Anda di halaman 1dari 4

Nama : MHD.

Iqbal Ronemi

NIM : 042363217

Kode/Nama MK : ADPU4335/Administrasi Pertanahan

Tugas :2

Jawaban :

1. Saudara diminta untuk menemukan hak apa yang pernah berlaku pada hukum adat,
menganalisis hubungan yang dapat membuat persekutuan mendapat hak atas tanah dan
sebutkan hal yang menguntungkan serta merugikan pada hukum ada yang dipengaruhi
kekuasaan kerajaan

A. Hak ha katas tanah dalam hukum adat sebelum berlakunya UUPA

Sebelum berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), terdapat hak-hak atas


tanah berdasarkan hukum adat. Beberapa hak yang pernah berlaku dalam hukum adat
adalah sebagai berikut:

1. Hak Guna Usaha (HGU): Hak ini memberikan izin kepada persekutuan untuk
menggunakan dan mengelola tanah untuk kegiatan pertanian atau usaha lainnya.
Hak ini dapat diberikan oleh pemimpin adat atau kepala suku kepada anggota
masyarakat yang memenuhi syarat.
2. Hak Guna Bangunan (HGB): Hak ini memberikan izin kepada persekutuan untuk
memiliki dan membangun bangunan di atas tanah yang bukan miliknya. Hak ini
biasanya diberikan oleh pemimpin adat atau kepala suku kepada anggota
masyarakat yang memenuhi syarat.
3. Hak Pakai: Hak ini memberikan izin kepada persekutuan untuk menggunakan
tanah untuk keperluan tertentu, seperti tempat tinggal atau kegiatan adat lainnya.
Hak ini biasanya diberikan oleh pemimpin adat atau kepala suku kepada anggota
masyarakat yang memenuhi syarat.

B. Hubungan yang dapat membuat persekutuan mendapat ha katas tanah

Dalam hukum adat, terdapat beberapa hubungan yang dapat membuat


persekutuan mendapatkan hak atas tanah, antara lain:

1. Ikatan kekerabatan: Hubungan kekerabatan antara anggota persekutuan dapat


menjadi dasar untuk mendapatkan hak atas tanah. Misalnya, anggota keluarga
atau keturunan dari pemilik tanah dapat memiliki hak atas tanah tersebut.
2. Ikatan adat: Adat atau tradisi yang berlaku dalam suatu masyarakat dapat menjadi
dasar untuk mendapatkan hak atas tanah. Misalnya, adat yang mengatur
pemberian hak atas tanah kepada anggota persekutuan berdasarkan keikutsertaan
dalam upacara adat atau pengabdian kepada masyarakat.
3. Ikatan keanggotaan: Keanggotaan dalam suatu persekutuan atau komunitas dapat
menjadi dasar untuk mendapatkan hak atas tanah. Misalnya, anggota suatu suku
atau komunitas tertentu dapat memiliki hak atas tanah yang digunakan oleh
komunitas tersebut.

C. Hal yang menguntungkan dan merugikan pada hukum adat yang dipengaruhi
kekuasaan kerajaan.

Pada hukum adat yang dipengaruhi oleh kekuasaan kerajaan, terdapat hal-hal
yang dapat memberikan keuntungan atau merugikan masyarakat, antara lain:

1. Menguntungkan: Kekuasaan kerajaan dapat memberikan perlindungan terhadap


hak-hak atas tanah masyarakat. Kerajaan dapat mengatur dan menegakkan aturan-
aturan yang melindungi hak-hak masyarakat terkait tanah, sehingga masyarakat
merasa aman dan terjamin dalam memiliki dan menggunakan tanah mereka.
2. Merugikan: Kekuasaan kerajaan juga dapat menyalahgunakan kekuasaannya
dalam mengatur hak-hak atas tanah. Misalnya, kerajaan dapat memberikan hak
atas tanah kepada pihak-pihak tertentu yang memiliki hubungan dekat dengan
kerajaan, sementara masyarakat lainnya tidak mendapatkan hak yang sama. Hal
ini dapat menyebabkan ketidakadilan dalam distribusi hak atas tanah dan
merugikan masyarakat yang tidak mendapatkan hak yang seharusnya mereka
miliki.

Dalam konteks ini, pemahaman tentang hak-hak atas tanah sebelum berlakunya
UUPA masih penting untuk memahami konversi hak-hak atas tanah Barat menjadi
hak-hak atas tanah menurut UUPA.

2. Dari uraian diatas silahkan saudara analisis apakah anto perlu membayar uang tebusan?
Apabila iya silahkan anda hitung berapa uang tebusan yang harus di bayar anto untuk
mendapatkan kembali tanah yang dia gadai ?

: Dalam kasus ini, Anto ingin mengambil kembali tanah yang telah digadaikan
kepada Cindy. Untuk menentukan apakah Anto perlu membayar uang tebusan, kita perlu
mempertimbangkan beberapa faktor:

1. Jangka Waktu Penggadaian: Dalam kasus ini, telah berlalu 5,5 tahun sejak
penggadaian dilaksanakan.
2. Perjanjian Gadai: Perlu diperiksa apakah perjanjian gadai antara Anto dan Cindy
mencakup klausul tentang pengembalian tanah sebelum jangka waktu gadai berakhir.
Jika tidak ada klausul semacam itu, Anto mungkin perlu membayar uang tebusan.
3. Nilai Uang Gadai: Tanah Anto telah digadaikan dengan uang gadai sebesar Rp.
500.000.000.

