Dosen Pengajar:
Di susun oleh:
Fairuzia Zahra Asmiyanda P3.73.24.1.20.006
Kanindia Pramesty H.W. P3.73.24.1.20.015
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya berupa nikmat
kesehatan, sehingga makalah Prinsip Pengolahan Bahan Makanan dan Prinsip Penyajian
Makanan Untuk Ibu Hamil dan Ibu Menyusui ini dapat tersusun rapi hingga selesai.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan
Menu dan Pengolahan Makanan Sehat Untuk Ibu dan Bayi. Selain itu, kami berharap makalah ini
dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi para pembaca.
Dalam penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak kekurangan baik berupa
penulisan maupun materi. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini. Atas perhatian para pembaca, kami ucapkan
terimakasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Rumusan Masalah 4
BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Prinsip Pengolahan Bahan Makanan Untuk Ibu Hamil 5
2.2 Prinsip Penyajian Makanan Untuk Ibu Hamil 6
2.3 Prinsip Pengolahan Bahan Makanan Untuk Ibu Menyusui 8
2.4 Prinsip Penyajian Makanan Untuk Ibu Menyusui 10
BAB III 12
STUDI KASUS 12
BAB IV 19
PENUTUP 19
4.1 Kesimpulan 19
4.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
makanan. Pengolah makanan memegang peranan penting dalam upaya penyehatan
makanan karena sangat berpotensi dalam menularkan penyakit (Rahmayani, 2018).
1. Bagaimana prinsip pengolahan bahan makanan untuk ibu hamil dan ibu menyusui ?
2. Bagaimana prinsip penyajian makanan untuk ibu hamil dan ibu menyusui ?
1. Mengetahui prinsip pengolahan bahan makanan untuk ibu hamil dan ibu menyusui
2. Mengetahui prinsip penyajian makanan untuk ibu hamil dan ibu menyusui
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
makanannya. Mengolah makanan yang salah bahkan bisa berisiko membahayakan
kesehatan. Berikut adalah caranya:
● Saat belanja bahan makanan, pilihlah makanan yang benar-benar segar. Belilah
daging yang sudah mendapat label resmi dari badan pemerintah.
● Masukkan ikan atau daging dalam lemari pendingin, bungkus rapat terlebih
dahulu, dan jangan dicampur dengan bahan makanan lain. Penyimpanan daging
dalam freezer bisa bertahan sampai satu bulan.
● Cucilah selalu buah-buahan dan sayuran untuk menghilangkan bekas-bekas
bahan kimia, misalnya pestisida atau debu di bawah air yang mengalir.
● Jangan merendam sayuran terlalu lama, agar zat gizinya, terutama vitamin B dan
C tidak larut. Kandungan vitamin C dalam sayuran dan buah-buahan juga bisa
hilang bila terlalu lama dibiarkan bersentuhan dengan udara.
● Selalu pergunakan peralatan masak yang bersih. Setelah digunakan, segera cuci
peralatan tersebut dengan sabun yang mengandung antispetik yaitu cairan
pembunuh kumat atau bakteri.
● Masaklah sayuran dalam panci tertutup dan dalam waktu yang singkat.
Usahakan tidak terlalu layu. Sayuran lebih baik dikukus daripada direbus, agar
vitaminvitamin di dalamnya tidak larut.
● Jika ingin memasak daging, masaklah sampai matang.
● Mengolah daging atau ikan dengan cara direbus atau dikukus lebih baik daripada
digoreng, karena lemak atau minyak goreng hanya akan menambah kalori yang
sebenarnya tidak dibutuhkan.
6
7. Beri ASI pada bayi sampai umur enam bulan.
8. Biasakan makan pagi.
9. Minum air bersih, aman dan cukup jumlahnya.
10. Beraktifitas fisik dan olah raga secara teratur.
11. Hindari minum minuman beralkohol.
12. Makan makanan yang aman bagi kesehatan.
13. Baca label pada makanan kemasan.
Sementara itu untuk ibu hamil ada tambahan 4 pesan khusus, yaitu :
1. Biasakan mengkonsumsi aneka ragam makanan
2. Batasi mengkonsumsi garam
3. Minum air putih yang banyak
4. Batasi minum kopi
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ada empat lapis berurutan dari bawah ke
atas, dan semakin ke atas semakin kecil. Empat lapis artinya Gizi Seimbang didasarkan
pada prinsip 4 pilar yaitu konsumsi beraneka ragam pangan, aktivitas fisik, kebersihan
diri, dan pemantaun berat badan untuk mempertahankan berat badan normal. Semakin
ke atas ukuran tumpeng semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas yaitu gula,
garam dan lemak dibutuhkan sedikit sekali atau perlu dibatasi. Pada setiap kelompok
pangan dituliskan berapa jumlah porsi setiap kelompok pangan yang dianjurkan.
Misalnya pada kelompok sayuran tertulis 3-4 porsi sehari, artinya sayuran dianjurkan
dikonsumsi oleh remaja atau dewasa sejumlah 3-4 mangkuk sehari. Satu mangkuk
sayuran beratnya sekitar 75 gram, sehingga perlu makan sayur sekitar 300 gram sehari.
7
Sebelah kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti dengan visual segelas air putih dan
tulisan 8 gelas. Ini artinya dalam sehari setiap orang remaja atau dewasa dianjurkan
untuk minum air putih sekitar 8 gelas sehari.
Selain makanan dan minuman dalam visual TGS ini juga ada pesan cuci tangan
sebelum dan sesudah makan yang divisualkan oleh gambar cuci tangan menggunakan
air mengalir; juga berbagai siluet aktivitas fisik (termasuk olahraga), dan kegiatan
menimbang berat badan. Kegiatan fisik dianjurkan untuk dilakukan paling tidak tiga
kali seminggu dan memantau berat badan setiap bulan.
8
3. Setelah sayuran diangkat segera rendam (soak) dengan air es agar tidak terjadi
tingkat kematangan yang berlebihan (over cook) sehingga sayuran dapat
dipertahankan tingkat kesegarannya.
b. Unggas
Metode memasak yang tepat untuk dihidangkan adalah:
- Tumis (saute)
- Menggoreng dengan minyak sedikit pada pan dadar (pan frying)
- Menggoreng dengan minyak banyak (deep frying)
- Memanggang dengan oven (roasting)
- Memanggang dengan bara (grilling)
- Memasak dengan cairan berbulu (braising)
- Memasak dalam cairan berbumbu dan asam (poaching)
Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengolah bahan makanan dari unggas dengan
metode tersebut diatas adalah:
1. Saat proses pengolahan unggas yang banyak mengandung cairan (braising)
jangan terlalu lama dimasak dan jangan terlalu sering diaduk aduk karena daging
unggas tersebut akan menjadi hancur.
2. Saat pengolahan dengan metode deep frying teknik yang tepat untuk unggas
adalah dilapisi (coating) dengan tepung hal itu dilakukan untuk melindugi
kandungan protein yang terdapat pada ayam
3. Saat diolah dengan metode grill bila ayam masih dalam keadaan mentah
sebaiknya bagian persendiannya dikerat agar terjadi sirkulasi panas yang merata
masuk kedalam seluruh bagian ayam tersebut sehingga akan menghasilkan
tingkat kematangan yang merata
c. Daging
Metode memasak yang tepat untuk hidangan daging adalah:
- Tumis (saute)
- Menggoreng dengan minyak sedikit pada pan dadar (pan frying)
- Memanggang dalam oven (roasting)
- Memanggang dalam oven (baking)
- Memanggang dengan bara (grilling)
- Memanggang dengan baja panas (gridling)
- Memasak dengan cairan berbuumbu (braising)
- Memasak dengan cairan berbumbu (stewing)
- Memasak dengan mengasap (smoked)
Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengolah bahan makanan dari daging
dengan metode tersebut diatas adalah:
9
1. Saat proses pengolahan daging yang banyak mengandung cairan (braising)
jangan terlalu lama dimasak akan mengakibatkan daging menjadi keras, khusus
untuk daging import.
2. Saat diolah dengan metode grill atau griddle jangan ditekan-tekan dengan
grilled spatula karena akan banyak cairan (zat ekstaktive) yang keluar dari 22
daging sehingga akan mengurangi kelembutan, kelembapan, rasa dan aroma
daging tersebut.
3. Sebaiknya memanggang daging jangan mengenai sumber panas lagsung,
karena kurang baik untuk kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat megolah bahan makanan dari ikan dan
kerang dengan metode tersebut diatas adalah:
1. Khusus untuk cumi bila dimasak terlalu lama dagingnya akan menjadi keras
2. Pada saat proses memasak dengan metode poaching untuk ikan khususnya
harus terkontrol keadaan airnya jangan sampai mendidih meletup-letup, karena
gelembung didih tersebut akan menghancurkan daging ikan
3. Mayoritas jenis ikan dan kerang jangan dimasak terlalu lama, karena hidangan
seafood tersebut akan matang hanya beberapa menit saja (5-10 menit)
(Sulaiman, 2013).
10
3. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah
merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan
makanan yang berbahaya kesehatan seperti sterer besi, tusuk gigi atau bunga.
4. Prinsip pemisah artinya makanan yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti
makanan dalam dos atau rantang harus dipisah setiap jenis makanan agar tidak
saling mencampur. bertujuan untuk mencegah kontaminasi silang.
5. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian makanan yang disajikan panas diusahakan
tetap dalam keadaan panas seperti soup, gulai dsb. Untuk mengatur suhu perlu
diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih
berada diatas 60˚C. alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah
dengan bean merry (bak penyaji panas). Tujuannya adalah untuk mencegah
pertumbuhan bakteri dan meningkatkan selera.
6. Prinsip bersih artinya setiap peralatan yang digunakan seperti wadah dan tutup, dis
dan piring/gelas/mangkok harus bersih dan baik. Bersih artinya telah dicuci dengan
cara hygiene, baik artinya: utuh, tidak rusak atau cacat atau bekas pakai. Tujuannya:
untuk mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
7. Prinsip hadling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak
kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya:
a. Mencegah pencemaran dari tubuh
b. Memberikan penampilan sopan dan apik
8. Prinsip tepat saji artinya pelaksanaan penyajian makanan harus sesuai dengan
seharusnya, yaitu:
a. Tepat menu yaitu menu yang disajikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Menu
yang disajikan harus memenuhi kesesuaian dengan macam, jumlah dan cara
penyajian yang diinginkan. Dalam hal ini ada beberapa tipe dalam pemesanan
menu seperti :
- Sepenuhnya menyerahkan pengaturan menu kepada Instalasi
Gizi/Instalasi Nutrisi untuk diatur dengan sebaik-baiknya.
- Penyerahan kepada Instalasi Gizi/Instalasi Nutrisi dengan pesanan yang
tertentu yang harus dipenuhi.
- Konsumen (Penunggu Pasien, Karyawan rumah sakit) yang mengatur dan
pengusaha harus mengikutinya.
b. Tepat waktu, yaitu sesuai dengan waktu penyajian. Pesanan bisa berupa
penyajian tunggal dan menyajikan berangkai. Penyajian berangkai misalnya
penyajian makanan untuk karyawan yang meliputi makan pagi, makan siang,
makan malam dan snack sesuai dengan jadual yang disusun.
c. Tepat tata hidang yaitu cara penyajian sesuai dengan pesanan. Kalau pesanan
dengan prasmanan harus disajikan prasmanan, tidak dalam dos atau rantang.
d. Tepat volume yaitu jumlah yang disajikan sesuai jumlahnya dengan pesanan.
Untuk mencegah hal yang tidak dikehendaki perlu disediakan cadangan
makanan. Prinsip jangan sampai ada tamu yang tidak kebagian makanan.
Tujuannya: untuk menjaga citra dan profesionalisme rumah sakit.
11
BAB III
STUDI KASUS
12
bahwa ibu sudah menunjukkan adanya kenaikan standar dari IMT
sebelum hamil yaitu 20,4𝑘𝑔/𝑚2 maka penambahan BB 4 kg.
● Kondisi klinis
Dari hasil pemeriksaan, kondisi ibu mengindikasikan bahwa ibu
kekurangan gizi.
● Biokimiawi
Ibu terakhir kali memeriksa hasil laboratorium pada kunjungan pertama
kehamilannya dengan hasil semua dalam batas normal.
g. Pertumbuhan dan Perkembangan Klien
Hasil pemantauan perkembangan Berat Badan (BB) ibu selama kehamilannya
sudah menunjukkan peningkatan dalam standar penambahan berat badan
berdasarkan IMT ibu hamil yaitu, Berat Badan (BB) ibu sebelum hamil adalah
51 kg dan hingga saat ini berat badan ibu ialah 55 kg dengan kategori 20,4
𝑘𝑔/𝑚2 (Rendah: <19,8) dan dari hasil pengukuran LiLA dengan hasil 24,0 cm
h. Kesimpulan Status Gizi (Domain Intake Asupan)
Sarapan protein dan energi cukup dengan kebiasaan sarapan dan tidak suka ikan,
ibu sering makan sayur, sehingga mikronutrien seperti zat besi (Fe), B12, B6
dan folat dalam batas normal.
C. Perencanaan Menu
Sarapan
Buncis 31 Kkal
Air 0 Kkal
13
Kaldu Bubuk 5 Kkal
Nasi, Ayam Kecap,
Merica 3 Kkal
TumisBunci Buah
Pepaya Maizena 11 Kkal
Selingan Siang
Gula 10 Kkal
Air Putih 0 Kkal
Makan Siang
14
Sayur Capcay Kembang Koll 50 17 Kkal
Ayam g
Air 0 Kkal
Merica 3 Kkal
Maizena 72 Kkal
Garem 0 Kkal
Lemak 43,41
Jenuh 12,113 g
Kolesterol 275g
Protein 44,87g
15
Karbohidrat 129,41g
Serat 8g
Gula 7,37g
Sodium 1.589mg
Kalium 1.208,94mg
Energi 1,531Kkal
Lemak
Jenuh 0,099g
Kolestrol 0 mg
Protein 7,57 g
Karbohidrat 85,15 g
Serat 2,7 g
Gula 23,54 g
Sodium 30 mg
Kalium 234,7mg
16
Selingan Sore
Lemak
Jenuh 1.788 g
Kolesterol 8 mg
Protein 4,29 g
Karbohidrat 84,96 g
Serat 4,7 g
Gula 77,78 g
Sodium 155 mg
Kalium 505,93 mg
17
Makan Malam
Wortel 15 Kkal
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan.
Makanan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti memiliki nilai gizi yang optimal
seperti: vitamin, mineral, hidrat arang, lemak dan lainnya. Makanan harus murni dan
utuh dalam arti tidak mengandung bahan pencemar serta harus hygiene. Untuk
menghasilkan makanan dan minuman yang berkualitas tinggi, salah satunya harus
memperhatikan higiene sanitasi makanan. Ada banyak faktor yang berperan dalam
sanitasi makanan diantaranya air, tempat pengolahan makanan, peralatan, dan
pengolah makanan. Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan
mentah menjadi makanan jadi/masak atau siap santap, dengan memperhatikan kaidah
cara pengolahan makanan yang baik. Teknik dasar pengolahan makanan di
klasifikasikan dalam 3 teknik, yaitu: Teknik pengolahan panas basah, Teknik
pengolahan panas kering, Teknik pengolahan panas minyak. Penyajian makanan
merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan. Makanan yang disajikan adalah
makanan yang siap santap. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian makanan
adalah tempat penyajian, cara penyajian, serta prinsip penyajian.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman para pembaca mengenai pengolahan dan penyajian makanan pada ibu
hamil dan ibu menyusui sehingga dapat membuat makanan dan minuman yang
berkualitas tinggi dengan pengolahan bahan makanan sesuai dengan prinsip yang
benar.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Hardiyan Pitri, R., Sugiarto and Husaini, A. (2020) „Faktor Yang Berhubungan Dengan
Praktik Hygiene Penjamah Makanan Di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Pinang Factors Related to Food Handling Hygiene Practices in Primary Schools
in the Work Area of the Tanjung Pinang Health Center‟, Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 6(2), pp. 2615–109.
2. Irawan, D.W.P. (2016) Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman Di Rumah
Sakit, Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES). Available at:
https://kesling.poltekkesdepkes-sby.ac.id/wp-content/uploads/2020/03/BUKU-
ISBNPrinsip-2-Hs-Makanan-Di-RS.pdf.
3. Karyanto, Y. (2015) Metode Memasak.
4. Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2011) Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/Vi/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga.
5. Rahmayani (2018) „Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan hygiene sanitasi
pedagang makanan jajanan di pinggir jalan‟, AcTion: Aceh Nutrition Journal, 3(2), p.
172. doi:10.30867/action.v3i2.84.
6. Sulaiman, H. (2013) pengetahuan penanganan bahan makanan dan permasalahannya.
Jakarta: Kementerian pendidikan dan kebudayaan.
7. Tangian, D. (2018) Modul Pengolahan Bahan Dasar Makanan.
8. Tritya, D. (2016) Gizi seimbang Ibu menyusui
20