ikatan hydrogen. Gaya dipol-dipol dan gaya London dapat dianggap sebagai satu
jenis gaya, yaitu gaya van der Waals.
Gaya Van der Waals (VDW) dianggap sebagai gaya yang unik karena mereka selalu
ada, seperti gaya gravitasi. Ini berbeda dengan jenis gaya antar atom lainnya, seperti gaya
kovalen dan gaya ionik, yang mungkin ada atau tidak ada tergantung pada sifat-sifatnya dari
atom-atom yang berinteraksi. Karena kekuatan gaya Van der Waals selalu hadir, mereka
memainkan peran dalam kumpulan fenomena penting dalam fisika, kimia, dan biologi
(misalnya tegangan permukaan, gesekan dan adhesi, kekuatan padatan, fisik adsorpsi, perilaku
gas nyata, dan sifat-sifat film tipis) (Israelachvili, 1974). Dalam fasa cair dan fasa padat
terdapat gaya van der Waals yang relatif jauh lebih besar dibanding gaya tarik dalam fasa gas.
Dalam fasa cair, gaya van der Waals menyebabkan molekul-molekul dapat mengelompokkan
atom atau molekul dalam susunan yang terlarut di dalam kristal molekulnya. Gaya van der
Waals terdiri dari tiga jenis gaya yaitu gaya orientasi, gaya induksi, dan gaya dispersi.
PEMBAHASAN
Definisi
Gaya Van Der Waals merupakan salah satu jenis gaya tarik menarik antarmolekul yang
lemah (Salirawati, et al., 2007). Gaya ini diusulkan pertama kali oleh Johannes Diderik Van
der Waals (23 November 1837 – 8 Maret 1923) pada awal abad ke-20. Beliau adalah seorang
ilmuwan Belanda yang terkenal atas penemuannya tentang persamaan gas cairan. Hasil
penelitiannya berhasil memenangkan Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1910 (Team
Kreatif, 2019).

Usulan nama gaya Van Der Waals muncul sehubungan dengan persamaan gas yang diusulkan
oleh van der Waals pada tahun 1873. Diketahui bahwa banyak gas tidak mengikuti persamaan
gas ideal. Oleh karena itu, Van der Waals mengajukan dua koreksi untuk persamaan gas ideal.
Yang pertama adalah pengurangan istilah volume, didasarkan pada fakta bahwa molekul
menempati volume itu sendiri. Yang kedua adalah peningkatan istilah tekanan, karena yang
diamati tekanan pada dinding bejana lebih kecil daripada tekanan sebenarnya di dalam
sebagian besar gas (Winterton, 1970).
Gaya van der Waals terjadi sebagai akibat adanya fluktuasi distribusi muatan listrik
dalam suatu molekul pada keadaan tertentu (Sulastri & Rahmayani, 2017). Gaya Van Der
Waals timbul dari gaya London dan gaya antardipol-dipol sehingga gaya ini dapat terjadi pada
molekul nonpolar maupun molekul polar. Konsep gaya tarik antar molekul ini digunakan untuk
menurunkan persamaan tentang zat-zat yang berada pada fase gas. Kejadian ini disebabkan
adanya gaya tarik-menarik antara inti atom dengan elektron atom lain yang disebut gaya tarik
menarik elektrostatis (gaya Coulomb). Umumnya terdapat pada senyawa polar. Untuk molekul
non polar, gaya Van der Waals timbul karena adanya dipol-dipol sesaat atau gaya London.
Gaya Van der Waals bekerja bila jarak antar-molekul sudah sangat dekat, tetapi tidak
melibatkan terjadinya pembentukan ikatan antar atom. Misalnya, pada suhu -160°C molekul
Cl2 akan mengkristal dalam lapisan tipis, dan gaya yang bekerja untuk menahan lapisan-lapisan
tersebut adalah gaya Van der Waals (Rasyid, 2020).
Jenis Gaya Van Der Waals
Paling sedikit terdapat tiga gaya antarmolekul yang berperan dalam terjadinya gaya
Van der Waals, yaitu gaya orientasi, gaya imbas, dan gaya dispersi (Camel & Billault, 2014;
Hasan, et al., 2017; Suyahni, 2019).
A. Gaya Orientasi
Gaya orientasi atau gaya dipol-dipol dikemukakan oleh Keesom pada tahun 1912
sehingga gaya orientasi disebut juga sebagai gaya Keesom. Gaya orientasi merupakan gaya
tarik menarik antar molekul polar dengan molekul polar. Jadi, pelarut polar (momen dipol
permanen µ1) akan berinteraksi dengan zat terlarut polar (momen dipol µ2). Molekul zat
terlarut cenderung mengorientasikan dirinya sendiri sehingga kedua momen dipol sejajar.

