GAMMA
(Gagasan Ilmiah Masa Depan)
PUSTAKA MAHAMERU
i
ISSN : 2443-1036 Jurnal GAMMA No. 1 Vol. 04 Februari 2018
Penanggung Jawab
ABDUL MUIS, M.Pd.I
Ketua Penyunting
Drs. ABD. KHOBIR ALY, M.Pd.I
Sekretaris Penyunting
SITI AZAROH, M.Pd.I
Penyunting Ahli
Prof. Dr. H. ALI MUDHOFIR, M.Ag (UIN Surabaya)
Dr. Hj. HANUN ASROHAH, M.Ag (UIN Surabaya)
Dr. H. MUNDIR, M.Pd (IAIN Jember)
Dr. H. SYAMSUN NI’AM, M.Ag (STAIN Tulungangung)
Dr. H. AHMAD JUNAIDI, M.Ag (IAIN Jember)
Dr. Hj. NURUL AZIZAH, M.Pd (IAI Ibrahimy Situbondo)
HM. IMAM MACHFUDI, SS, M.Pd (IAIN Jember)
Dewan Penyunting
HASAN BASRI, M.Pd.I
IMAM TURMUDI, M.Pd.I
USWATUN HASANAH, M.Pd.I
Alamat Redaksi
Jl. Raya Kebonsari RT. 10 RW. 04 081336335612
Yosowilangun – Lumajang – Jawa Timur 67382
Website : www.pustakamahameru.wordpress.com
Email : pustakamahameru@gmail.com
ii
Jurnal GAMMA No. 1 Vol. 04 Februari 2018 ISSN : 2443-1036
EDITORIAL
Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa kami panjatkan Kehadirat Allah, karena
berkat limpahan rahmat dan kasih sayang serta ma’unah-Nya, Jurnal GAMMA ini pada
akhirnya selesai di susun dan hadir dihadapan para pembaca.
Jurnal GAMMA kembali hadir, kali ini terbitan edisi khusus di luar terbitan
berkala. Pada terbitan edisi khusus ini, GAMMA memuat artikel ilmiah bidang penelitian
dalam pendidikan, mulai dari penelitian tindakan kelas, penelitian sekolah, hingga
beberapa penelitian pengembangan. Beberapa dari penulis dalam edisi kali ini adalah
finalis lomba Inovasi Pendidikan Karakter Bangsa, tahun 2017 yang diselenggarakan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pada Edisi No. 3 Vol. 3 Desember 2017 kali ini, Penulis dari berbagai pelosok
negeri lintas jenjang pendidikan, turut serta bergabung, disamping beberapa penulis yang
berasal dari finalis lomba Inovasi Pendidikan Kakakter Bangsa, juga ada beberapa penulis
yang sebelumnya juga pernah mengisi dan ikut berkontribusi serta memberikan
sumbangsih pemikiran ilmu pengetahuan, yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah dan
diterbitkan di Jurnal GAMMA sebagai wadah publikasi ilmiah nasional.
Tak lupa semangat dan kerja keras dewan redaksi, tak terkecuali adalah penyunting
ahli, yang dengan penuh dedikasi dan kesunguhan meluangkan waktu untuk membaca dan
memberikan masukan pada karya penulis yang kemudian terbit dan hadir di pangkuan
pembaca ini.
Akhirnya, kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Sempurna, manusia
hanyalah hamba yang selalu berharap mendapat ridho-Nya, dengan menguucap
Bismillahirrahmanirrahim kami persembahkan sekelumit karya sederhana ini dengan
harapan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam dunia pendidikan, dapat menjadi
rujukan dan bahan bacaan serta gagasan ilmiah yang mencerahkan dan mencerdaskan,
dapat memberikan dan menumbuhkan semangat pembaca untuk turut serta berkarya dan
melahirkan gagasan ilmiah yang baik dan bermanfaat di masa depan.
Penyunting
iii
ISSN : 2443-1036 Jurnal GAMMA No. 1 Vol. 04 Februari 2018
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ~ i
Susunan Dewan Redaksi ~ ii
Editorial ~ iii
Daftar Isi ~ iv
Daftar Tabel ~ vi
Daftar Gambar ~ vii
Metode Project Based Learning Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Peserta Didik
dalam Materi Transaksi Ekonomi Islam pada Kelas XI AK 2 SMK Negeri 1 Cilacap,
Tahun pelajaran 2016 / 2017
Endah Ayu Utami ~ 1
Peningkatan Hasil Belajar Memprogram Mesin NC dan CNC (Dasar) Melalui Diskusi
Kelompok pada Peserta Didik Kelas XII TPm Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015 –
2016 di SMKS YP 17-01 Lumajang
Widodo Sudiyono ~ 11
Peningkatan Keaktifan dan Kompetensi Materi Fluida Statis Melalui Eksit Berbantuan
Meser Kelas X TKJ 1 SMKN 1 Kedungwuni - Pekalongan Semester Ganjil Tahun
Pelajaran 2016/2017
Nur Fatwa ~ 17
Pembuatan Tubol (Tempat Sampah Tutup Botol) Menanamkan Rasa Tanggung Jawab,
Kreativitas dan Gotong Royong Siswa SMAN 01 Selong
Apon Purnamasari ~ 28
Membangun Karakter Raja Terbaik dengan Media Monopoli (Menonton Pola Intrik) Raja
Terbalik
Sri Kartini Handayani ~ 41
Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pembelajaran Pkn untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar
Titik Suhariyanti ~ 55
iv
Jurnal GAMMA No. 1 Vol. 04 Februari 2018 ISSN : 2443-1036
Menanamkan Budi Pekerti Anti Korupsi (Nilai Integritas Kejujuran) Melalui Integrasi
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Akuntansi Keuangan dengan Metode Inovasi
H2VIS (Hadiah, Hukuman dan Visualisasi)
Failasufah ~ 72
Pedoman Penulisan ~ 79
Pedoman Transliterasi ~ 80
Ucapan Terimakasih ~ 82
v
ISSN : 2443-1036 Jurnal GAMMA No. 1 Vol. 04 Februari 2018
DAFTAR TABEL
vi
Jurnal GAMMA No. 1 Vol. 04 Februari 2018 ISSN : 2443-1036
DAFTAR GAMBAR
vii
Endah Ayu Utami Metode Project…
PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dari undang undang tersebut, dapat kita tarik kesimpulan
bahwa suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya, sehingga proses itu berorientasi kepada peserta didik
(student active learning).
Untuk tercapainya hal tersebut di atas, maka pembelajaran sebanyak mungkin
harus melibatkan peserta didik, pembelajaran juga harus bersifat menyenangkan ( learning
is fun ), agar peserta didik termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa diperintah dan tidak
merasa terbebani atau takut. Perubahan paradigma juga harus terjadi pada peran pendidik,
sehingga pembelajaran tidak lagi berpusat pada pendidik (teacher centered learning ).
Dalam hal ini, pendidik lebih banyak memposisikan sebagai fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar ( to facilitate of learning ), dan peserta didik harus
dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran yang
melibatkan peserta didik melalui partisipasi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan maka
diharapkan peserta didik dapat menciptakan gagasan, ide, pendapat atas hasil karyanya
sendiri. Apabila peserta didik belajar dengan aktif maka mereka mudah untuk memahami
materi pelajaran. Mereka dapat mengembangkan pola pikir kreatifnya untuk memecahkan
masalah yang ditemui dalam belajar. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan
peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti menganalisis,
mensintesis serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun dalam kenyatannnya peserta didik dalam proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam terlihat masih kurang aktif. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain adalah (a) Metode yang diterapkan kurang bervariasi sehingga tidak
mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal (b) Kurangnya motivasi
peserta didik dalam mengerjakan tugas (c) Rendahnya minat baca peserta didik terhadap
PAI (d) Keaktifan belajar PAI masih rendah (e) Ada peserta didik yang belum bisa
mengkonstruksi pemikirannya sendiri.
Dengan berbagai jenis masalah yang dihadapi peserta didik inilah yang
membuat penulis mengadakan tindakan perbaikan pada saat proses pembelajaran di kelas.
Faktor rendahnya minat baca dan motivasi belajar, keaktifan yang kurang, adanya sebagian
peserta didik yang belum bisa mengkonstruksi pemikirannya sendiri dan lain-lain akhirnya
membuat penulis memutuskan untuk menggunakan strategi pembelajaran yang
mengaktifkan peserta didik dalam belajar dengan metode pembelajaran berbasis proyek
(Project Based Learning ).
Project Based Learning yaitu suatu pembelajaran berbasis proyek. Salah satu
ciri dari belajar ini adalah adanya perilaku anggota kelompok yang bekerja secara bersama.
Hal ini memungkinkan pembelajaran berfokus pada peserta didik, kreativitas berpikir,
pemecahan masalah dan interaksi antara peserta didik dengan teman sebayanya. Metode
proyek berusaha membantu peserta didik untuk meningkatkan aktivitas belajar, dan
meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Pembelajaran berdasarkan proyek
berguna untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir kritis,
kreatif dan kolaboratif dalam menyelesaikan proyek atau tugas yang diberikan pendidik,
sehingga pokok bahasan yang sesuai dengan metode pembelajaran berdasarkan proyek
adalah bahasan yang menuntut peserta didik menyelesaikan proyek secara bersama sama.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Project Based Learning, sedangkan
jenisnya adalah penelitian tindakan kelas (Action Research ). Penelitian ini terdiri dari
empat tahapan , yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan dan observasi (do) , dan refleksi
(see). Keempat tahapan tersebut dilakukan secara berulang dan terus menerus (membentuk
siklus ) dan dilakukan sebanyak dua siklus. Dalam setiap siklus yang harus diulang adalah
metode pembelajaran, jadi yang diulang ulang adalah metodenya, strategi mengajarnya.
Siklus II merupakan perbaikan tindakan dari siklus pertama. Akibat masih dijumpai adanya
kelemahan atau kekurangan tindakan pada siklus I.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMK Negeri 1 Cilacap pada kelas
XI AK 2 yang berjumlah 34 siswi dengan 31 siswi muslim dan 3 non. Penelitian dilakukan
di kelas ini karena : (1) Kurangnya motivasi peserta didik dalam mengerjakan tugas (2)
Rendahnya minat baca peserta didik terhadap PAI (3) Keaktifan belajar mata pelajaran PAI
masih rendah (4) Ada sebagian peserta didik yang belum bisa mengkonstruksi
pemikirannya sendiri.
Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Sumber data primer yaitu data
yang diperoleh dari subyek penelitian yang terdiri : (1) nilai kondisi awal rata-rata nilai
harian, (2) nilai dari siklus ke- 1, (3) nilai siklus ke- 2. Sedangkan sumber data sekunder
yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan berupa: a) Instrumen penilaian RPP; b).
Lembar observasi aktivitas belajar Peserta Didik dalam KBM; c). Lembar observasi
pembelajaran Project Based Learning; d). Dokumentasi data peserta didik, data nilai dan
gambar atau foto; e). Soal Tes untuk mengetahui kemajuan dan ketuntasan belajar; f).
Catatan lapangan, dan g). Hasil wawancara.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan catatan lapangan, wawancara, tes
individu, dan observasi ketika proses belajar berlangsung. Sedangkan teknik analisis yang
penulis gunakan dalam PTK ini adalah analisis diskriptif komparatif yaitu dengan cara
membandingkan nilai tes kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1 dan nilai tes setelah siklus
2 sehingga dapat dilihat adanya perbedaan pada setiap siklus.
kriteria rendah, Mental activities prosentase 40,32 % kriteria sangat rendah, dan Emotional
activities prosentase 58,87 % kriteria rendah.
Observasi awal ini dilaksanakan untuk mengetahui dan memperjelas informasi
tentang langkah-langkah yang akan digunakan dalam menentukan strategi, metode dan
model yang tepat untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas belajar peserta didik
yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar.
Siklus I
Hasil penilaian pada siklus I diperoleh data dari 31 peserta didik, jumlah
peserta didik yang tuntas ada 22 peserta didik atau 71 % , jumlah peserta didik yang
belum tuntas ada 9 peserta didik atau 29,03 %. Nilai tertinggi 90 nilai terendah 40 , nilai
rata-rata 73 dan ketuntasan belajar mencapai 71 %.
Sedang hasil pengamatan aktivitas peserta didik oleh observer 1 diperoleh data
sebagai berikut jenis aktivitas Visual activities prosentase 70,16 % kriteria cukup, Oral
activities prosentase 65,32 % kriteria rendah, Listening activities prosentase 67,74 %
kriteria cukup, Writing activities prosentase 62,10 % kriteria rendah, Drawing activities
prosentase 60,48 % kriteria rendah, Motoric activities prosentase 75,00 % kriteria cukup,
Mental activities prosentase 73,39 % kriteria cukup, Emotional activities prosentase 75,00
% kriteria cukup.
Data tersebut diperoleh dari hasil pengamatan observer 1 selama siklus 1 pada
pertemuan pertama sampai pertemuan kedua. Dari data dapat dilihat bahwa aktivitas
peserta didik selama pembelajaran termasuk kategori cukup. Aktivitas menggambar dan
menulis rendah disebabkan peserta didik tidak menulis hasil presentasi kelompok lain.
Peserta didik menerima penjelasan kelompok lain tetapi tidak merangkum hasil
presentasinya. Peserta juga tidak melakukan aktivitas menggambar sendiri di buku catatan
karena mereka hanya menggambar skema, diagram dan tabel di papan majalah dinding
yang dipresentasikan. Peserta didik merasa hanya cukup untuk digambar di papan majalah
dinding dan merasa tidak perlu untuk dicatat di buku mereka masing-masing, tetapi
seharusnya peserta didik menggambarkan hasil diskusinya di buku mereka masing-masing
sehingga mereka dapat mengulang kembali materi yang didiskusikan dikelas. Aktivitas
gerak cukup tinggi yaitu 75,00%, karena peserta didik dituntut untuk berputar dan bergerak
mencari informasi data yang dipresentasikan oleh kelompok lain. Hasil observasi yang
kedua adalah pengamatan aktivitas pendidik selama pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode project based learning pada siklus 1. Dari kegiatan pendahuluan
sampai kegiatan inti dapat disimpulkan aktivitas yang dilakukan pendidik sudah baik. Jadi
dapat dinyatakan proses pembelajaran menggunakan project based learning berhasil.
Berdasarkan hasil analisis hasil tindakan dan data–data yang diperoleh dalam
pelaksanaan kegiatan silklus I dapat direfleksikan: a) Presentasi bahan ajar dan penjelasan
pendidik sudah cukup jelas; b) Penguatan dari pendidik sudah cukup, namun masih kurang
sehingga penguatan perlu diarahkan ke aktivitas peserta didik untuk menulis, merangkum
dan menggambar skema dan table; c) Peserta didik ada yang belum mampu merekonstruksi
pemikirannya sendiri sehingga ada yang belum tuntas dan nilainya masih dibawah KKM;
d) Peserta didik mengalami kesulitan memahami topik materi yang berbeda-beda dalam
waktu yang sama sehingga perlu motivasi agar peserta didik terkondisi fokus dalam
Siklus II
Hasil penilaian pada siklus II diperoleh data dari 31 peserta didik, jumlah
peserta didik yang tuntas ada 31 peserta didik atau 100 % , jumlah peserta didik yang
belum tuntas ada 0 peserta didik atau 0 %. Nilai tertinggi 95 nilai terendah 75 , nilai rata-
rata 89 dan ketuntasan belajar mencapai 100 %.
Sedang hasil pengamatan aktivitas peserta didik oleh observer II diperoleh data
sebagai berikut jenis aktivitas Visual activities prosentase 81,45% kriteria tinggi, Oral
activities prosentase 77,42% kriteria tinggi, Listening activities prosentase 81,45% kriteria
tinggi, Writing activities prosentase 79,84% kriteria tinggi, Drawing activities prosentase
77,42% kriteria tinggi, Motoric activities prosentase 80,65% kriteria tinggi, Mental
activities prosentase 78,23% kriteria tinggi, Emotional activities prosentase 86,29% kriteria
sangat tinggi.
Data diperoleh dari hasil pengamatan observer selama siklus II pada pertemuan
pertama sampai kedua. Dari data observer maka didapati bahwa semua aktivitas peserta
didik meningkat signifikan hal tersebut disebabkan peserta didik sudah berpikiran bahwa
mereka membutuhkan belajar, mereka senang dengan pembelajaran project based learning
karena tingkat penguasaan materi mereka meningkat, sehingga setiap aktivitas kegiatan
yang dilakukan selama pembelajaran dapat dilalui dengan menyenangkan walaupun
memang sangat melelahkan dan menyita banyak waktu, tenaga dan biaya.
Hasil observasi yang kedua adalah pengamatan aktivitas pendidik selama
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode project based learning pada siklus II
sudah baik. Berdasarkan hasil analisis tindakan dan data-data yang diperoleh dalam
pelaksanaan kegiatan siklus II dapat direfleksikan sebagai berikut: a) Presentasi bahan ajar
dan penjelasan pendidik sudah cukup jelas; b) Penguatan dari pendidik sudah bagus,
karena peserta didik menjadi lebih paham dengan mendengarkan dan mencatat ulang hasil
diskusi sehingga mereka lebih mampu menyimpulkan sendiri materi yang dipelajari pada
setiap pertemuan; c) Peserta didik sudah mampu merekonstruksi pemikirannya sendiri
sehingga semua peserta didik tuntas diatas KKM; d) Peserta didik tidak lagi mengalami
kesulitan memahami topik materi yang berbeda-beda dalam waktu yang bersamaan karena
mereka mengulang ulang materi dengan cara kembali berdiskusi selain itu dengan metode
ini mereka bisa lebih menguasai konsep dan materi, karena mereka saling melengkapi
kekurangan pengetahuan masing-masing kelompok; e).Pengelolaan waktu pendidik belum
maksimal sehingga kurang sesuai RPP; f). Pada kegiatan pembelajaran Project Based
Learning peserta didik lebih aktif, sudah berani mengemukakan pendapat, maju presentasi
dengan semangat, sudah berani bertanya untuk mendapatkan penjelasan tentang materi
yang sedang dipelajari; h). Hasil belajar meningkat sangat signifikan semua peserta didik
tuntas KKM, dan i). Peserta didik merasa mendapatkan pengalaman baru tentang
pembelajaran Project Based learning, bagaimana belajar bersama yang lebih efektif,
diskusi bisa dipelajari lagi di rumah, selain itu dalam metode Project Based Learning
peserta didik dituntut mencari informasi dari sumber lain yaitu lembaga keuangan, pelaku
usaha, petani, atau wawancara dengan pedagang. Otomatis dalam wawancara hasil
wawancara harus ditulis di buku atau dikertas laporan tugas proyek hal ini meningkatkan
yang menyebabkan aktivitas menulis peserta didik meningkat pada siklus II menjadi
79,84%.
Kelima, Aktivitas menggambar ( Drawing Activities ). Peserta didik pada tahap
pra siklus memiliki aktivitas menggambar yang sangat rendah karena mereka jarang
menemukan materi yang ada hubungannya dengan menggambar. Pada siklus I aktivitas
menggambar juga masih rendah, tapi setelah pendidik mengarahkan bahwa semua peserta
didik harus aktif termasuk menggambar skema yang di pajang dalam tugas proyek maka
terjadi peningkatan aktivitas menggambar pada siklus II menjadi 77,42%.
Keenam, Aktivitas gerak ( Motoric Activities ). Peserta didik pada tahap pra
siklus memiliki aktivitas gerak yang rendah karena mereka jarang bergerak, menulis atau
aktivitas lainnya. Peserta didik lebih banyak duduk diam, mendengarkan penjelasan
pendidik karena pada tahap pra siklus pendidik menggunakan metode konvensional
diantaranya adalah ceramah. Pada siklus I aktivitas gerak sudah meningkat cukup karena
pada siklus I pendidik sudah menggunakan Project Based Learning yang menuntut semua
peserta didik harus banyak bergerak, berputar mencari informasi, bertukar pendapat,
mencari bahan pembuatan tugas proyek, melakukan wawancara, presentasi model gallery
walk yang menuntut peserta didik bergerak aktif, menjelaskan dan bertanya pada saat
pembelajaran bersama, membuat catatan dengan lengkap dan rapi serta aktif menanggapi
pendapat peserta didik lain. Hal ini berefek meningkatnya aktivitas gerak peserta didik
menjadi 80, 65 %.
Ketujuh, Aktivitas berpikir ( Mental Activities ). Peserta didik pada tahap pra
siklus memiliki aktivitas berpikir yang sangat rendah kurang insiatif, terpaku pada
penjelasan pendidik tidak ada atau sangat sedikit aktifitas berpikir karena hanya sebatas
mendengar , melihat dan memperhatikan penjelasan pendidik saja. Namun pada siklus I
aktivitas berpikir sudah mengalami peningkatan yang signifikan, karena metode Project
Based Learning menuntut peserta didik berpikir kreatif, inovatif dan memiliki insiatif
untuk memecahkan masalah yang muncul dalam perencanaan dan pelaksanaan tugas
proyek. Seperti pada kasus kelompok lima didapati antara perencanaan dan pelaksanan
tidak sejalan sehingga sulit untuk direalisasikan. Peserta didik akhirnya mengganti konsep
agar pelaksanaan tugas proyek dapat dilaksanakan, hal ini menunjukkan kemampuan
aktivitas berpikir peseta didik sudah tinggi karena mampu memecahkan masalah yang
terjadi pada kelompoknya. Selain itu pada metode Project Based Learning semua tahap
kegiatan dilaksanakan sendiri oleh peserta didik dari tahap perencanaan (merumuskan
kerangka kerja, merancang proses untuk mencapai hasil), pelaksanaan (mencari sumber
dan materi belajar, mengelola informasi yang dikumpulkan, menyiapkan peralatan untuk
pross pelaksanaan metode Project Based Learning), dan menuangkannya dalam bentuk
tugas proyek bentuk mading. Kenaikan aktivitas berpikir pada siklus II sebesar 78,23 %.
Kedelapan, Aktivitas emosional ( Emotional Activities ). Peserta didik pada
tahap pra siklus memiliki aktivitas emosional yang rendah. Perubahan aktivitas emotional
dari siklus 1 ke siklus 2 ditandai dengan peserta didik sangat bersemangat melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Mereka mempersiapkan buku dan segera membukanya pada awal
pelajaran, dapat mengkoordinir teman-temannya untuk segera melakukan diskusi, siap
dalam menghadapi diskusi kelompok dan mengerjakan tes individual. Selain itu semangat
yang tinggi juga ditemukan ketika peserta didik mencari informasi atau melakukan
wawancara dengan berbagai pihak yang berkompeten dalam masalah transaksi ekonomi
dalam Islam. Aktivitas emosional ini meningkat seiring dengan penggunaan metode
Project Based Learning. Dalam metode ini cukup menguras waktu, biaya dan tenaga
bahkan ada kelompok yang ketika melakukan kegiatan mencari informasi sampai
kelaparan ( terlambat makan ), namun peserta didik dengan semangat yang tinggi mampu
menyelesaikan tugas tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas emotional peserta
didik meningkat pada siklus II sebesar 86,29 %.
Berdasarkan tabel hasil penelitian, dapat dijelaskan bahwa terjadi penurunan
nilai tertinggi dari pra siklus ke siklus I dari nilai tertinggi 95 pada pra siklus turun menjadi
90 pada siklus I, dan nilai terendah pada siklus I yaitu 50 tapi pada siklus II turun menjadi
40 dan jumlah nilai 2265 pada siklus I turun pada siklus II menjadi 2260. Hal ini terjadi
karena peserta didik merasa belum mampu mempelajari materi yang banyak pada waktu
bersamaan sehingga mereka sulit untuk merekonstruksi pemikirannya sendiri, selain itu
faktor ekstern diluar pembelajaran PAI yaitu banyaknya ulangan harian pada hari itu juga
secara tidak langsung mempengaruhi hasil belajar peserta didik, karena peserta didik tidak
bisa optimal dalam belajar. Oleh karena itu penting bagi pendidik untuk selalu memotivasi
dan mengkondisikan peserta didik agar selalu fokus dan berkonsentrasi pada saat
pembelajaran.
Oleh karena itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui upaya
penggunaan metode Project Based Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta
didik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya kompetensi transaksi
ekonomi Islam pada kelas XI AK 2 SMK Negeri 1 Cilacap tahun 2016/2017.
DAFTAR PUSTAKA
Milles, Silberman, 1996. Active Learning101 Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Pustaka
Intan Madani.
Sabar, Nurohman, tt. Pendekatan Project Based Learning Sebagai Upaya Internalisasi
Scientific Method Bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika. Makalah.
Sanjaya, Wina, 2016. Strategi Pembelajaran, Jakarta : Penerbit Prenadamedia Group
Sardiman, A., 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Sudjana, N., 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Penerbit Sinar Baru
Algesindo.
Suhardjono, Supardi, 2011. Strategi menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:
Penerbit ANDI Offset.
Tim Penyusun Kementerian Agama RI, 2007. Al Qur’an dan terjemahannya.Bandung:
Penerbit CV. INSAN KAMIL.
Wena Made, 2014. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Wijayanti, Ni Putu Ayu, Pengembangan E-Modul Berbasis Project Based Learning Pada
Mata Pelajaran Simulasi Digital Untuk Siswa Kelas X Studi Kasus Di SMK
Negeri 2 Singaraja, Diambil dari Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Vol. 13 No 2 Juli 2016, Hal : 184 ISSN 2541-0652.
Widodo Sudiyono
Kepala SMK Negeri 1 Tempeh - Lumajang
Email : widodo_sudiyono@gmail.com
PENDAHULUAN
Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh
siswa untuk mencapai tujuan. Winkel (1984) mengatakan bahwa belajar adalah suatu akti-
vitas mental dan psikhis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai
sikap. Menurut Hamalik (2001) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada hal
itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
pengubahan kelakuan. Selanjutnya Hamalik (2002) mengatakan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.
Masalah pokok yang dihadapi dalam belajar adalah bahwa proses belajar tidak
dapat diamati secara langsung dan kesulitan untuk menentukan kepada terjadinya
perubahan tingkah laku belajarnya. Untuk dapat mengamati terjadinya perubahan tingkah
laku tersebut hanya dapat diketahui bila telah mengadakan penilaian. Itulah sebabnya
pengendalian dan pengontrolan proses belajar dapat dilakukan bila proses belajar tersebut
direncanakan dalam desain sistem belajar yang cermat.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung rata-rata perilaku peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran hampir sama. Tingkat keaktifan belajar peserta didik
kurang menonjol dan interaksi diskusi kurang dinamis bahkan ada yang diam saja. Ketika
presentasi hasil kelompok, dari kelompok lain yang merespon presentasi tersebut sangat
minim. Pada kegiatan pembelajaran ini peserta didik tampaknya kurang senang dan
kurang tertarik
Tercipta suasana belajar yang demikian, mungkin akibat dari kelemahan guru
yaitu kurang dalam membimbing dan memantau selama kegiatan belajar kelompok.
Sehingga mereka dalam belajar kelompok kurang perhatian dan kurang sungguh-sungguh.
Bila dilihat dari hasil evaluasi pada materi sebelumnya nilai rata-ratanya rendah, Perolehan
hasil belajar belum menggambarkan ketercapaian kompetensi sesuai harapan. Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Kompetensi Kejuruan Teknik
Pemesinan di SMKS YP 17 – 01 Lumajang adalah 75.
Memperhatikan hasil belajar tersebut maka perlu untuk dikaji, dievaluasi dan
dianalisis yang lebih lanjut untuk dilakukan perbaikan agar mengalami peningkatan pada
segi proses dan hasil dari proses tersebut. Untuk perbaikan tersebut peneliti melakukan
penelitian. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok. Melalui
diskusi tersebut diharapkan proses pembelajaran Kompetensi Kejuruan Teknik Pemesinan
pada materi memprogram mesin NC dan CNC di kelas XII TPm bisa menjadi lebih baik
dan dapat meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan KKM sebagai alat ukur tingkat
keberhasilan.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari
penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru
secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan kolaborator, kehadiran peneliti
sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, kolaborator
membantu dalam proses pengamatan dan penyusunan instrumen penelitian. Dengan cara
ini diharapkan didapatkan data yang sesubyektif mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.
Penelitian ini sendiri dilakukan sebanyak dua siklus yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek penelitian adalah peserta didik
kelas XII TPm dengan jumlah 19 orang semuanya laki-laki semester ganjil tahun pelajaran
2015 - 2016 pada materi memprogram NC dan CNC. Penelitian ini bertempat di SMKS
YP 17 – 01 Lumajang dengan alamat Jl. Mayjend. Husni Thamrin No. 17 Lumajang.
Penelitian ini dilaksanakan pada mulai bulan Juli sampai dengan November 2015 pada
semester ganjil tahun pelajaran 2015 - 2016.
Teknik pengamatan menggunakan lembar pengamatan dan dilakukan oleh
pengamat yang terdiri dari guru peneliti, kolaborator, dan dibantu peserta didik. Masing-
masing pengamat memiliki peran dan tugas sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Sedangkan instrument dalam bentuk tes tulis adalah alat evaluasi (ulangan harian). Data
yang telah didapatkan lebih lanjut dimasukkan dalam tabulasi yang lebih lanjut untuk
dianalisis. Hasil analisis dan setelah melalui proses pembahasan, lebih lanjut hasilnya
dipergunakan sebagai pertimbangan mengambil simpulan dengan memperhatikan tabel
rentang skor yang telah disusun dan ditetapkan sebagai pengambilan simpulan.
Siklus I
Penerapan siklus I merupakan upaya untuk memperbaiki hasil belajar peserta
didik berdasarkan hasil refleksi awal. Siklus I sebagai pelaksanaan pembelajaran dalam
penelitian tindakan, hasil penelitiannya diperoleh melalui pengamatan dan tes yang dibahas
secara berurutan yaitu (a) penerapan RPP dan (b) hasil belajar.
Memperhatikan data nilai hasil belajar yang dicapai peserta didik pada siklus I,
diperoleh jumlah peserta didik yang tuntas 14 orang atau 73,68% dan yang belum tuntas
mencapai 5 orang atau 26,32%. Jika memperhatikan kondisi awal sebelum diberikan
tindakan siklus I , peserta didik yang tuntas sejumlah 5 orang atau 26,32% dan yang belum
tuntas sejumlah 14 orang atau73,68%. Data yang diberikan pada siklus I memberikan
pemahaman bahwa siklus I mengalami peningkatan.
Memperhatikan peningkatan hasil belajar pada siklus I dapat memberikan
pemahaman bahwa metode diskusi kelompok yang anggota kelompoknya ditentukan oleh
peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar. Walaupun peningkatannya belum sesuai
dengan yang diharapkan. Kondisi ini dipandang perlu untuk dilakukan perbaikan dalam
pembelajaran dengan memperhatikan kekurangan yang ditemui pada siklus I.
Siklus II
Pada pembahasan hasil penelitian siklus II guru peneliti menyampaikan secara
runtun sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan dengan tidak mengabaikan hasil
pengumpulan data sebelumnya.
Berdasarkan data nilai hasil belajar yang dicapai peserta didik pada siklus II,
diperoleh jumlah peserta didik yang tuntas 17 orang atau 89,47% dan yang belum tuntas
mencapai 2 orang atau 10,53%. Jika memperhatikan siklus I sebelum diberikan tindakan
siklus II , peserta didik yang tuntas sejumlah 14 orang atau 73,68% dan yang belum tuntas
sejumlah 5 orang atau 26,32%. Data yang diberikan pada siklus II memberikan
pemahaman bahwa siklus II mengalami peningkatan.
Memperhatikan peningkatan hasil belajar pada siklus II dapat memberikan
pemahaman bahwa metode diskusi kelompok yang anggota kelompoknya ditentukan oleh
guru peneliti dapat meningkatkan hasil belajar dan peningkatannya sesuai dengan yang
diharapkan yaitu tuntas secara klasikal walaupun masih ada 2 orang yang perlu perbaikan.
Sesuai dengan pendapat Bloom (Romlah, 1989: 98) memberikan definisi
diskusi kelompok dengan lebih menekankan kepada aspek akademis yaitu diskusi
kelompok merupakan usaha bersama untuk memecahkan suatu masalah, yang didasarkan
pada sejumlah data, bahan-bahan, dan pengalaman-pengalaman, dimana masalah ditinjau
selengkap dan sedalam mungkin secara ideal, pemimpin kelompok membantu untuk
memusatkan perhatian pada masalah yang dihadapi, membantu meninjau masalah,
membantu memberikan sumber-sumber yang dapat dipakai untuk pemecahan masalah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode diskusi menjadi metode yang efektif
dalam pembelajaran jika guru dapat menyesuaiakan dengan karakteristik materi pelajaran.
belajar Kompetensi Kejuruan Teknik Pemesinan materi pemrograman mesin CNC untuk
peserta didik kelas XII-T.Pm pada semester ganjil tahun pelajaran 2015 – 2016 di SMK
YP 17 - 01 Lumajang dan sesuai dengan yang diharapkan yaitu secara klasikal mencapai
ketuntasan minimal 85%.
Adapun saran yang dapat diberikan adalah, bagi sekolah, pemberdayaan sarana
prasarana disarankan agar dapat ditingkatkan untuk lebih meningkatkan kerjasama dan
kreatifitas guru. Bagi guru, pengembangan metode dan strategi pembelajaran agar lebih
meningkat untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dan bagi peserta didik, motivasi
dan semangat belajar disarankan lebih ditingkatkan untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Nur Fatwa
Guru SMK Negeri 1 Kedungwuni - Pekalongan
Email : nurfatwa78@gmail.com
ABSTRAK. Pembelajaran fluida statis dirasakan kurang menarik bagi peserta didik,
hal tersebut terlihat dari kurangnya keaktifan peserta didik, terbukti dari analisis nilai
ulangan harian yaitu banyak peserta didik yang belum tuntas belajarnya, hanya 13
peserta didik yang tuntas belajarnya (KKM = 75). Penggunaan eksit berbantuan
meser, sangat efektif untuk meningkatkan keaktifan belajar dan dapat meningkatkan
kompetensi belajar. Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan
keaktifan belajar dan kompetensi materi fluida statis pada peserta didik kelas X TKJ 1
SMK Negeri 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan semester ganjil tahun pelajaran
2016/2017 melalui model pembelajaran eksit berbantuan meser. Metode pengumpulan
data dilakukan dengan teknik dokumentasi, tes dan observasi. Jenis penelitian ini
adalah metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian
adalah peserta kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Kedungwuni tahun pelajaran 2016/2017
dengan jumlah 32 peserta didik, 9 peserta didik putra dan 23 peserta didik putri.
Prosedur penelitian terdiri dari atas tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan,
obsevasi dan refleksi. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil tes siklus I dan siklus
II terjadi peningkatan hasil rata – rata tes tertulis yang dicapai oleh peserta didik pada
siklus I sebesar 73,44 meningkat pada siklus II menjadi 82,31. Keaktifan belajar
peserta didik dari siklus I dan siklus II juga mengalami kenaikan dari 59,38% menjadi
85,26%. Penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran materi fluida statis dengan
menggunakan model eksit berbantuan meser diperoleh peningkatan keaktifan dan
kompetensi peserta didik.
KATA KUNCI : Keaktifan, Eksit, Meser, Kompetensi Materi Fluida Statis.
PENDAHULUAN
Pelajaran Fisika dianggap oleh peserta didik SMK Negeri 1 Kedungwuni
adalah salah satu pelajaran yang sulit. Anggapan peserta didik biasanya didasarkan pada
pengalaman peserta didik saat belajar fisika sering mengalami kendala. Kendala tersebut
dapat berasal dari peserta didik sendiri, guru dan sarana belajar. Kendala dari peserta didik
misalnya kurangnya minat, motivasi dan keaktifan belajar peserta didik sehingga
cenderung pasif pada proses pembelajaran. Kendala dari guru dalam mengajar masih
konvensional.
Pada proses belajar fisika sebagian peserta didik cenderung kurang aktif dan
bosan mengikuti proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan rendahnya nilai beberapa kompetensi yang berbeda, terdapat lebih dari
50% peserta memperoleh nilai di bawah KKM. Kondisi tersebut terjadi pada sebagian
peserta didik kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Kedungwuni tahun pelajaran 2016/2017.
Berdasarkan kondisi tersebut, yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul “Peningkatan keaktifan dan kompetensi materi fluida statis
Jurnal GAMMA No. 1 Vol. 04 Februari 2018 17
Peningkatan Keaktifan … Nur Fatwa
melalui eksit berbantuan meser pada peserta didik kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1
Kedungwuni kabupaten Pekalongan semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017”. Dengan
penerapan eksit berbantuan mesertersebut diharapkan dapat merangsang keaktifan peserta
didik sehingga dapat mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan.
Fisika merupakan pengetahuan yang mempelajari kejadian alam yang bersifat
fisik yang dapat dipelajari secara eksperimen maupun pengamatan terhadap kejadian
tersebut yang diperjelas dengan rumusan–rumusan matamatis. Materi fluida statis banyak
ditemukan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Materi fluida statis meliputi
tekanan hidrodtatis, Hukum Archimedes, Hukum Pascal dan Hukum Utama Hidrostatis.
Sehinga dalam pembelajaran materi fluida statis sangat sesuai jika menggunakan eksit
berbantuan meser.
Usaha meningkatkan keaktifan dan kompetensi materi fluida statis pada
penelitian ini menggunakan model pembelajaran eksperimen inkuiri terbimbing.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hanya dari
hasil mengingat fakta-fakta, melainkan juga dari menemukan sendiri dengan bimbingan
guru. Dalam prosesnya, peserta didik tidak hanya berperan sebagai penerima materi
pelajaran dari guru, melainkan mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi
pelajaran tersebut.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1) Bagaimana peningkatan
keaktifan belajar materi fluida statis dan pada peserta didik kelas X TKJ 1 SMK 1
Kedungwuni semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 melalui model pembelajaran
“eksit” berbantuan “meser” ? 2) Bagaimana peningkatan kompetensi materi fluida statis
pada peserta didik kelas X TKJ 1 SMK 1 Kedungwuni semester ganjil tahun pelajaran
2016/2017 melalui model pembelajaran “eksit” berbantuan “meser”?
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mendeskripsikan peningkatan keaktifan
belajar pada peserta didik kelas X TKJ 1 SMK 1 Kedungwuni semester ganjil tahun
pelajaran 2016/2017 melalui model pembelajaran “eksit” berbantuan “meser”. 2)
Mendeskripsikan peningkatan kompetensi materi fluida statis pada peserta didik kelas X
TKJ 1 SMK 1 Kedungwuni semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 melalui model
pembelajaran “eksit” berbantuan “meser”.
Dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru, dan
sekolah. Bagi peseta didik penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan belajar
dan kompetensi materi fluida statis melalui model ekperimen inkuiri terbimbing. Bagi
guru, penelitian ini diharapkan 1) meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran yang lebih baik dan berkualitas; 2) memberikan referensi model
mengajar pada guru fisika kelas X SMK yang lain dalam pembelajaran materi fluida statis.
Bagi sekolah penelitian ini diperolehnya ketepatan penerapan pembelajaran sesuai
dengan tuntutan kurikulum 2013.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada saat pembelajaran kompetensi materi fluida
statis dengan menggunakan model pembelajaran model pembelajaran “eksit” berbantuan
“meser” di kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Kedungwuni yang berjumlah 32 peserta didik
terdiri dari terdiri dari 9 peserta didik laki-laki dan 23 peserta didik perempuan.
Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dua
siklus. Masing – masing siklus ada empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan, dari bulan Juni
sampai dengan bulan September tahun 2016. Waktu dari perencanaan, penyusunan
proposal ,pembuatan instrumen penelitian, penyusunan RPP dilaksanakan dari minggu
pertama dan minggu ke dua bulan Agustus 2016. Pelaksanaan pembelajaran siklus I pada
tanggal 19 Agustus 2016 dan pelaksanaan pembelajaran siklus II pada tanggal 9
September 2016. Pelaksanaan penelitian ini disesuaikan dengan jadwal pelajaran fisika
kelas X TKJ 1 SMK Negeri 1 Kedungwuni semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari proses pembelajaran
dan kompetensi materi fluida statis. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik non tes dan teknik tes. Teknik non tes digunakan untuk mengukur
peningkatan keaktifan belajar peserta didik. Pengumpulan data melalui teknik non tes
dilakasanakan dengan pengamatan pada setiap proses pembelajaran dan melalui angket
keaktifan peserta didik untuk pengambilan data keaktifan peserta didik pada setiap siklus.
Alat pengumpulan data non tes berupa lembar observasi guru, lembar observasi
peserta didik, angket keaktifan belajar peserta didik, jurnal dan dokumen foto sebagai bukti
pelaksanaan kegiatan penelitian ini. Untuk mengukur kompetensi materi fluida statis
peserta didik setiap akhir siklus menggunakan teknik tes dan data yang diperoleh data
kuantitatif. Tes akhir siklus pertama dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik
pada materi tekanan hidrostatis dan Hukum Archimedes. Sedangkan tes akhir siklus kedua
digunakan untuk mengukur hasil peserta didik pada materi Tekanan hidrostatis, Hukum
Utama Hidrostatik dan Hukum Pascal. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data
adalah tes tertulis.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan
teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif dalam penelititian ini dengan
menggunakan model analisis interaktif. Analisis interaktif terdiri dari tiga komponen
meliputi memilih data ( reduksi data ), mendeskripsikan data hasil temuan ( memaparkan
data ) dan menarik kesimpulan hasil deskripsi. Berdasarkan deskripsi yang telah dibuat
selanjutnya dapat ditarik kesimpulan hasil pelaksanaan tindakan. Teknik analisis data
kuantitatif dalam penelitian ini berupa kompetensi materi fluida statis. Data kuantitatif
dianalisis secara deskriptif dengan cara menghitung rata – rata nilai menghitung nilai
persentase dan membuat grafik.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah secara klasikal minimal 75%
peserta didik berhasil mencapai KKM dan secara individual hasil belajar peserta didik
ditunjukkan dengan nilai ketuntasan minimal (KKM) 75 serta keterlibatan peserta didik
secara aktif mengalami peningkatan.
Siklus I
Pada siklus I kegiatan pembelajaran menggunakan model eksit berbantuan
meser. Pada siklus I dilakukan pengamatan, pengisian angket, pemotretan dan tes tertulis.
Hasil penelitian non tes pada siklus I berupa hasil keaktifan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran, observasi peserta didik, obervasi guru dan jurnal. Hasil keaktifan peserta
didik diperoleh dari angket keaktifan peserta didik. Pada siklus I pertemuan pertama dan
kedua pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator dapat dilihat dari hasil tabel berikut
Dari data tabel 1 menunjukkan hasil pengamatan jumlah peserta didik kelas X
TKJ 1 sebanyak 32 pada siklus I pertemuan pertama terdapat 12,50% mengikuti kegiatan
pembelajaran eksit berbantuan meser dengan sangat aktif, 37,50% mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan aktif, 31,25 % mengikuti kegiatan pembelajaran cukup aktif,
15,63% mengikuti kegiatan pembelajaran kurang aktif dan 6,25% mengikuti kegiatan
pembelajaran eksit berbantuan meser dengan tidak aktif.
Sedangkan pada siklus I pertemuan kedua terdapat 18,75% mengikuti kegiatan
pembelajaran eksit berbantuan meser, 40,63% mengikuti kegiatan pembelajaran dengan
aktif, 34,38% mengikuti kegiatan pembelajaran cukup aktif, 6,25% mengikuti kegiatan
pembelajaran kurang aktif dan peserta didik tidak aktif mengikuti pembelajaran 0,00%.
Angket keaktifan peserta didik diisi oleh peserta sebelum dilaksanannya tes
tertulis pada siklus I. Pengambilan data melalui angket keaktifan peserta didik pada siklus I
dapat dilihat pada tabel berikut
Data pada tabel 3 menunjukkan hasil tes tertulis pada siklus diperoleh rata –
rata nilai secara klasikal sebesar 73,44 termasuk ke dalam kategori cukup. Pada kegiatan
pra siklus diperoleh nilai rata – rata secara klasikal 68,40 sehingga terdapat peningkatan
nilai rata –rata sebesar 5,04 dari kegiatan pra siklus kekegiatan siklus I. Dari jumlah 32
peserta didik terdapat 3 peserta didik atau 9,38% dengan kategori sangat baik, 14 peserta
didik atau 43,75% dengan kategori baik, 11 peserta didik atau 34,38% peserta didik dengan
kategori cukup dan sebanyak 4 peserta didik atau 12,50% dengan kategori kurang.
Refleksi Siklus I
Refleksi siklus I ini dilaksanakan berdasarkan hasil tes dan hasil non tes
pembelajaran kompetensi tekanan hidrostatis dan mengetahui hubungan antara kedalaman
air terhadap tekanan hidrostatis serta Hukum Archimedes yang telah dilakukan pada siklus
I. Hasil tes tertulis menunjukkan bahwa rata – rata nilai secara klasikal sebesar 72,59
belum sesuai batas ketuntasan yang ditentukan yaitu 75. Peserta didik yang mendapatkan
nilai 75 ke atas atau yang memenuhi KKM sebanyak 19 peserta didik dan 13 peserta didik
belum tuntas untuk memenuhi KKM.
Data pada tabel pada siklus I pertemuan pertama menunjukkan dari 32 peserta
didik terdapat 7 peserta didik atau 21,88% sangat aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran eksit berbantuan meser, 15 peserta didik atau 46,88% mengikuti kegiatan
pembelajaran model eksit berbantuan meser dengan aktif, 6 peserta didik atau 18,75%
mengikuti kegiatan pembelajaran eksit berbantuan meser dengan cukup aktif, dan 4 peserta
didik atau 12,50% peserta didik kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran eksit
berbantuan meser. Sedangkan pada siklus II pertemuan kedua menunjukkan dari 32 peserta
didik terdapat 10 peserta didik atau 31,25% sangat aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran model eksit berbantuan meser, 17 peserta didik atau 53,13% mengikuti
kegiatan pembelajaran model eksit berbantuan meser dengan aktif, 3 peserta didik atau
9,38% mengikuti kegiatan pembelajaran eksit berbantuan meser dengan cukup aktif, dan 2
peserta didik atau 6,25% peserta didik kurang aktif dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran model eksit berbantuan meser. Hasil data melalui angket keaktifan peserta
didik pada siklus II dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Data pada tabel 6 menunjukkan hasil tes tertulis pada siklus II diperoleh rata –
rata nilai secara klasikal sebesar 82,31 termasuk ke dalam kategori baik. Pada kegiatan
siklus I diperoleh nilai rata – rata secara klasikal 73,44 sehingga terdapat peningkatan nilai
rata –rata sebesar 8,87 dari kegiatan siklus I ke kegiatan pembelajaran siklus II. Dari
jumlah 32 peserta didik terdapat 9 peserta didik atau 28,13% dengan kategori sangat baik,
19 peserta didik atau 59,38% dengan kategori baik, 3 peserta didik atau 9,38% peserta
didik dengan kategori cukup dan 1 peserta atau 3,13% untuk kategori kurang.
Refleksi Siklus II
Refleksi hasil pembelajaran materi fluida statis dengan pembelajaran
menggunakan eksit berbantuan meserpada siklus II, meningkatkan tingkat pemahaman
peserta didik berkaitan dengan kompetensi materi fluida statis. Hal ini terlihat pada
peningkatan hasil rata – rata tes tertulis yang dicapai oleh peserta didik pada siklus I
sebesar 73,44 meningkat pada siklus II menjadi 82,31 yang artinya ada peningkatan
sebesar 8,87. Dengan kata lain pembelajaran dengan menggunakan model eksit berbantuan
meser mampu meningkatkan kompetensi materi fluida statis.
Pembahasan
Kegiatan pembelajaran pada pra siklus belum menggunakan modeleksit
berbantuan mesermateri fluida statis sebenaranya masih mudah karena masih materi awal
Jurnal GAMMA No. 1 Vol. 04 Februari 2018 23
Peningkatan Keaktifan … Nur Fatwa
mencakup materi tekanan, massa jenis dan tekanan hidrostatis. Tetapi kompetensi materi
fluida statis yang diperoleh peserta didik masih rendah dengan nilai rata – rata 64,22 dan
peserta didik yang mencapai ketuntasan hanya 40,63% . Rendahnya hasil belajar peserta
didik karena kurang keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Aktivitas kegiatan pembelajaran sebelum menggunakan eksit berbantuan meser bagi
peserta didik membosankan dan kurang menarik. Pengalaman belajar yang diperoleh
peserta didik kurang bisa memunculkan keaktifan peserta didik.
Berdasarkan kondisi tersebut, guru melakukan tindakan pembelajaran siklus I
dengan menggunakan model eksit berbantuan meser dilengkapi LKPD. Hasil tes tertulis
pada siklus I untuk mengukur kompetensi peserta didik dalam materi menentukan tekanan
hidrostatis dan mengetahui hubungan antara kedalaman air terhadap tekanan hidrostatis
serta Hukum Archimedes diperoleh rata – rata nilai secara klasikal sebesar 73,44 termasuk
ke dalam kategori cukup. Pada kegiatan pra siklus diperoleh nilai rata – rata secara klasikal
64,22 sehingga terdapat peningkatan nilai rata –rata sebesar 9,22 dari kegiatan pra siklus
kekegiatan pembelajaran siklus I.
Pembelajaran pada siklus II menggunakan eksit berbantuan meserdengan
LKPD yang dilengkapi soal – soal hitungan. Hasil tes tertulis pada siklus II mengukur
kompetensi Hukum Pascal dan Hukum Utama Hidrostatis diperoleh rata – rata nilai secara
klasikal sebesar 82,31 termasuk ke dalam kategori baik, sehingga terdapat peningkatan
nilai rata –rata sebesar 8,87 dari kegiatan siklus I kekegiatan pembelajaran siklus II.
Peningkatan persentase hasil tes dari pra siklus sampai siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut.
Data pada tabel 7 menunjukkan peningkatan persentase hasil tes dari pra siklus
ke siklus I sebesar 12,50%. Pada siklus I kegiatan pembelajaran sudah menggunakan
model eksit berbantuan meser sehingga keaktifan peserta didik cenderung aktif. Sikap aktif
peserta didik ditunjukkan dengan peserta didik memiliki keaktifan dalam kegiatan
pembelajaran menggunakan eksit berbantuan meser dan diskusi kelompok, yaitu peserta
didik sering terlibat mengikuti kegiatan eksperimen dan sering memiliki rasa ingin tahu
dalam diskusi kelompok. Persentase hasil tes siklus I yang mendapat nilai KKM sebesar
53,13% sedangkan pada siklus II sebesar 87,51% terdapat peningkatan persentase sebesar
34,38%. Hasil tes siklus I ke siklus II mengalami peningkatan persentase hasil belajar yang
cukup signifikan.
24 Jurnal GAMMA No. 1 Vol. 04 Februari 2018
Nur Fatwa Peningkatan Keaktifan…
Hasil observasi peserta didik dari kolaborator pada siklus II peserta didik
cenderung semakin aktif dan terjadi peningkatan sikap aktif.Perolehan persentase
peningkatan sikap aktif peserta didik dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 8 menunjukkan peserta didik yang aktif dan sangat aktif pada siklus I
sebesar 59,38% dan pada siklus II sebesar 85,26% sehingga ada peningkatan persentase
sikap aktif sebesar 25,88%. Sikap aktif pada peserta didik menunjukkan peserta didik
mempunyai keaktifan. Hasil dari angket keaktifan peserta didik pada siklus I menunjukkan
bahwa peserta didik memiliki keaktifan yang cukup tinggi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan eksit berbantuan meser.
Hasil angket keaktifan peserta didik menunjukkan peserta didik memiliki
keaktifan yang relatif tinggi dalam kegiatan pembelajaran eksit berbantuan meser.
Kegiatan pembelajaran dengan model eksperimen membuat aktivitas peserta didik dalam
kegiatan pembelajarn meningkat dan semakin memahami materi fluida statis dan Hukum –
Hukum fluida statis. Dengan ditambah variasi soal – soal hitungan menambah
pengetahuan peserta didik untuk lebih memahami dan dapat menyelesaikan soal yang
berupa soal hitungan.
Dari hasil tes dan non tes pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan hasil
tes, nilai rata – rata klasikal, sikap aktif dan keaktifan peserta didik. Nilai yang diperoleh
peserta didik mengalami peningkatan dapat dilihat dengan adanya peserta didik yang
mendapat nilai maksimal sejumlah enam peserta didik. Akan tetapi masih ada peserta didik
yang belum mencapai nilai KKM.Setelah dianalisis maka hasil penilitian ini membuktikan
adanya peningkatan kompetensi materi fluida statis pada peserta didik kelas X TKJ 1 SMK
Negeri 1 Kedungwuni semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 melalui eksit berbantuan
meser.
Pekalongan semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 dapat ditingkatkan melalui model
pembelajaran eksperimen inkuiri terbimbing.
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan dari peneltian ini,
peneliti memberikan saran – saran sebagai berikut, 1) eksit berbantuan meser merupakan
salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan kompetensi dan
keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. 2) penerapan eksit berbantuan
meserdiharapkan dapat dijadikan masukan bagi guru lain untuk melakukan penelitian yang
serupa dengan kompetensi dasar yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Apon Purnamasari
Guru SMA Negeri 01 Selong – Lombok Timur - NTB
Email : ummiapon@gmail.com
PENDAHULUAN
Pada dasarnya pendidikan bertujuan mengembang-kan potensi-potensi
intelektual dan karakter peserta didik. Pendidikan bersifat komprehensif meliputi Ilmu
Pengetahuan, Budi Pekerti (Akhlak, Karakter), Kreativitas, Inovatif. Hal tersebut telah
dilandaskan pada berbagai pemikiran tentang pendidikan dan berbagai peraturan
perundang-undangan tentang pendidikan. Sebagai contoh, beberapa puluh tahun lalu
Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, telah menekankan secara eksplisit
bahwa “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
(kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh
dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita” (Karya Ki
Hadjar Dewantara Buku I: Pendidikan). Dalam konteks PPK, tugas Guru adalah
memfasilitasi anak untuk mengidera lingkungannya secara benar.
Pendidikan abad XXI, menurut laporan Delors ada pada buku Pembelajaran :
Harta Karun di Dalamnya, menegaskan bahwa pendidikan abad XXI bersandar pada lima
tiang pembelajaran (five pillar of learning), yaitu learning to know, learning to do,
learning to live together, dan learning to be serta learning to transform for oneself and
society. Selain itu, Selanjutnya, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) juga terpapar secara tersurat berbagai
kompetensi yang bersangkutan dengan karakter di samping intelektualitas. Ini semua
menandakan bahwa sesungguhnya pendidikan bertugas mengembangkan karakter
sekaligus intelektualitas berupa kompetensi peserta didik
METODE PENELITIAN
Pembelajaran yang mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter sesuai
kurikulum, dilakukan melalui pembelajaran di kelas dengan mengguna-kan metode
pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran harus
dapat membantu pegajar dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan peserta didik. Salah satu metodenya adalah model pembelajaran berbasis
proyek (project-based learning), yaitu pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai
media dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Model pembelajaran berbasis projek memiliki desain pembelajarannya sendiri.
Desain Pembelajaran Berbasis Proyek meliputi : a.Relevan, menyediakan pengalaman
belajar yang melibatkan para peserta didik secara kompleks, dan dirancang untuk
berkembang sesuai dengan dunia nyata, b.Challenging, mendorong para peserta didik
untuk memecahkan permasalahan secara kompleks, c.Motivating, dapat meningkatkan
motivasi peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk lakukan
pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai, d.Interdiciplinary,memerlukan
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan peserta didik untuk menggunakan informasi
dengan beberapa disiplin ilmu yang dimiliki, e.Authentic,melibatkan para peserta didik
untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki,
kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata, f.Collaborative, mengadakan kerja
sama/kolaborasi antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan instruktur,
untuk memperluas komunitas, sehingga terjadi saling memberi dan menerima., g.Fun,
membuat suasana kelas menyenangkan, sehingga peserta didik maupun instruktur
menikmatinya (Markham, 2003:4-10).
Diketahui kondisi awal rata-rata kepedulian/ tanggung jawab peserta didik di
SMAN 1 selong terhadap kebersihan lingkungan sekolah 60% yang dimana kondisi ini
mejadi masalah tersendiri bagi guru dan lingkungan sekolah. Peserta didik SMAN 1
Selong kurang bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan sekolahnya. Hal ini
dilandasi berbagai alasan salah satunya, ukuran tempat sampah yang ada tidak memadai
dalam pembuangan sampah disekolah.
Melihat lingkungan yang ada, ditemukan banyaknya sampah anorganik hasil
buangan peserta didik yang dapat didaur ulang (dimanfaatkan) yaitu berupa tutup botol.
Jika dilihat lebih jauh botol yang ditemukan masih memiliki tutup botol dengan warna
yang bervariasi. Tutup botol yang berwarna-warni dapat dikreasikan menjadi barang
bermanfaat. Melalui pembelajaran biologi pada materi pengolahan limbah, pengajar
sebagai guru biologi merasa perlu untuk menanamkan rasa peduli dan tanggung jawab
terhadap kebersihan lingkungan. Maka timbul ide untuk merancang sebuah pembelajaran
yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan menerapkan rasa tanggung jawab
peserta didik terhadap lingkungannya, yang juga dapat menjadi wadah bagi peserta didik
untuk menuangkan ide, kreativitasnya, melalui inovasi baru yaitu membuat tempat sampah
dari tutup botol hasil buangan limbah peserta didik itu sendiri.
Inovasi pengolahan limbah dari tutup botol yang merupakan karya peserta
didik yang dapat divideokan dan pada nantinya diunggah pada media baru youtube.
Pembelajaran ini akan menambah pengalaman dan pengetahuan peserta didik dalam
membuat video, dan dapat memberikan manfaat kepada semua masyarakat luas.
Pembelajaran yang akan dilakukan dipermudah dengan alur pikir dan strategi seperti
berikut:
dengan angket sebagai bahan evaluasi terhadap metode yang diberikan (pembelajaran
dengan pembuatan tempat sampah dari tutup botol).
Tahap Pembelajaran I
Pada tahapan I seperti telah diuraikan di atas, peserta didik dijelaskan
mengenai pentingnya menjaga lingkungan. Menjaga lingkungan dapat dilakukan dengan
cara membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Hal ini dapat dilakukan dari
lingkungan terdekat seperti rumah dan sekolah.
Selanjutnya, perserta didik juga dijelaskan mengenai cara penangan terhadap
sampah yang ada. Salah satunya adalah mengolah sampah anorganik di lingkungan sekolah
menjadi barang yang bermanfaat. Bersama peserta didik merencanakan proyek pembuatan
tempat sampah dari sampah an organic berupa sampah tutup botol. Jadilah projek ini
bernama “Tempat Sampah Tubol” disingkat “TUBOL”.
Kegiatan proses pembuatannya sendiri dimulai dengan penayangan beberapa
video pembuatan tempat sampah hasil karya kakak kelasnya yang sudah ada sebelumnyadi
youtube. (https://www.youtube.com/watch?v=k9h-9fV428o). peserta didik ditugaskan
mengumpulkan sampah berupa tutup botol dilingkungan sekolah. Kemudian dikumpulkan
untuk dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempat sampah (Kegiatan ini dilaksanakan
dalam satu bulan pada bulan Maret, diluar jam di kelas).
Tahap Pembelajaran II
Pada pertemuan kedua tindak lanjut dari pertemuan pertama, peserta didik
diminta untuk mendesain tempat sampah yang mereka inginkan. Desain tempat sampah
tubol ini dilakukan secara bebas sesuai dengan kemampuan dan kreativitas setiap
kelompoknya dengan memperhatikan jumlah tutup botol yang mereka dapat kumpulkan.
Tiap kelompok juga diharuskan membuat desain yang detail dengan menghitung jumlah
tutup botol dan pembagian untuk tinggi, besar dan luasnya tempat sampah yang akan
dibuat. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan sore hari, pada bulan April, di luar jam di
kelas.
Pada tahapan ini guru juga menjelaskan produk pengolahan limbah yang
nantinya akan di pamerkan dalam pameran hasil karya siwa pada program sekolah rujukan.
Pengajar berkolaborasi juga dengan mata pelajaran lainnya seperti pendidikan
kewirausahaan (PKWU) dengan harapan produk yang dihasilkan akan memiliki nilai jual.
Tahap Pembelajaran III
Berbeda dengan dua pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ketiga yang
dilakukan di dalam kelas dibagi menjadi dua kegiatan. Kegiatan pertama guru menjelaskan
materi tentang pencemaran, Pengelolaan limbah (organic dan an organic), dan kegiatan
selanjutnya pelaksanaan pembuatan tempat sampah dari tutup botol. Kegiatan sesuai
program semester, yaitu bulan Mei, 15 jam pelajaran.( 5x 45jam pelajaran / minggu).
Praktek pengolahan sampah disusun sedemikian mungkin untuk
mengefektifkan kerja para peserta didik, sehingga kelompok yang sudah dibentuk harus
menentukan pekejaan individu tiap anggotanya. Tiap kelompok membagi anggota
kelompok menjadi 3 tim kerja, yaitu: a.Tim yang bertugas membuat tempat sampah dari
tutup botol, b.Peserta didik bertugas mengambil gambar dan, c.Kelompok yang mendesain
dan membuat Video.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun, 2016. Kajian dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat
Sekolah Dasar dan Menengah Pertama. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Haerudin, 2011. Pembelajaran Sejarah Berbantuan Media Model Meningkatkan
penguasaan Siswa pada KD 2.1 Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia Siswa
Kelas X7 SMAN 1 Selong Tahun Pembelajaran 2011/2012. (Best Practice).
Jakarta: Direktur Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan.
Purnamasari, Apon, 2011. Pembelajaran Biologi dengan Metode Proyek Melalui Teknik
Pembuatan Clip Film dan Power Point Ditinjau dari Kreativitas dan Gaya
Belajar, Studi Kasus Pembelajaran Biologi pada Materi Pencemaran
Lingkungan Kelas X Semester 2 SMAN 1 Selong, Tahun 2009/2010. Tesis,
Surakarta: Program Pasca Sarjana Pendidikan Sains UNS.
Sudarman, 2007. Problem Based Learning : Suatu Model Pembelajaran untuk
Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah.
Jurnal Pendidikan Inovatif, Volume 2, Nomor 2, Maret 2007. terdapat pada
http://jurnaljpi.files.wordpress.com/2007/09/04-sudarman.pdf
http://sobatgeo.blogspot.co.id/2017/09/rasional-penguatan-pendidikan-karakter.html
https://www.youtube.com/watch?v=k9h-9fV428o
Musripah
Kepala SDN Kebonsari 02 Yosowilangun - Lumajang
Email : musripah44@gmail.com
ABSTRAK. Pendidik atau Guru adalah pengajar pada pendidikan anak usia dini
jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Setiap pendidik atau guru dalam mengajar diharuskan memiliki perangkat
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang digunakan untuk melaksanakan
pembelajaran di kelas. Setiap proses pasti selalu meliputi tiga kegiatan utama yakni
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Demikian pula yang terjadi dengan proses
belajar mengajar di sekolah. Seorang guru diharuskan melakukan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Proses perencanaan pembelajaran yang harus
dilakukan oleh seorang guru meliputi kegiatan utama sebagai berikut: 1. Membuat
program tahunan; 2. Membuat silabus; 3. Membuat program semester; 4. Membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran, dan 5. Dan membuat program ulangan/evaluasi.
Dari kelima unsur tersebut di atas, RPP merupakan persiapan paling minimal seorang
guru ketika hendak mengajar. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah
rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan
dalam silabus. Berdasar kepada hasil analisa pada tahun pelajaran 2016/2017 di SDN
Kebonsari 02, muncul permasalahan rendahnya guru yang membuat perencanaan
pembelajaran khususnya penyusunan RPP. Untuk meneliti lemahnya kinerja guru
dalam hal tersebut, dilakukanlah penelitian untuk melihat sejauhmana langkah
supervisi akademik kepala sekolah dapat meningkatkan kompetensi guru dalam
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Setelah melaksanaan penelitian
tindakan sekolah kinerja guru dalam menyusun dan melaksanakan proses perencanaan
pembelajaran yang lebih baik lagi.
KATA KUNCI : Pelitian Tindakan Sekolah, Kinerja Guru, dan Supervisi Akademik
Kepala Sekolah.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah pembentuk mental pribadi manusia, Pendidikan sangat
berperan dalam membentuk kepribadian yang baik bagi seseorang menurut ukuran
normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang
pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi
penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga dalam UUD 1945 secara tegas
mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan sebaik
mungkin.
Agar proses pendidikan berlangsung dengan baik diperlukan sumber daya
manusia yang handal untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik. Perencanaan atau
kurikulum pendidikan yang sesuai juga sangat mempengaruhi agar tujuan pendidikan
tersebut tercapai. Kurikulum tersebut berisi standar-standar pembelajaran dan
pengembangan intelektualitas manusia. Untuk itu, berkembangnya sebuah sekolah atau
lembaga pendidikan, dengan hasil output yang bagus, kinerja guru yang profesional, serta
prestasi sekolah yang membanggakan tentu tidak terlepas dari peran seorang supervisor.
Supervisor adalah orang yang bertugas mengawasi setiap pelaksanaan program pendidikan
di suatu lembaga pendidikan. Supervisor mengadakan pengawasan dan bertanggung jawab
tentang keefektifan program tersebut. Supervisor meneliti ada atau tidaknya kondisi-
kondisi yang memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Dalam pelakasanaan pendidikan kepala sekolah berperan sangat besar untuk
kemajuan lembaga pendidkan yang dipimpinnya sehingga pengalaman maupun
pengetahun yang dimiliki menjadi sebuah hal yang akan membatunya dalam pembanguan
lembaga pendidikan. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya
pengawasan atau supervise. Pengawas bertanggung jawab tentang keefektifan program itu.
Oleh karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan
memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
Setelah kita mengetahui realita yang terjadi seperti yang sudah tersebut di atas,
maka diperlukan sebuah penjelasan secara rinci dan mendetail tentang supervisi
pendidikan agar para pendidik dapat memahami betapa perlu dan pentingnya supervisi
pendidikan itu. Kemampuan mengajar guru menjadi jaminan tinggi rendahnya kualitas
layanan belajar. Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama para guru, kemampuan
supevisor membantu guru-guru tercerimin pada kemampuannya memberikan bantuannya
kepada guru. Sehingga terjadi perubahan perilaku akademik pada muridnya yang pada
gilirannya akan meningkatkan mutu hasil belajarnya.
Guru merupakan pendidik yang mempunyai peranan dan fungsi yang sangat
penting dan strategis dalam proses pembelajaran di sekolah. Menurut Undang -Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidik
merupakan tenaga profisional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran,menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta
melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
Berdasarkan pernyataan dalam Undang -Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional di atas, bahwa salah satu tugas pokok guru atau pendidik
adalah merencanakan proses pembelajaran, atau yang lebih dikenal dengan istilah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran yang disingkat RPP. Berdasarkan pengamatan dan hasil
evaluasi RPP guru selama ini yang diserahkan kepada Kepala Sekolah, pada umumnya
guru di SDN Kebonsari 02 masih belum memiliki kemampuan untuk membuat RPP yang
baik. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa RPP yang dikumpul dan diserahkan
kepada Kepala Sekolah selama ini masih berupa copypaste dari hasil kerja orang lain
tanpa melakukan revisi atau modifikasi sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah sendiri.
Peneliti yang juga selaku kepala sekolah meyadari sepenuhnya bahwa selama
ini masih belum maksimal dan optimal melakukan supervisi akademik kepada guru dalam
hal materi dalam perencanaan mengajar atau RPP. Penyusunan perencanaan mengajar
(RPP) diberikan kewenangan sepenuhnya kepada guru karena dianggap telah mampu
menyusunnya dengan baik dan benar.
Kegiatan supervisi akademik yang dilaksanakan oleh kepala sekolah dapat
dilaksanakan secara individual, kelompok, atau kombinasi. Kegiatan secara individual
dilaksanakan melalui pertemuan langsung, tatap muka antara kepala sekolah sebagi
supervisor dengan guru yang disupervisi sehingga kegiatan ini lebih intensif dan bersifat
’tertutup’. Kegiatan supervisi secara kelompok dilakukan oleh kepala sekolah sebagai
supervisor dengan beberapa guru yang disupervisi dengan pembahasan dan penyelesaian
masalah yang bersifat umum. Sedangkan pendekatan supervisi secara kombinasi adalah
memadukan pendekatan individu dan kelompok.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengambil lokasi di SDN Kebonsari 02, yang dilakukan pada
bulan September-Nopember 2017. Subjek penelitian ini yaitu seluruh guru SDN Kebonsari
02. Jumlah guru SD Negeri Kebonsari 02 yang disupervisi 6 orang yang terdiri dari 1
orang guru laki-laki dan 5 orang guru perempuan. Sumber data dalam penelitian ini adalah
guru kelas dengan menggunakan pengamatan supervisi akademik. Supervisi Akademik
adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa prinsip supervisi pendidikan sebagai berikut : Ilmiah (scientific),
demokratis, kooperatif, kontruktif dan kreatif, kontinyu. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan sekolah (PTS). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap
siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
sampel RPP yang dibuat oleh guru. Dari hasil analisis kualitas RPP pada siklus 1
mendapatkan nilai baik hanya sebesar 33% sedangkan 67% penilaian dengan nilai cukup
baik, maka pada siklus 1 ini penilaian kualitas RPP masih belum dikatakan baik. Setelah
diadakan revisi pada siklus 2 hasil analisa kualitas penyusunan RPP setelah dilakukan
supervise individual (setelah direvisi) memperlihatkan terjadinya peningkatan kualitas
RPP. Dimana kualitas pada siklus 1 dan setelah revisi siklus 1 meningkat dari 33%
menjadi 83%. Dari sini pula terlihat bahwa jumlah guru yang mengumpulkan sampel RPP
menjadi 100%.
Pada siklus kedua ini, penelitian dilanjutkan dengan menganalisa/menguji
keaslian RPP yang disusun oleh guru. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan
supervise kelas. Dari pelaksanaan rencana pembelajaran ini, dapat terlihat keaslian
penyusunannya. Hasil dari analisa penguat tersebut, menunjukkan bahwa RPP yang
dikumpulkan benar disusun oleh guru yang bersangkutan. Karena terjadi kesesuaian
skenario antara perencanaan dan pelaksanaan di kelas. Hasil penilaian supervisi kelas oleh
kepala sekolah ditemukan bahwa 83% perangkat pembelajaran terutama RPP sesuai
dengan skenario antara perencaan dan pelaksanaan di kelas dan 17% masih belum sesuai.
Tetapi dengan peningkatan persentase keberhasilan tersebut maka dapat ditarik sebuah
kesimpulan bahwa RPP yang dikumpulkan guru adalah bersifat original. Hal ini terlihat
dengan cukup besarnya guru mampu melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana
yang dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Moch. Idochi, 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Depdiknas, 1997. Petunjuk Pengelolaan Adminstrasi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2010. Supervisi Akademik; Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala
Sekolah; Jakarta: Depdiknas.
Harahap, Baharuddin, 1983. Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala
Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya
Majid, Abdul, 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhaimin, 2004. Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E., 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sahertian, Piet A., 2000. Konsep-Konsep dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Supandi, 1996. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama
Universitas Terbuka.
Suprihatin, MD., 1989. Administrasi Pendidikan, Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala
Sekolah sebagai Administrator dan Supervisor Sekolah. Semarang: IKIP
Semarang Press.
Surya, Muhammad, 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan
Bhakti Winaya
Suryasubrata, 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Usman, Moh. Uzer, 1994. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wardani, IGK., 1996. Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). Jakarta: Dirjen Dikti.
ABSTRAK. Membangun karakter RAJA (responsi, adil jujur dan arif) untuk siswa
harus dilakukan secara berkeinambungan. Langkah pembinaan karakter ini
menggunakan media menonton pagelaraan /pertunjukan pementasan tunggal oleh
teater SMA Negeri 4 Medan yang ditonton siswa kelas XI dan kelas X. Pelibatan
penanaman karakter secara langsung dengan menonton pola intrik Raja Tebalek cukup
efektif untuk pembinaan karakter Raja yang tidak menggurui penontonnya,
melainkan melalui parodi dan ironi perilaku raja yang menghancurkan negerinya
sendiri. Kegiatan ini melalui lima tahapan kegiatan,yakni: 1) Engage, langkah 2)
Eksplorasi, langkah 3) Aksi peta pesmol Raja, langkah 4) Penjelasan, langkah 5)
Penguatan. Kelima langkah ini diharapkan mengurangi budaya plagiat, suka
mengambil jalan pintas atau copy paste, dan mampu menghasilkan karya sendiri.
KATA KUNCI : Karakter Raja, Media Monopoli.
PENDAHULUAN
SMA Negeri 4 Medan adalah sekolah yang telah lama menerapkan sikap
hormat dengan sesama siswa, tamu, guru, hingga karyawan yang hadir di lingkungan
sekolah. Budaya berdiri dan menghormat pada orang dewasa seperti guru, tamu dan lain -
lain apabila sedang melintas di depan kelas sambil menyapa atau memberi salam menjadi
ciri khas sehari- hari. Budaya ini turun menurun bertahun- tahun telah ada di SMA Negeri
4. Hal ini telah penulis saksikan sejak penulis bertugas di SMA Negeri 4, tujuh belas tahun
yang lalu dan budaya ini menjadi kekhasan SMA Negeri 4 Medan.
Meskipun telah memiliki nilai tambah di satu hal sebagai kekhasannya yang
melibatkan seluruh siswa-siswi SMA Negeri 4 Medan, namun kekhasan ini dapat
menjadi sia – sia karena di dalam proses pembelajaran terdapat kebiasaan – kebiasaan yang
tidak menjunjung tinggi nilai integritas antara lain responsibilitas, adil, jujur dan arif.
Permasalahan itu antara lain: 1) Kurang berminat membaca sastra; 2) Memilih
membaca sinopsis daripada membaca karangan asli disebabkan karangan asli lebih tebal
halamannya dan makna tidak dipahami; 3) Kurang tergerak menulis artikel, esai, dongeng
atau yang berhubungan dengan sastra; 4 Budaya copy paste dianggap hal yang wajar; 5)
Kurang memahami makna plagiat; 6) Mengakui karya orang lain tanpa rasa bersalah; 7)
Memilih mengerjakan LKS daripada memproduksi karya; dan 8) Kurang percaya diri dan
merasa kurang wawasan namun tidak bertindak.
Apabila ini terbiarkan kita, maka hal di atas sesuai dengan pendapat
Konentjaraningrat dalam Haedar Nashir (2016:8) menyatakan bahwa masyarakat
Indonesia mengidap penyakit mentalitas seperti sifat yang meremehkan mutu,suka
menerabas ( jalan pintas) tidak percaya pada diri sendiri; tidak berdisiplin murni, dan suka
mengabaikan tanggung jawab, tidak bertanggung jawab.
XI) yang masuk diberi selembar daftar isian oleh kru EG dan Eksfi tentang karakter
masing – masing tokoh drama Raja Terbalik serta kesan terhadap karakter tokoh tersebut.
Pada daftar isian penonton diminta menuliskan kesan dan tokoh idola beserta alasannya.
Langkah 2) Explore (Eksplorasi)
Setelah usai menonton pertunjukkan, siswa ditugaskan untuk berfoto bersama,
mewawancarai pemeran guna melengkapi daftar isian dan mencari informasi sebanyak
banyaknya tentang pementasan Raja Terbalek. Khusus pementasan Raja Tebalek, siswa
dipersilakan bereksplorasi di materi perilaku / karakter yang dimainkan anggota teater,
bukan pada unsur– unsur yang lain seperti unsur wirama, wiraga, dan lain lain.
Langkah 3) Action Games Peta Pesmol Raja
Kegiatan ini dilakukan di dalam pembelajaran di kelas dengan cara
membentuk kelompok dan membagi masing-masing kelompok dalam bentuk permainan
berupa Peta PESMOL RAJA (pesan moral responsibilitas, adil, jujur, arif) dari media flexi
(bahan untuk banner). yang terinspirasi dari bentuk mindmap. Permainan diawali dengan
salam karakter bangsa dengan kata kunci PESMOL RAJA. Alur permainan dimulai dari
Agen petani menjatuhkan dadu di atas Peta PESMOL RAJA. Peserta harus menemukan
kata sifat raja yang maknanya negatif yang sesuai dengan pementasan dan memasangkan
antonimnya yang terdapat pada tumpukan kartu dengan dua kali pencabutan.
Langkah 4) Explain (penjelasan) dalam bentuk model Circle the King
Apabila antonim yang dicabut tidak tepat, maka tim diminta untuk berdialog
dengan rakyat yang isinya tentang saran menjadi raja yang baik, akan menjadi raja yang
responsif terhadap harapan rakyat dan negara, berlaku adil dan jujur, serta berperilaku arif
bijaksana. Cara berdialognya adalah perwakilan setiap kelompok duduk mengelilingi Raja
dan mengajukan pertanyaan yang bersifat positif, kritik tidak diperbolehkan dalam
permainan ini. Kondisi situasi diarahkan pada situasi yang menyenangkan, mengacu pada
pembenahan mental sebuah kerajaan Sebagai catatan bahwa karakter raja dan semua
pemeran adalah parodi dari perilaku raja yang semestinya.
Langkah 5) Penguatan
Guru memberi penguatan terhadap aktivitas yang telah dilakukan dan
mengajak siswa memproduksi tulisan berupa esai artikel atau dongeng.
Langkah penguatan ini berupa motivasi, kajian terhadap isi atau kandungan
mental yang positif atau justru menghancurkan. Motivasi yang dilakukan penulis haruslah
mampu mengubah sebuah hiburan menjadi sebuah bahan kajian moral yang membangun
yang diaplikasikan dalam bentuk tulisan. Langkah ke-5, ini merupakan sebuah gerakan
menulis .
Langkah ini merupakan langkah penentu apakah siswa pembelajar tergugah
hatinya setelah menyaksikan pementasan yang telah ditonton sebelumnya ataukah siswa
berpikir bahwa tontonan itu hanya sekedar hiburan saja Karena menyajikan unsur konyol
dan kekacauan yang dilakukan oleh dua contoh raja. Perhatikan tabel 1.1 tentang
penguatan karakter RAJA berikut.
Republik Indonesia (RRI) yang menyiarkan secara langsung pementas ini. Media yang
dipergunakan adalah peta perilaku raja terbalik berukuran 40 x 40 cm bahan flexi, dadu,
kartu berisi Pesmol Raja (pesan moral responsif adil, jujur dan arif). Perhatikan tabel
tentang evaluasi pelaksaan Pendidikan Karakter berikut.
Indikator Keberhasilan
Nilai Karakter Kondisi Awal Target Realisasi(2 Bulan
No yang Di- Capaian Menerapkan Peta
kembangkan Pesmol Raja terbalik
1 Responsibilitas/ Tanggungjawab: Tanggungjaw Tanggungjawab:
Tanggungjawab Tanggungjawab ab: Rasa tanggungjawab
menyelesaikan tulisan Dengan siswa semakin
hasil karya sendiri menggunaka meningkat
masih belum terlaksana n media disebabkan motivasi
dengan baik dan tepat menonton dari hasil induksi
waktu pementasan pembelajaran sastra
raja terbalik, yang didapat melalui
permainan parodi dan ironi
pesmol raja, yang tepat sesuai
diharapkan dengan karakter raja
tumbuh dan terbaik.
berkembang
rasa
tanggungjaw
ab untuk
menyelesaika
n tulisan
tepat waktu
2 Adil Sikap adil: Sikap adil: Sikap adil:
Sikap adil terhadap Munculnya Peta pesmol raja
mata pelajaran Bahasa karakter adil mengajak siswa
Indonesia, terlebih- dalam untuk berkecimpung
lebih sastra atau seni memandang secara langsung
budaya dianggap setiap mata membahas sikap adil
sebelah mata dan pelajaran terhadap diri sendiri
kurang bermanfaat bagi terutama dan orang lain
siswa mata hingga menjadi
pelajaran sebuah karakter yang
sastra dengan memmbudaya dalam
mengutamak diri siswa`
an duduk
sama rendah,
berdiri sama
tinggi.
munculnya
ketertarikan
terhadap
sasstra .
raja 20 April 2017. Aksi ini menggunakan berbagai kendala antara lain;ujian
kartu pesmol raja,permainan circle akhir semester,UN, kenaikan kelas.
king dengan media fleksi (bahan dasar Sebagai jalan keluarnya penulis
banner). Raja yang terpilih harus menerapkan pada komunitas teater
berorasi dengan konsep demokratis. EG di kegiatan TER, ekskul KIR,
ekskul film
Langkah 4 RTL 3 memuat langkah 3,4, dan 5. Di tahun ajaran baru, penulis
explain/pe Langkah ini dilakukan penulis pada: menerapkan action plan yang
njelasan 1.buka puasa bersama keluarga besar penulis rancang dengan mengulangi
EG termasuk alumni EG 2005 s.d kembali dari langkah 1, 3,4, 5.
2016 Pada action plan penulis menitik
1. Sebelum melaksanakan ujian beratkan hanya menulis esai untuk
semester 2016/2017 penulis kelas XII. Ternyata penulis
mengimbaukepada peserta mengajar juga di kelas XI sehingga
ujian untuk mengedepankan penulis melebarkan materi menulis
karakter Raja ( dongeng hingga artikel dongeng
responsibilitas,juju, adil dan dengan menggunakan mindmap
arif) tentang rencana/ kerangka yang
2. Masa orientasi siswa di tahun akan dilakukan.
ajaran baru
3. Kelas XII dan kelas XI ( enam
kelas) tahun ajaran 20017/2018
4. Kelompok Ilmiah Remaja
(KIR)
5. Eksfi ( film )
6. Masa orientasi teater (
MOSTER)2017/2018
Langkah 5 Setelah guru memberi penguatan, Meski langkah ini adalah langkah
penguatan motivasi,arahan kepada siswa kelas terakhir namun sebenarnya ini
XII mia 7, XIImia 9, XII Sos 1, XI adalah langkah awal sebuah
mia 1,2,3, maka siswa mulai mencoba aktivitas action plan yang
menulis diawali dengan mindmap sesungguhnya . Secara jadwal yang
dengan materi esai atau artikel untuk direncanakan yang terlapor pada
kelas XII dan dongeng serta artikel RTL banyak mengalami
tentang dongeng.Tampaknya kegiatan perubahan,begitu juga dengan
menulis dilakukan dengan senang hati materi tulisan dan media , namun
karena penulis mengawali dengan penulis sikapi dengan tetap
menulis yang mengandung fantasia tau konsisten pada tujuan awal yakni
dongeng yang mengandung pesan ingin membentuk AGEN PETANI
moral RAJA untuk kelas XI. yakni anak generasi penerus tata
Demikian juga untuk kelas XII secara nilai dengan konsep PESMOL
umum penulis menilai bahwa peserta RAJA(pesan moral
didik dengan senang hati membuat Responsibilitas,Adil, jujur dan Arif.
DAFTAR PUSTAKA
Khairiah
Guru SMAN 1 Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar - Aceh
Email : kahiriahabbas@yahoo.co.id
PENDAHULUAN
Ilmu kima secara umum termasuk dalam ilmu pengetahuan alam salah satu
bagian dari pendidikan umum lainya. Memiliki peran penting dalam peningkatan mutu
pendidkan khususnya menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu siswa yang mampu
berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menelaah bentuk-bentuk molekul yang
mempelajari gejala-gejala alam, dan menkhususkan diri di dalam mempelajari struktur,
susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energy yang menyertai perubahan materi.
Ketika guru menjelaskan konsep molekul dengan metode ceramah dan hanya
menggunakan papan tulis sebagai media untuk menggambarkan bentuk molekul tersebut
secara tiga dimensi. Contoh permasalahan tersebut adalah siswa tidak dapat membedakan
bentuk molekul segi tiga planar dengan segi tiga pyramid, karena dalam gambar satu
dimensi bentuk molekul segi tiga planar dan segi tiga pyramid sangat mirip apalagi jika
guru yang menggambar tidak menguasai teknik menggambar tiga dimensi. Untuk
membantu siswa memahami konsep bentuk molekul di butuhkan alat peraga yang disebut
molimod. Hanya saja molymod jarang disediakan di sekolah dengan berbagai
pertimbangan . menyisati hal tersebut maka dapat digunakan molymod dari sederhana
dibuat dengan buah terong rimbang ( bahasa latin: takokak, Bhs.Aceh: trueng cawing).
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikenal dengan nama Classroom Action
Research (CAR) merupakan model penelitian yang di kembangkan di kelas , ide tentang
PTK pertama dikembamgkan oleh Kurt Lewis pada tahun 1946. Inti gagasan lewis ini
selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain yaitu Stephen Kemmis, dll. Menurut ( Aqid
2006 : 12) ada tiga kata yang membentuk PTK berarti ada tiga kata pula dapat di
terangkan, yaitu penelitian kegiatan mencermati suatu object, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk
meningkatkan mutu dari sesuatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Peneltian dilakukan pada siswa kelas XI.IA2 SMA.N.I. Sukamakmur semester
ganjil, jumlah siswa sebanyak 21 orang terdiri dari 3 siswa laki-laki dan 18 siswa
perempuan. Penelitian ini terbagi dua siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan tindakan, obsevasi evaluasi dan refleksi.
Data tentang aktifitas siswa akan dikumpulkan dengan menggunakan
observasi, pengamatan akan dilakukan oleh 4 orang tim peneliti, yang masing-masing
akan mengamati 3 orang siswa yang dipilih dari kelompok atas, sedang, dan kelompok
rendah. Data presentasi belajar siswa akan di kumpulkan melalui tes awal dan tes akhir
akan di tinjau kembali.
Data hasil observasi akan dihitung dengan menggunakan presentase dengan
terlebih dahulu dihitung rata-rata waktu terjadinya katagori pengamatan tertentu.
Selanjutnya data tersebut akan dibandingkan dengan criteria aktifitas siswa dikatakan
aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Titik Suhariyanti
Kepala SDN Wotgalih 01 - Lumajang
Email : titiksuhariyanti52@gmail.com
ABSTRAK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
dengan menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualiatif dan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif.
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Wotgalih 01, Kecamatan Yosowilangun,
Kabupaten Lumajang. Subjek penelitian adalah siswa kelas V, berjumlah 20 siswa.
Sumber data diperoleh dari siswa, guru, teman sejawat dan dokumen. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu tes, observasi dan wawancara. Tes berupa tes
hasil belajar untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang pelaksanaan
pembelajaran. Observasi dilakukan kepada guru dan siwa selama pembelajaran
berlangsung. Wawancara ditujukan kepada observer untuk mendapatkan informasi
tentang pembelajaran yang berlangsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif model STAD maka prestasi
belajar siswa dapat meningkat.
KATA KUNCI : Kooperatif Model STAD, Prestasi belajar, PKn.
PENDAHULUAN
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut pengembangan
kemampuan siswa dalam pengajaran PKn yang sangat berperan penting untuk semua
jenjang pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar yang merupakan landasan bagi
pendidikan yang lebih tinggi. Dalam pembelajaran PKn materi pelajaran terdiri dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan belajar PKn berupa kegiatan pengetahuan
kewarganegaraan yang lebih banyak meliputi pengetahuan tentang hak dan kewajiban
warga negara, HAM, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga-lembaga negara dan
keterampilan intelektual dalam merespons berbagai persoalan politik dan hukum, kurang
terlihat adanya pembentukan karakter bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila,
seperti yang diajarkan dalam Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn). Sedangkan tujuan pendidikan pembelajaran PKn adalah
mendidik warga negara agar menjadi warga negara yang baik, yang dapat dilukiskan
dengan “warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama,
demokratis, dan Pancasila sejati”. Oleh karena itu siswa sekolah dasar diharapkan mampu
menjadi warga negara yang baik.
Berdasarkan diatas, peneliti melakukan observasi pada siswa kelas V SD
Negeri Wotgalih 01 selama pembelajaran PKn di kelas untuk memperoleh data awal
METODE PENELITIAN
Prosedur penelitian yang dilaksanakan menggunakan prosedur penelitian
menurut Arikunto (2006). Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini terdiri tiga siklus.
Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pada
perencanaan tindakan dilakukan penyusunan skenario pembelajaran dan rencana
pelaksanaan pembelajaran, persiapan media pembelajaran yang diperlukan, menyiapkan
lembar observasi dan evaluasi. Tindakan pada penelitian ini dilaksanakan sesuai langkah-
langkah penggunaan model pada kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Kegiatan observasi
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dalam hal ini peneliti melibatkan
teman sejawat sebagai observer. Sedangkan refleksi dilaksanakan berdasarkan hasil
pengamatan observer dan peneliti.
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Wotgalih 01, kecamatan Yosowilangun,
Kabupaten Lumjang. Subjek penelitian adalah siswa kelas V, berjumlah 20 siswa. Sumber
data diperoleh dari siswa, guru, teman sejawat dan dokumen. Teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu tes, observasi dan wawancara. Tes berupa tes hasil belajar untuk
mendapatkan informasi secara langsung tentang pelaksanaan pembelajaran. Observasi
dilakukan kepada guru dan siwa selama pembelajaran berlangsung. Wawancara ditujukan
kepada observer untuk mendapatkan informasi tentang pembelajaran yang berlangsung.
dengan baik. Dengan segala kekurangan ini menyebabkan siswa kurang memahami materi
yang diajarkan dan antusias siswa sangat kurang sekali terutama dalam kegiatan diskusi
kelompok masih banyak siswa yang bergurau sendiri, mengobrol diluar materi yang
diajarkan bahkan ada yang asyik menggambar dan dalam kegiatan mempresentasikan hasil
diskusi kelompok banyak siswa yang tidak berani maju ke depan dengan alasan malu dan
takut salah. Setelah mewancari beberapa siswa, peneliti mendapatkan kesimpulan bahwa
proses pembelajaran yang tidak optimal inilah yang menyebabkan aktivitas belajar siswa
menjadi berkurang, semangat dan antusias belajar siswa juga sangat rendah, sehingga hal
ini mempengaruhi hasil belajar siswa dengan banyaknya siswa yang mendapatkan nilai
dibawah KKM.
Setelah mengevaluasi kekurangan pada siklus I, peneliti mencoba dengan
menggunakan metode baru yaitu metode pembelajaran kooperatif model STAD,
diharapkan dengan metode baru ini kegiatan guru menjadi meningkat dan hasil belajar
siswa juga mengalami peningkatan. Setelah proses pembelajaran dengan metode
pembelajaran kooperatif model STAD dilaksanakan kegiatan guru mengalami peningkatan
yang sangat signifikan hal ini disebabkan karena Metode Pembelajaran Kooperatif Model
STAD banyak menekankan kepada aktivitas belajar siswa terutama dalam kegiatan diskusi
kelompok. Respon siswa terhadap pembelajaran sangat tinggi, hal ini dapat dilihat selama
pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa antusias, aktif, senang dalam mengikuti
pembelajaran. Siswa merasa tidak jenuh dengan pembelajaran yang ada karena dalam
pembelajaran terdapat game dan turnamen akademik sehingga membuat siswa untuk aktif
dalam pembelajaran dan melatih kerja sama dalam kelompok. Hal ini sesuai dengan
pendapat Slavin (2005) yang menyatakan bahwa manfaat metode pembelajaran kooperatif
model STAD yaitu mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran, melatih kerja sama
dalam kelompok belajar. Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi, secara garis besar
kelebihan dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam
pembelajaran PKn terdapat kelebihan 1) Setiap siswa memiliki kesempatan untuk
memberikan kontribusi yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota
kelompok adalah setara Allport, 2) Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan
kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik, 3) Membantu siswa untuk memperoleh
hubungan pertemanan lintas rasial yang lebih banyak , 4) Melatih siswa dalam
mengembangkan aspek kecakapan sosial di samping kecakapan kognitif. Adapun
kekurangan penggunaan metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam
pembelajaran PKn kelas V SDN Wotgalih 01 Kecamatan Yosowilangun Kabupaten
Lumajang adalah 1) Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran
menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan
tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja
kelompok dan tes individual/kuis. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat sedikit
diminimalisir dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat
bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang
kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran
dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang
terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas, dan 2) Model ini
memerlukan kemampuan khusus dari guru. Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator,
motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62). Dengan asumsi tidak semua guru mampu
menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik. Solusi yang dapat di
jalankan adalah meningkatkan mutu guru oleh pemerintah seperti mengadakan kegiatan-
kegiatan akademik yang bersifat wajib dan tidak membebankan biaya kepada guru serta
melakukan pengawasan rutin secara insindental. Disamping itu, guru sendiri perlu lebih
aktif lagi dalam mengembangkan kemampuannya tentang pembelajaran..
Berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I sampai siklus II bahwa
Penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran pada materi pentingnya
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia membantu meningkatkan pemahaman
siswa sehingga dapat menyelesaikan soal dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Selain bermanfaat bagi siswa, juga dapat meningkatkan kompetensi guru, mengembangkan
keterampilan dan memberikan motivasi untuk menampilkan ideide baru dalam proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Lilik Munfaridah
Guru MTs Wahid Hasyim Kunir - Lumajang
Email : lilikmunfaridahmts@gmail.com
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara. (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003).
Pendidikan juga berfungsi sebagai suatu proses untuk mendewasakan manusia,
atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan
manusia. Dalam proses pendewasaan ini tentunya melalui beberapa proses dalam
pembelajaran. Proses belajar tidak memerlukan waktu yang singkat tetapi melalui beberapa
tahapan. Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang bersifat relatif tetap dan terjadi
karena hasil pengalaman atau latihan, sehingga individu dapat memperoleh sesuatu hal
yang baru dalam belajar. Di dalam belajar itu terjadi proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku. Dalam proses
pembelajaran tersebut dapat mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
baik menjadi baik, sebagaimana pendidikan pada umumnya.
Dalam mencapai tujuan pembelajaran dibutuhkan peran seorang guru yang
profesional agar materi yang disampaikan dapat diserap siswa.Keberhasilan guru dalam
menyampaikan materi sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara
siswanya.Ketidaklancaran komunikasi membawa akibat terhadap pesan yang
diberikan guru. (Asnawir, 2002: 1)
Adapun langkah-langkah yang diambil oleh seorang guru agar dapat
mencapai tujuan kegiatan pembelajaran salah satunya adalah penggunaan metode mengajar
yang dapat mendorong peserta didik menjadi lebih aktif. Metode mengajar adalah
cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsungnya pengajaran. (Sudjana, 1989: 36)
Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang ditempuh yang sesuai dan
serasi untuk menyajikan suatu hal, sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang efektif
dan efisien sesuai yang diharapkan. Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam
mengajar diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran.Tentunya faktor
lain harus diperhatikan juga seperti faktor guru, faktor anak, faktor situasi, media dan lain-
lain.(Pupuh, 2007: 55).
Dalam memilih metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar,
seorang guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang mendukung
pemilihan metode tersebut. Melihat pada hakekatnya metode adalah penerapan prinsip-
prinsip psikologi dan prinsip-prinsip pendidikan bagi perkembangan peserta
didik.(Sukmadinata, 2000: 196-197).
Pembelajaran Akidah Akhlak diarahkan untuk mengantarkan peserta didik
agar mampu memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga muslim yang selalu taat menjalankan
syariat Islam. Akidah Akhlak merupakan materi yang sangat penting dan harus
disampaikan secara luas dan terperinci mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi
agar peserta didik memahami dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan observasi awal, hasil belajar peserta didik khususnya dalam
pelajaran Akidah Akhlak kelas IX di MTs Wahid Hasyim Kunir, masih rendah dengan
dibuktikan test tertulis pra siklus hanya 10 % dari jumlah siswa yang nilai sama dengan
atau diatas KKM. Dalam proses pembelajaran Akidah Akhlak peserta didik kurang aktif
mengikuti pembelajaran, masih banyak peserta didik yang tidak memperhatikan atau
bahkan berbicara sendiri. Menurut beberapa peserta didik hal itu disebabkan karena
mereka kurang paham penjelasan guru yang masih menggunakan metode ceramah dan
tanya jawab.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau dalam bahasa Inggris
sering disebut Classroom Action Research, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelas dengan penekanan pada peningkatan kualitas maupun praktek dalam proses
pembelajaran. (Saminanto, 2010: 2-3). Penelitian ini dilaksanakan pada kurun waktu
selama 3 bulan, terhitung sejak Agustus 2017, dan selesai pada Oktober 2017. Bertempat
di MTs Wahid Hasyim Kunir, dengan mengambil sampel siswa kelas XI semester ganjil
tahun Pelajaran 2017/2018.
Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemis dan
Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran berdasarkan
refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan dari siklus sebelumnya. Dimana setiap
siklus tersebut terdiri dari 4 tahapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk menggali
informasi yang dibutuhkan. Metode yang dipakai oleh peneliti untuk memperoleh
informasi antara lain: dokumentasi, observasi, dan tes. Data yang diperoleh dari penelitian
baik melalui pengamatan, tes, atau dengan menggunakan metode yang lain kemudian
diolah dengan analisis data deskriptif untuk menggambarkan keberhasilan pembelajaran
Akidah Akhlak pada materi pokok Haji dengan penerapan metode Everyone Is A Teacher
Here.
ditetapkan dalam KKM yaitu 75, masih banyak peserta didik yang belum memenuhi
ketuntasan apalagi bila ketuntasan dilihat dari segi ketuntasan klasikal yang peneliti
tetapkan yaitu 80%.
Selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM), guru telah
melaksanakan sesuai dengan skenario pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.
Sedangkan pengamat dengan menggunakan data hasil observasi mencatat beberapa
kejadian penting, antara lain keaktifan peserta didik dalam pelaksanaan proses
pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus I dengan menggunakan
metode Everyone is a teacher heremasih kurang optimal. Hal ini ditunjukkan dengan
masih banyak peserta didik yang belum aktif mengikuti pembelajaran mata pelajaran
Akidah Akhlak dengan metodeEveryone is a teacher here. Masih ada peserta didik yang
bingung pada proses pembelajaran dikarenakan peserta didik masih belum memahami
materi Iman Kepada Hari Akhir dan Alam Ghaib yang Berhubungan dengan Hari Akhir.
Namun demikian, dengan menggunakan metode Everyone is a teacher here keaktifan
peserta didik dalam proses belajar sudah menunjukkan peningkatan.
Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)75, artinya peserta didik
dinyatakan tuntas apabila telah mencapai nilai 75 atau lebih. Secara klasikal dikatakan
tuntas apabila telah mencapai 80%. Nilai hasil belajar peserta didik dalam siklus I diambil
dari nilai tes evaluasi peserta didik pada akhir siklus.
Berdasarkan hasil observasi dan nilai tes akhir siklus I, ternyata dalam siklus I
dengan menggunakan metodeEveryone is a teacher here, proses pembelajaran yang
berlangsung mulai terlihat efektif, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya keaktifan
peserta didik selama pembelajaran berlangsung, walaupun masih ada beberapa peserta
didik yang masih pasif, tidak memperhatikan penjelasan guru, dan masih banyak
peserta didik yang tidak mau bertanya saat mengalami kesulitan serta masih malu ketika
diminta guru untuk menjadi sebagai sukarelawan untuk membacakan pertanyaan.
Siklus II
Skenario pembelajaran pada siklus II sama halnya dengan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus I, hanya saja pada siklus II ini guru mengawali pelajaran
dengan berdo’a, kemudian mengajak peserta didik untuk bermain tepuk agar peserta didik
lebih semangat dalam memperhatikan penjelasan guru . Peserta didik mulai lebih
memahami proses pembelajaran dengan menggunakan metode Everyone is a teacher
hereini dikarenakan sudah mengalami pada proses siklus I dan peserta didik sudah
merasakan bahwa metode yang diterapkan ini memberikan suasana yang berbeda.
Selama proses pembelajaran peneliti berhasil melakukan observasi terhadap
kegiatan pembelajaran siklus II. Dari lembar observasi dapat diketahui bahwa hasil
penelitian masalah siklus II ini sudah baik daripada perbaikan pembelajaran siklus I. Pada
siklus II ini peserta didik sudah aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik lebih
semangat, antusias dan serius dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Peserta didik pun sudah bisa melakukan metodeEveryone is a teacher here secara mandiri,
guru hanya memberikan bimbingan saja dalam proses pelaksanaannya.
Setelah dilakukan tes atau penilaian di akhir pembelajaran siklus II, ternyata
hasil belajar peserta didik sudah mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran. Hal
ini bisa dilihat dengan adanya perolehan nilai yang lebih baik dibandingkan pada
pembelajaran siklus I. Jumlah peserta didik yang tuntas pun meningkat sampai 92,5%.
Dan hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran Akidah Akhlakdengan metode Everyone
is a teacher heretelah berhasil. Dalam siklus II menunjukkan kecenderungan siswa aktif
dalam proses pembelajaran ditandai dengan naiknya nilai siswa yang tuntas.
Berdasarkan data yang didapat dari pelaksanaan siklus II menunjukkan adanya
peningkatan yang sangat signifikan yaitu aktivitas, dan hasil belajar peserta didik. Hal ini
diawali dengan selama proses pembelajaran Akidah Akhlak dengan penerapan
metodeEveryone is a teacher here,peserta didik antusias dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini, sudah tuntas secara klasikal dan
sudah nampak adanya peningkatan semangat dan keseriusan peserta didik dalam mengikuti
pelajaran. Menurut pengamat, semua peserta didik sudah cocok dengan metodeEveryone is
a teacher here. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar peserta didik menunjukkan
peningkatan dari siklus I. Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik pada siklus II ini
secara klasikal juga meningkat dengan prosentase ketuntasan 92,5%.
Dari hasil refleksi siklus II ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran
Akidah Akhlak materi pokok Iman Kepada Hari Akhir dan Alam Ghaib yang Berhubungan
dengan Hari Akhir kelas IX MTs Wahid Hasyim, Kunir dengan metode Everyone is a
teacher heretelah berhasil, untuk itu siklus dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK. Budi pekerti berisi nilai-nilai perilaku manusia yang akan diukur
menurut kebaikan dan keburukannya melalui ukuran norma agama, norma hukum,
tata krama dan sopan santun, norma budaya/adat istiadat masyarakat. Budi pekerti
akan mengidentifikasi perilaku positif yang diharapkan dapat terwujud dalam
perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian peserta didik. Dengan
memperhatikan permasalahan di atas, maka kami melakukan penelitian tindakan kelas
dengan judul “Adakah Peningkatan kemampuan memahami ketentuan-ketentuan
thaharah dengan metode kerja kelompok siswa kelas VII.A SMP Negeri 1
Rowokangkung Kecamatan Rowokangkung Kabupaten Lumajang Tahun Pelajaran
2017/2018” Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan siswa. Proses pelaksanaan tindakan kelas melalui empat
tahap dalam 3 siklus mulai dari (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan statistik deskriptif secara rata-rata
dan persentase yaitu dengan menginventarisasi dan memadukan seluruh informasi
yang diperoleh dari tiap siklus. Berdasarkan hasil penilaian dan pengamatan siswa
guru menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode kerja kelompok dapat
membantu siswa dalam memahami ketentuan-ketentuan thaharah. Dari hasil
pelaksanaan dan pengamatan siswa dan guru cenderung lebih baik setiap siklus, maka
dapat disimpulkan bahwa ; Ada peningkatan kemampuan memahami ketentuan-
ketentuan thaharah dengan metode kerja kelompok siswa kelas VII.A SMP Negeri 1
Rowokangkung Kecamatan Rowokangkung Kabupaten Lumajang Tahun Pelajaran
2017/2018.
KATA KUNCI : Ketentuan Thaharah, Kerja Kelompok.
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam merupakan perilaku dan tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya
yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi.
Luasnya Pendidikan Agama Islam dan terbatasnya waktu yang tersedia membuat standar
kompetensi dan kompetensi dasar ini dibatasi dan difokuskan kepada fenomena empirik
Pendidikan Agama Islam yang ada disekitar peserta didik, sehingga peserta didik dapat
merekam peristiwa Pendidikan Agama Islam yang terjadi disekitar lingkungannya dan
mengambil manfaat untuk kehidupannya yang lebih baik.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris lazim disebut
Classroom Action Research (CAR) merupakan ragam atau bentuk penelitian pembelajaran
yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah
pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu proses (praktik) dan hasil
pembelajaran, dan mencobakan hal-hal baru di bidang pembelajaran demi peningkatan
mutu proses dan hasil pembelajaran. Pendek kata, PTK adalah ragam atau bentuk
penelitian yang dimaksudkan untuk mengubah bebagai keadaan, kenyataan, dan harapan
mengenai pembelajaran agar menjadi lebih baik dan bermutu dengan cara melakukan
sejumlah tindakan yang dipandang tepat dan jitu.
Bagi pelaku atau pemerhati pendidikan, tentu saja hal tersebut mendorong
untuk melibatkan diri dalam mencari sekaligus mencari formulasi apa yang dapat dijadikan
alternatif pengelolaan pendidikan. Dalam proses pendidikan, metode yang tepat guna yang
mengandung nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara
fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam
tujuan pendidikan
Sebagai salah satu komponen operasional dalam ilmu pendidikan, metode
harus mengandung potensi yang bersifat mengarahkan materi pelajaran kepada tujuan
pendidikan yang hendak dicapai melalui proses tahap demi tahap, baik dalam kelembagaan
formal, nonformal ataupun informal. Dengan demikian menurut pendidikan , suatu metode
yang baik adalah memiliki waktu dan relevansi dengan tujuan pendidikan .
Akibat semua konsep dari permasalahan guru terhadap proses belajar mengajar
adalah motivasi rendah, pehatian tugas pokok terabaikan dan secara tidak langsung proses
belajar mengajar tidak menarik dan tidak membangkitkan daya kritis siswa.
Masalah siswa yang sampai sekarang dihadapkan pada kemerosotan moral
karena tidak adanya penuntun moral walaupun pendidikan moral dan ajaran agama
diajarkan akan tetapi tidak menyentuh pada perilaku psikomotorik yang seharusnya
dijadikan ukuran pendidikan
Berdasarkan hal tersebut maka perlu ditetapkan metode pembelajaran
Pendidikan Agama Islam khusunya yang sesuai pada setiap kompotensi dasar agar bisa
memotifasi siswa dan meningkatkan pemahaman terhadap kesiapan dan ketuntasan belajar
siswa di sekolah menengah pertama.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Rowokangkung, Kecamatan
Rowokangkung Kabupaten Lumajang, tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian Tindakan
Kelas ini mengambil mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, materi kompetensi dasar
memahami ketentuan-ketentuan thaharah. Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini
masuk pada tahap refleksi, pada tahap efleksi, peneliti dan praktisi (guru) mendiskusikan
hasil pengamatan tindakan yang telah dilaksanakan. Hal-Hal yang dilakukan adalah (1)
analisis tentang tindakan yang dilakukan; (2) mengulas dan menjelaskan perbedaan
rencana dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan; (3) melakukan intervensi,
pemaknaann, dan penyimpulan data yang telah diperoleh, serta melihat hubungan dengan
teori dan rencana yang telah ditetapkan.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berasal
dari nilai kemampuan memahami ketentuan-ketentuan thaharah, nilai afektif siswa, dan
hasil post test dilihat dari pencapaian standar ketuntasan belajar minimal (SKM). Analisis
dan refleksi terhadap data yang diperoleh dipaparkan dalam bentuk deskripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1999. Bahan Pelatihan Penelitian Tindakan (Action Research). Jakarta: Dirjen
Dikdasmen dan Dikmenum.
Depdiknas, 2004. Kurikulum SMP. Surabaya: Kanwil Dikbud Jawa Timur.
Materi Workshop Batu, 2005. Pedoman Pelaksanaan penelitian Tindakan kelas. Surabaya:
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur.
Munandar, Utami, 1982. Panduan Anak Berbakat. Jakarta: CV Rajawali
Nurhadi, 2004. Pembelajaran Contextual dan penerapannya dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Tim Pelatih Proyek PGSM., 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseach).
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Proyek Pengembangan Guru
Sekolah Menengah.
Usman, 1996. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Failasufah
Guru SMK Negeri 1 Cilacap
Email : failasufah_01@yahoo.com
PENDAHULUAN
Kasus-kasus korupsi yang sedemikian marak terjadi di negara kita sudah
sampai pada tahap yang sangat memprihatinkan. Beberapa kasus sudah berhasil ditangani
dan ditindaklanjuti, para koruptor sudah dihukum setimpal sesuai dengan perbuatannya.
Tetapi bukannya berkurang, kasus-kasus korupsi yang baru masih saja terus bermunculan.
Masyarakat membutuhkan tindakan nyata dari pemerintah yang bisa membuat
efek jera sehingga tidak ada lagi orang yang berani melakukan tindakan korupsi. Berbagai
cara sudah berusaha dilakukan pemerintah untuk meminimalisir terjadinya tindakan
korupsi. Diantaranya adalah dengan dibentuknya sejumlah institusi pelaksana dan
pendukung pemberantasan korupsi antara lain KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi),
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) serta Lembaga Perlindungan
Saksi dan Korban (LPSK).
dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan
sebagainya; proses pengubahan konsep menjadi gambar untuk disajikan lewat televisi oleh
produsen.
Dalam konteks H2VIS pada kegiatan ini, yang dimaksud dengan Visualisasi
adalah menggunakan imajinasi untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan atau dicita-
citakan, melalui visualisasi keberhasilan maka diharapkan akan ada semangat untuk dapat
mewujudkannya melalui usaha dan kerja keras siswa dalam belajar.
Pertanyaan – pertanyaan terkait visualisasi adalah sebagai berikut: Visualisasi
1: 1) Bagaimana kalian melihat diri kalian 3 tahun dari sekarang ?; 2) Apa yang kalian
kerjakan 3 tahun dari sekarang ?; 3) Apa yang kalian harapkan telah kalian raih ?; 4) Apa
yang bisa kalian lakukan sejak sekarang untuk dapat mewujudkannya ?
Visualisasi 2: 1) Sedang berada dimana kalian mengharapkan diri kalian saat
ini, pada masa tiga tahun yang akan datang ?; 2) Apa yang sedang kalian lakukan di sana ?;
3) Jika misalnya kalian adalah seorang tenaga pembukuan di sebuah perusahaan, tipe
karyawan yang seperti apakah kalian, yang kalian inginkan untuk terwujud pada diri kalian
pada saat itu ?; 4) Adakah cita-cita lain yang belum anda wujudkan pada saat itu ? Jika ada,
apakah itu?.
Dalam rangka membentuk karakter siswa agar memiliki sikap integritas maka
dilakukan upaya menerapkan metode H2VIS dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan
dengan langkah-langkah : pertama, Pada awal semester, siswa diminta untuk membuat
suatu peraturan (rules) yang akan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran Akuntansi
Keuangan. Siswa berkelompok membuat rules.
Isi dari peraturan itu diantaranya menyebutkan tentang hadiah yang akan
diperoleh jika siswa tidak mencontek setiap kegiatan penilaian, dan hukuman yang
diperoleh jika melanggar peraturan yang ditetapkan.
Hadiah adalah sebagai alat untuk mendidik siswa supaya siswa dapat merasa
senang karena perbuatan dan pekerjaannya mendapatkan penghargaan. Pendidik juga
bermaksud supaya dengan hadiah itu siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk
memperbaiki dan mempertinggi prestasi yang telah dapat dicapainya. Jadi maksud hadiah
yang terpenting bukanlah hasilnya yang dicapai oleh siswa, melainkan dengan hasil yang
telah dicapainya itu pendidik bertujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik
dan lebih keras pada siswa tersebut. Hukuman adalah suatu perbuatan, dimana kita secara
sadar, dan sengaja menjatuhkan Hukuman kepada orang lain, yang baik dari segi
kejasmanian maupun kerohanian.
Elizabeth B. Hurlock mendefinisikan hukuman ialah :“punishment means to
impose a penalty on a person for a fault offense or violation or retaliation”. Hukuman
ialah menjatuhkan suatu siksa pada seseorang karena suatu pelanggaran atau kesalahan
sebagai ganjaran atau balasannya. Dari Pendapat di atas dapat diambil suatu definisi
Reward and Punishment ditimbulkan atas usaha pendidik untuk memperbaiki kelakuan dan
budi pekerti anak didiknya.
Kedua, siswa diberi angket sebagai media refleksi sejauh mana mereka
bersikap jujur selama ini. Dari jumlah 33 siswa kelas XI AK 3, sebanyak 14 orang ketika
di SMP dan di SMK kelas X terkadang masih mencontek ketika diadakan kegiatan
evaluasi seperti misalnya ulangan harian, mid semester maupun ulangan umum semester.
Sebanyak 17 orang mengaku mencontek ketika di SD dan SMP dan hanya 1 orang saja
yang mengaku tidak pernah mencontek sejak SD sampai sekarang. Oleh karena itu, saya
mencoba menerapkan metode inovasi H2VIS ini di kelas XI dengan harapan ketika di
kelas XII nanti mereka akan berprestasi dan mendapatkan nilai yang sesuai dengan
kemampuan mereka yang sesungguhnya.
Ketiga, Siswa diminta untuk melakukan visualisasi tentang apa harapan dan
cita-cita mereka di masa depan. Siswa diminta menuliskan hasil visualisasi mereka.
Visualisasi dapat melatih pikiran untuk lebih terfokus. Dalam hal ini memfokuskan pikiran
siswa kepada harapan dan cita-cita yang ingin diraih. Dengan demikian diharapkan siswa
dapat melakukan usaha yang maksimal untuk dapat mewujudkan cita-cita mereka.
Keempat, Selain kegiatan-kegiatan tersebut, dalam rangka pembinaan karakter
relijius, siswa juga melaksanakan kegiatan shalat dzuhur dan ashar berjamaah di masjid
sekolah setiap hari.
Hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan penerapan metode H2VIS dalam
Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan pada kelas XI Akuntansi 3 adalah sebagai berikut: 1)
siswa melaksanakan kegiatan penilaian dengan jujur dan bertanggungjawab; 2) siswa
memiliki tanggung jawab dan kesadaran kolektif untuk mematuhi peraturan yang berlaku;
3) dari kegiatan penilaian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan
kegiatan penilaian tersebut siswa melaksanakannya dengan jujur, tidak ada satupun yang
mencontek. Hasil dari kegiatan penilaian tersebut, hanya 5 siswa yang nilainya masih
dibawah KKM; 4) Hasil lain yang diperoleh adalah berkat kegiatan visualisasi yang telah
dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti pada visualisasi 1 dan
visualisasi 2; dan 5) Siswa memahami pentingnya mematuhi peraturan yang telah dibuat
dan diberlakukan, dan memahami konsekuensi jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan.
semangat untuk dapat mewujudkan haran dan cita-citanya dengan kerja keras, semangat
dan memiliki daya juang serta tidak mudah berputus asa.
Hasil yang telah dicapai selama pelaksanaan penerapan metode H2VIS dalam
Mata Pelajaran Akuntansi Keuangan pada kelas XI Akuntansi 3 adalah sebagai berikut: 1)
siswa melaksanakan kegiatan penilaian dengan jujur dan bertanggungjawab; 2) siswa
memiliki tanggung jawab dan kesadaran kolektif untuk mematuhi peraturan yang berlaku;
3) dari kegiatan penilaian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan
kegiatan penilaian tersebut siswa melaksanakannya dengan jujur, tidak ada satupun yang
mencontek. Hasil dari kegiatan penilaian tersebut, hanya 5 siswa yang nilainya masih
dibawah KKM; 4) Hasil lain yang diperoleh adalah berkat kegiatan visualisasi yang telah
dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti pada visualisasi 1 dan
visualisasi 2; dan 5) Siswa memahami pentingnya mematuhi peraturan yang telah dibuat
dan diberlakukan, dan memahami konsekuensi jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan.
DAFTAR PUSTAKA
PEDOMAN PENULISAN
Jurnal Pendidikan “GAMMA”
13. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, table, dan gambar mengikuti ketentuan dalam
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang berlaku di Jurnal GAMMA. Naskah diketik
dengan memperhatikan aturan tentang penggunaan tanda baca dan ejaan yang dimuat
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (Depdikbud,
1987)
PEDOMAN TRANSLITERASI
Jurnal Pendidikan “GAMMA”
Pengalihan huruf Arab-Indonesia dalam naskah ini didasarkan atas Surat Keputusan
Bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, tanggal 22 Januari 1988, No.158/1987 dan 0543.b/U/1987, sebagaimana yang
tertera dalam buku pedoman Translitrasi Bahasa Arab (A Guide to Arabic Translitration),
INIS Fellow 1992.
a. Konsonan-Konsonan (Consonants)
ب B ظ dz
ث Ts غ gh
ج J ف f
ح H ق q
خ Kh ك k
د D ل l
ذ Z م m
ر R ن n
ز Z و w
س S هـ h
ش Sy ي y
ص Sh ة ah
d. Diftong (Diftongs)
َ a َ u َ i
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulillah, puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan Kehadirat Allah Tuhan
Yang Maha Sempurna, hingga pada akhirnya Jurnal Pendidikan “GAMMA” ini dapat
selesai tersusun dengan baik. Untuk itu segenap Dewan Redaksi mengucapkan banyak
terimakasih kepada mitra bestari dan Dewan Penyunting atas partisipasi dan masukan serta
kritik saran yang membangun, Terimakasih yang tak terhingga disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ali Mudhofir, M.Ag (UIN Surabaya)
2. Dr. Hanun Asrohah, M.Ag (UIN Surabaya)
3. Dr. H. Syamsun Ni’am, M.Ag (STAIN Tulungagung)
4. Dr. H. Ahmad Junaidi, M.Ag (PPs. IAIN Jember)
5. Dr. Hj. Nurul Azizah, M.Pd (IAI Ibrahimy Situbondo)
6. HM. Imam Machfudi, SS., M.Pd (IAIN Jember)
Atas kesediaan waktu yang telah dicurahkan untuk Jurnal Pendidikan “GAMMA”
khusunya di edisi khusus No. 1 Vol. 04 Februari 2018 ini. Disamping itu, ucapan
terimakasih juga kami sampaikan kepada segenap penulis. Naskah yang dikirim dan
kemudian dimuat dalam terbitan berkala kali ini adalah naskah asli penulis, yang kemudian
disesuaikan dengan karakteristik Jurnal GAMMA, sehingga pada akhirnya terbit dan
dimuat pada edisi khusus kali ini.
Hormat Kami,
Dewan Redaksi