Anda di halaman 1dari 8

Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Evaluasi dan Penelitian dalam Pendidikan (IJERE)


Jil. 8, No. 3, September 2019, hlm. 401~408
ISSN: 2252-8822, DOI: 10.11591/ijere.v8i3.20253 401

Sikap dan Motivasi Siswa dalam Fisika Matematika

Jufrida Jufrida, Wawan Kurniawan, Astalini Astalini, Darmaji Darmaji, Dwi Agus Kurniawan, Weni
Angra Maya
Jurusan Pendidikan Fisika, Universitas Jambi, Indonesia

Info Artikel ABSTRAK

Sejarah artikel: Sikap merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan baik untuk
kegiatan belajar maupun objek belajar. Penelitian ini bertujuan untuk
Diterima 17 Juni 2019 mengetahui sikap dan motivasi siswa pada mata pelajaran matematika fisika.
Direvisi 12 Agustus 2019 Sampel yang digunakan adalah 100 mahasiswa yang telah mengikuti mata
Diterima 29 Agustus 2019 kuliah Matematika Fisika. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Responden dikumpulkan
dengan metode purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan
Kata kunci: adalah angket sikap fisika matematika dan angket motivasi. Hasil penelitian
menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dan
Sikap
motivasi siswa dalam pembelajaran matematika fisika.
Motivasi
matematika fisika
Siswa
Hak Cipta © 2019 Institut Teknik dan Sains Lanjutan.
Seluruh hak cipta.

Penulis yang sesuai:

Dwi Agus Kurniawan,


Jurusan Pendidikan Fisika,
Universitas Jambi,
Lintas Jambi-Jalan Muaro Bulian KM. 15, 36361, Jambi, Indonesia.
Email: dwiagus.k@unja.ac.id

1. PERKENALAN
Dalam belajar, sikap juga merupakan aspek yang esensial [1]. Sikap proses diperlukan [2, 3].
Sebab, siswa yang berpandangan demikian akan memiliki sikap yang berbeda, dengan siswa yang berpandangan positif
selama proses pembelajaran berlangsung. Salah satunya adalah motivasi [5]. Dengan kata lain, seseorang yang percaya
bahwa melakukan perilaku akan mengarah pada hasil yang positif akan memiliki sikap yang baik untuk melakukan perilaku ini.
Sikap mulia adalah sebagai kecenderungan untuk belajar, kecenderungan emosi positif atau negatif dari seseorang
terhadap benda, orang, tempat, peristiwa, dan gagasan. Sikap siswa terhadap mata pelajaran Matematika Fisika
pada mata pelajaran Pendidikan Fisika dapat dikatakan kurang baik. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa
pendidikan fisika pada mata pelajaran matematika yang rendah dan dalam kegiatan pembelajaran juga hanya
membutuhkan penjelasan pembelajaran sehingga tidak dapat dilakukan secara maksimal. [8]; tujuan pembelajaran
matematika di perkuliahan agar dapat merumuskan berbagai proses fisika dalam keutuhan matematika dan mampu
menanganinya secara analitis, kuantitatif dan prediktif berdasarkan model kriminal yang dirumuskan. Kurang
tercapainya tujuan pembelajaran fisika dalam kegiatan perkuliahan disebabkan oleh berbagai permasalahan.
Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah sikap dan pandangan siswa terhadap mata pelajaran
fisika matematika. Siswa memiliki sikap yang kurang baik terhadap mata pelajaran matematika fisika, hal ini
dikarenakan siswa memandang mata pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan memerlukan
pemahaman konsep yang baik untuk dapat mencapai prestasi belajar. [8] masih banyak perilaku atau sikap siswa
yang kurang baik sehingga mempengaruhi prestasi belajar yaitu siswa yang tidak mau melatih diri untuk
mengerjakan soal-soal di buku, siswa cenderung mengandalkan penjelasan dari dosen, siswa hanya menggunakan
satu buku teks dan materi gantung dari powerpoint dosen, dan perilaku mahasiswa yang tidak mau belajar mandiri
mencari sumber referensi yang mendukung mata kuliah fisika matematika. Fisika dianggap pembelajaran yang
sulit bagi siswa dari sekolah menengah hingga universitas serta untuk pendidikan pascasarjana. [9]; jika siswa

Beranda jurnal: http:// iaescore.com/ journals/ index.php/ IJERE


Machine Translated by Google

402 ISSN: 2252-8822

memiliki sikap negatif terhadap IPA, mereka juga tidak menyukai mata pelajaran fisika dan guru fisika. Faktor ini
menyebabkan siswa tidak menyukai fisika, dan memiliki sikap negatif terhadap pembelajaran fisika dan tidak menyukai guru
yang mengajar fisika.
Sikap yang sangat penting dimiliki oleh orang-orang terpelajar, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pada
pendidikan tinggi. Sikap juga akan mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan.
[10] Apakah salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar seseorang? [11] Sikap tidak hanya mencakup perasaan
tidak suka, tetapi juga sikap positif yang mencakup keterikatan dan kesetiaan kita kepada orang, benda, dan gagasan.
Sikap dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan di masa depan dan dapat
berkarya dalam bidang fisika. [12] Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap positif terhadap pembelajaran IPA akan
meningkatkan prestasi belajar IPA. Sikap positif terhadap pembelajaran matematika fisika dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran matematika fisika. [13] Sikap positif menciptakan dasar pembelajaran yang efektif.
Dalam hal siswa memiliki sikap positif terhadap pembelajaran, mereka jauh lebih bersedia untuk mengedepankan upaya
terbaik mereka, dan mereka bisa mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Di sisi lain, jika siswa memiliki sikap negatif
terhadap belajar, mereka hanya menyerah atau tidak mau belajar lagi. Dimana kepositifan seseorang dalam kegiatan belajar
akan menumbuhkan motivasi dan semangat belajar, dengan sikap yang baik maka siswa akan dapat meningkatkan
prestasinya dan tujuan belajar akan tercapai secara optimal.
Fisika matematika sangat erat kaitannya dengan solusi matematika karena membutuhkan sikap yang baik dalam
mempelajari fisika matematika. Sikap terhadap fisika matematika tidak hanya suka atau tidak suka mempelajari fisika
matematika tetapi juga termasuk sikap [14]. Sikap terhadap sains dapat didefinisikan sebagai perasaan, keyakinan, dan nilai-
nilai yang dianut tentang sains dan teknologi. Sikap mahasiswa pada mata kuliah Matematika Fisika belum cukup baik. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya beberapa siswa yang mengontrak mata pelajaran Matematika Fisika lebih dari satu kali
karena memperoleh hasil yang kurang baik atau dalam kategori tidak lulus. Karena banyak mahasiswa yang menganggap
Matematika Fisika sulit dan membutuhkan penguasaan konsep dan keterampilan matematika untuk dapat memahami dan
mengikuti perkuliahan dengan baik, sedangkan fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam
memahami materi rendah ketika banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dan tidak aktif. selama Kegiatan Pembelajaran
[9]. Fisika dianggap sebagai program yang sulit bagi siswa dari sekolah menengah hingga universitas dan juga untuk orang
dewasa dalam pendidikan pascasarjana. Fisika dianggap sebagai konsentrasi yang sulit yang menyebabkan siswa memiliki
sikap yang kurang baik terhadap mata pelajaran fisika matematika.
Dimensi sikap untuk mengukur termasuk menghabiskan beberapa waktu dalam belajar matematika, implikasi
sosial dan normalitas teori fisikawan. Instrumen yang digunakan mengacu pada TOSRA (Test of Attitude Related Science)
yang telah disesuaikan dan diuji validitas dan relativitasnya. Dimensi penilaian sikap adalah sebagai berikut [15]. Sikap siswa
dalam mempelajari nilai-nilai budaya didasarkan pada perasaan atau minat siswa dalam mempelajari matematika fisika [16].
Selain merasa senang siswa juga bisa meniru seorang ilmuwan yang sangat ahli di bidangnya dan menemukan hal-hal baru.
Alih-alih menganggap ilmuwan itu jelek, membosankan, bahkan tidak ada waktu untuk keluarga mereka [17]. Selain itu, jika
siswa berperilaku negatif terhadap fisika, maka siswa tersebut tidak berminat untuk menambah waktu belajarnya dalam
matematika fisika. Sikap dan minat positif dalam matematika fisika akan menyebabkan siswa tidak belajar [18].

Sikap sedang atau keadaan pikiran untuk berpikir kritis mempertimbangkan masalah dan subjek yang datang
dalam berbagai pengalaman seseorang [19]. Sikap erat kaitannya dengan kemampuan berpikir kritis seseorang. Dengan
memiliki sikap yang benar, seseorang akan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis dapat tumbuh
dari pengalaman seseorang. Hal ini terkait dengan Human Development Index (HDI), [20] Human Development Index (HDI)
adalah indikator komposit tunggal yang mengukur tiga dimensi dasar pembangunan manusia dan dianggap mampu
mencerminkan kemampuan yang diperlukan. Tiga keterampilan penting adalah panjang dan sehat, berpengetahuan, dan
terampil, dan akses ke sumber daya yang diperlukan untuk mencapai standar hidup yang layak.
IPM dibutuhkan untuk menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). IPM menjadi salah satu latar belakang
mahasiswa karena mahasiswa sebagai sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas suatu bangsa. Masyarakat
Indonesia harus memiliki sumber daya manusia yang memiliki sikap dan pemikiran kritis yang baik, guna menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di masa mendatang. Dengan memiliki sikap dan pemikiran kritis, siswa sebagai calon
guru dapat menghadapi tantangan besar MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). [21]
Karakteristik siswa lain, disposisi berpikir kritis, dan karakteristik berpikir kritis adalah memiliki sikap yang baik sehingga
dapat mencapai prestasi belajar. Ciri-ciri yang harus dimiliki siswa sebagai calon guru yang berkualitas adalah memiliki
kemampuan berpikir kritis, yang berkaitan dengan sikap dan prestasi belajar. Untuk dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa pada mata pelajaran fisika matematika, perlu diketahui bagaimana sikap siswa terhadap mata pelajaran
fisika matematika.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara sikap dan motivasi siswa dalam
belajar matematika fisika di pendidikan fisika Universitas Jambi.

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan Jil. 8, No. 3, September 2019: 401 - 408
Machine Translated by Google

Int J Evaluasi & Res Pendidikan. ISSN: 2252-8822 403

2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian korelasional. Penelitian
kuantitatif asosiatif adalah hubungan antara dua variabel atau lebih [22]. Menurut [23, 24], "Desain Korelasi dalam
penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mengukur derajat asosiasi (hubungan) antara dua variabel dengan
menggunakan prosedur analisis statistik korelasi."
Seratus mahasiswa diperoleh sampel mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika di Jambi. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan instrumen berupa kuesioner. Kuesioner sikap
pada fisika matematika diadopsi dari [15] dengan nilai Cronbach alpha 0,93 dengan 61 pernyataan valid dan tujuh
indikator. Kemudian untuk angket motivasi yang diadaptasi dari [25], 23 pernyataan valid dan nilai cronbach's
alpha sebesar 0,86. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan enam indikator keterampilan proses.
Statistik deskriptif dan inferensial menggunakan SPSS. Dalam bentuk mean, skor minimum, dan skor
maksimum [22]. Inferensi statistik dari prosedur matematika untuk menggunakan probabilitas dan informasi
tentang sampel untuk menyimpulkan populasi dari mana sampel itu mungkin diambil [26].
Penelitian ini menggunakan korelasi product moment untuk melihat hubungan antar variabel. Indikator sikap siswa
terhadap matematika fisika yang digunakan adalah implikasi sosial fisika, normalitas ilmuwan, dan minat
menambah waktu belajar fisika matematika.
Berikut adalah kategori angket motivasi dan sikap dalam matematika fisika antara lain sangat baik, baik,
cukup, kurang baik, dan kurang baik, seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Motivasi dan Sikap dalam Fisika Matematika


Selang
Kategori Motivasi Implikasi Sosial Fisika Minat Meningkatkan Waktu Norlamitas dari
Matematika Belajar Fisika Matematika Ilmuwan
Sangat Tidak Baik 23,0 - 41,4 Tidak 8,0 – 14,4 8,0 – 14,4 10.0 – 18.0
Baik 41,5 - 59,8 Cukup 59,9
Baik
- 78,2
78,3 - 14,5 – 20,8 14,5 – 20,8 18.1 – 26.0
96,6 Sangat Baik 96,7 – 115,0 20,9 – 27,2 20,9 – 27,2 26.1 – 34.0
27,3 – 33,6 27,3 – 33,6 34.1 – 42.0
33,7 – 40,0 33,7 – 40,0 42.1 – 50.0

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Implikasi sosial dari fisika matematika
Hasil indikator implikasi sosial matematika fisika akan dijabarkan lebih lanjut pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Indikator Implikasi Sosial Fisika Matematika


Kategori
Rata-rata Min Maks %
Interval Sikap Total
8,0 – 14,4 Sangat Tidak Baik 0 0,0
14,5 – 20,8 Tidak Cukup 0,0
20,9 – 27,2 Baik 0 29.0 16 37 15.0
27,3 – 33,6 Bagus 15 48.0
33,7 – 40,0 Sangat bagus 48 37.0
TOTAL 37 100 100

Dari Tabel 2, dari 100 responden dan hasil olahan menggunakan SPSS, diperoleh hasil kategori baik
sebesar 48,0% untuk 100 siswa, sangat baik sebesar 37,0% untuk total 37 dari 100 siswa, dan cukup sebesar
15,0% untuk total 15 dari 100 siswa. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dari 100 responden yang diteliti untuk
indikator-indikator Implikasi Fisika Sosial terlihat bahwa sebaran responden pada masing-masing kategori sikap
tidak merata. Dimana proporsi responden hanya ditemukan pada 3 kategori sikap yaitu cukup baik, baik dan
sangat baik, untuk 2 kategori lainnya tidak ada responden lain yang termasuk didalamnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap indikator implikasi sosial IPA termasuk dalam kategori sikap baik.

Indikator Implikasi Sosial [15] menjelaskan bahwa implikasi sosial fisika meliputi sikap terhadap manfaat
sosial dan masalah yang berkaitan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan penelitian. Sikap siswa terhadap
indikator ini termasuk dalam sikap yang baik. Hal ini didukung oleh hasil wawancara:
“Apa pendapat Anda tentang implikasi sosial atau efek fisika? Apakah itu berbahaya atau tidak?”
“Saya memiliki pandangan yang baik tentang dampak fisika sehingga saya menumbuhkan semangat belajar saya sendiri. Menurut saya fisika
memberikan banyak manfaat bagi kehidupan sehari-hari. Dengan fisika kita merasakan banyak manfaat, misalnya kita bisa menikmati lampu pijar

Hubungan Sikap dan Motivasi Siswa pada Matematika Fisika (Jufrida Jufrida)
Machine Translated by Google

404 ISSN: 2252-8822

dari penemuan Thomas Alfa Edison. Saya jadi lebih semangat belajar karena fisika banyak memberikan dampak positif
bagi kehidupan.”
Hasil wawancara menjelaskan bahwa siswa memiliki sikap dan visi yang baik tentang implikasi sosial fisika.
Dengan memiliki keyakinan bahwa fisika memiliki banyak manfaat dalam kehidupan; siswa akan memiliki keinginan
untuk belajar. [27] Siswa positif yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mengetahui minat ilmu pengetahuan
dalam kehidupan akan menjadi dorongan baginya untuk mencapai tujuan belajar, selain itu mempengaruhi kemauan
belajar dan meningkatkan penguasaan siswa untuk mencapai prestasi akademik. Sebaliknya jika siswa memiliki
pandangan negatif tentang implikasi sosial fisika maka akan menurunkan semangat siswa. [28]; siswa yang kurang
memahami tentang alam, manfaat, keindahan, dan karya yang dapat dihasilkan dari pelajaran fisika menyebabkan
lemahnya motivasi belajar fisika. Agar pembelajaran fisika menjadi lebih menyenangkan, manfaat pembelajaran fisika
perlu dipahami oleh siswa. Jika siswa tidak memahami hakikat fisika, maka tidak akan menumbuhkan semangat belajar
untuk mempelajari fisika.

3.2. Normalitas ilmuwan


Hasil kuesioner yang diperoleh dari indikator normalitas ilmuwan dijabarkan lebih lanjut pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Indikator Normalitas Ilmuwan Fisika Matematika


Kategori
Rata-rata Min Maks %
Interval Sikap Total
10.0 – 18.0 Sangat Tidak Bagus 0 0,0
18.1 – 26.0 Tidak baik 10.0
26.1 – 34.0 Cukup 1 30.0 20 41 62.0
34.1 – 42.0 Bagus 62 37.0
42.1 – 50.0 Sangat bagus 0,0
TOTAL 37 0 100 100

Dari Tabel 3, dari 100 responden dan hasil penggunaan SPSS diperoleh hasil kategori cukup sebesar 62,0%
untuk 62 total 100 siswa, baik 37,0% untuk total 37 dari 100 siswa, dan kurang baik 10,0% untuk total 10 dari 100 siswa.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dari 100 responden yang diteliti untuk indikator teoritis Normalitas Fisika terlihat
bahwa sebaran responden pada masing-masing kategori sikap tidak merata. Dimana proporsi responden hanya terdapat
pada 3 kategori sikap yaitu cukup baik, baik dan buruk, untuk 2 kategori lainnya tidak ada responden lain yang termasuk
didalamnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap responden terhadap indikator Normality The Physician Theory
termasuk dalam kategori sikap baik.

Indicators of Normality of Scientists, Skala ini mengukur bagaimana siswa mempersepsikan ilmuwan sebagai
individu dan persepsi siswa terhadap ilmuwan yang memiliki gaya hidup normal [15]. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa indikator ini termasuk dalam kategori sikap cukup baik. Hal ini didukung oleh hasil wawancara:

“Apa pendapat Anda tentang ilmuwan atau pakar di bidang fisika teoretis?”
“Saya memiliki pandangan yang cukup bagus tentang para ilmuwan. Saya menghargai apa yang mereka temukan terutama di bidang
fisika. Menurut saya para ilmuwan memiliki pola pikir yang berbeda dengan orang pada umumnya, para ilmuwan mampu berpikir untuk
menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh banyak orang.”
"Apakah menurut Anda ilmuwan atau fisikawan teoretis memiliki gaya yang sama dengan orang pada umumnya?"
“Saya pikir para ilmuwan memiliki kehidupan yang sama dengan orang pada umumnya, yang hanya membedakan ilmuwan yang lebih tangguh dan
menemukan lebih banyak penemuan yang dapat dimanfaatkan oleh massa. Tetapi terkadang para ilmuwan menghabiskan lebih banyak waktu
sendirian dan jarang bersosialisasi dengan orang-orang.”
Hasil wawancara menjelaskan bahwa siswa memiliki sikap terhadap ahli teori normalitas. Siswa yang cukup
baik akan memiliki pandangan yang baik dan berpendapat bahwa ilmuwan itu cerdas dan memiliki banyak ide cemerlang
yang dapat bereksperimen dan mendapatkan hasil yang dapat dirasakan oleh banyak orang. Namun di sisi lain,
mahasiswa juga merasa bahwa ilmuwan adalah orang yang bersosialisasi dengan manusia karena terlalu sibuk dengan
pekerjaannya. [29] Ilmuwan dipandang penting bagi kehidupan nasional kita dan dunia; dia adalah manusia yang hebat,
brilian, dan berdedikasi, dengan kekuatannya yang jauh melampaui orang biasa, yang pasiennya meneliti terlepas dari
ketenaran uang yang mengarah pada perawatan medis, memberikan kemajuan teknis, dan melindungi kita dari serangan.
Pandangan siswa terhadap ilmuwan atau fisikawan mempengaruhi keinginan untuk belajar. [30]; dalam banyak penelitian
disebutkan bahwa karakteristik ilmuwan mempengaruhi sikap dan prestasi siswa. Pengaruh usia guru, pengalaman, dan
jenis kelamin dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi sikap dan prestasi siswa dalam fisika.

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan Jil. 8, No. 3, September 2019: 401 - 408
Machine Translated by Google

Int J Evaluasi & Res Pendidikan. ISSN: 2252-8822 405

Sikap yang harus dimiliki siswa terhadap pandangan ilmuwan adalah sikap yang baik. Dengan memiliki sikap yang baik maka akan
menumbuhkan semangat belajar pada siswa untuk mempelajari fisika.

3.3. Minat meningkat saat belajar fisika matematika


Hasil angket yang diperoleh dari indikator Minat Meningkat Saat Belajar matematika fisika dijabarkan lebih lanjut pada Tabel
4.

Tabel 4. Hasil Indikator Minat Meningkatkan Waktu Belajar Fisika Matematika


Kategori
Rata-rata Min Maks %
Interval Sikap Total
8,0 – 14,4 Sangat Tidak Bagus 1 1.0
14,5 – 20,8 Tidak baik 10 10.0
20,9 – 27,2 Cukup 61 24.0 9 37 61.0
27,3 – 33,6 Bagus 20 29.0
33,7 – 40,0 Sangat bagus 3 3.0
TOTAL 100 100

Dari Tabel 4, dari 100 responden dan hasil penggunaan SPSS didapatkan hasil kategori cukup sebesar 61,0% (61 dari 100),
baik sebesar 29,0% (29 dari 100), sangat baik sebesar 3,0% (3 dari 100) , tidak baik pada 10,0% 10 dari 100), dan sangat tidak baik
pada 1,0% (1 dari 100). Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa dari 100 responden yang belajar untuk indikator menghabiskan waktu
belajar Matematika Fisika II menunjukkan bahwa sebaran responden pada masing-masing kategori sikap tidak merata. Dimana proporsi
responden yang paling banyak terdapat pada kategori sikap cukup baik dan proporsi responden yang paling sedikit terdapat pada
kategori sikap kurang baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap siswa terhadap indikator ini termasuk dalam kategori sikap cukup baik.

Minat meningkat ketika mempelajari matematika fisika, sikap siswa pada indikator ini adalah
termasuk dalam sikap yang cukup baik. Hasil wawancara siswa mengatakan:
“Apakah kamu menghabiskan waktu belajar matematika di luar kelas fisika?”
“Saya tidak mengambil waktu khusus, karena ada banyak tugas lain yang harus dilakukan.”
“Kapan kamu menghabiskan waktumu untuk belajar matematika fisika?”
“Saya hanya meluangkan waktu untuk mengerjakan tugas dan saya akan mengikuti ujian. Saya juga tidak tertarik membaca buku fisika
matematika karena bahasa asing dan sulit dipahami. Sebenarnya saya tidak suka belajar fisika matematika karena materinya terlalu
sulit dan membutuhkan analisis matematis dalam menyelesaikan soal.”

Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa tidak meluangkan waktu untuk belajar matematika fisika di luar jam sekolah,
meluangkan waktu untuk belajar sehubungan dengan kesenangan seseorang terhadap mata pelajaran tersebut. [31] Siswa akan
merasa senang dan senang mempelajari suatu mata pelajaran jika siswa menyukai mata pelajaran tersebut. Fakta bahwa siswa tidak
menyukai mata pelajaran matematika fisika karena materi yang dipelajari terlalu sulit dan membutuhkan kemampuan matematika untuk
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan matematika fisika. [32], sikap belajar Fisika merupakan elemen penting untuk
mempelajari Fisika yang selama ini dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit bagi sebagian besar siswa.
Sikap dalam pembelajaran fisika merupakan hal penting dalam pembelajaran fisika yang selama ini dianggap sebagai mata
pelajaran yang sulit bagi sebagian besar siswa. Harus bisa mendapatkan hasil belajar yang baik; sikap mahasiswa dalam meluangkan
waktu di luar jam pelajaran harus baik. Kesediaan meluangkan waktu untuk mempelajari fisika matematika berkaitan dengan minat
belajar siswa. Hal ini dikarenakan, dengan adanya minat belajar, siswa akan memiliki semangat dan kesejukan untuk mempelajari fisika
matematika.
Minat belajar adalah keinginan atau kemauan yang disertai dengan perhatian dan keaktifan yang disengaja yang pada
akhirnya melahirkan kesenangan dalam perubahan perilaku, baik berupa pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Semakin besar
minat siswa untuk menghabiskan waktunya mempelajari matematika fisika, maka siswa akan cenderung lebih memperhatikan objek
yang sedang dipelajari sampai tujuan yang diinginkan tercapai. Faktor lain yang mempengaruhi mahasiswa tidak meluangkan waktu
untuk belajar matematika fisika karena mahasiswa tidak dapat membagi waktu dengan tugas mata kuliah lainnya. Jika siswa memiliki
sikap negatif terhadap IPA, mereka juga tidak menyukai mata pelajaran fisika, pekerjaan rumah fisika, dan guru fisika [6]. Dapat
disimpulkan bahwa faktor utama yang menyebabkan siswa tidak menghabiskan waktu adalah karena siswa tidak bersenang-senang
dalam matematika fisika. Kesenangan atau minat siswa untuk belajar merupakan sesuatu yang harus ditanamkan pada diri siswa,
dengan adanya kesenangan dan minat belajar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. [32] Menjelaskan bahwa kesenangan
seseorang dalam fisika juga akan mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini karena ada hubungan antara sikap dengan prestasi belajar.
Sedang belajar
sikap merupakan faktor penting untuk menentukan prestasi siswa. Siswa yang memiliki kesenangan lebih dalam suatu mata pelajaran
akan mencapai nilai yang baik dalam mata pelajaran tersebut. Keceriaan siswa dapat ditunjukkan bagaimana cara menghabiskan waktu

Hubungan Sikap dan Motivasi Siswa pada Matematika Fisika (Jufrida Jufrida)
Machine Translated by Google

406 ISSN: 2252-8822

belajar matematika fisika akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa harus lebih tertarik pada matematika
fisika untuk dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal.

3.4. Motivasi
Hasil kuesioner dijelaskan pada Tabel 5. Dari Tabel 5 yang berasal dari 100
responden dari program studi pendidikan fisika Universitas Jambi dan diolah hasilnya menggunakan SPSS, hasilnya adalah
kategori baik sebesar 47,0% (47 dari 100), cukup sebesar 35,0% (35 dari 100), sangat baik sebesar 11,0% (11 dari 100) ,
dan tidak baik sebesar 7,0% (7 dari 100).

Tabel 5. Hasil Motivasi Siswa


Kategori Rata-rata Min Maks %
Selang Sikap Total
23,0 – 41,4 Sangat Tidak Bagus 0 0,0
41,5 – 59,8 Tidak baik 7.0
59,9 – 78,2 Cukup 7 85.0 43 113 35.0
78,3 – 96,6 Bagus 35 47.0
96,7 – 115,0 Sangat bagus 47 11.0
TOTAL 11 100 100

3.5. Hubungan antara sikap dan motivasi dalam fisika matematika


Hasil dari sikap dan motivasi dalam fisika matematika dijelaskan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hubungan Motivasi dan Sikap pada Fisika Matematika


Motivasi Sikap dalam
Fisika Matematika
Korelasi Pearson Sig. 1 .697*
Motivasi (2-ekor) .026
100 100
Sikap dalam Korelasi N Pearson 0.697* 1
Matematis Tanda tangan. (2-ekor) .026
Fisika N 100 100

Dapat dilihat bahwa nilai sig sebesar 0,026 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan dengan nilai r sebesar 0,697 dan positif. Jika nilai sig < 0,05 maka terdapat hubungan [26].
Menemukan bias semacam itu dapat menghasilkan sikap yang agak lebih negatif daripada sikap yang akan
dilaporkan tanpa motivasi [1]. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat penting bagi sikap,
sehingga motivasi dan sikap saling berhubungan.

4. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap dan motivasi siswa pada mata kuliah fisika matematika
berpengaruh terhadap hasil belajar dan semangat belajar siswa. Khususnya pada indikator minat bertambahnya
waktu dalam mempelajari matematika fisika dan indikator kenormalan ilmuwan, pada indikator ini sikap siswa
dikategorikan cukup baik, hal ini dikarenakan siswa tidak menyempatkan diri untuk belajar di luar perkuliahan
sehingga pembelajaran siswa tujuan tidak sepenuhnya tercapai. Sikap yang harus dimiliki siswa adalah sikap
yang baik, memiliki sikap yang baik sangat dibutuhkan dalam matematika fisika untuk dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Indikator implikasi fisika sosial termasuk dalam kategori sikap baik. Memiliki sikap yang baik
terhadap implikasi atau dampak sosial fisika menjadikan siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan
mengetahui kepentingan fisika dalam kehidupan selain mempengaruhi kemauan belajar dan dapat meningkatkan
penguasaan siswa untuk mencapai tujuan akademik. Sebaliknya jika siswa memiliki pandangan negatif tentang
implikasi sosial fisika maka akan menurunkan semangat siswa. Dari sikap tersebut memiliki hubungan dengan
motivasi siswa yang ditunjukkan dengan tingkat hubungan itu sendiri sebesar 0,697.

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan Jil. 8, No. 3, September 2019: 401 - 408
Machine Translated by Google

Int J Evaluasi & Res Pendidikan. ISSN: 2252-8822 407

UCAPAN TERIMA KASIH


Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa pendidikan fisika Universitas Jambi dimana
sampel yang digunakan pada mahasiswa pendidikan fisika yang bersedia menjadi subjek penelitian dan semua pihak
yang telah berkontribusi.

REFERENSI
[1] Astalini, Kurniawan, DA, Darmaji., Sitorus LR, dan Perdana R., “Karakteristik sikap siswa terhadap fisika di
Muaro Jambi High School," Humanities & Social Science Reviews, vol. 7(2), hlm. 91-99, 2019. https://doi.org/1018510/
hssr.2019.7210
[2] Kurniawan DA, Astalini, dan Anggraini L., “Evaluasi sikap SMP terhadap IPA di Kabupaten Muaro Jambi,” Jurnal Ilmiah
Didaktik: Media Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran, vol. 19(1), hlm. 123-139, 2018. http://dx.doi.org/10.22373/jid.v19i1.4198

[3] Astalini, Kurniawan, DA, Perdana, R., dan Kurniasari D., “Identifikasi Sikap Siswa terhadap Pembelajaran Fisika di SMA
Negeri Batanghari,” The Educational Review, USA, vol. 2(9), hlm. 475-484, 2018.
[4] Astalini, Kurniawan, DA, Perdana, R., dan Kurniawan W., “Identifikasi Sikap Peserta Didik pada Fisika
Subjek," EST Journal of Educational Science and Technology, vol. 5(1), hlm. 39-48, 2019.
[5] Higgins ET dan Kruglanski AW, Ilmu Motivasi Perspektif Sosial dan Kepribadian. AS: Taylor &
Fransiskus, 2000.
[6] Guido RMD, "Sikap dan motivasi terhadap pembelajaran fisika," International Journal of Engineering,
jilid 2(11), hlm. 2087-2094, 2013.
[7] Damanik DP, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah tentang Pembelajaran Fisika Menggunakan Inkuiri
pelatihan (IT) dan pengajaran langsung (DI) (disertasi doktor, UNIMED), 2013.
[8] Gunada, dkk., "Pengembangan materi perbandingan kompilasi fisika matematika ii persamaan diferensial mata pelajaran
untuk meningkatkan penalaran matematis," Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, vol. 3(2), 2017.
[9] Olusola OO dan Rotimi CO, "Sikap siswa terhadap studi fisika di perguruan tinggi pendidikan ekuador, Iskere, Ekiti State,
Nigeria (dalam Bahasa)," American International Journal of Cont emp Research, vol. 2(12), hal. 86. 2012.

[10] Slamet. Faktor Belajar dan Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.
[11] Olasehinde, KJ dan Olatoye, RA, "Sikap ilmiah, sikap terhadap sains dan prestasi sains siswa sekolah menengah di Negara
Bagian Katsina, Nigeria," Jurnal Pendidikan dan Penelitian Sosial,
jilid 4 (1), hal. 445. 2014.
[12] Narmadha U. dan Chamundeswari S., "Sikap terhadap pembelajaran sains dan prestasi akademik dalam sains di kalangan
siswa tingkat menengah," Journal of Sociological Research, vol. 4 (2), hal. 123, 2013.
[13] Yavuz, Mustafa, Deniz Gulmez, dan Tugba Cevriye Ozkaral, "Fitur kognitif dan afektif sekolah menengah kejuruan
siswa sekolah," Education and Science, vol. 41(187), hlm. 29-44, 2016.
[14] Akcay, H., et al., "Perubahan keyakinan siswa tentang sikap terhadap sains di kelas 6 sampai 9," Forum Asia-Pasifik untuk
Pembelajaran & Pengajaran Sains, vol. 11(1), 2010.
[15] Astalini, Maison, Ikhlas M., dan Kurniawan DA, “Instrumen Pengembangan Sikap Mahasiswa Terhadap
Kelas Matematika Fisika,” Edusains, vol. 10(1), hlm. 46-52, 2018.
[16] Esther Agunbiade, KN, "Sebuah studi eksplorasi tentang hubungan antara sikap peserta didik terhadap pembelajaran sains
dan karakteristik klub sains setelah sekolah," African Journal of Research in Mathematics, Science and Technology
Education, pp. 271-281, 2017 .
[17] Christidou V., "Minat, sikap dan gambar yang berkaitan dengan sains: Menggabungkan suara siswa dengan suara sains
sekolah, guru, dan sains populer," Jurnal Internasional Pendidikan Lingkungan dan Sains, vol. 6(2), hlm. 141-159, 2011.

[18] Welch AG, "Menggunakan TOSRA untuk menilai sikap siswa sekolah menengah terhadap sains setelah berkompetisi
dalam kompetisi robotika PERTAMA: Sebuah studi eksplorasi," Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology
Education, hlm. 187-197, 2010. https://doi.org/10.12973/ejmste/75239
[19] Lloyd M., dan Bahr N., "Pemikiran kritis tentang pemikiran kritis dalam pendidikan tinggi," Jurnal Internasional untuk
Beasiswa Pengajaran dan Pembelajaran, vol. 4(2), 2010.
[20] Rizal S., Haridhi, HA, Wilson, CR, Hasan A., dan Setiawan I., "Community collection of ocean current data: an example
from Northern Aceh Province, Indonesia," SPC Traditional Marine Resource Management and Knowledge Information
Buletin, vol. 31, hlm. 3-11, 2013.
[21] Roberts TG dan Dyer JE, "Hubungan efikasi diri, motivasi, dan disposisi berpikir kritis terhadap prestasi dan sikap ketika
kuliah web bergambar digunakan dalam lingkungan belajar online," Journal of Agricultural Education, vol. 46(2), hlm. 12-23,
2005.
[22] Cohen L., Manion L., dan Morrison K., Metode Penelitian Dalam Pendidikan. Routledge, 2005.
[23] Cresswel, John W., Penelitian Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, Dan Evaluasi Kuantitatif Dan Kualitatif
Riset. New York: Pearson, 2012.
[24] Kerlinger FN, Yayasan penelitian perilaku. Yogyakarta: Pers Universitas Gadjah Mada, 2014.
[25] Sudibyo, Elok dkk ., “Pengembangan Instrumen Motivasi Belajar Fisika: Angket,” Jurnal Sains
Penelitian Pendidikan, vol. 1(1), hlm. 13-21, 2016. http://dx.doi.org/10.26740/jppipa.v1n1.p13-21
[26] Gall DM, Education Research pengantar edisi ketujuh. AS : Pearson Education.Inc., 2003.

Hubungan Sikap dan Motivasi Siswa pada Matematika Fisika (Jufrida Jufrida)
Machine Translated by Google

408 ISSN: 2252-8822

[27] Nordin A. dan Lin HL, "Hubungan antara sikap dan subjek sains dengan menguasai prinsip dua dimensi sains siswa," Journal of
Mathematical Science & Education, vol. 4, hlm. 2231-7368, 2011.

[28] Hartati, B., "Pengembangan perangkat gaya gesekan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa sekolah menengah,"
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, vol. 6(2), 2010.
[29] Türkmen, H., "Persepsi siswa sekolah dasar Turki tentang ilmuwan dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi citra para ilmuwan,"
Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, vol. 4(1), 2008.
[30] Ozyurek Ainur dan Eryilmaz Ali, "faktor-faktor yang mempengaruhi sikap siswa terhadap fisika," Turki: Pendidikan dan
Sains, vol. 26(120), 2001.
[31] Iksan, ZH, "Attitudes to science between secondary and matriculation science Students," Pertanika Journal of Social Sciences &
Humanities, hlm. 131-147, 2007.
[32] Veloo, A., Nor, R. dan Khalid, R., "sikap terhadap fisika dan prestasi matematika tambahan terhadap
prestasi fisika," International Educator Studytion, vol. 8(3), hlm. 35-43, 2015.
[33] Lin, H.-s. F.-F.-R., "Hubungan antara faktor afektif dan keterlibatan yang disukai dalam kegiatan yang berhubungan dengan sains,"
Pemahaman Ilmu Pengetahuan, hlm. 941-954, 2012.

Int. J. Evaluasi. & Re. Pendidikan Jil. 8, No. 3, September 2019: 401 - 408

Anda mungkin juga menyukai