Molekul-molekul polar memiliki dua kutub muatan yang berlawanan. Oleh karena itu,
di antara molekul-molekulnya akan terjadi antaraksi yang disebabkan kedua kutub muatan
yang dimilikinya. Pada antaraksi dipol-dipol, ujung-ujung parsial positif suatu molekul
mengadakan tarikan dengan ujung-ujung parsial negatif dari molekul lain yang mengakibatkan
orientasi molekul-molekul sejajar. Bila molekul-molekul kovalen polar seperti HCl, aseton,
CH3OH, dan kloroform saling mendekati, maka terdapat kecenderungan ujung positif suatu
dipol menuju ke arah ujung negative mudah terbentuk sehingga gaya London akan semakin
kuat. Contohnya yaitu HF, H2O, dan NH3. Energi tarik-menarik dipol-dipol diberikan oleh
hubungan:

ε0 : permitivitas medium
r : jarak antara 2 dipol
T : suhu
Energi ini berorde 25 hingga 40 kJ/mol
B. Gaya Induksi
Gaya Induksi adalah gaya tarik menarik antar molekul polar dengan molekul nonpolar.
Gaya induksi dikemukakan oleh Debye pada tahun 1920 yang timbul karena adanya dipol yang
disebabkan oleh ion positif atau ion negative terhadap molekul netral. Interaksi ini terjadi
antara molekul polar dan molekul terpolarisasi.

Jadi, pelarut polar (momen dipol permanen µ1) akan berinteraksi dengan zat terlarut yang dapat
terpolarisasi (kemampuan terpolarisasi α). Molekul zat terlarut memperoleh momen dipol
(µdiinduksi = α. E) di bawah pengaruh medan listrik E yang diciptakan oleh molekul polar,
dan mengorientasikan dirinya sehingga kedua momen dipol sejajar. Energi tarik-menarik
diberikan oleh hubungan:

Energi ini berorde 8 sampai 25 kJ/mol.


C. Gaya Dispersi
Gaya dispersi adalah gaya tarik menarik antar molekul nonpolar dengan molekul
nonpolar. Gaya dispersi London dinamai oleh seorang fisikawan Jerman-Amerika yaitu
Fritz London sehingga gaya dispersi disebut juga sebagai gaya London. Gaya dispersi London
merupakan gaya yang paling lemah dari gaya van der Waals dan merupakan gaya yang
menyebabkan atom atau molekul nonpolar mengembun menjaid cairan atau padatan karena
suhu diturunkan. Meskipun lemah, dari tiga gaya van der Waals, gaya dispersi biasanya
dominan. Pengecualiannya adalah untuk molekul kecil yang mudah terpolarisasi (misalnya
air).
Pada dasarnya kekuatan gaya London dipengaruhi oleh mudah tidaknya awan electron
dalam molekul mengalami deformasi atau mudah tidaknya dipol sesaat dan dipol terimbas
terbentuk. Ada tiga faktor yang mempengaruhinya yaitu ukuran molekul, jumlah atom di dalam
molekul, dan bentuk molekul. Gaya London dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Jumlah electron
Senyawa-senyawa yang isostruktur, gaya Londonnya makin kuat dengan bertambahnya
jumlah electron. Semakin banyak jumlah electron dalam suatu molekul maka makin besar
ukuran molekulnya dan makin panjang ikatan pada molekulnya sehingga awan electron makin
lunak.
b. Massa molekul relatif
Semakin banyak jumlah electron dalam molekul, semakin besar pula massa molekulnya
(Mr). Apabila Massa molekul relatif semakin besar, molekul semakin mudah mengalami
polarisasi, sehingga gaya London semakin kuat.
c. Struktur molekul
Senyawa dengan Massa molekul relatif sama besar, molekul yang bentuknya panjang
akan lebih mudah mengalami polarisasi dibandingkan dengan molekul yang kecil, kompak dan
simetris (Sudono & Priharwantiningsih, 2021).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Van Der Waals
1. Ukuran molekul
Semakin besar ukuran dari suatu molekul, maka kekuatan gaya Van der Waals-nya juga
akan semakin besar.
2. Bentuk molekul
Molekul yang bentuknya sederhana akan memiliki gaya antar molekul yang lebih kuat
dibandingkan dengan molekul yang berbentuk rumit
3. Jumlah electron dalam atom atau molekul
Semakin banyak jumlah electron dalam atom atau molekul, semakin besar pula kekuatan
gaya Van der Waals. Hal ini disebabkan karena semakin besar ukuran molekul, makin besar
jumlah elektron sehingga makin jauh pula elektron terluar dari inti dan makin mudah awan
elektron terpolarisasi, serta makin besar gaya dispersi.
4. Kepolaran molekul
Karena Ikatan Van Der Waals muncul akibat adanya kepolaran, maka semakin kecil
kepolaran molekulnya maka gaya Van Der Waals juga akan makin kecil
5. Titik didih gas mulia
Interaksi van der Waals teramati pada gas mulia, yang amat stabil dan cenderung tak
berinteraksi. Hal ini menjelaskan sulitnya gas mulia untuk mengembun. Tetapi, makin
besar ukuran atom gas mulia (makin banyak elektronnya) makin mudah gas tersebut
berubah menjadi cairan. Titik didih meningkat sejalan dengan menurunnya posisi unsur
pada golongan, kenaikan jumlah elektron, dan juga jari-jari atom. Lebih banyak elektron
yang dimiliki memungkinkan dipol sementara terbesar dan gaya dispersi paling besar.
KESIMPULAN
Gaya Van Der Waals merupakan salah satu jenis gaya tarik menarik antarmolekul yang
lemah yang pertama kali diusulkan oleh Johannes Diderik Van der Waals pada awal abad ke-
20. Gaya Van Der Waals timbul dari gaya London dan gaya antardipol-dipol sehingga gaya ini
dapat terjadi pada molekul nonpolar maupun molekul polar. Gaya van der Waals terdiri dari
tiga jenis gaya yaitu gaya orientasi (Keesom), gaya induksi (Debye), dan gaya dispersi
(London). Gaya orientasi merupakan gaya tarik menarik antar molekul polar dengan molekul
polar. Gaya Induksi adalah gaya tarik menarik antar molekul polar dengan molekul nonpolar.
Gaya dispersi adalah gaya tarik menarik antar molekul nonpolar dengan molekul nonpolar.

REFERENSI

Brady, J. E., 1990. General Chemistry. 5th edition ed. New York: John Wiley And Sons.
Camel, V. & Billault, I., 2014. Chimactivit. [Online] Available at:
http://chimactiv.agroparistech.fr [Accessed 12 Februari 2022].
Hasan, M., Fitri, Z. & Rahmayani, R. F. I., 2017. Buku Ajar Ikatan Kimia. Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press.
Israelachvili, J. N., 1974. The Nature of Van der Waals Forces. Contemporary Physics, 15(2),
pp. 159-178.
Rasyid, M. F., 2020. Interaksi Antar Molekul Kimia Kelas X. In: Modul Pembelajaran SMA
Kimia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pp. 8-10.
Salirawati, D., Meilina, F. & Suprihatiningrum, J., 2007. Belajar Kimia Secara Menarik untuk
SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Grasindo.
Sulastri & Rahmayani, R. F. I., 2017. Buku Ajar Kimia Dasar 1. 1 ed. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.
Suyahni, E., 2019. Bank Soal CMS (Cepat Menguasai Soal) Kimia SMA/MA Kelas X, XI, XII.
Jakarta: Bumi Aksara.
Team Kreatif, 2019. Cara Cepat Menguasai Kimia SMA/MA. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Winterton, R. H. S., 1970. Van der Waals Forces. Contemporary Physics, 11(6), pp. 559-574.

Anda mungkin juga menyukai