Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN TUGAS MATAKULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : GUSTRIYANSYAH SAPUTRA


Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 049475707
Kode/Nama MK : HKUM4103/Filsafat Hukum Dan Etika Profesi
Kode/Nama UT Daerah : 50/ UT SAMARINDA
Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS TERBUKA
1
Artikel
“Saya sebagai Jaksa Agung tidak membutuhkan jaksa yang pintar, tetapi tak
bermoral. Saya juga tidak butuh jaksa yang cerdas, tetapi tidak berintegritas. Yang
saya butuhkan jaksa yang pintar dan berintegritas.”
Dalam sidang Pengukuhan Guru Besar Tidak Tetap itu, Prof. Dr. ST Burhanuddin
menyampaikan pidato orasi ilmiah berjudul "Hukum Berdasarkan Hati Nurani,
Sebuah Kebijakan Penegakan Hukum Berdasarkan Keadilan Restoratif”. Dia
mengatakan setiap manusia memiliki dan mampu menggunakan hati nuraninya
sebagai anugerah dan cerminan dari sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang.
“Saya tidak menghendaki jaksa melakukan penuntutan asal-asalan tanpa melihat
rasa keadilan di masyarakat. Ingat, rasa keadilan tidak ada dalam text book, tetapi
ada dalam hati nurani. Saya ingin menekankan sekali lagi agar kita semua
menggunakan hati nurani. Hukum berdasarkan hati nurani akan dapat mencapai dan
mewujudkan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum secara bersamaan tanpa
ada penegasian," kata Burhanuddin dalam orasinya.
Ia menegaskan kebijakan penegakan hukum berdasarkan keadilan restoratif
hakikatnya menghadirkan tujuan hukum yang memberi kepastian, keadilan,
kemanfaatan di masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan hukum itu diperlukan hati
nurani. “Penegakan hukum yang mengedepankan aspek hati nurani, sejatinya
memiliki nilai kekuatan filosofis bagi para civitas akademika untuk selalu
menghasilkan ide, gagasan, dan karya dengan senantiasa mempertimbangkan nilai-
nilai kemanusiaan,” paparnya.
Burhanuddin melihat hukum saat ini masih mengedepankan aspek kepastian hukum
yang bersifat legalistik formal daripada keadilan hukum yang lebih substansial bagi
masyarakat. Bahkan, sebagian besar kalangan masih memandang jika hukum
bagaikan pisau yang tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas.
Sumber : https://www.hukumonline.com
Pertanyaan
Berdasarkan artikel diatas, menurut anda bagaimanakah menjadi profesi hukum
yang berintegritas sehingga melahirkan produk hukum yang memenuhi rasa
keadilan? Jelaskan analisis anda!
Jawaban :
Dalam artikel tersebut, terdapat beberapa poin yang dapat menjadi panduan untuk
menjadi profesi hukum yang berintegritas sehingga melahirkan produk hukum yang
memenuhi rasa keadilan. Berikut adalah analisisnya:
1) Pendidikan dan Pengetahuan Hukum yang Mendalam: Seorang profesional
hukum harus memiliki pengetahuan yang kuat tentang hukum dan pemahaman
yang mendalam tentang prinsip-prinsip keadilan. Hal ini dapat dicapai melalui
pendidikan yang baik dan terus-menerus meningkatkan pemahaman tentang
hukum.
2) Moralitas dan Etika: Profesi hukum harus didasarkan pada moralitas dan etika
yang tinggi. Seorang profesional hukum harus memiliki integritas yang kuat,
menjunjung tinggi kejujuran, dan bertindak sesuai dengan kode etik yang
berlaku. Hal ini akan memastikan bahwa keputusan hukum yang diambil
didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.
3) Kemandirian dan Kemandirian: Seorang profesional hukum harus dapat bekerja
secara independen dan tidak terpengaruh oleh tekanan eksternal. Mereka harus
mampu mempertahankan integritas mereka dalam mengambil keputusan hukum,
tanpa memihak pada kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
4) Keadilan Restoratif: Konsep keadilan restoratif menekankan pentingnya
memperbaiki kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan melalui proses yang adil
dan berkeadilan. Seorang profesional hukum yang berintegritas harus
mempertimbangkan pendekatan ini dalam menyelesaikan kasus hukum, dengan
memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat.
5) Hati Nurani: Seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. ST Burhanuddin, hati
nurani merupakan cerminan dari sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Seorang profesional hukum yang berintegritas harus mampu
mendengarkan hati nuraninya dan mengambil keputusan yang adil dan
berkeadilan, bahkan jika itu tidak selalu sesuai dengan apa yang tertera dalam
teks hukum.
Dengan menggabungkan pendidikan yang baik, moralitas yang tinggi, kemandirian,
pendekatan keadilan restoratif, dan mendengarkan hati nurani, seorang profesional
hukum dapat menjadi individu yang berintegritas dan melahirkan produk hukum yang
memenuhi rasa keadilan.
2
Artikel
“Saya sebagai Jaksa Agung tidak membutuhkan jaksa yang pintar, tetapi tak
bermoral. Saya juga tidak butuh jaksa yang cerdas, tetapi tidak berintegritas. Yang
saya butuhkan jaksa yang pintar dan berintegritas.”
Dalam sidang Pengukuhan Guru Besar Tidak Tetap itu, Prof. Dr. ST Burhanuddin
menyampaikan pidato orasi ilmiah berjudul "Hukum Berdasarkan Hati Nurani,
Sebuah Kebijakan Penegakan Hukum Berdasarkan Keadilan Restoratif”. Dia
mengatakan setiap manusia memiliki dan mampu menggunakan hati nuraninya
sebagai anugerah dan cerminan dari sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang.
“Saya tidak menghendaki jaksa melakukan penuntutan asal-asalan tanpa melihat
rasa keadilan di masyarakat. Ingat, rasa keadilan tidak ada dalam text book, tetapi
ada dalam hati nurani. Saya ingin menekankan sekali lagi agar kita semua
menggunakan hati nurani. Hukum berdasarkan hati nurani akan dapat mencapai dan
mewujudkan keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum secara bersamaan tanpa
ada penegasian," kata Burhanuddin dalam orasinya.
Ia menegaskan kebijakan penegakan hukum berdasarkan keadilan restoratif
hakikatnya menghadirkan tujuan hukum yang memberi kepastian, keadilan,
kemanfaatan di masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan hukum itu diperlukan hati
nurani. “Penegakan hukum yang mengedepankan aspek hati nurani, sejatinya
memiliki nilai kekuatan filosofis bagi para civitas akademika untuk selalu
menghasilkan ide, gagasan, dan karya dengan senantiasa mempertimbangkan nilai-
nilai kemanusiaan,” paparnya.
Burhanuddin melihat hukum saat ini masih mengedepankan aspek kepastian hukum
yang bersifat legalistik formal daripada keadilan hukum yang lebih substansial bagi
masyarakat. Bahkan, sebagian besar kalangan masih memandang jika hukum
bagaikan pisau yang tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas.
Sumber : https://www.hukumonline.com
Pertanyaan
Menyoroti uraian diatas tentang “rasa keadilan” dan “Hati Nurani”,
bagaimanakah kedua hal tersebut dapat terwujud dalam praktik penegakan hukum
yang dijalankan oleh profesi hukum? Jelaskan!
Jawaban:
Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah serta perbuatan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Kode etik profesi merupakan
norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi yang mengarahkan atau
memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya perempuan sekaligus
menjamin mutu moral profesi itu di masyarakat.
Dalam melaksanakan penegakan hukum, profesi hukum harus memiliki etika
profesi hukum, yaitu ilmu tentang kesusilaan serta tentang apa yang baik dan apa yang
buruk yang patut dikerjakan seseorang dalam jabatannya sebagai pelaksana hukum
dari hukum yang berlaku dalam suatu negara. Penegakan hukum berdasarkan keadilan
restoratif hakikatnya menghadirkan tujuan hukum yang memberi kepastian, keadilan,
kemanfaatan di masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan hukum itu diperlukan hati
nurani. Penegakan hukum yang mengedepankan aspek hati nurani, sejatinya memiliki
nilai kekuatan filosofis bagi para
civitas akademika untuk selalu menghasilkan ide, gagasan, dan karya dengan
senantiasa mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan.
Sementara hati nurani bukan tujuan hukum, melainkan instrumen katalisator
untuk merangkul, menyatukan, dan mewujudkan ketiga tujuan hukum tersebut secara
sekaligus. Bila kemanfaatan hukum dan kepastian hukum yang dilandasi dengan hati
nurani telah tercapai secara bersamaan, kata dia, keadilan hukum akan terwujud secara
paripurna. Demakin tinggi nilai penggunaan hati nurani dalam upaya penegakan
hukum, maka semakin tinggi pula nilai keadilan hukum yang dapat diwujudkan dalam
penegakan hukum. Hukum tanpa keadilan adalah sia-sia dan hukum tanpa tujuan atau
manfaat juga tidak dapat diandalkan.
Penggunaan hati nurani dalam penegakan hukum di Indonesia telah dijamin dalam
dua pasal konstitusi yakni Pasal 28E ayat (2) dan pasal 28I ayat (1) UUD Tahun 1945.
Berdasarkan dua pasal konstitusi tersebut, setiap orang, termasuk para jaksa, berhak
dan harus menggunakan hati nuraninya dalam setiap penegakan hukum. Pasal 28E
ayat (2) UUD Tahun 1945 menyebutkan “Setiap orang berhak atas kebebasan
meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.”
Pasal 28I ayat (1) UUD Tahun 1945 menyebutkan “Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, diakui di hadapan hukum yang berlaku sebagai seorang pribadi, dituntut
atas dasar hukum yang berlaku, dan semua hak tersebut tidak dapat dikurangi ataupun
dihilangkan dalam keadaan apapun oleh orang lain maupun orang atau warga negara
itu sendiri.”
3 Artikel
“Saya sebagai Jaksa Agung tidak membutuhkan jaksa yang pintar, tetapi tak bermoral.
Saya juga tidak butuh jaksa yang cerdas, tetapi tidak berintegritas. Yang saya
butuhkan jaksa yang pintar dan berintegritas.”
Dalam sidang Pengukuhan Guru Besar Tidak Tetap itu, Prof. Dr. ST Burhanuddin
menyampaikan pidato orasi ilmiah berjudul "Hukum Berdasarkan Hati Nurani, Sebuah
Kebijakan Penegakan Hukum Berdasarkan Keadilan Restoratif”. Dia mengatakan
setiap manusia memiliki dan mampu menggunakan hati nuraninya sebagai anugerah
dan cerminan dari sifat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
“Saya tidak menghendaki jaksa melakukan penuntutan asal-asalan tanpa melihat rasa
keadilan di masyarakat. Ingat, rasa keadilan tidak ada dalam text book, tetapi ada
dalam hati nurani. Saya ingin menekankan sekali lagi agar kita semua menggunakan
hati nurani. Hukum berdasarkan hati nurani akan dapat mencapai dan mewujudkan
keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum secara bersamaan tanpa ada penegasian,"
kata Burhanuddin dalam orasinya.
Ia menegaskan kebijakan penegakan hukum berdasarkan keadilan restoratif
hakikatnya menghadirkan tujuan hukum yang memberi kepastian, keadilan,
kemanfaatan di masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan hukum itu diperlukan hati
nurani. “Penegakan hukum yang mengedepankan aspek hati nurani, sejatinya memiliki
nilai kekuatan filosofis bagi para civitas akademika untuk selalu menghasilkan ide,
gagasan, dan karya dengan senantiasa mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan,”
paparnya.
Burhanuddin melihat hukum saat ini masih mengedepankan aspek kepastian hukum
yang bersifat legalistik formal daripada keadilan hukum yang lebih substansial bagi
masyarakat. Bahkan, sebagian besar kalangan masih memandang jika hukum bagaikan
pisau yang tajam ke bawah, tapi tumpul ke atas.
Sumber : https://www.hukumonline.com
Pertanyaan
Analisislah bagaimana seorang jaksa dapat mengemban kewajibannya dengan baik,
sehingga dapat melakukan penuntutan yang sesuai dengan kebenaran hukum? Jelaskan
Jawaban:
Seorang jaksa dapat mengemban kewajibannya dengan baik, sehingga dapat
melakukan penuntutan yang sesuai dengan kebenaran hukum hal ini tentu dimulai dari
perekrutan profesi hukum jaksa yang bersih, dengan rekrutmen yang bersihjelas akan
mempengaruhi kepribadian seorangjaksa dalam mengemban tugasnya terlebih
dilakukan dengan penh perjuangan tentu seorang yang sudah memperoleh posisi
tersebut akan lebih menjaga wibawa profesinya daripada mencederai Profesinya.
Memiliki etika yang baik
Etika merupakan Ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya
manusia hidup dalam masyarakat; yang baik dan buruk serta tentang hak dan
kewajiban moral; kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; Mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dengan memahami nilai
– nilai moral yang hidup dalam mastarakat tentunya seorang berprofesi hukum, sudah
memiliki moral yang baik sebagai modal sebagai profesi hukum yang baik.

Paham tentang pemaknaan, profesi


Profesi merupakan bidang pekerjaan yang melandasi pendidikan keadilan. Dengan
memahami pemaknaan seorang profesi Hukum akan sadar untuk terus membina
dirinya sehingga benar-benar profesional seperti yang di haraplan oleh dunia kerjanya
Memahami Etika Profesi dengan baik
Etika Profesi Adalah bagian dari etika sosial; filsafat atau pemikiran kritis rasional
tentang kewajiban dan tanggung jawab manusia sebagas anggota umat manusia
Dapat memaknai setiap Nilai Moral Profesi Hukum
- Kejujuran
- Autentik; Menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan keaslian dan
kepribadian sebenarnya
- Bertanggungjawab
- Kemandirian Moral;Tidak mudah terpengaruh
- Keberanian Moral; Kesetiaan terhadap suara hati nurani yang menyatakan
kesediaan untuk menanggung risiko konflik.
- Dapat memaknai setiap Nilai Moral Profesi Hukum yang luhur
Etika Profesi Hukum
Etika Profesi Hukum; yaitu ilmu tentang kesusilaan, tentang apa yang baik dan apa
yang buruk, serta yang patut dikerjakan seseorang dalam jabatanny a sebagai
pelaksana hukum dari hukum yang berlaku dalam suatu negara, Dengan dipahaminya
seluruh ketentuan diatas maka profesi Hukum jaksa akan mampu memahami dengan
baik Tempat etika dalam Penegakan Hukum
- Tempt Pertama; Kesadaran etis tentang kewajiban melaksanakan kewajiban
- Tempat Kedua; Prinsip bahwa penegakan hukum dilakukan dengan prinsip taat
asas
- Tempt Ketiga; Nilai tugas penegakan hukum itu sendiri sebagai tugas yang
mulia dan penuh kenormatan.
- Tempat Keempat; Penghayatan jati diri apart penegak hukum sejati.
- Tempt Kelima; Pelaksanaan tugas mendistribusikan keadilan.
- Tempt Keenam; Pelayanan apart penegak hukum
- Tempat Ketujuh; Perilaku aparat penegak hukum.
Dan seorang profesi hukum jaksaharus benar-benar paham kode etik profesinya yang
merupakan rampu-rampu dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya dengan mampu
melakukan Penegakan Kode Etik. dalam hal ini Kode etik Profesi menyangkut bidang-
bidang:
1. Hubungan antara klien dan tenaga ahli dalam profesi
2. Pengukuran dan stabdar evaluasi yang dipakai dalam profesi
3. Penelitian dan publikasi/penerbitan profesi
4. Konsultasi dan praktik pribadi
5. Tingkat Kemampuan/Kompetensi yang umum
6. Administrasi personalia
7. Standar-standar untuk pelatihan
Dengan dipahaminya seluruh ketentuan diatas seorang jaksa akan dapat mengemban
kewajibanny a dengan baik, sehingga dapat melakukan penuntutan yang sesuai
dengan kebenaran hukum dengan catatan tidak ada tekaanan dari pimpinan atau
pihak penguasa yang memberikan intimidasi terhadap jaksa jaksa yang bertugas
Sumber Referensi :
BMP HKUM4103

https://www.komisiyudisial.go.id/storage/assets/uploads/files/Problematika-Hakim-dalam-
Ranah-Hukum-Pengadilan-Masyarakat-di-Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai