Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATAKULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD BUQRAH RIFKY

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 053442992

Kode/Nama MK : ADPU4335/Administrasi Pertanahan

Kode/Nama UT Daerah : 50/ UT SAMARINDA

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TERBUKA
1
Sebelum berlakunya UUPA terdapat dua kelompok hak-hak atas tanah. Pertama adalah
hak-hak atas tanah yang tunduk pada hukum Barat dan kedua, hak-hak atas tanah
berdasarkan pada hukum adat. Walaupun sekarang sudah tidak berlaku lagi, pemahaman
hak-hak atas tanah sebelum berlakunya UUPA kadang-kadang masih perlu, berhubung
dengan pengetahuan tentang konversi hak-hak atas tanah Barat menjadi hak-hak atas
tanah menurut UUPA.
Soal.
Silahkan saudara telaah lebih dalam hak apa saja yang di akui dalam hukum barat
beserta penjelasan singkat dari masing – masing hak.
Jawaban:
Sebelum berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) tahun 1960, hak-hak atas
tanah di Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok: hak-hak atas tanah yang
berdasarkan pada hukum Barat dan hak-hak atas tanah yang berdasarkan pada hukum adat.
Hak-hak Atas Tanah Berdasarkan Hukum Barat. Hak-hak atas tanah yang berdasarkan
pada hukum Barat di Indonesia sebelum UUPA termasuk:
Hak Milik: Hak milik adalah hak yang memberikan pemilik tanah kekuasaan penuh atas
tanah, termasuk hak untuk mengusahakan, mengelola, dan menguasai tanah.
Hak Guna Usaha (HGU): Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah untuk
tujuan tertentu, seperti pertanian, perkebunan, atau industri.
Hak Guna Bangunan (HGB): Hak Guna Bangunan adalah hak untuk membangun struktur
atau bangunan di atas tanah, seperti rumah, gedung, atau infrastruktur.
Hak Pakai: Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan tanah untuk tujuan tertentu, seperti
pertanian, perkebunan, atau lain-lain, tanpa memiliki hak milik atas tanah.
Hak Sewa: Hak Sewa adalah hak untuk menyewakan tanah kepada pihak lain untuk tujuan
tertentu, seperti pertanian, perkebunan, atau lain-lain.
Hak Membuka Tanah: Hak Membuka Tanah adalah hak untuk membuka dan mengolah
tanah untuk tujuan pertanian, perkebunan, atau lain-lain.
Hak Memungut Hasil Hutan: Hak Memungut Hasil Hutan adalah hak untuk
mengumpulkan hasil hutan, seperti kayu, rotan, atau lain-lain, dari tanah yang dimiliki atau
diusahakan.
Hak-hak Atas Tanah Berdasarkan Hukum Adat
Hak-hak atas tanah yang berdasarkan pada hukum adat di Indonesia sebelum UUPA
termasuk:
Hak Ulayat: Hak Ulayat adalah hak yang diberikan kepada masyarakat adat untuk
menggunakan dan menguasai tanah secara tradisional, berdasarkan adat istiadat dan
kebiasaan masyarakat setempat.
Hak Adat: Hak Adat adalah hak yang diberikan kepada masyarakat adat untuk
menggunakan dan menguasai tanah berdasarkan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat
setempat.
Walaupun hak-hak atas tanah berdasarkan hukum Barat dan hukum adat sebelum UUPA
tidak lagi berlaku, pemahaman tentang hak-hak tersebut masih penting untuk memahami
konversi hak-hak atas tanah Barat menjadi hak-hak atas tanah menurut UUPA.
2
Anto adalah pemilih lahan pertanian dengan luas mencapai 900 hektar, tanah Anto telah
di gadaikan kepada cindy dengan uang gadai sebesar Rp.800.000.000, saat ini sudah 7
tahun sejak penggadaian dilaksanakan, karena sesuatu hal yaitu hasil pertanian yang
sudah dipanen, anto ingin meminta kembali tanah yang telah dia gadaikan.
Soal
Dari uraian diatas silahkan saudara analisis apakah anto perlu membayar uang tebusan ?
berikan alasannya. Apabila menjawab iya sebutkan berapa uang tebusan yang harus
dibayar anto untuk mendapatkan tanah yang digadai.
Jawaban :
Analisis Pengembalian Tanah yang Digadaikan
Berdasarkan informasi yang diberikan, Anto perlu membayar uang tebusan untuk
mendapatkan kembali tanah yang telah digadaikan. Hal ini disebabkan oleh adanya masa
penggadaian yang telah berlangsung selama 7 tahun.
Alasan Perlu Membayar Uang Tebusan
Anto perlu membayar uang tebusan karena telah melebihi masa penggadaian yang telah
ditentukan. Dalam hal ini, uang tebusan akan mencakup jumlah uang gadai awal ditambah
dengan bunga atau biaya tambahan yang mungkin telah disepakati dalam perjanjian gadai.
Perhitungan Uang Tebusan
Untuk menghitung uang tebusan yang harus dibayar oleh Anto, kita perlu menambahkan
bunga atau biaya tambahan yang mungkin telah disepakati dalam perjanjian gadai. Tanpa
informasi tambahan mengenai tingkat bunga atau biaya tambahan, perhitungan uang
tebusan secara spesifik tidak dapat dilakukan.
Dengan demikian, Anto perlu membayar uang tebusan yang mencakup uang gadai awal
ditambah dengan bunga atau biaya tambahan yang telah disepakati dalam perjanjian gadai.

3 Penyelenggaraan landreform dianggap bukan hanya tugas Departemen Agraria saja,


melainkan menyangkut pula bidang berbagai instansi lain. Pelaksanaannya pun
memerlukan ikut sertanya masyarakat, khususnya dari kalangan tani. Oleh karena itu,
perlu adanya koordinasi, yang diwujudkan dalam bentuk Panitia-panitia Landreform
mulai dari tingkat Pusat sampai Desa Selain Departemen Agraria aparatur landreform
yang pernah ada dalam penyelenggaraan landreform adalah:
1. Panitia Landreform;
2. Yayasan Dana Landreform; dan
3. Pengadilan Landreform.

Soal
Dari uraian diatas saudara diminta untuk menganalisis mengapa di butuhkannya
Pengadilan Landreform dalam implementasi kebijakan ini, mengapa pengadilan
landreform dihapuskan ? dan apa yang mengganti fungsi dari pengadilan landreform ?
Jawaban :
Mengapa Dibutuhkan Pengadilan Landreform dalam Implementasi Kebijakan Ini?
Pengadilan Landreform diperlukan dalam implementasi kebijakan landreform untuk
menyelesaikan sengketa tanah, menegakkan hak-hak tani, dan memastikan perlindungan
hukum bagi para pemilik tanah. Pengadilan ini memainkan peran penting dalam
menyelesaikan konflik terkait kepemilikan tanah dan memberikan kepastian hukum bagi
para pemilik tanah.
Mengapa Pengadilan Landreform Dihapuskan?
Pengadilan Landreform mungkin dihapuskan karena adanya reformasi hukum atau
restrukturisasi lembaga peradilan. Alasan lainnya mungkin termasuk efisiensi birokrasi
atau perubahan kebijakan pemerintah terkait penyelesaian sengketa tanah.
Apa yang Mengganti Fungsi dari Pengadilan Landreform?
Fungsi pengadilan landreform mungkin digantikan oleh lembaga peradilan umum atau
lembaga penyelesaian sengketa alternatif yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu,
peran advokasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau lembaga perlindungan hak
asasi manusia juga dapat mengambil peran dalam menegakkan hak-hak tani dan
menyelesaikan sengketa tanah.

4
Sebagai penjabaran dari ketentuan Pasal 18 UUPA maka dibuatlah suatu undang-
undang yang mengatur tentang pelaksanaan pencabutan hak atastanah yakni UU No. 20
Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada di
atasnya, yang mulai berlaku tanggal 26 September 1961. Dengan berlakunya UU ini
sekaligus mengakhiri berlakunya peraturan warisan kolonial tentang pencabutan hak
atas tanah yaitu Onteigeningsordonnantie (Stb. 1920-574). Ordonansi tersebut telah
beberapa kali diubah dan ditambah yang terakhir dengan Stb. 1947-96, dengan maksud
untuk menyesuaikan perubahan keadaan dan keperluan. Tetapi biarpun demikian,
peraturan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan keperluan dewasa ini. Peraturan
tersebut disusun atas dasar pengertian hak eigendom, yaitu hak milik perseorangan yang
tertinggi menurut hukum Barat, yang sifatnya mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Oleh karena itu,Onteigeningsordonnantie memuat ketentuan-ketentuan yang memberi
perlindungan yang berlebihan atas hak-hak perseorangan.
Soal :
Berdasarkan uraian di atas diketahui adanya Onteigeningsordonnantie , untuk itu saudara
di minta untuk menganalisis aspek yang berbeda antara UU No. 20 Tahun 1961 dengan
Onteigeningsordonnantie.
Jawaban :
Perbandingan UU No. 20 Tahun 1961 dengan Onteigeningsordonnantie
Aspek UU No. 20 Tahun 1961 Onteigeningsordonnantie
Tujuan Mengatur pencabutan hak atas tanah Mengatur pencabutan hak
dan benda di atasnya atas tanah sesuai dengan
hukum Barat
Berlaku Mulai berlaku sejak 26 September Berlaku sebelum UU No.
1961 20 Tahun 1961
Ketentuan Mengakhiri berlakunya peraturan Memuat ketentuan yang
warisan kolonial memberi perlindungan
berlebihan atas hak
perseorangan
Sesuaian Sesuai dengan keperluan dewasa ini Tidak sesuai lagi dengan
keperluan dewasa ini
Dari perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa UU No. 20 Tahun 1961 lebih sesuai
dengan kebutuhan zaman modern dan memberikan perlindungan yang lebih seimbang
terhadap hak-hak perseorangan dibandingkan dengan Onteigeningsordonnantie.

sumber :
https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/download/88/pdf

Anda mungkin juga menyukai