Anda di halaman 1dari 4

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah yang tidak

dapat diubah. Seperti beberapa penelitian ini yang mengungkapkan hasil bervariatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Everet dan Zajacova (2015) menunjukkan bahwa laki laki
memiliki tingkat hipertensi yang lebih tinggi daripada wanita namun laki-laki memiliki
tingkat kewaspadaan yang lebih rendah terhadap penyakit hipertensi daripada wanita. Hasil
yang sama didapatkan di Sumatera Barat yang melaporkan ada 18,6% laki-laki dan 17,4%
perempuan dengan hipertensi (Indrawati, Wedhasari, & Yudi, 2009). Sebaliknya, penelitian
lain yang dilakukan oleh Wahyuni dan Eksanoto (2013) menunjukkan bahwa wanita
cenderung menderita hipertensi daripada laki laki. Pada penelitian tersebut dilaporkan 27,5%
wanita mengalami hipertensi, sedangkan untuk laki laki hanya sebesar 58%.

Pada penelitian ini fokus pada hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi di
kelurahan Tamansari kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil uji chi square antara jenis kelamin
dengan kejadian hipertensi didapatkan ada hubungan yang signifikan (p=0.035). Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramdhani, Respati dan Irasanti (2012) dengan
hasil menunjukan nilai p-value=0,007. Selain itu, penelitian lain dilakukan oleh Efriansyah
(2010) yang menyatakan di dalam penelitianya menemukan ada hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian hipertensi (p value = 0,018 dengan nilai OR = 3,417). Jenis kelamin
memang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Dalam penelitian
ini didapatkan bahwa wanita cenderung lebih tinggi terjadi hipertensi dibandingkan dengan
laki-laki. Hasil penelitian ini didukung dengan beberapa penelitian seperti yang ditemukan
oleh azhari (2017) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi di
puskesmas makrayu kebarat II palembang menunjukan bahwa ada hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian hipertensi dengan nilai Odds

ratio (OR) = 2,708, ini menunjukan bahwa partisipan yang berjenis kelamin perempuan
memiliki peluang sebanyak 2,7 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan
partisipan yang berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat kepercayaan (95% CI) = 1.197 -
6.126. Di dalam penelitian lain juga melaporkan hasil yang sama wanita cenderung menderita
hipertensi daripada laki-laki (Rosta, 2011; wahyuni & Eksanoto, 2013; Depkes, 2013).
Wanita yang mengalami menopause merupakan salah satu faktor penyebab wanita memiliki
kecenderungan angka kejadian hipertensi lebih tinggi daripada laki-laki. Pernyataan ini
didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Eksanoto (2013) bahwa
perempuan akan mengalami peningkatan risiko hipertensi setelah menopause yaitu usia diatas
45 tahun. perempuan yang telah mengalami menopause memiliki kadar estrogen yang
rendah. Sedangkan estrogen ini berfungsi meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL) yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh darah. Pada wanita
menopause, kadar estrogen yang menurun juga akan diikuti dengan penurunan kadar HDL
jika tidak

diikuti dengan gaya hidup yang baik juga. Responden pada penelitian ini dimungkinkan juga
mengalami dampak penurunan estrogen yang diikuti dengan penurunan kadar HDL.
Sehingga dampak yang akan ditimbulkan ketika HDL rendah dan Low Density Lipoprotein
(LDL) tinggi adalah terjadinya atherosclerosis sehingga tekanan darah akan tinggi. Pada
wanita selain memiliki hubungan erat dengan hipertensi yang disebabkan oleh hormonal,
Wanita juga memiliki potensi hipertensi yang disebabkan oleh kegemukan. Seperti penelitian
ini yang menemukan bahwa wanita cenderung lebih tinggi mengalami kegemukan yang dapat
mengakibatkan hipertensi dengan presentasi 24 % pada wanita dewasa sedangkan laki-laki
14,9% (Harahap dkk, 2008). Diperkuat oleh penelitian Sartik, Tjekyan & Zulkarnain (2017)
melaporkan hipertensi pada kelompok heavy weigh lebih tinggi dibandingkan kategori
healthy weigh. Karena kegemukan (obesitas) merupakan ciri khas dari populasi yang
mengalami hipertensi (Anggara & Prayitno, 2013).

Jurnal Keperawatan & Kebidanan STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya P-ISSN : 2599-0055,
E-ISSN : 2615-1987, Volume 3 Nomor 1, Mei 2019, Hal. 85 - 94

Mutiara Medika Endrian Mulyady Justitia Waluyo, dkk., Hubungan Jenis Kelamin dengan Intensitas Hipertensi Vol. 16 No. 2: 46-51, Juli 2016

Hubungan Jenis Kelamin dengan Intensitas Hipertensi pada Lansia di Wilayah


Kerja Puskesmas Lakbok Kabupaten Ciamis

Factors Related Events Sex with Hypertension in Elderly Work Area Health District
Lakbok Ciamis

Jajuk Kusumawaty1*, Nur Hidayat1, Eko Ginanjar 2

Menurut Cortas (2008),9 mengatakan prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum meng- alami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Den- sity
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada pre- menopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang
selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen
tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
wanita umur 45 - 55 tahun sebelum lanjut usia. Pada umur lebih dari 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita
lebih tinggi dibandingkan pria yang diakibatkan faktor hor- monal.10

Hubungan jenis kelamin dengan penyakit hipertensi Diketahui bahwa dari 16 responden yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 responden (87,5%) yang menderita penyakit
hipertensi dan 2 reponden (12,5%) yang tidak menderita penyakit hipertensi sedangkan dari
14 responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 responden (21,4%) yang
menderita hipertensi dan 11 responden (78,6%) yang tidak menderita hipertensi. Berdasarkan
hasil uji statistik Chi-square pada tingkat kemaknaan α = 0,05 di peroleh nilai p- Value =
0.001 ≤ α = 0,05 maka, Ha diterima yang berarti ada hubungan Jenis Kelamin dengan
penyakit Hipertensi. Peria sering mengalami tanda – tanda hipertensi pada usia akhir tiga
puluhan, sedangkan wanita sering mengalami hipertensi setelah manepouse. Tekanan darah
wanita, khususnya sistolik, meningkat lebih tajam sesuai usia. Setelah 55 tahun, wanita
memang mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Salah satu penyeb
terjadinya pola tersebut adalah perbedaan hormone kedua jenis kelamin. Peroduksi hormone
estrogen menurun saat manepouse,
wanita kehilangan efek menguntungkan nya sehingga tekanan darah meningkat. Prevalensi
terjadinya hipertensi pada pria hampir sama dengan wanita, namun wanita terlindungi dari
penyakit kardiovaskular sebelum menopause,wanita yang belum mengalamimenopouse
dilindungi oleh hormone esterogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Hal ini sejalan penelitian yang dilakukan oleh Oktarini (2015), tentang
hubungan antara umur, jenis kelamin, pekerjaan dengan penyakit hipertensi di Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Siti Khodijah Palembang Tahun 2015, didapatkan bahwa
ada hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit hipertensi dengan (P=0,044).
Berdasarkan dari hasil penelitian dan teori yang ada maka peneliti berpendapat bahwa ada
hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit Hipertensi. Hal ini karena jenis kelamin laki-
laki pada responden lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan responden
yang berjenis kelamin perempuan karena wanita biasanya terlindungi dari penyakit
kardiovaskuler sebelum menopause,wanita yang belum mengalami menopouse dilindungi
oleh hormone esterogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Hipertensi lebih sedikit terjadi pada wanita karena hormone estrogen menyebabkan
elastic pada pembuluh darah jika pembuluh darahnya elastis maka tekanan darah akan
menurun tetapi jika menopause sudah terjadi pada wanita tekanan darahnya akan sama
dengan tekanan darah pada lakilaki.

Aristoteles / Indonesia Jurnal Perawat Vol.3 No.1 (2018) 9-16 | 9 KORELASI UMUR DAN
JENIS KELAMIN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI DI EMERGENCY CENTER
UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG 2017 Aristoteles
calvinaristo@yahoo.co.id Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis
STIKes Muhammadiyah

Dalam jurnal Aristoteles ada dikatatan bahwa bahwa ada hubungan antara jenis kelamin
dengan penyakit Hipertensi. Hal ini karena jenis kelamin laki-laki pada responden lebih
banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin
perempuan karena wanita biasanya terlindungi dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause,wanita yang belum mengalami menopouse dilindungi oleh hormone esterogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Hipertensi lebih
sedikit terjadi pada wanita karena hormone estrogen menyebabkan elastic pada pembuluh
darah jika pembuluh darahnya elastis maka tekanan darah akan menurun tetapi jika
menopause sudah terjadi pada wanita tekanan darahnya akan sama dengan tekanan darah
pada laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai