Anda di halaman 1dari 74

MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN

PERENCANAAN DAN PENGORGANISASIAN PELAYANAN


KEBIDANAN

DOSEN MATA KULIAH :


ULVI MARIATI, S.Kep, M.Kes

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 2

1. AFRINITA EKA FITRI 1720332018


2. GITA RAHMADANI 1720332010
3. HANIFA ZAINI. S 1720332004
4. NIKI ASTRIA 1720332009
5. RAHMA PUTRI IDAMAN 1720332017

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah atas karunia Allah SWT,

akhirnya tugas makalah mata kuliah Manajemen Pelayanan Kebidanan dengan

judul perencanaan dan pengorganisasian pelayanan kebidanan dapat diselesaikan

tepat pada waktu.

Materi tugas ini diambil dari berbagai sumber ilmiah. Tugas ini disusun

terutama untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pelayanan Kebidanan,

dengan harapan dapat memperdalam wawasan keilmuan penulis sebagai

mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kebidanan tentang perencanaan pengorganisasian

pelayanan kebidanan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Manajemen

Pelayanan Kebidanan, ibu Ulvi Mariati, S.Kep, Mkes yang telah memberi

kesempatan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran serta masukan yang bermanfaat dalam

kesempurnaan makalah ini

Padang, September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS


2.1 Perencanaan Pelayanan Kebidanan ……................................................... 3
2.1.1 Defenisi Perencanaan……………………...……………………….3
2.1.2 Ciri-Ciri Perencanaan………………………………………………4
2.1.3 Jenis Perencanaan……………………...…………………………...4
2.1.4 Manfaat Perencanaan……………………………………………….6
2.1.5 Keuntungan dan Kelemahan Perencanaan………...…….………….6
2.1.6 Unsur Pokok Perencanaan ………..……………..………………….7
2.1.7 Langkah-Langkah Perencanaan………..…………………………..12
2.1.8 Metode Perencanaan……………………………………………….25
2.1.8.1 Diagram Fishbone………………………....……………….25
2.1.8.2 Analisis SWOT……………………………...……………..32
2.2 Pengorganisasian Pelayanan Kebidanan ……..............................................40
2.2.1 Defenisi Organisasi………………………………...………………40
2.2.2 Defenisi Pengorganisasian…………………………………………41
2.2.3 Tujuan Organisasi……………………...…………………………..42
2.2.4 Unsur-Unsur Pokok Pengorganisasian…………………………….42
2.2.5 Prinsip Pokok Organisasi……………….………...…….………….43
2.2.6 Manfaat Pengorganisasian ………..……………..………………...46
2.2.7 Langkah-Langkah Pengorganisasian………..……………………..46
2.3 Analisis Jurnal ……………………………… ……………………….…..48
2.3.1 Stillbirths: Ending Preventable Deaths 2030………………..……..48
2.3.2 Midwifery 2030: A Woman’s Pathway To Health. What Does
This Mean………………………………………………………….55
2.3.3 Alternatif Kebijakan Operasional Audit Maternal Perinatal
(AMP) Di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan ............... 65

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan…………………………………………..…………………..70

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan harus dapat

melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik.

Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola segala

sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam

mempelajari manajemen kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar-dasar

manajemen dan perencanaan pengorganisasian dalam pelayanan kebidanan

sehingga pelayanan yang diberikan berkualitas.

Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan

pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada

klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak, kepuasan

pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

Perencanaan adalah suatu proses yang dimulai dengan merumuskan

tujuan, menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya.

Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua

pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan

dilakukan. Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan

secara efektif dan efesien. Di bidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan

sebagai proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di

masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan

1
2

tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi manajemen yang juga

mempunyai peranan penting seperti halnya fungsi perencanaan. Melalui fungsi

pengorganisasian seluruh sumber daya yang dimiliki oleh organisasi akan diatur

penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang

telah ditetapkan.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan penulisan makalah ini agar penulis memahami tentang

membuat perencanaan dan pengorganisasian pelayanan kebidanan.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Memahami tentang perencanaan

b. Memahami tentang pengorganisasian

c. Memahami tentang perencanaan dan pengorganisasian dalam

pelayanan kebidanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Pelayanan Kebidanan

2.1.1 Definisi Perencanaan

Perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan

tujuan, menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan unutk mencapainya.

Rencana merupakan suatu pola pikir yang sistematis untuk mewujudkan suatu

tujuan dengan mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia.

Perencanaan adalah suatu proses penyusunan rencana yang menggambarkan

keinginan untuk mencapai tujuan tertentu melalui suatu kegiatan dengan

mengorganisasikan dan mendayagunakan sumber yang tersedia.

Perencanaan (Planning) adalah fungsi manajemen yang harus bisa

menjawab rumus 5W+1H.What (apa) yang akan dilakukan, why (mengapa) harus

melakukan apa, when (kapan) melakukan apa, where (dimana) melakukan apa,

who (siapa) yang melakukan apa, how (bagaimana) cara melakukan apa.

Perencanaan adalah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh

kelompok untuk mencapai tujuan yang telah digariskan mencakup kegiatan

pengambilan keputusan. Swanburg mengatakan bahwa planning adalah

memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa yang

melakukannya. Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai

proses untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di

masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan

3
4

tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.

Perencanan kesehatan adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah

kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya

yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-

langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Jadi perencanaan

dalam pelayanan kebidanan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistimatis

kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam

kebidanan.

2.1.2 Ciri-ciri Perencanaan

Perencanaan yang baik, mempunyai beberapa ciri yang harus diperhatikan

yaitu:

a. Bagian dari sistem administrasi

b. Dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan

c. Berorientasi pada masa depan

d. mampu menyelesaikan masalah

e. Mempunyai tujuan

f. Bersifat mampu kelola

2.1.3 Jenis Perencanaan

2.1.3.1 Dilihat dari jangka waktu berlakunya rencana

a. Rencana jangka panjang (long term planning) yang berlaku antara 10 -

25 tahun
5

b. Rencana jangka menengah (medium range planning), yang berlaku

antara antara 5-7 tahun

c. Rencana jangka pendek (short range planning), umumnya berlaku

hanya untuk 1 tahun.

2.1.3.2 Dilihat dari tingkatannnya

a. Rencana induk (master plan), lebih menitik beratkan uraian kebijakan

organisasi

b. Rencana operasional (operational planning), lebih menitik beratkan

pada pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan suatu program

c. Rencana harian (day to day planning), rencana harian yang bersifat

rutin

2.1.3.3 Dilihat dari lingkupnya

a. Rencana strategis (strategic planning), berisikan uraian tentang

kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama

b. Rencana taktis (tactical planning), rencana yang berisi uraian yang

bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatan,

asalkan tujuannya tidak berubah

c. Rencana menyeluruh (comprehensive planning), rencana yang

mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap

d. Rencana terintegrasi (integrated planning), ialah rencana yang

mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya

dengan program lain diluar kesehatan


6

2.1.4 Manfaat Perencanaan

a. Memberikan arah yang jelas pada organisasi karena mengetahui tujuan

dan cara mencapainya

b. Mengetahui struktur organisasi yang dibutuhkan

c. Mengetahui jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian tugasnya

d. Mengukur hasil kegiatan yang akan dicapai.

2.1.5 Keuntungan dan Kelemahan Perencanaan

Keuntungan dalam perencanaan adalah:

a. Perencanaan akan menyebabkan berbagai macam aktivitas organisasi

untuk mencapai tujuan tertentu dan dapat dilakukan secara teratur

b. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan

yang tidak produktif.

c. Perencanaan dapat dipakai untuk mengukur hasil kegiatan yang telah

dicapai karena dalam perencanaan ditetapkan sebagai standar.

d. Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen

lainnya, terutama untuk fungsi pengawasan.

Sedangkan kelemahan dari perencanaan adalah:

a. Perencanaan mempunyai keterbatasan mengukur informasi dan fakta-

fakta di masa yang akan datang dengan tepat.

b. Perencanaan yang baik memerlukan sejumlah dana.

c. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis bagi pimpinan dan staf

karena harus menunggu dan melihat hasil yang akan dicapai.


7

d. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru untuk

mengadakan perubahan harus ditunda sampai tahap perencanaan

berikutnya.

e. Perencanaan juga akan menghambat tindakan baru yang harus diambil

oleh staf.

2.1.6 Unsur Pokok Perencanaan

Perencanaan dalam manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari

administrasi kesehatan, yang mana terdiri atas beberapa unsur pokok yaitu:

2.1.6.1 Input

Input (masukan) adalah segala sesuatu yg dibutuhkan untuk dapat

melaksanakan pekerjaan manajemen. Input berfokus pada sistem yang

dipersiapkan dalam organisasi dari menejemen termasuk komitmen, dan

stakeholder lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas

dimana pelayanan diberikan.

Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan

kesehatan merupakan unsur masukan yang terpenting adalah tenaga, dana dan

sarana. Secara umum di sebutkan apabila tenaga dan sarana kuantitas dan kualitas,

tidak sesuai standar yang ditetapkan, serta jika dana yang tersedia tidak sesuai

dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat,

input ada 3 macam, yaitu:

a. Sumber (resources)
8

Sumber (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk

menghasilkan barang atau jasa. Sumber (resources) dibagi 3 macam:

1) Sumber tenaga (labour resources) dibedakan atas:

a) Tenaga ahli (skilled): dokter, bidan, perawat

b) Tenaga tidak ahli (unskilled): pesuruh, penjaga

2) Sumber modal (capital resources), dibedakan menjadi:

a) Modal bergerak (working capital): uang, giro

b) Modal tidak bergerak (fixed capital): bangunan, tanah, sarana

kesehatan.

3) Sumber alamiah (natural resources) adalah segala sesuatu yang

terdapat di alam, yang tidak termasuk sumber tenaga dan sumber

modal.

b. Tatacara (prosedures)

Tatacara (procedures): adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi

kesehatan yang dimiliki dan yang diterapkan.

c. Kesanggupan (capacity)

Kesanggupan (capacity): adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga

pelaksana.

Input manajemen juga terdiri dari:

a. Man : Tenaga yang di manfaatkan. Contoh : Staf atau Bidan yang

kompeten

b. Money : Anggaran yang di butuhkan atau dana untuk program

c. Material : materi ( sarana dan prasarana ) yang dibutuhkan

d. Metode: Cara yang dipergunakan dalam bekerja atau prosedur kerja


9

e. Minute / Time : Jangka waktu pelaksanaan kegiatan program

f. Market: Pasar dan pemasaran atau sarana program

2.1.6.2 Proses

Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen.

Pada umumnya, proses ataupun fungsi manajemen merupakan tanggung jawab

pimpinan. Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara bagaimana

pelayanan dilakukan.

Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan

kesehatan. Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam, yakni tindakan

medis dan tindakan non medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan

ini tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan, maka sulitlah di harapkan

bermutunya pelayanan kesehatan.

Dalam proses terdapat:

a. Perencanaan (P1)

Perencanaan adalah proses untuk merumuskan masalah kegiatan,

menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan

kegiatan yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (landasan dasar).

Contoh perencanaan adalah:

1) Jadwal Pelayanan ANC di Posyandu, Puskesmas.

2) Rencana Pelatihan untuk kader, nakes

b. Pengorganisasian (P2)
10

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan

menggolong-golongkan, dan mengatur berbagai kegiatan, penetapan

tugas-tugas dan wewenang seseorang dan pendelegasian wewenang dalam

rangka pencapaian tujuan layanan kebidanan. Inti dari pengorganisasian

adalah merupakan alat untuk memadukan atau sinkronisasi semua kegiatan

yang berasfek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka

mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang telah di tetapkan.

Contoh pengorganisasian adalah:

1) Puskesmas

2) Puskesmas Pembantu

3) Polindes dan Pembantu

4) Balai Desa

c. Penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian (P3)

Penggerakan dan Pelaksanaan adalah suatu usaha untuk

menciptakan iklim kerja sama di antara pelaksanaan program pelayanan

kebidanan sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana seseorang

manajer pelayanan kebidanan mengarahkan dan menggerakkan semua

sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang

telah di sepakati.

Contoh penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan dan

pengendalian adalah:

1) Pencatatan dan pelaporan (SP2TP)

2) Supervisi
11

3) Stratifikasi Puskesmas

4) Survey

2.1.6.3 Output

Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk manajemen

kesehatan, output dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services).

Dalam kebidanan dikenal pelayanan kebidanan. Hasil atau output adalah hasil

pelaksanaan kegiatan.

Output Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan

kesehatan Penampilan daat dibedakan atas dua macam. Pertama, penampilan

aspek medis pelayanan kesehatan. Kedua, penampilan aspek non medis pelayanan

kesehatan. Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak sesuai

dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Cakupan Kegiatan Program: Jumlah kelompok masyarakat yang sudah

menerima layanan kebidanan (memerator), dibandingkan dengan jumlah

kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program kebidanan (denominator).

Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan (mulai dari

KIE, Asuhan Kebidanan, dsb). Contoh: Untuk BPS: Outputnya adalah

Kesejahteraan ibu dan janin, Kepuasan Pelanggan, Kepuasan bidan sebagai

provider.
12

2.1.6.4 Effect

Perubahan pengetahuan, sikap, dan prilaku masyarakat yang diukur

dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kebidanan yang

ada di sekitarnya (Posyandu, BPS, Puskesmas dsb) yang tersedia.

2.1.6.5 Out come (Impact)

Di pergunakan untuk menilai perubahan atau dampak (impact) suatu

program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status kesehatan

masyarakat.

2.1.7 Langkah-langkah Perencanaan

Langkah awal untuk menyusun perencanaan dapat dimulai dengan sebuah

gagasanatau cita-cita yang terfokus pada situasi tertentu. Sebagai suatu proses,

perencanaan kesehatan mempunyai beberapa langkah. Ada lima langkah yang

perlu dilakukan pada prosespenyusunan sebuah perencanaan terdiri dari:

2.1.7.1 Analisis Situasi

Analisis situasi adalah langkah pertama proses penyusunan perencanaan.

Langkah ini dilakukan dengan analisis data laporan yang dimiliki oleh organisasi

(data pimer) atau mengkaji laporan lembaga lain (data sekunder) yang data nya

dibutuhkan, observasi, dan wawancara. Agar mampu melaksanakan analisis

situasi dengan baik, manajer dan staf sebuah organisasi atau mereka yang

diberikan tugas sebagai tim perencana harus dibekali ilmu epidemiologi, ilmu

antropologi, ilmu demografi, ilmu ekonomi dan ilmu statistik.


13

Analisis situasi merupakan langkah awal perencanaan yang bertujuan

untuk identifikasi masalah. Yang dihasilkan dari proses analisis situasi adalah

rumusan masalah kesehatan dan berbagai faktor yang berkaitan dengan masalah

kesehatan masyarakat yang sedang diamati serta potensi organisasi yang dapat

digunakan untuk melakukan intervensi. Dari penjelasan di atas, langkah analisis

situasi bertujuan untuk mengumpulkan berbagai jenis data atau fakta yang

berkaitan dengan masalah kesehatan masyrakat yang dijadikan dasar penyusunan

perencanaan. Data yang diperlukan untuk menyusun perencanaan kesehatan

terdiri dari:

a. Data tentang penyakit dan kejadian sakit

Untuk menyusun perencanaan kesehatan, analisis situasi diarahkan

untuk menghimpun data tentang masalah kesehatan masyarakat. Untuk

menjelaskan masalah kesehatan masyarakat yang sedang diamati, data

penyakit yang tercatat pada catatan surveilan harus diolah lagi dengan

pendekatan epidemiologi dan informasinya disajikan dengan

menggunakan statistik. Dengan memproses data penyakit menggunakan

pendekatan epidemiologi akan diketahui wilayah mana saja penyakit atau

masalah kesehatan masyarakat tersebut berkembang, kapan terjadinya,

siapa saja kelompok penduduk di wilayah tersebut yang menderita

penyakit tersebut, apa saja faktor yang terkait dengan penyakit yang sudah

berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat.

b. Data kependudukan

Data kependudukan yang perlu dihimpun yang ada kaitannya

dengan penyakit yang sedang diamati adalah jumlah dan distribusi


14

penduduk per wilayah, per jenis kelamin, dan per kelompok umur, dan

tingkat kepadatan penduduknya. Vital statistik tentang kelahiran, kematian

akibat penyakit tersebut.

c. Data potensi organisasi kesehatan

Data yang juga perlu dihimpun untuk menyusun perencanaan

kesehatan adalah jumlah RS (kapasitas tempat tidur, jumlah dan

kualifikasi tenaga medis/para medis yang dimiliki. Data ini akan

bermanfaat jika tim perencana ingin mengadakan kerjasama dengan

lembaga lain yang juga menyediakan pelayanan kesehatan. Analisis situasi

juga dilakukan untuk menganalisis potensi dan kelemahan organisasi

(pelaksana program). Manfaat semaksimal mungkin potensi organisasi dan

lingkungan sosial yang ada di suatu wilayah, tetapi waspadai kelemahan

yang mungkin akan menjadi kendala atau menghambat pelaksanaan

kegiatan program di lapangan.

d. Keadaan lingkungan dan geografi

Data ini dikaitkan dengan perkembangan penyakit atau masalah

kesehatan yang diamati di masayrakat. Data lingkungan desa dan tempat-

tempat umum di wilayah tersebut yang perlu dicatat adalah sekolah, pasar,

tempat ibadah, sumber air, dan mutu air minum yang digunakan oleh

masyarakat, sistem pembuangan air limbah/sampah, jamban keluarga.

Data ini dikaji untuk mengetahui keterkaitan nya dengan perkembangan

berbagai vektor dari penyakit yang sedang diamati di suatu wilayah.


15

e. Data sarana dan prasarana

Data tentang sarana transportasi dan komunikasi yang tersedia di

suatu wilayah juga mendapat perhatian tim perencana. Data ini penting

diketahui pada saat tim menyusun rencana pebgembangan program

kesehatan yang membutuhkan informasi tentang mobilitas penduduk,

pengiriman data dan logistik, supervisi, kemudian rujukan pasien dan

sebagainya.

Semua data yang diperoleh dari hasil analisis situasi diolah dan

dijadikan informasi. Berbagai jenis informasi yang sudah dihimpun

dibahas bersama dengan program terkait, dikoordinasikan, diintegrasikan,

dan ditukar dengan program lainnya sehingga semua informasi yang

terkait akan menjadi pengetahuan bersama yang sangat berharga untuk

menyusun perencanaan terpadu.

Data yang dikumpulkan dari analisis situasi dapat diperoleh dari

catatan rutin organisasi kesehatan (kegiatan surveilan program puskesmas

atau dinkes kabupaten/kota) atau dapat diambil dari sektor lainnya yang

ada di desa, kantor kecamatan, atau kantor dinkes kabupaten/kota. Dari

laporan kegiatan program puskesmas atau dinkes kesehatan

kabupaten/kota akan diperoleh data tentang jenis dan distribusi penyakit,

jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan, jumlah anggaran yang

dialokasikan untuk sektor kesehatan.

Data dari kantor kecamatan atau kelurahan adalah daa tentang

kependudukan, data sosial ekonomi, data geografi dan dat organisasi sosial

kemasyarakatan. Data ini setelah diolah harus dipilah-pilah lagi agar


16

diketahui mana informasi potensi dan kelemahan organisasi dan mana

yang mungkin menjadi peluang dan ancaman pada saat pelaksanaan

program.

2.1.7.2 Mengidentifikasi Masalah dan Prioritasnya

Melalui analisis situasi akan dihasilkan berbagai macam data. Data

dianalisis lebih lanjut menggunakan pendekatan epidemiologi untuk dapat

dijadikan informasi tentang distribusi di suatu wilayah, berdasarkan kurun waktu

tertentu dan pada kelompok masyarakat tertentu. Informasi lain yang perlu dicari

adalah bagaimana tanggapan masyarakat tentang maslah kesehatan masyarakat

tersebut dan bagaimana potensi organisasi untuk memecahkannya. Informasi

tersebut dibutuhkan oleh pimpinan untuk mengambil keputusan tentang

bagaimana puskesmas akan mengembangkan program intervensi.

Semua aktivitas tersebut di atas adalah bagian dari proses identifikasi

masalah, mulai dari langkah awal mengkaji berbagai masalah kesehatan yang

berkembang di wilayah kerja puskesmas, potensi puskesmas untuk mengatasinya,

sejauh mana bantuan dari dinkes yang dapat diperoleh.

Model identifikasi masalah di atas akan membantu untuk mengkaji suatu

masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor risikonya (lingkungan dan

perilaku masyarakat). Yang perlu dibedakan adalah masalah program (input,

proses, output, efek) dan yang mana masalah kesehatan masyarakat

(outcome/dampak dari sebuah sistem). Berikut ini adalah contoh enam pertanyaan

kritis yang diajukan untuk mengindentifikasi masalah kesehatan.

a. Apa jenis masalah kesehatan yang dihadapi (what is the problem)


17

b. Apa faktor-faktor penyebabnya (why the problem does exist)

c. Siapa atau kelompok masyarakat mana yang paling banyak menderita

(who is most affected by the problem)

d. Kapan masalah tersebut terjadi (when was the problem exist)

e. Setelah keempat pertanyaan tersebut diajukan, penanggung jawab program

akan dapat menyusun rumusan masalah kesehatan masyarakat yang

sedang dihadapi. Untuk menyusun langkah-langkah penanggulangan

masalah tersebut, ada dua pertanyaan penting yang perlu dirumuskan

yaitu: “Apa kemungkinan dampak (akibat) yang muncul apabila masalah

kesehatan tersebut tidak terpecahkan (What kind of impact will be happen)

dan apa kegiatan program yang bisa dikembangkan untuk menagatasi

(what plan of action should be taken).

2.1.7.3 Menentukan Tujuan Program

Setelah prioritas masalah kesehatan ditetapkan, kemudian menetapkan

tujuan program. Semakin jelas rumusan masalah kesehatan masyarakat dengan

menggunakan kriteria di atas akan semakin mudah menyusun tujuan program.

Sebelum rencana kerja operasional disusun, beberapa pertanyaan berikut ini wajib

dipahami oleh tim perencana:

a. Berapa besar sumber daya yang dimiliki oleh organisasi (potensi

organisasi-how many)?

b. Seberapa jauh masalah kesehatan masyarakat akan dipecahkan (potensi

organisasi-how many)?

c. Kapan target tersebut akan dicapai (target waktu-when)?


18

Merumuskan tujuan program operasional berdasarkan jawaban ketiga

pertanyaan tersebut di atas akan bermanfaat untuk:

a. Menetapkan langkah-langkah operasional program

b. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program

Perumusan sebuah tujuan operasional program kesehatan harus bersifat

smart: spesifik, (jelas sasarannya, dan mudah dipahami oleh staf pelaksana),

measurable (dapat diukur kemajuannya), appropriate (sesuai dengan strategi

nasional, tujuan program dan visi/misi institusi atau sebagainya), realistik (dapat

dilaksanakan sesuai dengan fasilitas dan kapasitas organisasi yang tersedia), time

bound (sumber daya dapat dialokasikan dan kegiatan dapat direncanakan untuk

mencapai tujuan program sesuai dengan target waktu yang ditetapkan).

Beberapa penjelasan berikut ini perlu diperhatikan untuk menyusun tujuan

program yaitu:

a. Tujuan program adalah hasil akhir sebuah kegiatan. Oleh karena itu,

tujuan program dipakai untuk mengukur keberhasilan kegiatan program.

b. Tujuan harus sesuai dengan masalah, target ditetapkan sesuai dengan

kemampuan organisasi, dan dapat diukut.

c. Tujuan penting untuk menyususn perencanaan dan evaluasi hasil akhir.

d. Target operasional biasanya ditetapkan dengan waktu (batas

pencapaiannya) dan hasil akhir yang akan dicapai pada akhir kegiatan

program (deadline). Di tingkat pelaksana, tujuan program kesehatan

dijabarkan dalam bentuk tujuan operasional (jelas besarnya sasaran dan

target). Semakin tinggi jenjang organisasi, semakin umum rumusan

tujuannya.
19

e. Berbagai macam kegiatan alternatif dipilih untuk mencapai tujuan

program. Kegiatan untuk mencapai tujuan program. Kegiatan untuk

mencapai tujuan dikembangkan dari beberapa program terkait.

f. Masalah dan faktor-faktor penyebab masalah serta dampak masalah yang

telah dan mungkin terjadi di masa depan sebaiknya dikaji lebih dahulu

sebelum tujuan dan target operasionalnya ditetapkan.

2.1.7.4 Mengkaji Hambatan Dan Kelemahan Program

Langkah keempat proses penyusunan rencana adalah mengkaji kembali

hambatan dan kelemahan program yang pernah dilaksanakan. Tujuannya adalah

untuk mencegah atau mewaspadai timbulnya hambatan serupa.

Selain mengkaji hambatan yang pernah dialami, juga dibahas prediksi

kendala dan hambatan yang mungkin akan terjadi dilapangan pada saat program

dilaksanakan. Jenis hambatan atau kelemahan program dapat dikategorikan ke

dalam:

a. Hambatan yang bersumber pada kemampuan organisasi

Hambatan ini merupakan aspek kelemahan organisasi. Motivasi

kerja staf rendah, pengetahuan dan keterampilan kurang, staf belum

mampu mengembangkan partisifasi masyarakat setempat. Peralatan

sterilisasi belum tersedia atau dana untuk membeli peralatan tersebut tidak

dialokasikan. Arus informasi tentang pelaksanaan program sangat lamban

karena data yang tersedia kurang dapat dipercaya, kurang akurat dan

diolah secara manual. Laporan kegiatan program tidak dimanfaatkan untuk

menyusun rencana kegiatan program sehingga terperangkap pada


20

rutinitasme; laporan kegiatan program dibuata asal jadi saja, laporan ada

tetapi kegiatan sering tidak dilakukan, supervisi lemah. Jumlah dana

operasional masih kurang, waktu yang tersedia tidak dimanfaatkan untuk

menyusun rencana kerja. Semua jenis hambatan ini sebenarnya harus

dilakukan pada saat melakukan analisis situasi.

b. Hambatan yang terjadi pada lingkungan

Hambatan geografis (jalan rusak), iklim atau musim hujan,

masalah tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, sikap dan

budaya masyarakat yang tidak kondusif (masih banyak tabu, salah

persepsi, mitos dan sebagainya). Semua kendala dan hambatan yang

bersumber pada lngkungan seperti ini sebaiknaya dianalisis pada saat

melakukan kajian terhadap perilaku sehat-sakit masyarakat. Perilaku

masyarakat yang kurang partisipatif merupakan kendala utama

pelaksanaan program. Di satu sisi, keadaan lingkungan ini tidak selalu

dianggap sebagai kendala tetapi dijadikan sebuah tantangan yang perlu

diantisipasi atau diatasi agar tidak menjadi hambatan dalam pelaksanaan

program. Masalah rendahnya pendidikan, rendah nya pendapatan, jalan

rusak, kurang air minum adalah kendala yang seharusnya ditangani oleh

sektor lain (pendidikan, pembangunan ekonomi, PU, dan PDAM).


21

Setelah hambatan dianalisis, kemudian ditetapkan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Susun daftar hambatan. Hambatan mungkin terjadi pada staf atau para

pelaksana, peralatan, informasi, biaya dan waktu, geografis, iklim, dan

peran serta masyarakat.

b. Pilih hambatan dan kendala yang dapat dihilangkan; mana yang dianggap

sebagai tantangan untuk dimodifikasi atau dikurangi dan mana yang sama

sekali tidak dapat dihilangkan.

c. Kaji kembali tujuan operasional kegiatan yang sudah disusun tetapi tetap

waspada dengan berbagai hambatan dan kendala di lapangan. Alternatif

kegiatan yang dipilih untuk mencapai tujuan program dan sudah

mempertimbangkan berbagai hambatan dan kendala di lapangan

diharapkan akan memberikan hasil yang lebih optimal sehingga

pelaksanaan manajemen program di lapangan lebih efektif, efisien dan

rasional.

2.1.7.5 Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

Hambatan (kelemahan) yang bersumber dari dalam organisasi harus dikaji

dahulu sebelum rencana kerja operasional disusun. Jika tidak, program yang akan

dilaksanakan akan terhambat oleh faktor organisasi. Faktor lingkungan di luar

organisasi seperti peran serta masyarakat dan kerja sama lintas sektor juga penting

dikaji sebagai bagian dari strategi pengembangan program di lapangan.

Pada saat memasuki fase ini, tim perencana sudah menetapkan tujuan dan

target yang ingin dicapai. Langkah ini dilakukan sebelum proses penyusunan
22

rencana kerja operasional. Format rencana kerja operasional yang lengkap terdiri

dari:

a. Alasan utama disusunnya rencana kerja operasional (mengapa program ini

dilaksanakan-why)

Latar belakang penyusunan RKO adalah masalah utama yang akan

dipecahkan, dituangkan dalam bentu ktujuan yang ingin dicapai. Latar

belakang RKO berisi penjelasan terhadap pertanyaan mengapa kegiatan

program penting dilaksanakan. Informasi ini sudah dikumpulkan pada

langkah analisis situasi

b. Tujuan (apa yang ingin dicapai-what).

Tulis dengan jelas tujuan operasional program untuk mengukur

keberhasilan program, misalnya: untuk program penanggulangan diare

perlu ditetapkan tujuan dengan target yang jelas yaitu turunnya kejadian

diare sampai 30% dalam kurun waktu 3 tahun di kalangan masyarakat

desa.

c. Kegiatan program (bagaimana cara mengerjakannya-how)

Jelaskan langkah-langkah praktis (kegiatan) yang akan dilakukan

untuk mencapai tujuan program termasuk bagaimana mengatasi berbagai

hambatan kendala yang mungkin muncul selama kegaiatan berlangsung.

d. Pelaksana dan sasaran (siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaram

kegiatan program-who)

Berbagai kegiatan program harus ada penanggung jawabnya dan

staf yang akan melaksanakan rencana kegiatan tersebut. Pada bagian ini

perlu ada penjelasan tentang jumlah dan jenis kualifikasi (jenis


23

keterampilannya) yang perlu dimiliki. Demikian pula dengan uraian

tugasnya, sasaran kegiatan program dan jumlah kelompok penduduk yang

diaharpakan menerima pelayanan kesehatan untuk kurun waktu tertentu

(target cakupan) misalnya dibutuhkan kader aktif dan tiga petugas

lapangan yang bertugas melakukan supervisi.

e. Sumber daya pendukung (what kind of support)

Buat daftar jenis dan jumlah peralatan (equipment support) yang

diperlukan dan yang sudah tersedia untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan. Berapa dana yang diperlukan, berapa besar alokasinya untuk

setiap jenis kegiatan, apakah ada kebutuhan dana tambahan yang tidak

diduga.

f. Tempat (di mana kegiatan akan dilaksanakan (kapan kegiatan akan

dilaksanakan-where)

Di bagian ini diberikan penjelasan tentang tempat kegiatan

program. Hal ini penting untuk dijelaskan fase atau tahapan kegiatan yang

akan dilaksanakan. Kapan dimulai dan kapan berakhirnya. Untuk kegiatan

tahunan, fase kegiatannya dibagi dalam bulan. Kegiatan bulanan dibagi ke

dalam fase mingguan atau harian.

Dari penjelasan tentang fungsi perencanaan di atas, perencanaan

mengandung lima unsur penting yaitu:

a. Unsur tujuan. Tujuan perencanaan harus jelas dirumuskan sesuai dengan

hierarkinya. Tujuan operasional harus mengikuti kaidah penyusunan

sebuah tujuan.
24

b. Unsur kebijakan. Kebijakan dalam perencanaan harus tercermin dalam

strategi yang disusun oleh pimpinan untuk mencapai tujuan program.

perencanan

c. Unsur prosedur. Dalam konsep perencanaan harus jelas standar operating

prosedur setiap kegiatan. Pembagian tugas dan hubungan kerja akan

tercermin dalam unsur perencanaan ini.

d. Unsur kemajuan/progress. Di dalam perencanaan harus ditulis dengan

jelas target atau standar keberhasilan program yang dipakai untuk

melakukan evaluasi keberhasilan kegiatan.

e. Unsur program. Program harus disusun berdasarkan prioritas masalah dan

prioritas alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan perencanaan.

Untuk membuat RKO kita harus mengetahui:

a. Why: Mengapa kegiatan itu harus dikerjakan, dengan penjelasan yang

jelas.

b. What: Apa tujuan yang ingin dicapai

c. How : Bagaimana cara mengerjakannya

d. Who : siapa yang akan mengerjakan, dan sasarannya harus jelas

e. What kind of support : Sumber daya pendukung

f. Where: dimana kegiatan akan dilakukan tertera jelas.

g. When: Kejelasan waktu untuk melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan.

h. Jika perlu ditambah dengan which: Siapa yang terkait dengan kegiatan

tersebut (lintas sektor walaupun lintas program yang terkait).


25

2.1.8 Metode Perencanaan

2.1.8.1 Fishbone Diagram

2.1.8.1.1 Pengertian Fishbone Diagram

Fishbone diagram (diagram tulang ikan — karena bentuknya seperti

tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa

Diagram diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa, seorang ahli pengendalian

kualitas dari Jepang, sebagai satu dari tujuh alat kualitas dasar (7 basic quality

tools). Fishbone diagram digunakan ketika kita ingin mengidentifikasi

kemungkinan penyebab masalah dan terutama ketika sebuah team cenderung

jatuh berpikir pada rutinitas.

Suatu tindakan dan langkah improvement akan lebih mudah dilakukan jika

masalah dan akar penyebab masalah sudah ditemukan. Manfaat fishbone diagram

ini dapat menolong kita untuk menemukan akar penyebab masalah secara user

friendly, tools yang use friendly disukai orang-orang di industri manufaktur di

mana proses di sana terkenal memiliki banyak ragam variabel yang berpotensi

menyebabkan munculnya permasalahan.

Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari

satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi

brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan,

mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya. Setiap

kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi

brainstorming.
26

2.1.8.1.2 Manfaat Diagram Fishbone

Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik

pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau

manfaat dari pemakaian Diagram Fishbone ini dalam analisis masalah. Manfaat

penggunaan diagram fishbone tersebut antara lain:

a. Memfokuskan individu, tim, atau organisasi pada permasalahan utama.

Penggunaan Diagram dalam tim/organisasi untuk menganalisis

permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan

permasalahan pada masalah prioritas.

b. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan

tim/organisasi. Diagram Fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan

utama secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan

utama.

c. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan

menggunakan teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan

sumbang saran mengenai penyebab munculnya masalah. Berbagai

sumbang saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana dari

penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk

menentukan penyebab yang dominan.

d. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah

ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi

akan lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim.


27

e. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fishbone akan

memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat

dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan.

f. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah.

Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram Fishbone yang

telah dibuat.

g. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan

menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.

2.1.8.1.3 Langkah-langkah dalam Penyusunan Diagram Fishbone

Pembuatan fishbone diagram kemungkinan akan menghabiskan waktu

sekitar 30-60 menit dengan peserta terdiri dari orang-orang yang kira-kira

mengerti/paham tentang masalah yang terjadi, dan tunjuklah satu orang pencatat

untuk mengisi fishbone diagram. Alat-alat yang perlu disiapkan adalah: flipchart

atau whiteboard dan marking pens atau spidol. Langkah-langkah dalam

penyusunan Diagram Fishbone dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Menyepakati pernyataan masalah.

1) Sepakati sebuah pernyataan masalah (problem statement). Pernyataan

masalah ini diinterpretasikan sebagai “effect”, atau secara visual dalam

fishbone seperti “kepala ikan”.

2) Tuliskan masalah tersebut di tengah whiteboard di sebelah paling kanan,

misal: “Bahaya Potensial Pembersihan Kabut Oli”.

3) Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut

dan buat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak (lihat Gambar 1).
28

Gambar 1.Pembuatan Fishbone Diagram Menyepakati Pernyataan Masalah

b. Mengidentifikasi kategori-kategori

1) Dari garis horisontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”.

Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab

ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara visual dalam fishbone

seperti “tulang ikan”.

2) Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga

masuk akal dengan situasi. Kategori-kategori ini antara lain:

a) Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur:

- Machine (mesin atau teknologi),

- Method (metode atau proses),

- Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi),

- Man Power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik) / Mind Power

(pekerjaan pikiran: kaizen, saran, dan sebagainya),

- Measurement (pengukuran atau inspeksi), dan

- Milieu / Mother Nature(lingkungan).

b) Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:

- Product (produk/jasa),

- Price (harga),

- Place (tempat),
29

- Promotion (promosi atau hiburan),

- People (orang),

- Process (proses),

- Physical Evidence (bukti fisik), dan

- Productivity & Quality (produktivitas dan kualitas).

c) Kategori 5S yang biasa digunakan dalam industri jasa:

- Surroundings (lingkungan),

- Suppliers (pemasok),

- Systems (sistem),

- Skills (keterampilan), dan

- Safety (keselamatan).

d) Kategori di atas hanya sebagai saran, kita bisa menggunakan kategori

lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Jumlah kategori

biasanya sekitar 4 sampai dengan 6 kategori. Kategori pada contoh ini

lihat Gambar 2.

Gambar 2.Pembuatan Fishbone Diagram — Mengidentifikasi


Kategori-Kategori
30

c. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming

1) Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi

brainstorming.

2) Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan bersama-sama di mana sebab

tersebut harus ditempatkan dalam fishbone diagram, yaitu tentukan di

bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan, misal:

“Mengapa bahaya potensial? Penyebab: Karyawan tidak mengikuti

prosedur!” Karena penyebabnya karyawan (manusia), maka diletakkan di

bawah “Man”.

3) Sebab-sebab ditulis dengan garis horisontal sehingga banyak “tulang”

kecil keluar dari garis diagonal.

4) Pertanyakan kembali “Mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang”

lebih kecil (sub-sebab) keluar dari garis horisontal tadi, misal: “Mengapa

karyawan disebut tidak mengikuti prosedur? Jawab: karena tidak memakai

APD” (lihat Gambar 3).

5) Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan

dengan beberapa kategori.

Gambar 3.Pembuatan Fishbone Diagram — Menemukan Sebab-Sebab Potensial


d. Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin
31

1) Setelah setiap kategori diisi carilah sebab yang paling mungkin di antara

semua sebab-sebab dan sub-subnya.

2) Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori,

kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin.

3) Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab yang tampaknya

paling memungkinkan) dan tanyakan , “Mengapa ini sebabnya?”

4) Pertanyaan “Mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab pokok

dari permasalahan teridentifikasi.

5) Tanyakan “Mengapa ?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi.

Kalau sudah sampai ke situ sebab pokok telah terindentifikasi.

6) Lingkarilah sebab yang tampaknya paling memungkin pada fishbone

diagram (lihat Gambar 4).

Gambar 4.Pembuatan Fishbone Diagram — Melingkari Sebab yang


Paling Mungkin
Jika masalah rumit dan waktunya memungkinkan, kita bisa meninggalkan

fishbone diagram di dinding selama beberapa hari untuk membiarkan ide menetas

dan membiarkan orang yang lalu lalang turut berkontribusi. Jika fishbone
32

diagram terlihat timpang atau sempit, kita bisa mengatur ulang fishbone diagram

dengan kategori sebab utama yang berbeda. Kunci sukses fishbone diagram

adalah terus bertanya “Mengapa?”, lihatlah diagram dan carilah pola tanpa banyak

bicara, dan libatkan orang-orang di “grass root” yang terkait dengan masalah

karena biasanya mereka lebih mengerti permasalahan di lapangan.

2.1.8.2 Analisis SWOT

2.1.8.2.1 Definisi Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu metode perencanaaan strategi dengan

mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis terhadap kekuatan-kekuatan

(Strengths) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses) suatu organisasi dan

kesempatan-kesempatan (Opportunities) serta ancaman-ancaman (Threats) dari

lingkungan sekitar untuk merumuskan strategi yang tepat bagi organisasi. Dengan

menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal

dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan

cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini menolong para

perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh

mereka. SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana

akan dibuat sebuah rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh, program

kerja.

2.1.8.2.2 Unsur-unsur SWOT

a. Strengths (Kekuatan) adalah segala hal yang dibutuhkan pada kondisi yang

sifatnya internal organisasi agar supaya kegiatan-kegiatan organisasi berjalan

maksimal. Misalnya: kekuatan keuangan, motivasi anggota yang kuat, nama


33

baik organisasi terkenal, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih,

anggota yang pekerja keras, memiliki jaringan organisasi yang luas, dan

lainnya.

b. Weaknesses (Kelemahan) adalah terdapatnya kekurangan pada kondisi

internal organisasi, akibatnya kegiatan-kegiatan organisasi belum maksimal

terlaksana. Misalnya; kekurangan dana, memiliki orang-orang baru yang

belum terampil, belum memiliki pengetahuan yang cukup mengenai

organisasi, anggota kurang kreatif dan malas, tidak adanya teknologi dan

sebagainya.

c. Opportunities (Peluang) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang positif,

yang dapat dan mampu mengarahkan kegiatan organisasi kearahnya.

Misalnya: Kebutuhan lingkungan sesuai dengan tujuan organisasi, masyarakat

lagi membutuhkan perubahan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

organisasi yang bagus, belum adanya organisasi lain yang melihat peluang

tersebut, banyak pemberi dana yang berkaitan dengan isu yang dibawa oleh

organisasi dan lainnya.

d. Threats (Ancaman) adalah faktor-faktor lingkungan luar yang mampu

menghambat pergerakan organisasi. Misalnya: masyarakat sedang dalam

kondisi apatis dan pesimis terhadap organisasi tersebut, kegiatan organisasi

seperti itu lagi banyak dilakukan oleh organisasi lainnya sehingga ada banyak

competitor atau pesaing, isu yang dibawa oleh organisasi sudah basi dan

lainnya
34

2.1.8.2.3 Tujuan Analisis SWOT

Tujuan utama perencanaan strategi adalah untuk memperoleh keunggulan

bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan klien dan dukungan

yang optimal dari sumber daya yang ada.

Analisis SWOT secara sederhana dipahami sebagai pengujian terhadap

kekuatan dan kelemahan internal sebuah organisasi, serta peluang dan ancaman

lingkungan eksternalnya. Proses pengambilan keputusan strategi selau berkaitan

dengan pengambilan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan

demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor-faktor perusahaan

(kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.

Faktor eksternal adalah faktor lingkungan luar perusahaan baik langsung

maupun tidak langsung. Faktor eksternal ini dapat berdampak positif ataupun

negatif bagi perusahaan, artinya ada yang memberikan peluang dan sebaliknya

ada yang memberikan ancaman.

Faktor internal adalah lingkungan yang berada dari dalam perusahan itu

sendiri. Faktor inilah yang menunjukkan adanya kekuatan atau kelemahan

perusahaan itu sendiri, baik yang sudah lampau, kini maupun yang akan datang.

Analisis SWOT mengarahkan analisis strategi dengan cara memfokuskan

perhatian pada kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) yang merupakan hal yang kritis bagi

keberhasilan perusahaan. Maka perlunya identifikasi terhadap peluang dan

ancaman yang dihadapi serta kekutan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan

melalui telaah terhadap lingkungan usaha dan potensi sumber daya perusahaan
35

dalam menetapkan sasaran dan merumuskan strategi perusahaan yang realistis

dalam mewujudkan misi dan visinya.

Maka tujuan analisis SWOT pada perusahaan adalah untuk

membenarkan faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan yang telah

dianalisis. Apabila terdapat kesalahan, agar perusahaan itu berjalan dengan baik

maka perusahan itu harus mengolah untuk mempertahankan serta memanfaatkan

peluang yang ada secara baik begitu juga pihak perusahaan harus mengetahui

kelemahan yang dihadapi agar menjadi kekuatan serta mengatasi ancaman

menjadi peluang.

2.1.8.2.4 Manfaat Analisis SWOT

Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam

bisnis apa perusahaan beroprasi, dan arah mana perusahaan menuju ke masa

depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk menilai keberhasilan

manajemen dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Manfaat dari

analisis SWOT adalah merupakan strategi bagi para stakeholder untuk

menetapkan sarana-sarana saat ini atau kedepan terhadap kualitas internal maupun

eksternal. Penggunaan analisis SWOT yang efektif memberikan 4 manfaat bagi

bidan dalam perencanaan

2.1.8.2.5 Fungsi Analisis SWOT

Ketika suatu perusahan mengorbitkan suatu produk tentunya pasti telah

mengalami proses penganalisaan terlebih dahulu oleh tim teknis corporate plan.

Sebagian dari pekerjaan perencanaan strategi terfokus kepada apakah perusahaan


36

mempunyai sumber daya dan kapabilitas memadai untuk menjalankan misinya

dan mewujudkan visinya. Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan

membantu perusahaan untuk tetap menaruh perhatian dan melihat peluang-

peluang baru. Sedangkan penilaian yang jujur terhadap kelemahan-kelemahan

yang ada akan memberikan bobot realisme pada rencana-rencana yang akan

dibuat perusahaan.

Maka, fungsi dari analisis SWOT adalah untuk menganalisa mengenai

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan yang dilakukan melalui telaah

terhadap kondisi internal perusahaan, serta analisa mengenai peluang dan

ancaman yang dihadapi perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap

kondisi eksternal perusahaan.

Analisa SWOT berguna untuk menganalisa faktor-faktor di dalam

organisasi yang memberikan andil terhadap kualitas mutu pelayanan atau salah

satu komponennya sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal.

Analisis SWOT dapat dibagi dalam lima langkah:

a. Menyiapkan sesi SWOT.

b. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan.

c. Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman.

d. Melakukan ranking terhadap kekuatan dan kelemahan.

e. Menganalisis kekuatan dan kelemahan.

2.1.8.2.6 Manfaat Analisis Swot Dalam Perencanaan Mutu Pelayanan

Kebidanan

a. Strengths (Kekuatan)
37

1) Tenaga kesehatan terjun langsung kemasyarakat dengan melakukan

pemeriksaan secara langsung melalui posiandu kepada ibu hamil, post

partum dan balita

2) Pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan mengalami

peningkatan.

3) Bentuk pelayanan kesehatan bagi keluarga difokuskan pada pelayanan

kesehatan ibu (yaitu pelayanan kebidanan dasar, pertolongan persalinan

dan pelayanan nifas).

4) Bumil telah menerima pelayanan rujukan baik ke Puskesmas perawatan

maupun ke rumah sakit.

5) Tenaga kesehatan memberikan pelayanan KIA langsung di tengah-tengah

masyarakat bekerja sama dengan masyarakat setempat baik individu,

kelompok, tenaga kesehatan lain (bidan desa, dukun beranak, dokter, dsb.

6) Pelayanan yang diberikan maksimal dari tenaga kesehatan (mengenai

penyampaian informasi).

7) Meningkatnaya motifasi masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.

8) Pelayanan yang diberikan cukup maksimal untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat mengenai masalah kesehatan

b. Weakness (Kelemahan)

1) Pada ruang KIA tidak adanya tempat untuk menyimpan tabung tes urine

2) Tempat penyimpanan vaksin kurang tertata rapih

3) Masih ada ibu yang belum termotifasi tentang pentingnya imunisasi pada

anak
38

4) Banyaknya kegiatan posyandu dan puskesmas tidak terlaksana jika tidak

ada tenaga kesehatan.

c. Opportunities (Peluang)

1) Pemerintah daerah telah melatih banyak bidan, dan mengirim mereka ke

seluruh daearah pedesaan

2) Adanya pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam peningkatan

kesehatan ibu.

3) Tersedianya fasilitas media massa yang dapat dipergunakan untuk

memperoleh informasi tentang kesehatan.

4) Adanya keterlibatan kader dalam kegiatan posyandu.

5) Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui sistem JPKM yang

disubsidi oleh pemerinta, dan JAMPERSAL untuk ibu melahirkan.

6) Pemerintah telah menyukseskan program kesehatan ibu dan anak melalui

peningkatan dan memperluas sarana dan prasarana kesehatan

7) Adanya peraturan dari pemerintah yang menganjurkan persalinan ditolong

oleh bidan bukan oleh dukun.

8) Adanya kebijakan Jamkesmas.

d. Threats (Ancaman)

1) Perekonomian, informasi dan teknologi yang rendah berdampak pada

peningkatan resiko lebih tingginya angka kematian ibu.

2) Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil dan balita.

3) Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul

seperti pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang - kejang,

aborsi, dan infeksi.


39

4) Tidak semua kelahiran adalah darurat, namun berpotensi menjadi keadaan

darurat.

2.1.8.2.7 Persiapan Dalam Melakukan Analisis SWOT

Sebelum anda melakukan diagnosis terhadap organisasi anda, maka

yakinkan dulu bahwa seluruh informasi yang berkaitan dengan organisasi telah

dengan mudah anda dapatkan (termasuk SDM anggota anda). Hal ini agar

menghindari kesalahan dalam melakukan diagnosis organisasi. Informasi-

informasi tersebut didapatkan dengan cara melibatkan seluruh pelaku organisasi,

sehingga para anggota organisasi pun terbuka terhadap segala kompetensi yang

mereka miliki, yang nantinya sangat bermanfaat bagi organisasi.

Selanjutnya, janganlah bersikap otoriter dalam mengambil data untuk

didiagnosis. Karena jika ada pemimpin yang otoriter dan tidak mampu

menampilkan data yang otentik, maka akan terjadi kesalahan dalam mendiagnosis

yang berdampak pada kesalahan mengambil strategi kedepan untuk organisasi.

Untuk itu bersikap terbukalah dan demokratis terhadap seluruh pelaku organisasi.

Dan penting diketahui bahwa dalam melakukan analisis SWOT, pengetahuan dan

pemahaman akan visi/ misi organisasi harus diketahui secara baik, sehingga

analisis akan mengarah pada pencapaian tujuan organisasi.

2.2 Pengorganisasian Pelayanan Kebidanan


40

2.2.1 Definisi Organisasi

Organisasi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata organon, atau dari bahasa

latin yaitu organum, yang berarti alat bagian atau anggota badan. Pengertian

organisasi telah banyak disampaikan oleh para ahli, tetapi pada dasarnya ada

persamaan, bersama ini disampaikan pengertian organisasi diantaranya adalah:

a. Menurut James D. Money, organisasi adalah bentuk perserikatan manusia

untuk mencapai tujuan bersama.

b. Menurut Ralp Cuuir Davis, organisasi adalah suatu kelompok orang-orang

yang sedang bekerja ke arah tujuan bersama di bawah kepemimpinan.

c. Menurut Chester I Bernard, organisasi merupakan suatu susunan skematis

di mana tergambar sistem dari pada aktifitas kerjasama.

d. Menurut Dimock, organisasi adalah perpaduan secara sistematis dari pada

bagian-bagian yang saling ketergantungan atau berkaitan untuk

membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi,

dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e. Menurut John Price Jones, organisasi adalah sekelompok orang yang

bersatu pada bekerja untuk suatu tujuan bersama di bawah kepemimpinan

bersama dan dengan alat-alat yang tepat.

Berdasarkan beberapa pengertian organisasi di atas maka dapat

disimpulkan bahwa:

a. Organisasi dalam arti bagan yaitu sekelompok orang yang bekerjasama

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.


41

b. Organisasi dalam arti struktur adalah gambaran secara skematis tentang

hubungan-hubungan kerja sama dari orang-orang yang terdapat dalam

rangka usaha mencapai tujuan

c. Ada tiga ciri-ciri atau unsur dasar organisasi yaitu meliputi: adanya

sekelompok orang, antara hubungan atau kerjasama, adanya tujuan yang

akan dicapai.

2.2.2 Defenisi Pengorganisasian (Organizing)

Menurut G.R. Terry, pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan

hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara masing-masing orang sehingga

mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam

melaksanakan tugas-tugas terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada untuk

mencapai tujuan dari sasaran.

Pengorganisasian adalah rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka

yang menjadi wadah bagi segenap kegiatan bekerjasama dengan jalan membagi

dan mengelompokkan pekerjaan yang harus dilakukan serta menetapkan dan

menyusun jalinan hubungan kerja diantara satuan organisasi atau para pejabatnya.

Pengorganisasian adalah pengkoordinasian secara rasional berbagai

kegiatan dari sejumlah orang tertentu untuk mencapai tujuan bersama, melalui

pengaturan pembagian kerja dan fungsi menurut penjenjangannya secara

bertanggung jawab

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah langkah untuk

menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,


42

menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh

pimpinan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

2.2.3 Tujuan Organisasi

Tujuan organisasi secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Merupakan arah akhir di mana semua kegiatan organisasi diarahkan

b. Sebagai bentuk kegiatan yang diperlukan sebelum menetapkan haluan,

prosedur, metode, strategi peraturan

c. Merupakan kebutuhan manusia baik jasmani maupun rohani yang

diusahakan untuk dicapai dengan kerja sama sekelompok orang.

2.2.4 Unsur-Unsur Pokok Pengorganisasian

2.2.4.1 Hal yang Diorganisasikan

Ada 2 macam hal yang diorganisasikan yaitu:

a. Kegiatan

Pengorganisasian kegiatan adalah pengaturan berbagai kegiatan

yang ada dalam rencana sehingga terbentuk satu kesatuan yang terpadu,

secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

b. Tenaga pelaksana

Pengorganisasian tenaga pelaksana mencakup pengaturan struktur

organisasi, susunan personalia serta hak dan wewenang dari setiap tenaga

pelaksana, sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan ada tanggung

jawabnya.
43

2.2.4.2 Proses Pengorganisasian

Proses yang dimaksudkan adalah yang menyangkut pelaksanaan, langkah-

langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang

akan dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan, mendapatkan

pengaturan yang sebaik-baiknya, serta setiap kegiatan yang akan dilaksanakan

tersebut memiliki penanggung jawab pelaksanaannnya.

2.2.4.3 Hasil Pengorganisasian

Hasila pengorganisasian adalah terbentuknya suatu wadah (entity), yang

pada dasarnya merupakan perpaduan antara kegiatan yang akan dilaksanakan

serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan untukmelaksanakan kegiatan tersebut.

2.2.5 Prinsip pokok Organisasi

Untuk dapat melakukan pekerjaan pengorganisasian dengan baik perlu

pula dipahami berbagai prinsip pokok yang terdapat dalam organisasi. Prinsip

pokok yang dimaksud banyak macamnya. Beberapa diantaranya yang terpenting

ialah:

2.2.5.1 Mempunyai pendukung

Pendukung yang dimaksud adalah setiap orang yang bersepakat untuk

membentuk organisasi. Tentu mudah dipahami bahwa untuk satu organisasi yang

bersifat badan usaha, pendukung yang dimaksud di sisni termasuk juga karyawan

yang bekerja di perusahaan tersebut.


44

2.2.5.2 Mempunyai tujuan

Setiap organisasi harus mempunyai tujuan, baik yang bersifat umum dan

ataupun yang bersifat khusus. Pada dasarnya tujuan yang dimaksud ini adalah

sesuatu yang mengikat para pendukung yakni orang-orang yang bersekutu dalam

organisasi. Secara umum disebutkan makin sesuai tujuan organisasi dengan tujuan

para pendukung, maka makin kokoh lah ikatan persekutuan antara para

pendukung. Agar organisasi dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan maka

tujuan organisasi ini haruslah dipahami oleh semua pihak yang berada dalam

organisasi.

2.2.5.3 Mempunyai kegiatan

Agar tujuan organisasi dapat dicapai, diperlukan adanya berbagai kegiatan.

Suatu organisasi yang baik adalah apabila organisasi tersebut memiliki kegiatan

yang jelas dan terarah. Secara umum disebutkan, makin aktif suatu organisasi

melaksanakan kegiatannya, maka baik pula lah organisasi tersebut. Sama halnya

dengan tujuan, maka kegiatan ini haruslah dipahami oleh semua pihak yang

berada dalam organisasi.

2.2.5.4 Mempunyai pembagian tugas

Yang dimaksud dengan kegiatan organisasi pada dasarnya adalah kegiatan

yang dilakukan oleh para pendukung organisasi. Agar kegiatan tersebut dapat

terlaksana dengan baik, perlu diatur pembagian tugas antara para pendukung.

Secara umum disebut organisasi dinilai suatu organisasi yang baik, apabila setiap

tugas yang ada dalam organisasi tersebut dapat dibagi habis antar para pendukung
45

untuk selanjutnya setiap pendukung tersebut mengetahui serta dapat

melaksanakannya setiap tugas dan tanggung jawab masing-masing. Prinsip

pembagian tugas ini dalam organisasi dikenal dengan nama prinsip bagi habis

tugas.

2.2.5.5 Mempunyai perangkat organisasi

Agar tugas-tugas yang dipercayakan kepada pendukung dapat terlaksana,

diperlukan adanya perangkat organisasi yang popular disebut dengan satuan

organisasi. Satuan organisasi banyak macamnya, yang jika ditinjau menurut tugas,

tanggung jawab serta wewenang yang dimiliki dapat dibedakan atas beberapa

macam. Mulai dari yang bersifat pengarah dan penentu kebijakan sampai dengan

yang bersifat pelaksana kegiatan. Tentu mudah dipahami setiap organisasi ini

harus dimiliki fungsi dan wewenangnya yang jelas. Prinsip memiliki fungsi yang

seperti ini dalam organisasi dikenal dengan nama prinsip fungsional.

2.2.5.6 Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang

Karena peranan yang dimiliki oleh setiap satuan organisasi tidak sama,

perlu diatur pembagian dan pendelegasian wewenang untuk setiap satuan

organisasi. Secara umum disebutkan, wewenang suatu organisasi pimpinan

semestinya hanya bersifat memutuskan hal-hal yang bersifat penting saja.

Sedangkan wewenang pengambilan keputusan yang bersifat rutin harus

didelegasikan kepada suatu organisasi yang lebih bawah. Prinsip pendelegasian

wewenang yang seperti ini dikenal dengan nama prinsip pengecualian.


46

2.2.5.7 Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah dan arah

Agar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, kegiatan yang dilaksanakan

oleh suatu organisasi bersifat kontinu, fleksibel serta sederhana. Selanjutnya untuk

menjamin kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap perangkat organisasi sesuai

dengan yang telah ditetapkan yakni dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, perlu ada prinsip kesatuan perintah serta kesatuan arah yang semuanya

harus dapat membentuk suatu hubungan mata rantai yang tak terputus. Sebab,

apabila tidak demikian halnya, akan menyebabkan tujuan organisasi akan sulit

dicapai.

2.2.6 Manfaat Pengorganisasian

Dengan mengembangkan fungsi pengorganisasian, seorang manajer akan

dapat mengetahui:

a. Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.

b. Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi tersebut

melalui kegiatan yang dilakukannya.

c. Pendelegasian wewenang

d. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.

2.2.7 Langkah-Langkah Pengorganisasian

a. Tujuan organisasi harus dipahami. Tujuan organisasi sudah disusun pada

saat fungsi perencanaan.

b. Membagi habis pekerjaaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk

mencapai tujuan. Dalam hal ini, pimpinan yang mengemban tugas pokok
47

organisasi sesuai dengan visi dan misi organisasi Untuk itu membagi tugas

pokok pada staf yang ada. Dari sini akan muncul gagasan pengembangan

bidang-bidang, seksi-seksi dan sebagainya sesuai dengan kegiatan pokok.

c. Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatu kegiatan yang prkatis.

Pembagian tugas pokok ke dalam elemen kegiatan harus mencerminkan

apa yang harus dikerjakan oleh staf.

d. Menetapkan kewajiban yang harus dilaksanakan dan menyediakan fasilitas

pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugas nya. Pengaturan

ruangan dan dukungan alat-lat kerja adalah salah satu contohnya.

e. Penugasan personel yang cakap yang memilih dan menempatkan staf yang

dianggap mampu melaksanakan tugas. Bagian ini penting dipahami oleh

manajer personalia pada saat mengangkat atau memilih staf pejabat atau

yang akan melaksanakan tugas-tugas tertentu organisasi.

f. Mendelegasikan wewenang, tugas-tugas staf dan mekanisme pelimpahan

wewenang dapat diketahui melalui struktur organisasi yang dianut. Untuk

organisasi seperti puskesmas yang mempunyai jumlah tenaga yang

terbatas tetapi ruang lingkup kerja dan kegiatannya cukup luas, prinsip

kerja sama yang sifatnya integratif perlu diterapkan. Contohnya: kegiatan

imunisasi. Staf puskesmas yang diberikan kewenangan mengoordinasi

kegiatan imunisasi hanya satu, tetapi sasaran kelompok penduduk dan

wilayah kerjanya cukup luas. Untuk melaksanakan kegiatan ini, staf lain

diberikan tugas dan wewenang membantu melaksanakan kegiatan

imunisasi tersebut sehingga semua penduduk sasaran dapat diberikan

pelayanan imunisasi secara efisien dan efektif.


48

2.3 Analisis Jurnal

2.5.1 Stillbirths: Ending Preventable Deaths By 2030 (Bayi Lahir Mati:

Mengakhiri Kematian Yang Dapat Dicegah Pada Tahun 2030)

Oleh: Luc de Bernis, Mary V Kinney, William Stones, Petra ten Hoope-Bender,

Donna Vivio, Susannah Hopkins Leisher, Zulfi qar A Bhutta,Metin Gülmezoglu,

Matthews Mathai, Jose M Belizán, Lynne Franco, Lori McDougall, Jennifer

Zeitlin, Address Malata, Kim E Dickson, Joy E Lawn.

Publis 18 January, 2016

2.5.1.1 Abstraks

Upaya untuk mencapai tujuan dunia baru untuk kelangsungan hidup ibu

dan anak juga akan mencegah lahir mati dan meningkatkan kesehatan dan hasil

perkembangan. Lima bidang prioritas untuk mengubah tren lahir mati termasuk

kepemimpinan yang disengaja; suara yang meningkat, terutama wanita;

pelaksanaan intervensi terintegrasi dengan investasi sepadan; indikator untuk

mengukur dampak dari intervensi dan terutama untuk memantau kemajuan; dan

investigasi ke celah pengetahuan penting. Agenda pasca-2015 mewakili peluang

bagi semua pemangku kepentingan untuk bertindak bersama untuk mengakhiri

semua kematian yang dapat dicegah, termasuk kelahiran mati.

2.5.1.2 Pembahasan

Lima Tindakan Prioritas Dapat Mengubah Tren Untuk Kelahiran Mati

Tindakan ini termasuk kepemimpinan yang disengaja; suara yang

meningkat, terutama wanita; pelaksanaan intervensi terintegrasi dengan investasi


49

sepadan; indikator untuk mengukur dampak dari intervensi dan terutama untuk

memantau kemajuan; dan investigasi kesenjangan pengetahuan kritis.

Kepemimpinan adalah prasyarat penting untuk kemajuan

Jaringan organisasi yang bekerja pada isu-isu lahir mati memiliki potensi

untuk meningkatkan kerjasama dan kerjasama melalui koneksi yang ada dengan

kegiatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, tetapi upaya yang disengaja diperlukan

untuk memperkuat peran dan keterlibatan orang tua yang terkena dampak dalam

jaringan ini.

Peningkatan suara dari komunitas dan wanita dapat mengatasi masalah

stigma yang terkait dengan kelahiran mati.

Memetakan prakarsa kesehatan wanita dan anak-anak pasca-2015

Tujuan dari latihan pemetaan ini adalah untuk meninjau semua prakarsa pasca-

2015 global yang relevan untuk mengeksplorasi konten yang terkait dengan

kriteria yang direkomendasikan untuk memasukkan lahir mati berdasarkan tema

yang diidentifikasi dalam makalah pertama dari Seri.17 Pemilihan dokumentasi

dirampingkan dengan yang pertama kertas dalam Seri ini termasuk makalah yang

mendukung Setiap Wanita Setiap Anak atau disebutkan dalam panggilan untuk

bertindak dari 2011 Lancet Stillbirth Series. Selain itu, beberapa tema

diidentifikasi oleh Kelompok Kelompok Penasihat dan Studi sebagai hal yang

penting namun kurang terwakili - kesehatan mental global, meningkatkan suara,

stigma, dan hak asasi perempuan -dan dokumen terkait diidentifikasi untuk setia

tema.

Analisis Jaringan Organisasi


50

Analisis jaringan organisasional menilai struktur hubungan antar aktor

dalam suatu jaringan. Analisis jaringan organisasi ini, diimplementasikan untuk

lebih memahami pola interaksi saat ini yang terkait dengan kelahiran mati dan

mengembangkan jalan ke depan untuk memperkuat momentum dan tindakan

untuk lahir mati, Analisis serupa telah digunakan untuk komunitas organisasi

yang bekerja pada kesehatan bayi baru lahir di seluruh dunia.

Makalah ini bertujuan untuk: (1) mensintesiskan bukti dari Seri pada tindakan

untuk mempercepat kemajuan untuk mengakhiri kelahiran mati yang dapat

dicegah dan untuk mempromosikan perawatan yang penuh perhatian dan suportif,

yang mencakup perawatan kematian setelah kematian; (2) menilai peluang untuk

integrasi pencegahan dan perawatan lahir mati yang lebih besar dalam prakarsa

dan laporan kesehatan global yang relevan dan rencana nasional; (3) melaporkan

analisis jaringan organisasi yang memeriksa hubungan-hubungan di antara 33

organisasi yang bekerja untuk mencegah lahir mati; dan (4) memperbarui ajakan

bertindak terukur untuk integrasi pencegahan dan tanggapan lahir mati sebagai

bagian dari kesehatan wanita dan anak-anak.

Intervensi dan tindakan untuk mencegah dan merespon kelahiran mati

sepanjang kesehatan perempuan dan anak-anak

1. Kesehatan reproduksi

Perencanaan dan persiapan

a) intervensi dengan efek terbukti pada pencegahan lahir mati

Informasi dan layanan perencanaan keluarga, termasuk untuk remaja

(kehamilan lebih sedikit di antara wanita yang lebih muda dari 16 tahun dan
51

lebih tua dari 35 tahun, dan jarak kelahiran); fortifikasi asam folat atau

suplementasi; pencegahan, pengujian, dan penatalaksanaan sifilis

b) Intervensi dengan efek potensial pada pencegahan dan perawatan

lahir mati

Pemeliharaan kesehatan dan gizi yang baik, promosi perilaku sehat

seperti nutrisi yang baik, aktivitas fisik, dan tidak ada tembakau, alkohol, dan

obat-obatan; pemeriksaan sebelum hamil untuk gangguan hipertensi, penyakit

jantung, anemia, kurang gizi, dan obesitas, pencegahan, pengujian, dan

manajemen infeksi menular seksual (misalnya, hepatitis B dan HIV);

pencegahan anak dan kawin paksa; deteksi dan pengelolaan penggunaan zat

berbahaya dan berbahaya; deteksi kehamilan dan manajemen faktor risiko

(nutrisi, tembakau, alkohol, dan racun lingkungan) dan kelainan genetik

c) Tindakan legislatif dan kebijakan

Intervensi legislatif dan programatik untuk menunda pernikahan;

intervensi legislatif dan programatik untuk memastikan penyelesaian

pendidikan menengah untuk anak perempuan dan anak laki-laki; penyediaan

pendidikan seksualitas komprehensif untuk anak laki-laki dan perempuan;

merencanakan kehamilan dengan metode kontrasepsi modern; pemikiran

strategis tentang kualitas perawatan, termasuk ketersediaan, akses yang adil,

penerimaan

2. Kehamilan: memastikan awal yang sehat

a) Intervensi Dengan Efek Terbukti Pada Pencegahan Lahir Mati


52

Perawatan antenatal yang efektif dan kunjungan dukungan,

suplementasi asam folat; pencegahan dan penatalaksanaan malaria, termasuk

kelambu insektisida atau pengobatan pencegahan intermiten; pencegahan dan

penatalaksanaan sifilis; intervensi untuk penghentian merokok; skrining untuk

dan manajemen penyakit ibu dan faktor risiko (obesitas, gangguan hipertensi,

diabetes); deteksi dan manajemen janinpembatasan pertumbuhan

b) Intervensi Dengan Efek Potensial Pada Pencegahan Dan Perawatan

Lahir Mati

Suplementasi besi; suplementasi kalsium (pencegahan hipertensi);

konseling diet untuk mendapatkan berat badan yang sehat dan nutrisi yang

memadai; deteksi dan manajemen faktor risiko (nutrisi, tembakau, alkohol,

racun lingkungan) dan kelainan genetik; manajemen kondisi medis kronis

(misalnya, hipertensi dan diabetes); aspirin dosis rendah untuk mencegah pre-

eklampsia; obat antihipertensi; magnesium sulfat untuk pre-eklamsia berat

dan eklampsia; versi cephalic eksternal; konseling untuk kekerasan dalam

rumah tangga

c) Tindakan Legislatif dan Kebijakan

Pemeliharaan kesehatan yang baik dan persiapan untuk kehamilan,

persalinan, dan bulan-bulan awal sebagai keluarga baru; menerima setidaknya

empat kunjungan perawatan antenatal berkualitas, yang termasuk komponen

klinis penting

3. Melahirkan: Mendukung Awal Yang Aman

a) Intervensi Dengan Efek Terbukti Pada Pencegahan Lahir Mati


53

Fasilitas persalinan dengan penolong kelahiran terampil: antibiotik

untuk PPROM; induksi tenaga kerja untuk mengelola PROM at term;

surveilans persalinan (partograf), termasuk pemantauan janin; induksi

persalinan pasca-kerja; persalinan per vaginam dan seksio sesaria untuk

indikasi janin (perawatan obstetri darurat komprehensif)

b) Intervensi Dengan Efek Potensial Pada Pencegahan Dan Perawatan

Lahir Mati

Dukungan psikososial dan pendamping pilihan selama persalinan;

prosedur yang tepat untuk persalinan setelah diagnosis lahir mati (misalnya

induksi persalinan, embryotomy, dan operasi caesar)

c) Tindakan Legislatif Dan Kebijakan

Akses ke layanan kebidanan dengan pendamping pilihan; ibu

berpartisipasi dalam keputusan tentang bagaimana mereka dan bayi mereka

dirawat dan memiliki privasi dan ruang untuk mengalami kelahiran tanpa

gangguan dan intervensi yang tidak perlu

4. Ketika Kematian Bayi Terjadi: Perawatan Penuh Hormat Dan

Mendukung

a) Intervensi dengan efek terbukti pada pencegahan lahir mati

b) Intervensi dengan efek potensial pada pencegahan dan perawatan lahir

mati

Kualitas perawatan pasca melahirkan untuk ibu, termasuk

manajemen komplikasi (misalnya, perdarahan, eklampsia, sepsis, dan

anemia), dan pencegahan, deteksi dini, dan manajemen fistrik obstetri; saran
54

perencanaan keluarga dan kontrasepsi; inisiasi atau kelanjutan terapi

antiretroviral untuk HIV; konseling nutrisi; kontak pascakelahiran dengan

penyedia layanan kesehatan terampil, di rumah atau di fasilitas kesehatan

pada sekitar hari ke 3, hari ke 7, dan pada 6 minggu setelah kelahiran;

skrining dan manajemen untuk depresi pasca-melahirkan; kematian maternal

dan perinatal atau pemeriksaan atau audit kasus nyaris meninggal; dukungan

penuh kasih dan berkasih hati untuk semua anggota keluarga setelah lahir

mati, kematian ibu, atau bayi baru lahir; penyediaan dukungan emosional dan

informasi spesifik untuk membantu dalam pengambilan keputusan dan akses

ke dukungan keuangan bila memungkinkan

c) Tindakan Legislatif Dan Kebijakan

Dukungan yang penuh hormat untuk semua anggota keluarga setelah

kematian yang sesuai dalam konteks, yang mungkin termasuk informasi yang

akurat tentang opsi (misalnya, melihat dan memegang bayi) dan keputusan

(misalnya, pengaturan pemakaman dan otopsi); dukungan berkelanjutan

setelah kematian (misalnya, informasi tentang ke mana harus mencari

bantuan, dukungan konseling, dukungan keuangan untuk pendapatan yang

hilang dan pengeluaran ekstra, dan mendengarkan); informasi dan pendidikan

untuk mengurangi stigma dan tabu terkait dengan kelahiran mati, kematian

ibu atau bayi baru lahir; dukungan kepada kelompok-kelompok masyarakat,

yang dapat mengurangi stigma dan mendukung keluarga yang ditinggalkan;

pendidikan dan pelatihan pekerja kesehatan dalam perawatan penuh hormat

untuk orang tua yang berduka; penciptaan ruang yang aman untuk
55

mendukung pekerja perawatan kesehatan yang merawat yang berkabung;

dorongan otopsi jika memungkinkan

2.5.2 Midwifery 2030: A Woman’s Pathway To Health. What Does This

Mean? (Kebidanan 2030: jalur wanita menuju kesehatan. Apa artinya

ini?)

Oleh: Petra ten Hoope-Bender, RM, MBA (Independent consultant in Women's

Health andDevelopment), Sofia Tavares Castro Lopes, RN, MS (Research

Associate),Andrea Nove, PhD (Senior Technical Adviser),Michaela Michel-

Schuldt, RM, MSc (Technical Officer Midwifery), Nester T Moyo, RM, MSc

(Senior Technical Midwifery Adviser), MarthaBokosi, RN, RM, MSc (Project Co-

ordinator), Laurence Codjia, MSc (Technical Officer, Countries Initiatives),

Sheetal Sharma, Phd candidate (Research Associate), Caroline HomerRM, PhD

(Professor of Midwifery)

Publis 2016

2.5.2.1 Abstrak

Laporan Kebidanan Negara 2014 di Dunia mencakup kerangka kerja baru

untuk penyediaan perawatan kesehatan seksual, reproduksi, ibu, bayi baru lahir

dan remaja yang berpusat pada wanita, yang dikenal sebagai Mid-wifery2030

Pathway. Pathway dirancang untuk diterapkan di semua pengaturan (negara-

negara berpenghasilan tinggi, menengah dan rendah, dan dalam semua jenis

sistem kesehatan). Dalam makalah ini, kami menggambarkan proses


56

pengembangan Jalur Kebidanan 2030 dan menjelaskan arti dari komponen-

komponennya yang berbeda, dengan maksud untuk membantu negara-negara

dengan Perencanaan dan implementasinya. Jalur ini dikembangkan oleh proses

konsultasi dengan sekelompok pakar kebidanan internasional. Ini

mempertimbangkan empat tahap kehidupan reproduksi wanita: (1) pra-kehamilan,

(2) kehamilan,(3) persalinan dan kelahiran, dan (4) postnatal, dan menjelaskan

perawatan yang dibutuhkan wanita dan remaja di setiap tahap. Mendasari keempat

tahap ini adalah sepuluh yayasan, yang menggambarkan sistem, layanan, tenaga

kerja dan informasi yang perlu ada untuk mengubah Pathway dari visi menjadi

kenyataan. Dasar-dasar ini meliputi: kebijakan dan lingkungan kerja di mana

angkatan kerja kebidanan beroperasi, cakupan efektif layanan seksual, reproduksi,

ibu, bayi baru lahir dan remaja (yaitu melampaui ketersediaan dan memastikan

aksesibilitas, penerimaan dan kualitas tinggi), pembiayaan mekanis-isme,

kolaborasi antara berbagai sektor dan tingkat yang berbeda dari sistem kesehatan,

fokus pada perawatan primer bersarang dalam sistem rujukan fungsional ketika

diperlukan, pendidikan pra-dan-dalam-kerja untuk tenaga kerja, regulasi efektif

kebidanan dan penguatan kepemimpinan dari asosiasi profesional. Penguatan

semua yayasan ini akan memungkinkan negara-negara mengubah Pathway dari

visi menjadi kenyataan.

2.5.2.2 Latar Belakang

Laporan Kebidanan Dunia 2014 (SoWMy2014) (UNFPA et al., 2014)

diterbitkan pada Juni 2014 dan, untuk 73 negara berpenghasilan rendah dan

menengah, menganalisis kesehatan seksual, reproduksi, ibu, bayi baru lahir dan
57

remaja (SRMNAH=sexual, reproductive, maternal, newborn and adolescent

health ) tenaga kerja dari perspektif ketersediaan, aksesibilitas, penerimaan, dan

kualitas perawatan yang diberikannya. Tujuan dari laporan ini adalah untuk

mendukung program SRMNAH antara pemerintah dan mitra, mempercepat

kemajuan Milenium Pembangunan Kesehatan (MDGs), mencatat perkembangan

tenaga kerja sejak laporan SoWMy 2011 dan menginformasikan negosiasi dan

persiapan agenda pembangunan pasca 2015.

Untuk memberikan audiensi SoWMy dengan pemahaman tentang layanan

SRMNAH yang berpusat pada orang dan berpusat pada perempuan yg merupakan

model ideal yang potensial dari perawatan kebidanan. Tujuan dari kegiatan ini

adalah untuk menjawab pertanyaan: "Apa yang bisa model mid-wifery idealnya

terlihat seperti pada tahun 2030 di pengaturan sumber daya rendah, menengah dan

tinggi"? Tujuannya adalah untuk menghasilkan dokumen yang bekerja pada visi

yang dapat diambil dalam pekerjaan di masa depan, dan yang pada akhirnya akan

berfungsi sebagai kerangka kerja untuk membantu dengan formasi kebijakan dan

perencanaan layanan.

Organisasi yang dilibatkan: ICM, perwakilan kebidanan regional (Afrika,

Asia dan Amerika Latin), WHO dan UNFPA. Dari diskusi itu, konsep visi untuk

model kebidanan perawatan dalam konteks yang berbeda dikembangkan dan

dikirim untuk konsultasi dengan ICM dan ahli kebidanan lainnya.

Diskusi awal mengidentifikasi satu set tema utama untuk dimasukkan dalam visi,

yang merupakan kebutuhan untuk:perawatan yang berpusat pada wanita dengan

kesinambungan perawatan dan kontinuitas pemberi perawatan,layanan berbasis


58

komunitas - kebutuhan akan layanan di luar rumah sakit serta di dalamnya -

perawatan perlu terdesentralisasi, danperawatan sesuai budaya.

a) Komunitas - kembangkan model perawatan yang dapat diterima secara

budaya, dan disesuaikan untuk penduduk perkotaan / perkotaan-miskin dan

pedesaan

b) Kolaborasi - dengan wanita, komunitas, dan dengan penyedia layanan lainnya

c) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) - gunakan platform dan

teknologi baru untuk mendekatkan kebidanan pada wanita (mis. MHealth)

d) Kolaborasi dan pendidikan interdisipliner - mengembangkan bidan yang

kompeten sejak awal

e) Meningkatnya cakupan praktik-untuk memungkinkan kebutuhan khusus para

wanita yang lebih muda dan lebih tua serta keluarga mereka.

Kemitraan untuk Intervensi Penting Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan

Anak (Kemitraan untuk Kesehatan Ibu dan Anak yang Baru Lahir (PMNCH),

2011) digunakan untuk memastikan bahwa semua elemen penting perawatan akan

dimasukkan dalam Jalur. Bukti praktik kebidanan terbaik diambil dari penelitian

dan pedoman tentang (a) perawatan yang berpusat pada wanita dan(B) perawatan

yang dipimpin oleh bidan (kehamilan berisiko rendah yang dihadiri oleh bidan)

(Departemen Kesehatan, 2007; Sandall dkk. 2013,; Pusat Kolaboratif Nasional

untuk Kesehatan Perempuan dan Anak-anak, 2014; Renfrew et al., 2014 ).


59

KETERANGAN: KEBIDANAN 2030 JALUR (PATHWAY) MENUJU SEHAT

1. Perencanaan dan Persiapan

a) Menunda menikah pada usia yang sudah ditetapkan

b) Menyelesaikan pendidikan menengah (SMA)

c) Menyediakan pendidikan seks yg komprehensif untuk anak laki-laki dan

perempuan

d) Proteksi (lindungi )diri terhadap HIV/AIDS

e) Mempertahankan status kesehatan dan nutrisi yang baik

f) Merencanakan kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi

modern

2. Memastikan Buat Hati Sehat

a) Mempertahankan status kesehatan dan persiapan diri untuk kehamilan,

persalinan dan bulan pertama sebagai keluarga baru.


60

b) Melakukan 4 kali kunjungan antenatal, termasuk membahas persiapan

kelahiran dan membuat rencana jika terjadi keadaan darurat

c) Memastikan dan meberikan dukungan profesional dan asuhan kebidanan

preventif untuk membantu ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

3. Pendukung Awal yang Aman

a) Pelayanan kebidanan yang aman dengan pasangan

b) Respek, supportif dan asuhan preventip dari bidan yang kompeten

c) Ikut serta dalam keputusan bagaimana ibu dan bayi dirawat

d) Memiliki privasi dan tempat untuk menyaksikan kelahiran tanpa

intervensi

e) Didukung oleh tim kolaborasi bidan saat keadaan emergency

4. Menciptakan Pondasi Untuk Masa Depan

a) Melakukan Inisiasi menyusu dini (IMD) dan memberikan support untuk

menyusui secara eksklusif

b) Berikan informasi tentang dukungan dan care dengan bayi yg dilahirkan

c) Informasikan tentang keluarga berencana (KB)

d) Berikan dukungan dalam peduli kesehatan keluarga dengan

menganjurkan untuk mengikuti program vaksin/ imunisasi.

Pathway disetujui oleh para ahli dari lembaga utama SoWMy (termasuk

UNFPA, WHO dan ICM, International Council of Nurses (ICN) dan Konfederasi

Internasional Ginekologi dan Obstetri (FIGO). menyarankan sistem, mekanisme,


61

dan lingkungan kebijakan yang perlu ada agar menjadi kenyataan di semua

negara.

Dari perspektif SRMNAH kami mengidentifikasi 10 pondasi utama yang

dapat mendukung dan membuat Pathway menjadi kenyataan. dapat

diklasifikasikan ke dalam empat kelompok utama tindakan: (1) Tata kelola dan

sistem kesehatan, (2) layanan Kesehatan,(3) Petugas kesehatan, dan (4) Informasi.

Yayasan 1: Semua wanita usia reproduktif, termasuk:

remaja, memiliki akses ke perawatan kebidanan saat dibutuhkan. Dalam konteks

perawatan SRMNAH, ini berarti bahwa bidan dan penyedia perawatan SRMNAH

lainnya akan tersedia sepanjang seluruh rangkaian perawatan, akan dapat diakses

secara geografis dan finansial, diterima oleh komunitas dan konteks yang mereka

layani dan berikan perawatan berkualitas tinggi untuk semua wanita, remaja dan

bayi yang membutuhkan.

Yayasan 2: Pemerintah menyediakan dan diadakanmeja untuk lingkungan

kebijakan yang mendukung. Pemerintah dan pembuat kebijakan bertanggung

jawab untuk menetapkan kebijakan yang mencakup SRMNAH dan dimasukkan

ke dalam rencana kesehatan nasional dan / atau strategi yang menentukan

bagaimana perawatan kesehatan akan diberikan (Scheil-Adlung, 2013). Paket

asuhan kebidanan yang mengandung intervensi berbasis bukti yang disesuaikan

untuk kebutuhan populasi tertentu dan untuk 'nilai uang' terbaik, harus ditetapkan

dan dimasukkan dalam kebijakan ini serta upaya yang dilakukan untuk

mengintegrasikan kebijakan dari berbagai bidang-bidang seperti HRH dan

transportasi di mana garis-garis aksi yang umum dapat diantisipasi.


62

Yayasan 3: Pemerintah dan sistem kesehatan menyediakan dan bertanggung

jawab atas lingkungan yang sepenuhnya diaktifkan (kerja),di mana para

profesional kebidanan mampu memberikan perawatan kualitas terbaik sesuai

dengan cakupan penuh praktik dan kompetensi mereka. Ini melibatkan

ketersediaan fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan mekanisme rujukan

fungsional dan tim multi-disiplin yang bekerja di lingkungan kolaboratif (sepuluh

Hoope-Bender et al., 2014), dengan pengawasan suportif dan pendampingan

sebaya yang tersedia untuk semua pekerja kesehatan, bahkan di daerah terpencil

(Moran et al., 2014).

Yayasan 4: Pengumpulan dan analisis data sepenuhnya tertanam dalam

penyampaian layanan dan pengembangan, dengan pengumpulan data rutin dan

register yang terintegrasi ke dalam sistem informasi kesehatan regional dan

nasional (Health Metrics Network (HMN), 2015).

Yayasan 5: Perawatan kebidanan diprioritaskan dalam anggaran kesehatan

nasional; semua wanita diberikan jaminan keuangan universaltection, sesuai

dengan akses universal untuk visi kesehatan (World Health Organization, 2013).

Hal ini paling baik dicapai ketika pemerintah memasukkan pembiayaan

berkelanjutan dalam rencana kesehatan nasional, dengan mempertimbangkan

tidak hanya pelatihan profesional kebidanan , tetapi juga fakta bahwa semua

wanita harus memiliki akses ke perawatan kesehatan esensial tanpa menderita

kesulitan keuangan (World Health Organization, 2014).

Layanan kesehatan (organisasi, model perawatan)


63

Yayasan 6: Perawatan kebidanan disampaikan dalam praktek kolaboratif

yang melibatkan profesional perawatan kesehatan (HCP), rekanandan

petugas kesehatan awam, yang meningkatkan kualitas perawatan dan keuntungan

kesehatan bagi perempuan dan keluarga mereka. Model perawatan yang berpusat

pada wanita dapat membangun jembatan antara komunitas dan penyedia layanan

kesehatan, mempromosikan praktik kolaboratif dan dapat mengoptimalkan

kombinasi keterampilan para profesional yang memberikan perawatan yang

efektif dan berkualitas (World Health Organization, 2010b).

Yayasan 7: Perawatan kebidanan tingkat pertama dekat dengan wanita dan

keluarganya, dengan transfer mulus ke perawatan tingkat berikutnya

jikadiperlukan, sepenuhnya sejalan dengan visi perawatan kesehatan universal

yang berpusat pada tingkat dasar. Dalam hal ini, layanan kebidanan dapat

menawarkan nilai yang besar ketika ditempatkan pada berbagai tingkat sistem

perawatan kesehatan dan ketika didukung dan dikelilingi oleh sistem yang

berfungsi yang menyediakan mekanisme transportasi dan komunikasi antara

layanan kesehatan sehingga rujukan dapat diberikan tanpa penundaan.

Yayasan 8: Tenaga kerja kebidanan didukung melalui pendidikan

berkualitas, regulasi dan manusia yang efektif danmanajemen sumber daya

lainnya. Pendidikan, regulasi dan asosiasi dianggap sebagai tiga pilar untuk

angkatan kerja kebidanan yang aktif dan kompeten (International Confederation

of Midwives, 2015a). Pendidikan adalah kunci untuk perawatan berkualitas tinggi

dan karena itu program pendidikan bidan harus secara teratur ditinjau dan
64

diperbarui untuk menyertakan pengetahuan dan bukti terbaru. Pro-gram paling

efektif jika mencakup mata kuliah teoretis dan praktis dengan fakultas dan

fasilitas yang memadai. Penggunaan standar ICM untuk pendidikan kebidanan

(International Confedera-tion of Midwives, 2011) dan alat-alat seperti contoh

kurikulum template (International Confederation of Midwives, 2012) dapat

membantu memastikan bahwa siswabidan mengembangkan kompetensi yang

tepat untuk memberikan perawatan yang berkualitas, memungkinkan mereka

untuk berkembang lebih lanjut menjadi praktisi kebidanan serta pendidik atau

peneliti. Fasilitas pendidikan memerlukan ruang pengajaran yang cukup dan

bahan dan pengaturan praktis untuk memastikan kemahiran setelah menyelesaikan

program pendidikan, dan praktik manajemen yang efektif (Bailey et al., 2015).

Yayasan 9: Semua profesional perawatan kesehatan menyediakan dan

diaktifkan untuk memberikan perawatan berkualitas yang terhormat. Memberikan

perawatan dengan penuh hormat adalah tanggung jawab yang menyentuh seluruh

sistem kesehatan. Dasar untuk perawatan penuh hormat terletak pada pengakuan

hak asasi manusia di seluruh sistem kesehatan, dan terjemahan mereka ke dalam

layanan yang memahami dan menghormati konsep informasi, penentuan nasib

sendiri, martabat dan privasi. Petugas kesehatan (dukungan dan latihan).

Yayasan 10: Asosiasi profesional menyediakan kepemimpinankepada

anggotanya untuk memfasilitasi penyediaan layanan berkualitas. Asosiasi dapat

mendukung anggotanya dengan mendorong dialog antar profesi dan intra-

profesional untuk meminimalkan hambatan terhadap perawatan terpadu, colla-

boratif sepanjang rangkaian lengkap SRMNAH.


65

2.5.3 Alternatif Kebijakan Operasional Audit Maternal Perinatal (AMP) Di

Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan (Alternative of Operational

Policy Maternal Perinatal Audit (MPA) In Barito Kuala District South

Kalimantan)

Oleh: Mardiah1, Hedy Hardiana

Publish Maret 2018

2.5.3.1 Pendahuluan

Program AMP merupakan salah satu bentuk implementasi dari program audit

klinis oleh Departemen Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yang

didefinisikan sebagai suatu proses penelaahan bersama kasus kematian dan

kesakitan maternal dan perinatal serta pelaksanaannya dengan tujuan menetapkan

penyebab dan faktor yang terkait dengan kesakitan dan kematian ibu dan perinatal

yang ada hubungnnya dengan 3 terlambat dan 4 terlalu.

Langkah strategis AMP ini perlu dilakukan untuk mengoptimalkan upaya

percepatan penurunan AKI dan AKB dengan gambaran kegiatan

1. Semua Kabupaten/Kota sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan

program KIA secara bertahap menerapkan kendali mutu, yang antara lain

dilakukan melalui AMP di wilayahnya ataupun diikut sertakan

Kabupaten/Kota lain.

2. Dinas kesehatan kabupaten atau kota berfungsi sebagai koordinator fasilitator

yang bekerja sama dengan rumah sakit Kabupaten/Kota dan melibatkan

puskesmas dan unit pelayanan KIA swasta lainnya dalam upaya kendali mutu

diwilayah Kabupaten/Kota.
66

3. Ditingkat Kabupaten/Kota perlu dibentuk tim AMP yang selalu mengadakan

pertemuan rutin untuk menyeleksi kasus, membahas dan membuat

rekomendasi tindak lanjut berdasarkan temuan dari kegiatan audit

(penghargaaan dan sanksi bagi pelaku).

4. Perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan hasil temuan dari

kegiatan audit, sehingga diharapkan berorientasi kepada pemecahan masalah

setempat.

5. Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota, bersama-sama

RS dilaksanakan langsung pada saat audit atau secara rutin, dalam bentuk

yang disepakati oleh tim AMP.

Dari kegiatan AMP di tingkat Kabupaten/Kota diharapakan akan dapat

digunakan untuk proses audit ditingkat Provinsi agar dapat menghasilkan

kebijakan tingkat tinggi melalui mekanisme Confidential Enquiries Into Maternal

& Neonatal Death (CEMD). Pada tingkat ini dapat dilibatkan pakar dari berbagai

macam bidang terkait transportasi dan lain-lain agar menghasilkan intervensi yang

berbasis bukti dan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pelayanan maternal dan

perinatal/neonatal.

2.5.3.2 Pembahasan

a) Input

1. Jumlah Kematian Ibu

2. Jumlah Kematian Bayi

3. Aspek Legalitas

4. Aspek Teknis
67

5. Aspek SDM (Sumber daya manusia)

6. Aspek Anggaran

7. Kualitas Pelayanan

8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

9. Akses Pelayanan Kesehatan

10. Sosial Budaya

11. Letak Geografis

b) Proses

Pengelolaan data kegiatan AMP di Kabupaten Barito Kuala dilakukan

berdasarkan data pelaporan kematian yang masuk di dinas kesehatan dari

bidan di desa kemudian tingkat puskesmas dan dilaporkan ke kabupaten.

c) Output

Dalam penelitian ini output AMP yang ingin dievaluasi yaitu terkait

pelaporan hasil kegiatan AMP berupa jumlah AKI dan AKB Disamping itu

output dilakukannya AMP akan membuahkan hasil yang baik mana kala

AMP dilakukan dengan benar sehingga hasil akhirnya akan diperoleh

pencapaian-pencapaian sebagai berikut:

1. Menentukan sebab dan faktor terkait dlm kesakitan dan kematian ibu dan

perinatal (3 terlambat & 4 terlalu).

2. Memastikan dimana dan mengapa berbagai sistem & program gagal dalam

mencegah kematian.

3. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan

danberkesinambungan, yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota,


68

puskesmas, rumah sakit pemerintah/swasta, rumah bersalin dan bidan

praktek.

4. Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang

diperlukan dalam hal mengatasi masalah yang ditemukan dalam pembahasan

kasus.

5. Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan

kabupaten/kota, rumah sakit memerintah/swasta, rumah bersalin, dan bidan

praktek dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap

intervensi yang disepakati.

Alternatif Kebijakan Operasional

Rekomendasi alternatif kebijakan operasional program AMP Di

Kabupaten Barito Kuala yang dibuat berdasarkan analisis SWOT diperoleh

hasil bahwa yang menjadi rekomendasi alternatif dengan prioritas utama

harus dilaksanakan dengan segera adalah menyusun SOP AMP dengan

mengacu pada SOP pusat.

Tabel Analisis SWOT


STYRATEGI SO (Strength- STRATEGI WO (Weakness-
Opportunity) Opportunity)
1. Membuat kebijakan untuk penambahan 1. Membuat SOP kegiatan AMP
SDM tenaga kesehatan di dinas kesehatan dengan menyesuaikan SOP Pusat dan
2. Melibatkan peran serta masyarakat melakukan sosialisasi
terhadap kegiatan pelayanan KIA dan 2. Menjaring tenaga kerja kesehatan
monitoring 3. Meningkatkan penyediaan fasilitas
sarana dan prasarana kesehatan
Pemberdayaan calon tenaga kesehatan
dengan melakukan kerja sama
bimbingan atau praktik lapangan pada
daerah yang memiliki institusi
pendidikan
STRATEGI ST (Strength-Threat) STRATEGI WT (Weakness- Threat)
1. Memperbaiki infrastruktur jalan dan 1. Penyusunan kebijakan program
jembatan rusak pengembangan daerah berkembang
2. Memberikan perhatian khusus bagi membina daerah yang belum
69

daerah terpencil dan miskin terutama berkembang sister city


asupan gizi untuk ibu dan anak 2. Membuat Program Puskesmas
Menjadwalkan secara rutin kunjungan dan keliling PONED terapung untuk
pelayanan kesehatan wilayah sulit jangkauan akses darat
3. Merekomendasikan ke pemerintah
untuk pembangunan infrastruktur bagi
daerah terpencil
4. Mengadakan bimbingan teknis untuk
peningkatan Kompetensi
5. Memberikan penyuluhan hidup sehat
dan penanaman apotik hidup
6. Peningkatan pendidikan kesehatan
bagi masyarakat
7.Merekomendasikan kepada
pemerintah untuk perbaikan
infrastruktur yang rusak
8. Mengadakan kunjungan puskesmas
keliling baik darat maupun air

2.5.3.3 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang diperoleh dalam

penelitian ini maka dapat disimpulkan, terdapat masalah yang menjadi penyebab

masih tingginya AKI dan AKB yaitu masih kurangnya SDM, akses jalan yang

belum merata disetiap daerah atau desa, masih ada jalan yang tidak bisa diaksees

melalui darat, kurangnya bimbingan teknis bagi tenaga kesehatan, sarana dan

prasarana yang belum memadai, anggaran kegiatan AMP terbatas.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perencananaan pelayanan kebidanan adalah suatu proses mempersiapkan

secara sistimatis kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan

tertentu. Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian

dari administrasi kesehatan,yang mana terdiri atas beberapa unsur pokok yaitu:

input, proses,output, effect, dan outcome.

Untuk membuat perencanaan kita harus mengetahui Why: Mengapa

kegiatan itu harus dikerjakan, dengan penjelasan yang jelas. What: Apa tujuan

yang ingin dicapai, How: Bagaimana cara mengerjakannya, Who: siapa yang akan

mengerjakan, dan sasarannya harus jelas, What kind of support: Sumber daya

pendukung, Where: di mana kegiatan akan dilakukan tertera jelas, When:

Kejelasan waktu untuk melaksanakan dan menyelesaikan kegiatan. Jika perlu

ditambah dengan which: Siapa yang terkait dengan kegiatan tersebut (lintas sektor

walaupun lintas program yang terkait).

Pengorganisasian adalah langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan

mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan

wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan dalam rangka mencapai

tujuan organisasi.

70
DAFTAR PUSTAKA

De Bernis, L. V Kinney, M. Stones, William. Ten Hoope-Bender, P.Vivio, D.


Hopkins Leisher, S. et al. (2016). Stillbirths: Ending Preventable Deaths
by 2030. Vol. 15. pp. 1-14.

Mardiah1. Hardiana, H. (2018). Alternatif Kebijakan Operasional Audit


Maternal Perinatal (AMP) Di Kabupaten Barito Kuala Kalimantan
Selatan (Alternative of Operational Policy Maternal Perinatal Audit
(MPA) In Barito Kuala District South Kalimantan).Vol. 8. Pp. 69-85.

Masruroh. 2015. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan


Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika

Muninjaya, Gde AA, 2011. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC

Simatupang, Erna Juliana. 2008. Manajemen Pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC

Syafruddin. 2009. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam


Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Ten Hoope-Bender, P. MBA (Independent Consultant in Womens Health and


Development). Castro Lopes, ST. Nove, A. Michel-Schuldt, M. T Moyo,
N. et al. (2016). Midwifery 2030: A Woman’s Pathway to Health. What
Does This Mean? Vol. 32. pp. 1-6.

Anda mungkin juga menyukai