Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA

WANITA DI INDONESIA (ANALISIS DATA IFLS 5 TAHUN 2014)

Eni Setiyowati¹, Sudarto Ronoatmodjo1


E-mail : eniswet1@gmail.com

ABSTRAK

Di Indonesia prevalensi hipertensi semakin meningkat, data Riskesdas tahun 2013


menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 25,8% meningkat menjadi 34,1%
berdasarkan data Riskesdas tahun 2017. Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya
hipertensi salah satunya penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan
Untuk mengetahui besarnya hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
kejadian hipertensi pada wanita di Indonesia. Desain penelitian adalah cross sectional
yang menggunakan data sekunder Indonesian Family Life Survey(IFLS) 5 tahun 2014.
Sampel penelitian ini adalah wanita diatas 15 tahun yang terdaftar dalam data IFLS 5
dan mempunyai data lengkap tentang semua variabel yang dibutuhkan berjumlah 1471.
Penelitian ini menggunakan analisis multivariat cox regression. Hasil analisis multivariat
menyatakan adanya hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
terjadinya hipertensi dengan nilai HR sebesar 1,43 (CI:95%:1,045-1,952) setelah
dikontrol variabel indeks massa tubuh. Disimpulkan bahwa kontrasepsi hormonal
merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Wanita yang menggunakan kontrasepsi
hormonal memiliki risiko mengalami hipertensi 1,43 kali lebih besar dibandingkan dengan
wanita yang menggunakan kontrasepsi non hormonal. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan
tekanan darah terlebih dahulu pada saat akan menggunakan kontrasepsi hormonal dan
tidak dianjurkan bila diketahui hasil pemeriksaan tekanan darahnya tinggi.

Kata kunci : Estrogen, kontrasepsi hormonal, hipertensi.

ABSTRACT

In Indonesia the prevalence of hypertension was increasing, the 2013 Riskesdas


data shows the prevalence of hypertension by 25.8%, increasing to 34.1% based on
2017 Riskesdas data. Various factors influence the occurrence of hypertension, one of
which is the use of hormonal contraception. This study aims to determine the relationship
between hormonal contraceptive use and the incidence of hypertension among women in
Indonesia. The study design was cross sectional using secondary data of the Indonesian
Family Life Survey (IFLS) 5 in 2014. The sample of this study was women >15 years who
were enrolled in the IFLS 5 data and had complete data on all required variables totaling
1471. This study used multivariate cox regression analysis. The results of multivariate
analysis revealed a relationship between hormonal contraceptive use and the occurrence
of hypertension with an HR value of 1.43 (95% CI: 1.045-1.952) after controlling for
body mass index variables. It was concluded that hormonal contraception was a risk
factor for hypertension. Women who use hormonal contraception have a risk of having
hypertension 1.43 times greater than women who use non- hormonal contraception. It is
best to check blood pressure first when you are going to use hormonal contraception and
it is not recommended if it is known that the blood pressure test results are high.

Keyword: Estrogen, hormonal contraception, hypertension

PENDAHULUAN penyakit tidak menular (PTM) semakin


World Health Organization (WHO) berkembang dan menambah pelik
melaporkan bahwa telah terjadi kondisi kesehatan sebagian masyarakat
pergeseran paradigma penyakit yaitu di dunia (Anies, 2018).

1. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Jurnal Dunia Kesmas Volume 8. Nomor 1. Januari 2019 25


Bustan (2015) menyebutkan sintetis dapat menginhibisi sekresi
pada tahun 2005 Sebanyak 35 juta Luteinizing Hormone(LH), sehingga pada
orang meninggal karena PTM dan 60% saat hambatan terjadi dalam sekresi FSH
kematian mendapat kontribusi dari PTM dan LH dapat mengakibatkan
serta dari sepuluh penyebab utama ketidakseimbangan kedua hormon dan
kematian dua diantaranya penyakit akhirnya terjadi gangguan pembuluh
jantung dan stroke. darah yang dimanifestasikan dengan
Menurut WHO tahun 2011 tekanan darah yang meningkat
penduduk dunia yang menderita (Hartanto, 2004).
hipertensi sebanyak satu milyar, Berdasarkan data SDKI 2017
sebagian terjadi di negara berkembang. Tren prevalensi Penggunaan Kontrasepsi
Tahun 2025 diprediksi 29 % penduduk atau Contraceptive Prevalence Rate
dunia akan menderita hipertensi (CPR) di Indonesia sejak tahun 1991
(Kemenkes.RI,2006). Angka prevalensi sampai dengan 2017 terus meningkat
hipertensi di Indonesia sebesar 25,8% dimana pada tahun 2017 angka CPR
dimana prevalensi wanita lebih besar mencapai 64% dan terbanyak
dari pada laki-laki yaitu 28,8% dan menggunakan kontrasepsi hormonal
22,8% (Riskesdas,2013) dan meningkat 46% sedangkan Metode Kontrasepsi
menjadi 34,1% (Kemenkes RI,2018). Jangka Panjang (MKJP) 23%
Hipertensi disebabkan oleh (Kemenkes.RI, 2018).
bermacam-macam faktor antara lain Penelitian yang dilakukan oleh
keturunan, jenis kelamin, umur, Tanti dkk di Yogyakarta tahun 2013
kegemukan atau obesitas, kurang menunjukkan bahwa wanita yang
olahraga, konsumsi garam berlebih, menggunakan kontrasepsi hormonal
merokok, konsumsi alcohol, stress dan berisiko sebesar 3,61 kali dibandingkan
juga penggunaan hormonal (Bustan, dengan wanita yang tidak menggunakan
2015). Menurut Baziad dalam Ningsih ( kontrasepsi non hormonal (Sujono,T,
2012) terjadi peningkatan tekanan Milawati,A & Hakim, 2013). Penelitian
darah pada 2 tahun pertama yang dilakukan oleh Faisal dkk pada
menggunakan kontrasepsi hormonal wanita pekerja ganda menyatakan
(Ningsih, 2012). Penelitian lain metode kontrasepsi hormonal
menyebutkan prevalensi hipertensi pada berpengaruh terhadap terjadinya
pengguna kontrasepsi hormonal sebesar hipertensi dengan nilai OR sebesar 2.62,
54,5% (Suryanda,2017). wanita pekerja yang menggunakan
Penggunaan kontrasepsi metode kontrasepsi hormonal berisiko
hormonal kombinasi estrogen dan 2,62 kali menderita hipertensi daripada
progesteron saat ini jumlahnya semakin wanita pekerja yang menggunakan
banyak karena bila hanya estrogen saja metode kontrasepsi non hormonal
maka risiko terjadinya hiperplasia (Faisal, El, Djarwoto,B,& Murtingsih,
bahkan karsinoma endometrium dapat 2012).
meningkat, oleh karena itu progesteron Wanita yang menggunakan
digunakan untuk mengurangi risiko kontrasepsi hormonal mencapai 46%.
tersebut. Fungsi Hormon estrogen yaitu Studi menyebutkan bahwa kontrasepsi
melindungi dinding pembuluh darah agar hormonal berisiko terhadap hipertensi.
selalu dalam kondisi baik serta Penelitian tentang hubungan kontrasepsi
mencegah kekentalan darah. Bila tubuh hormonal dengan kejadian hipertensi
mengalami gangguan keseimbangan penting dilakukan, oleh sebab itu peneliti
hormonal maka dapat terjadi tertarik untuk mempelajari seberapa
peningkatan tekanan pembuluh darah. besar risiko penggunaan kontrasepsi
Gangguan keseimbangan hormon yang hormonal terhadap terjadinya hipertensi
terjadi pada pengguna kontrasepsi pada wanita usia diatas 15 tahun di
hormonal dimana hormon tersebut Indonesia.
berguna dalam menghambat fertilitas Tujuan dalam penelitian ini
dapat menimbulkan respon tertentu adalah untuk mengetahui hubungan
bagu tubuh. Estrogen sintetis dapat antara penggunaan kontrasepsi
menginhibisi sekresi Folicle Stimulating hormonal dengan hipertensi pada wanita
Hormone (FSH) begitu juga progesteron usia diatas 15 tahun berdasarkan data

26 Jurnal Dunia Kesmas Volume 8. Nomor 1. Januari 2019


Indonesia Family Life Survey (IFLS) 5 adalah variabel independennya, adapun
tahun 2014. variabel kovariatnya adalah umur,
pendidikan, merokok dan IMT. Variabel
METODOLOGI dependen dalam penelitian ini adalah
Hipertensi adalah suatu keadaan hipertensi yang diperoleh dari hasil
peningkatan tekanan darah yang akan pengukuran tekanan darah responden
memberi gejala lanjut kesuatu organ sebanyak 3 kali pengukuran yang
target seperti stroke, penyakit jantung diperoleh dari kuesioner IFLS 5 Buku US
coroner dan hipertropi ventrikel kanan. 07a, 07b dan 07c.
Berdasarkan JN VII seseorang menderita Sedangkan variabel
hipertensi bila terjadi peningkatan independenya adalah penggunaan
tekanan sistolik > 140 mmhg dan kontrasepsi hormonal yang diperoleh
tekanan diastolik > 90 mmhg(Bustan, dari kuesioner IFLS 5 Buku 4 CX21 dan
2015). Sedangkan kontrasepsi hormonal variabel lain seperti umur diperoleh dari
adalah jenis kontrasepsi yang digunakan kuesioner IFLS 5 Buku III Cov3,
responden diantaranya kontrasepsi pil, pendidikan dari kuesioner IFLS 5 Buku
suntik dan norplant atau implant. IIIA DL06, status pernikahan pada
Desain Penelitian ini cross kuesioner COV4, IMT dari kuesioner IFLS
sectional dengan menggunakan data 5 Buku US 06 tentang berat bdan, US04
sekunder yang bersumber dari hasil tentang tinggi badan dan merokok pada
Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga kuesioer IFLS 5 Buku IIIb KM01a.
Indonesia (SAKERTI) atau Indonesia Analisis multivariat dalam
Family Life Survey (IFLS) 5 tahun 2014. penelitian ini menggunakan cox
Pada tahun 1993 Indonesia mempunyai regression. Penentuan variabel potensial
27 provinsi dimana data IFLS 5 berasal berdasarkan nilai p value < 0,25 akan
dari 13 provinsi di Indonesia tersebut, masuk kedalam model. Kemudian model
yaitu seluruh provinsi di Jawa, Bali, NTB, yang dipilih berdasarkan nilai signifikan
Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, p<0,05 dan CI 95%. Penggunaan
Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera pemodelan faktor risiko digunakan
Barat dan Sumatera Utara. Dari 13 untuk melakukan estimasi hubungan
provinsi dipilih menjadi 321 wilayah penggunaan kontrasepsi hormonal
pencacahan (enumeration area) secara dengan kejadian hipertensi dengan
acak. Kerangka sampel IFLS 1993 mengontrol variabel-variabel kovariat
diambil dari kerangka sampel Susenas secara valid (Hastono, 2016).
(Survei Sosial dan Ekonomi Nasional)
1993. Jumlah rumah tangga yang HASIL PENELITIAN
diwawancarai pada IFLS-4 adalah 13.535 Gambaran populasi responden
rumah tangga(Srauss, J.Witoelar, F and berdasarkan data IFLS 5 tahun 2014
Sikoki, 2016). disajikan pada tabel 1. Dari 1471
Besar sampel diperoleh sebanyak responden dengan hipertensi sebesar
64 responden dengan menghitung 318 (21,6%), sedangkan yang
berdasarkan beda dua proporsi. Sampel menggunakan kontrasepsi hormonal
pada penelitian ini yaitu wanita yang sebesar 1181 (80,3%). Pada variabel
berumur diatas 15 tahun yang memakai kovariatnya dapat dilihat bahwa
kontrasepsi yang terpilih dalam sampel kelompok umur <35 tahun merupakan
data IFLS tahun 2014 sudah menikah kelompok terbanyak 880 (59,8%), pada
dan diukur tekanan darahnya serta tingkat pendidikan baik rendah maupun
mempunyai data yang lengkap tinggi hampir sama yaitu sebesar 49,9%
berjumlah 1471 dan seluruh responden dan 50,1%, responden yang merokok
dilakukan analisis. sebesar 598 (40,7%) dan yang
Variabel yang akan diteliti adalah mengalami obesitas sebanyak 556
hipertensi sebagai variabel dependen (37,8%).
dan penggunaan kontrasepsi hormonal

Jurnal Dunia Kesmas Volume 8. Nomor 1. Januari 2019 27


Tabel 1
Distribusi Frekuensi Hipertensi, Penggunaan Kontrasepsi, umur, Pendidikan, Status
merokok dan IMT Data IFLS 5 Tahun 2014

Variabel Kategori Jumlah Presentase (%)


Hipertensi 318 21,6
Hipertensi
Tidak Hipertensi 1153 78,4
Hormonal 1181 80,3
Kontrasepsi
Non Hormonal 290 19,7
>=35 tahun 607 41,3
Umur
< 35 tahun 864 58,7
Rendah 734 49,9
Pendidikan
Tinggi 737 50,1
Merokok 598 40,7
Status Merokok
Tidak Merokok 873 59,3
Obesitas 556 37,8
IMT
Tidak Obesitas 915 62,2

Berdasarkan hasil penelitian yang dengan wanita dengan pendidikan tinggi,


tertera dalam tabel 2 menunjukkan ada sedangkan responden yang mempunyai
sebanyak 272(23%) wanita yang kebiasaan merokok mengalami
menggunakan kontrasepsi hormonal hipertensi sebesar 136(22,7%) lebih
mengalami hipertensi lebih besar dari besar dari responden yang tidak
wanita yang menggunakan kontrasepsi merokok menderitai hipertensi sebesar
non hormonal mengalami hipertensi 182(20,8%). Responden dengan
sebesar 46(15,9%). Seiring dengan obesitas mengalami hipertensi sebesar
peningkatan umur terlihat hipertensi 171(30,8%) lebih besar dibandingkan
lebih banyak terjadi pada umur diatas 35 dengan responden tidak obesitas yang
tahun yang mengalami hipertensi mengalami hipertensi sebesar 147
sebesar 22,7% dibandingkan dengan (16,1%). Berdasarkan analisis bivariat
kelompok umur kurang dari 35 tahun. beberapa variabel memenuhi syarat
Pada tingkat pendidikan responden masuk kedalam analisis multivariate
dengan pendidikan rendah yang (nilai p<0,25) yaitu kontrasepsi
mengalami hipertensi yaitu sebesar hormonal, dan IMT (tabel 2).
22,2% sedikit lebih besar dibandingkan

Tabel 2
Analisis bivariat hubungan kontrasepsi hormonal dan faktor risiko lainnya terhadap
kejadian hipertensi

Kejadian Hipertensi
p Value
Variabel Hipertensi Tidak Hipertensi
N % N %
Kontrasepsi Ya 272 23,0 909 77,0 0,019
Hormonal Tidak 46 15,9 244 84,1
>= 35 tahun 138 22,7 469 77,3 0,549
Umur
< 35 tahun 180 20,8 684 79,2
Rendah 163 22,2 571 77,8 0,628
Pendidikan
Tinggi 155 21,0 582 79,0
Status Ya 136 22,7 462 77,3 0,443
Merokok Tidak 182 20,8 691 79,2
Obesitas 171 30,8 385 69,2 0,000
IMT
Tidak Obesitas 147 16,1 768 83,9

Uji confounding dilakukan secara kemudian dilihat perubahan pada nlai


bertahap dengan mengeluarkan variabel Hazard Ratio (HR) variabel independen
yang nilai p value nya paling besar utamanya yaitu penggunaan

28 Jurnal Dunia Kesmas Volume 8. Nomor 1. Januari 2019


kontrasepsi hormonal pada model confounding akan tetapi secara substansi
awal terhadap nilai HR pada model variabel imt diduga kuat sebagai faktor
setelah mengeluarkan variabel kovariat risiko terjadinya hipertensi maka
satu persatu. Bila perubahan < 10 % variabel imt tetap dimasukkan ke dalam
variabel tersebut bukan merupakan model. Sehingga hasil analisis
confounding dan akan dikeluarkan dari multivariat pada akhir pemodelan di
model dan bila HR > 10 % maka peroleh nilai HR kontrasepsi hormonal =
variabel tersebut dianggap sebagai 1,43 yang artinya wanita yang
confounding. Pada penelitian ini tahapan menggunakan kontrasepsi hormonal
pemodelan dilakukan dengan memiliki risiko mengalami hipertensi
mengeluarkan variabel IMT kemudian 1,43 kali lebih besar dibandingkan
dilakukan evaluasi terhadap perubahan dengan wanita yang menggunakan
HR dan mendapatkan hasil perubahan kontrasepsi non hormonal ( CI: 95%
HR<10% artinya imt bukan merupakan 1,045-1,952)( tabel 3).

Tabel 3
Model akhir hubungan kontrasepsi hormonal dan faktor risio lainnya terhadap kejadian
hipertensi

Variabel p value HR CI 95%


Kontrasepsi 0,025 1,428 1,045-1,952
IMT 0,000 1,904 1,528-2,374

PEMBAHASAN Amerika oleh chasan dkk tahun 1996


Berdasarkan hasil analisis menyatakan bahwa kontrasepsi
terdapat perbedaan tekanan darah pada hormonal berisiko sebesar 1,8 kali untuk
responden yang menggunakan terjadinya hipertensi dibandingkan
kontrasepsi non hormonal dengan yang dengan yang tidak menggunakan
menggunakan kontrasepsi hormonal kontrasepsi hormonal (L Chasan- Taber,
(nilai p = 0,025). Responden yang WC Willett, 1996). Penelitian yang
menggunakan kontrasepsi hormonal dilakukan oleh Plu Bureau dkk tahun
memiliki risiko hipertensi 1,43 kali lebih 2016 juga menyatakan bahwa pengguna
besar dibanding kelompok responden kontrasepsi hormonal berisiko 1,8 kali
yang menggunakan kontrasepsi non lebih besar dibandingkan dengan yang
hormonal (95% CI 1,045-1,952). menggunakan kontrasepsi non hormonal
Artinya, hasil penelitian ini menunjukkan (Plu,B,Huqon,R, & Maitrot,M, 2013).
bahwa responden yang menggunakan Begitu pula hasil penelitian oleh Curtis
kontrasepsi hormonal meningkatkan dkk, dimana penggunaan kontrasepsi
risiko hipertensi dibandingkan dengan hormonal oral (COC), bahkan pada dosis
responden yang menggunakan rendah telah dikaitkan dengan risiko
kontrasepsi non hormonal. berlebih untuk kejadian kardiovaskular di
Dalam penelitian ini hasilnya kalangan wanita yang sehat. Secara
sejalan dengan beberapa penelitian keseluruhan, penelitian ini menunjukkan
terdahulu yang menyatakan bahwa bahwa pengguna COC hipertensi berisiko
kotrasepsi hormonal dapat lebih tinggi untuk hipertensi, stroke dan
mengakibatkan tekanan darah infark miokard akut (AMI) dibandingkan
meningkat. Gangguan keseimbangan pengguna non-COC (Dragoman, M,
hormon yang terjadi pada pengguna Curtis, K,& Gaffield, 2016).
kontrasepsi hormonal dapat Bustan (2015) dalam bukunya
menimbulkan efek tertentu bagi tubuh. juga menyatakan dimana hipertensi
Hambatan pada sekresi FSH dan LH dapat terjadi lebih tinggi sebesar 5 kali
mengakibatkan ketidakseimbangan pada wanita yang memakai kontrasepsi
kedua hormon sehingga akhirnya hormonal jenis pil dibanding dengan
menimbulkan gangguan pembuluh darah wanita yang tidak memakai kontrasepsi
dengan terjadinya peningkatan tekanan pil. Beberapa penelitian di Indonesia
darah (Hartanto, 2004). seperti yang dilakukan oleh Tanti tahun
Penelitian yang dilakukan di 2010 di kabupaten Wonogiri

Jurnal Dunia Kesmas Volume 8. Nomor 1. Januari 2019 29


menunjukkan rasio prevalensi pada data IFLS 5 ini dilakukan 3 kali
hubungan kontrasepsi suntik dengan pengukuran tekanan darah akan tetapi
peningkatan tekanan darah sebesar 2,93 tidak dijelaskan jarak waktu pengukuran
artinya wanita yang menggunakan antara pengukuran pertama, kedua dan
kontrasepsi hormonal berisiko 2,93 kali ketiga, serta diagnosa hipertensi pada
lebih besar untuk terjadinya hipertensi penelitian ini berdasarkan hasil
dibandingkan dengan wanita yang pengukuran. Begitu pula dalam
menggunakan kontrasepsi non hormonal pengukuran tinggi badan dan berat
(Sujono,T,Milawati,A & Hakim, 2013). badan tidak dijelaskan bagaimana
Dan penelitian oleh Elvirah dkk di caranya pemeriksaan tinggi badan dan
kabupaten Bantul menyatakan bahwa berat badan sehingga kemungkinan bias
penggunaan alat kontrasepsi dapat terjadi. Bias informasi juga dapat
berkontribusi terhadap kejadian berasal dari pewawancara tetapi untuk
hipertensi dengan nilai p = 0.0158 mencegahnya penelitian IFLS ini
dengan CI 95% = 1.116- 6.852 dan nilai sudah menggunakan kuesioner yang
OR sebesar 2.62, yang mempunyai arti terstruktur dan melakukan pelatihan
wanita pekerja peran ganda yang kepada pewawancara sebelum
memakai alat kontrasepsi hormonal melakukan pengambilan data
berisiko 2.62 kali menderita hipertensi dilapangan.
dibandingkan dengan wanita pekerja Potensial terjadinya residual
peran ganda yang memakai kontrasepsi confounding dikarenakan terbatasnya
non hormonal (Faisal, El, Djarwoto,B,& ketersediaan data sehingga tidak semua
Murtingsih, 2012). faktor risiko hipertensi di teliti seperti
Demikian pula penelitian yang riwayat hipertensi pada keluarga, kurang
dilakukan oleh Ardiansyah dan fachri olahraga, konsumsi garam berlebih,
pada tahun 2015 dengan menggunakan konsumsi alcohol, stress dan lama
penelitian kuantitatif dengan metode penggunaan kontrasepsi hormonal.
Cross- Sectional. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa penggunaan KB SIMPULAN
hormonal suntik memberikan pengaruh Prevalensi wanita diatas usia 15
terhadap peningkatan tekanan darah. tahun yang mengalami hipertensi
Terbukti dari hasil analisis Chi-Square sebesar 21,6% dan yang menggunakan
dengan nilai kemaknaan p= <0,05 kontrasepsi hormonal sebesar 80,3%.
(Ardiansyah, A, Fachri, 2017). Penelitian ini menunjukkan hubungan
Penelitian yang dilakukan oleh yang bermakna antara penggunaan
Isfandari dkk juga menyatakan bahwa kontrasepsi
wanita lebih berisiko mengalami hormonal terhadap kejadian hipertensi.
hipertensi dan hal ini dapat dipengaruhi Pada wanita usia diatas 15 tahun
oleh penggunaan kontrasepsi jenis memiliki risiko mengalami hipertensi
hormonal. Kontrasepsi hormonal 1,43 kali lebih besar dibandingkan
berkontribusi meningkatkan tekanan wanita diatas 15 tahun yang
darah sebesar 10 % lebih tinggi menggunakan kontrasepsi non hormonal
daripada wanita yang tidak memakai (95% CI: 1,045-1,952) setelah dikontrol
kontrasepsi hormonal. Dan analisa data variabel indeks massa tubuh.
Riskesdas 2013 menunjukkan secara
statistik ada pengaruh penggunaan SARAN
kontrasepsi terhadap lebih tingginya Bagi wanita usia subur yang
risiko kejadian hipertensi dini pada pertama kali menggunakan kontrasepsi
perempuan memasuki usia 35 tahun hormonal sebaiknya dilakukan
(Isfandari,S, Siahaan, S & Pangaribuan, pemeriksaan tekanan darah terlebih
2015). dahulu dan jika hasil pemeriksaan
Hasil yang didapatkan dalam tekanan darah nya tinggi maka
penelitian ini kemungkinan ada pengaruh dianjurkan untuk memilih jenis
bias informasi. Sesuai rekomendasi WHO kontrasepsi yang lebih tepat dan aman.
seseorang yang dinyatakan hipertensi
sebaiknya melakukan pemeriksaan ulang
1 minggu atau 2 minggu kemudian. Pada

30 Jurnal Dunia Kesmas Volume 8. Nomor 1. Januari 2019


UCAPAN TERIMAKASIH Hartanto, H. (2004) Keluarga berencana
Penulis mengucapkan terimaksih dan kon- trasepsi. Jakarta:
kepada Badan Pengembangan dan pustaka Sinar Harapan.
Pemberdayaan SDM Kesehatan Hastono, S. P. (2016) Analisa Data Pada
Kementrian Kesehatan Republik Bidang Kesehatan. 1st edn.
Indonesia sebagai donator dana Jakarta: PT Raja Grafindo
pendidikan dan penelitian, RAND dan Persada.
Survey meter sebagai sumber data Isfandari,S, Siahaan, S & Pangaribuan,
penelitian, dan Program Studi L. (2015) ‗Kontribusi Penggunaan
Epidemiologi Komunitas Fakultas Kontrasepsi Hormonal Terhadap
Kesehatan Masyarakat universitas Perbedaan Prevalensi Hipertensi
Indonesia. Perempuan dan Lelaki di
Indonesia : Perspektif Jender
DAFTAR PUSTAKA Riskesdas 2013 and Male
Anies (2018) Penyakit Degeneratif: Hypertensive Status Difference In
Mencegah & Mengatasi Indonesia ‘:, pp. 33–40.
Penyakit Degeneratif dengn Kemenkes.RI (2006) Pedoman Teknis
Perilaku & Pola Hidup Modern Penemuan Dan Tatalaksana
yang Sehat. I. Yogyakarta: AR- Penyakit Hipertensi. Available at:
RUZZ MEDIA. https://agus34drajat.files.w
Ardiansyah, A, Fachri, M. (2017) ordpress.com/2010/10/ped
‗Hubungan Penggunaan oman-penemuan-dan-
Kontrasepsi Suntik Tiga Bulanan tatalaksana-hipertensi1.pdf
selama Satu Tahun dengan (Accessed: 9 April 2018).
Peningkatan Tekanan Kemenkes.RI (2018a)
Darah‘, 11(1), pp. 56–62. ‗RISKESDAS_LAUNCHING_3
Bustan, M. N. (2015) Managemen 01018_edit271018_nowo_E dit
Pengendalian Penyakit Tidak Kaban_01‘. Jakarta.
Menular. I. Jakarta: PT Rineka Kemenkes.RI (2018b) Survei Demografi
Cipta. dan Kesehatan Indonesia 2017.
Dragoman, M, Curtis, K,& Gaffield, M. L Chasan-Taber, WC Willett, J. M. (1996)
(2016) ‗Combined hormonal ‗Prospective study of oral
contraceptive use among women contraceptives and hypertension
with known dyslipidemias : a among women in the United
systematic review of critical States‘. Available at:
safety outcomes☆‘, https://www.ahajournals.or
Contraception. The Authors, g/doi/full/10.1161/01.cir.94.3.48
94(3), pp. 280–287. doi: 3.
10.1016/j.contraception.20 Ningsih, N. F. (2012) ‗Hubungan Lama
15.08.002. Pemakaian Kb Suntik Dmpa
(Depo Medroaksi Progesteron
Faisal, El, Djarwoto,B,& Asetat) Dengan Perubahan
Murtingsih,B.(2012) ‗Faktor Risiko Tekanan Darah Pada Akseptor Kb
Hipertensi pada Wanita Pekerja Suntik Dmpa Di Puskesmas
dengan Peran Ganda Kabupaten Mergangsan Yogyakarta‘.
Bantul Tahun 2011 The Risk Plu,B,Huqon,R, & Maitrot,M (2013)
Factors of Hypertension Incidence ‗Hormonal contraceptives and
in the Worker Woman with arterial disease: An
Double Role in Bantul Regency in epidemiological update‘. doi:
2011‘, Berita Kedokteran 10.1016/j.beem.2012.11.003.
Masyarakat, 28(2). Available at: Riskesdas (2013) ‗RISET KESEHATAN
https://media.neliti.com/me DASAR RISKESDAS 2013‘.
dia/publications/163937-ID- Available at:
faktor-risiko-hipertensi- pada- http://www.depkes.go.id/resourc
wanita-pek.pdf (Accessed: 28 es/download/general/Hasil
March 2018). Riskesdas 2013.pdf (Accessed :
27 March 2018).

Jurnal Dunia Kesmas Volume 8. Nomor 1. Januari 2019 31


Srauss, J.Witoelar, F and Sikoki, B. Tekanan Darah Wanita di
(2016) ‗The Fifth Wave of the Puskesmas Wonogiri Effect of
Indonesia Family Life Survey : Contraceptive Agents to Women
Overview and Field Report Blood Pressure in Wonogiri
Volume 1‘. 1 (March). Community Health Centers‘, 2.
Sujono, T. Milawati, A & Hakim, A. Suryanda (2017) ‗Jurnal Riset Kesehatan
(2013) ‗Pengaruh Pemakaian Pengguna Kontrasepsi Aktif di
Kontrasepsi terhadap Peningkatan Puskesmas‘, 6(2), pp.17-22

32 Jurnal Dunia Kesmas Volume 8. Nomor 1. Januari 2019

Anda mungkin juga menyukai