Jika perjanjian gadai tidak mencakup klausul pengembalian sebelum jangka


waktu berakhir, maka Anto perlu membayar uang tebusan kepada Cindy untuk
mendapatkan kembali tanahnya. Uang tebusan ini biasanya mencakup jumlah uang gadai
awal ditambah dengan bunga atau biaya tambahan yang disepakati.

Namun, tanpa informasi lebih lanjut tentang perjanjian gadai dan persyaratan
yang disepakati, tidak mungkin memberikan perhitungan yang akurat tentang uang
tebusan yang harus dibayar oleh Anto. Disarankan agar Anto mengacu pada perjanjian
gadai yang ada atau berkonsultasi dengan ahli hukum untuk mendapatkan informasi yang
lebih spesifik dan akurat mengenai kewajiban pembayaran uang tebusan.

3. Dari uraian diatas saudara diminta untuk menganalisis mengapa di butuhkannya Yayasan
dana landreform dalam penyelenggaraan kebijakan ini. Dan bagaimana cara melalui apa
pemerintah membiayai landreform setelah Yayasan landreform dibekukan.

: Yayasan dana landreform dalam penyelenggara kebijakan landrefrom

1. Sumber Pendanaan: Yayasan Dana Landreform berfungsi sebagai sumber pendanaan


untuk kegiatan landreform. Melalui yayasan ini, pemerintah dapat mengumpulkan
dana dari berbagai sumber, seperti anggaran pemerintah, sumbangan masyarakat, dan
bantuan internasional. Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk membiayai
berbagai kegiatan landreform, seperti pembelian dan redistribusi tanah, pembangunan
infrastruktur, dan pelatihan bagi petani.
2. Pengelolaan Dana: Yayasan Dana Landreform bertanggung jawab dalam mengelola
dan mengalokasikan dana yang terkumpul secara efektif dan efisien. Mereka
melakukan evaluasi terhadap proposal-proposal proyek landreform yang diajukan
oleh pemerintah daerah atau lembaga terkait. Setelah melalui proses seleksi, yayasan
akan menentukan proyek mana yang akan mendapatkan pendanaan.
3. Transparansi dan Akuntabilitas: Yayasan Dana Landreform juga bertugas untuk
memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan dana landreform.
Mereka melakukan pemantauan terhadap penggunaan dana dan melaporkan hasilnya
kepada publik. Hal ini penting untuk memastikan bahwa dana yang terkumpul
digunakan dengan tepat dan sesuai dengan tujuan landreform.

Pembiayaan landrefrom setelah landrefrom dibekukan

Setelah Yayasan Dana Landreform dibekukan, pemerintah perlu mencari alternatif


pembiayaan untuk melanjutkan pelaksanaan kebijakan landreform. Berikut adalah
beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah:

1. Anggaran Pemerintah: Pemerintah dapat mengalokasikan anggaran dari APBN


(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) untuk membiayai kegiatan landreform.
Anggaran ini dapat digunakan untuk pembelian dan redistribusi tanah, pembangunan
infrastruktur, dan program-program pendukung lainnya.
2. Kerjasama dengan Lembaga Keuangan: Pemerintah dapat menjalin kerjasama
dengan lembaga keuangan, seperti bank atau lembaga pembiayaan lainnya, untuk
mendapatkan dana tambahan. Melalui kerjasama ini, pemerintah dapat mengakses
sumber pembiayaan yang lebih besar untuk mendukung pelaksanaan landreform.
3. Bantuan Internasional: Pemerintah dapat mencari bantuan dari lembaga
internasional atau negara lain yang memiliki program atau dana untuk mendukung
landreform. Bantuan ini dapat berupa dana, teknis, atau pengetahuan yang dapat
membantu dalam pelaksanaan kebijakan landreform.

Pemerintah perlu mempertimbangkan berbagai faktor, seperti ketersediaan


sumber daya dan kebijakan fiskal, dalam menentukan cara pembiayaan yang paling
efektif dan berkelanjutan untuk melanjutkan landreform setelah Yayasan Dana
Landreform dibekukan.

4. Uraian atas menyatakan bahwa ” tanah pertanian harus dikerjakan secara aktif oleh pemiliknya
” silahkan saudara analisis apakah ada pengecualian dapat dikerjakan oleh orang lain
berdasarakan peraturan perundang undangan yang berlaku beserta penjelasannya

: Pasal 10 yang termuat dalam PP No. 224 Tahun 1961 dan Nomor 41 Tahun 1964
menyatakan bahwa tanah pertanian harus dikerjakan secara aktif oleh pemiliknya. Namun,
terdapat pengecualian yang memungkinkan orang lain untuk mengerjakan tanah pertanian
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengecualian tersebut diatur dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 224 Tahun
1961 dan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1964. Dalam ketentuan ini, pemilik
tanah pertanian yang bertempat tinggal di luar kecamatan tempat letak tanahnya dilarang
memiliki tanah pertanian. Namun, pengecualian diberikan kepada pemilik yang
bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan tempat letak tanah
yang bersangkutan.

Pengecualian ini berlaku jika jarak antara tempat tinggal pemilik dan tanahnya
masih memungkinkan untuk mengerjakan tanah tersebut secara efisien. Penentuan
apakah jarak tersebut masih memungkinkan untuk efisiensi kerja tanah dilakukan oleh
Panitia Landreform Kabupaten.

Dengan demikian, meskipun prinsipnya tanah pertanian harus dikerjakan secara


aktif oleh pemiliknya, terdapat pengecualian yang memungkinkan orang lain untuk
mengerjakan tanah tersebut jika pemiliknya memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai