Nur Amira
Nur Amira
NUR AMIRAH
P00320018034
2021
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P00320018034
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini adalah benar-
benar hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil ciplakan
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
(Nur Amirah)
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
4. Agama : Islam
II. PENDIDIKAN
viii
MOTTO
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat, rahmat
dan karunia-nya, sehingga saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. L Dengan Trauma Capitis Ringan (TCR)
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. terkhusus dosen pembimbing I dan
selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. pada kesempatan ini saya ingin
2. Kepala RSUD Bahteramas Prov. Sultra yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian.
3. Kepala ruangan Laika Waraka beserta anggota yang telah mengizinkan dan
5. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep., Sp., Kep.MB selaku penguji I, Bapak
Abdul Syukur, S.Kep., Ns., MM selaku penguji II dan Ibu Dali, SKM., M.Kes
vii
6. Kepada Seluruh Dosen dan Staf Politeknik kesehatan kendari Jurusan
7. Kepada kedua orang tua saya yang tercinta, bapak saya M Amin dan ibu
8. Tak lupa juga saya mengucapkan banyak terimakasih kepada sahabat, teman
keperawatan angkatan 2018. semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
Penulis
viii
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat
Injury) sebagai gangguan pada fungsi normal otak yang bisa disebabkan oleh
scale (GCS) trauma kepala ringan, sedang, dan berat, dikategorikan trauma
capitis ringan apabila GCS 13-15, sedang bila GCS 9-12 dan berat bila GCS 3-
Sebesar 60,43 juta dollar biaya yang harus dikeluarkan baik secara langsung
1
gejala pascatrauma, seperti gangguan tidur, kecemasan atau depresi dan
gangguan stres pascatrauma (Ho, Liang, Wang, Chio, & kuo, 2018)
pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab penyakit dan
trauma ketiga terbanyak di dunia (maas, Engel & Lingsman, 2008; Mika,2018).
lalu lintas dengan korban meninggal dunia mencapai 26.416 jiwa. Artinya,
pada tahun 2016 sebanyak 862 kasus dimana 396 kasus merupakan rujukan
dan 466 kasus adalah kunjungan langsung. Pada tahun berikutnya kasus
Bahteramas Prov. Sultra mengalami peningkatan yakni 900 kasus yang terdiri
dari 415 kasus rujukan dan 485 kasus adalah kunjungan langsung (SIMRS
Tanda dan gejala yang paling sering muncul pada cedera kepala ringan
2
yang lazim muncul pada pasien TCR adalah Nyeri akut berhubungan dengan
Perry dan Potter cit Syamsiah dan Endang (2015) menyatakan bahwa
nyeri seringkali merupakan tanda yang menyatakan ada sesuatu yang secara
Nyeri juga merupakan masalah yang serius yang harus direspons dan di
nyeri tersebut. Nyeri adalah salah satu alasan paling umum bagi pasien untuk
mencari bantuan medis dan merupakan salah satu keluhan yang paling umum
Trauma Capitis Ringan sebagai karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan
3
B. Rumusan masalah
sebagai suatu studi kasus yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Tn. L dengan
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
dengan TCR.
dengan TCR.
dengan TCR.
manajemen nyeri
4
D. Manfaat Penulisan
TCR.
Laporan studi kasus ini dapat di gunakan sebagai acuan dalam melakukan
TCR..
3. Bagi Pembaca.
4. Bagi penulis
Laporan studi kasus ini berguna untuk menambah wawasan dan sebagai
TCR.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
tiga, yaitu trauma capitis ringan, sedang, berat. TCR dapat menyebabkan
pusing, linglung, atau kesulitan mengingat untuk beberapa saat. Selain itu,
6
kerusakan pada tulang tengkorak sehingga mengenai jaringan otak.
Sedangkan trauma kepala tertutup adalah bila cedera yang terjadi tidak
2. Etiologi
1) Trauma primer
2) Trauma sekunder
5) Terjatuh
8) Kecelakaan industri.
3. Manifestasi Klinis
c. Pusing
d. Muntah
7
e. GCS : 13-15
Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang
membuat kita seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan
trauma kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar
dan dalam rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan
biomekanik yang dapat terjadi secara langsung saat kepala terbentuk dan
8
darah di dalam jaringan serebral, kematian pada cedara kepala disebabkan
otak.
(Pathway)
Edema Otak
Penekanan
Nekrosis
NYERI AKUT
Kematian
9
5. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan
b. MRI
c. Cerebral Angiography
d. Serial EEG
f. BAER
g. PET
h. CSS
subarachnoid
i. Kadar elektrolit
tekanan intrakranial
10
j. Screen toxilogy
kesadaran
Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostic untuk menentukan
pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi dan status asam basa
6. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
alamat
b. Riwayat kesehatan
11
kepala, paralise, akumulasi sekret pada saluran napas, adanya
c. Pengkajian persistem
Keadaan umum
TTV
1) Sistem pernapasan
2) Sistem kardiovaskuler
3) Sistem perkemihan
4) Sistem gastrointestinal
5) Sistem muskuloskletal
6) Sistem persyarafan
12
Gejala : kehilangan kesadaran, amnesia, vertigo, syncope,
gangguan pengecapan
2) Aktivitas / istirahat
3) Sirkulasi
4) Integritas ego
13
5) Eliminasi
gangguan fungsi
14
8. Intervensi keperawatan
Tabel 1
Resiko perfusi serebral Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5x24 Observasi :
tidak efektif b.d cedera jam maka perfusi serebral meningkat dengan kriteria • Identifikasi penyebab peningkatan TIK
kepala hasil : • Monitor tanda/gejala peningkatan TIK
15
1. Tingkat kesadaran meningkat • Monitor status pernapasan
2. Sakit kepala menurun • Monitor intake dan output cairan
3. Gelisah menurun Terapeutik
Meminimalkan stimulus dengan menyediakan
lingkungan yang tenang
Berikan posisi semi fowler
Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian sedesi dan anti konvulsan,
jika perlu
Kolaborasi pemberian diuretik osmosis, jika perlu
16
Gangguan integritas Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5x24 Observasi :
kulit/jaringan b.d kurang jam maka integritas kulit dan jaringan membaik • Monitor karakteristik luka
terpapar informasi tentang dengan kriteria hasil : Teraupetik :
upaya 1. kerusakan jaringan menurun • lepaskan balutan dan plaster secara perlahan
mempertahankan/melindu 2. kerusakan lapisan kulit menurun • bersihkan dengan cairan Nacl atau pembersih
ngi integritas jaringan. 3. nyeri menurun nontoksik, sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Edukasi :
• ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik,jika perlu
17
9. Implementasi
baru (Rohmah&Walid,2012)
tanggal, jenis tindakan, respon pasien dan nama lengkap perawat yang
10. Evaluasi
perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
18
B. Konsep Dasar Kebutuhan Rasa nyaman (Nyeri)
1. Defenisi Nyeri
bahwa nyeri yaitu suatu pengalaman emosional dan subjektif yang tidak
dirasakan individu, dalam hal ini sensasi nyeri yang dirasakan pasien
berbeda-beda.
yang merugikan
19
3. Pola respon dari individu terhadap nyeri digunakan sebagai alat
oleh nyeri.
2. Fisiologi nyeri
C).
dengan melalui akar dorsal dan sinaps pada dorsal hurn.Dorsal hurn
ini terdiri dari beberapa lapisan yang saling terkait, di antaranya berbentuk
lokasi nyeri. Terdapat dua jalur mekanisme nyeri sebagai akibat dari
20
diaktifkan oleh sistem supresif yang ditransmisikkan oleh serabut A.
3. Klasifikasi nyeri
Nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yaitu nyeri akut dan
kronis. Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang dengan waktu tidak melebihi enam bulan dan ditandai dengan
adanya penegangan otot. Nyeri kronis yaitu nyeri yang timbul secara
perlahan-lahan dan berlangsung lama dan dalam waktu lebih dari enam
bulan.
Tabel 2
21
4. Faktor yang mempengaruhi nyeri
1. Usia
2. Jenis kelamin
laki- laki dan wanita dalam persepsi nyeri. Hanya beberapa budaya
merasakan nyeri.
3. Kebudayaan
4. Makna nyeri
22
5. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
6. Perhatian
7. Ansietas
8. Keletihan
9. Pengalaman sebelumnya
23
waktu serangan terjadinya nyeri. Pengkajian nyeri dapat dilakukan
ringannya nyeri
2009).
verbal yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan sebuah garis
tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis. Pada alat ukur ini,
diurutkan dari tidak ada nyeri sampai nyeri paling hebat. Perawat
Gambar 2.1
Sumber : Hilya,2018
Gambar 2.2
Sumber : Hilya,2018
klien.
Gambar 2.3
Sumber : Hilya,2018.
2010).
nyeri
2009).
verbal yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan sebuah garis
tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis. Pada alat ukur ini,
c. Perencanaan keperawatan
a. LUARAN :
1) Tingkat nyeri
26
(b) meringis dari meningkat menjadi menurun
yaitu:
a. INTERVENSI
1) Manajemen nyeri
nyeri
27
menggunakan teknik non farmakologis, yang merupakan suatu
(1) Menonton tv
28
masyarakat seperti aspirin, asitamenofen dan bahan antiinflamasi
dan obat adjuvan untuk mengontrol nyeri, dimana obat adjuvan yaitu
analgesik pada nyeri. Untuk nyeri dengan skala ringan (1-3 pada
opiat lemah disertai atau tanpa non opiat serta diserati obat
(4-6 nyeri skala sedang pada skala 0-10). Opiat kuat akan
(Prasetyo,2010).
e. Evaluasi keperawatan
hari.
29
C. Analisis Tindakan Keperawatan : Penerapan Teknik napas Dalam
Terhadap Nyeri
1) Definisi
oksigenasi darah (Smeltzer & Bare cit Yusrizal, 2012). Teknik relaksasi
menurunkan kecemasan.
30
Manfaat teknik nafas dalam diantaranya :
a) Ketentraman hati
f) Meningkatkan keyakinan
(Melinda,2021:42)
2) Batasan karakteristik
a) Tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tampak meringis
3. Gelisah
5. Sulit tidur
b) Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
31
3. Nafsu makan berubah
5. Menarik diri
7. Diaforesis
a) Kondisi pembedahan
b) Cedera traumatis
c) Infeksi
e) Glaukoma
rileks.
perlahan-lahan.
32
d. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks, usahakan agar tetap
berkurang.
kali.
cepat
(Melinda, 2021:43-44)
mampu menurunkan nyeri, hal ini terjadi karena relatif kecilnya peran
33
Penelitian lain juga dilakukan oleh Mulyadi (2015) mengenai
situasi.
34
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
Jumlah klien yang di ambil penulis untuk dijadikan subjek studi kasus
sebanyak satu orang. Subjek studi kasus dalam penelitian ini adalah individu
dengan diagnose medis TCR. Adapun kriteria subjek studi kasus adalah :
1. Kriteria inklusi
Bahteramas
informed consent
d) Mampu membaca/menulis
2. Kriteria ekslusi
consent
35
C. Waktu dan tempat studi kasus
nyaman (nyeri)
E. Definisi operasional
kesadaran menurut skala glaslow yaitu 13-15 dan di diagnosa dokter TCR.
2. Nyeri adalah rasa tidak nyaman atau perasaan tidak menyenangkan yang
melalui mulut.
36
F. Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam
b. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
lahan.
g. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas dangkal dan cepat
(Melinda,2021:43-44)
G. Pengumpulan data
1. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer ini
1) Wawancara
37
2) Observasi
syarat tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.
a. Pemeriksaan fisik
(1) Inspeksi
mengumpulkan data.
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
menggunakan stetoskop.
2. Data sekunder
Data pasien TCR yang diperoleh dari pihak lain selain dari pasien itu
Dokter atau data yang diperoleh dari orang yang melakukan penelitian
38
1. Persiapan
kriteria inklusi.
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
H. Penyajian data
1. Analisa data
didapatkan.
39
2. Penyajian data
Data pada studi kasus disajikan dalam bentuk tekstural, yaitu penyajian
H. Etika Penelitian
penelitian atau studi kasus yang melibatkan berbagai pihak, yaitu pihak peneliti
dan pihak yang diteliti dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil
studi kasus tersebut. Sebelum melakukan studi kasus, terlebih dahulu peneliti
menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed
40
2. Tanpa nama (Anonimity)
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil studi kasus
studi kasus, maka pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Peneliti telah
(Hilya,2018)
41
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Pengkajian
1. Data demografi
1) Biodata
a) Nama : Tn. L
b) Usia : 44 Tahun
g) Agama : Islam
h) Pekerjaan : Tani
2) Penanggung jawab
a) Nama : Tn. E
d) Pekerjaan : Buruh
42
2. Keluhan utama
telinga kanan.
4. Riwayat keluhan
2) Riwayat alergi
43
3) Kebiasaan/ketergantungan terhadap zat
a) Merokok :
b) Minuman alkohol
beralkohol
c) Minum kopi
d) Minum obat-obatan
1) Bagan genogram
= meninggal
= perempuan = laki-laki
8. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital
b) Pernapasan : 20 kali/menit
c) Suhu : 36,0 oC
d) Nadi : 90 kali/menit
2) Kepala
nampak memerah.
3) Telinga
45
d) Ketajaman pendengaran : Telinga Kanan tidak dapat
4) Mulut
5) Sistem saraf
kecelakaan
kejang
6) Ekstremitas
46
c) Deformitas sendi : tidak ada
5 5
5 5
a) Kebutuhan kenyamanan
berkurang saat telah diberi obat oleh perawat. Dan jika nyeri
meringankan nyeri.
keluarga
47
5) Paracetamol 2x1 10mg/ml
1) Laboratorium :
Darah lengkap
Tabel 4.1
Tanggal 12/02/2021
Hasil Rujukan
WBC 10.00 109/L 5.00-11.60
LYM 1.36 109/L 1.30-4.00
MID 0,10- 109/L 0.30-1.00
GRA 8,54+ 109/L 2.40-7.60
RBC 4,30 1012/L 3.79-5.75
HGB 11,8 9/L 11.5-17.3
HCT 33,14-% 34.00-53.90
MCHC35,5+ 9/DL 27.5-32.4
RDWS 34,6-FL 36.2-49.7
RLT 218109/L 150-400
PCT 0,17 % 0.16-0.36
MPV 7.8- 8.3-12.1
PDWs 10.4- 11.1-19.7
PDWc 37.2-% 37.8-43.6
PLCC 42-109/L 55-139
PLCR 19.09-% 25.30-53.80
LYSE 0.90 ML
PrvW 264/267
PrVR 318/321
48
b) Sinusitis maxillaries bilateral
kanan
2. Analisa data
50
4. Implementasi Keperawatan
P : intervensi
dihentikan
B. Pembahasan
kasus TCR khususnya pada pemenuhan kebutuhan rasa nyaman yaitu dimana
klien mengalami perasaan tidak nyaman (nyeri) karena benturan pada kepala
langsung pada Tn. L dengan kasus TCR pada tanggal 15 februari 2021 di ruang
1. Pengkajian
52
pengkajian fisik, yaitu tentang biodata pasien (nama, umur, suku, alamat,
mengeluh nyeri pada kepala menjalar hingga telinga dengan skala nyeri
5(nyeri sedang), Berdasarkan data rekam medis pasien terdapat luka robek
kesadaran pasien composmentis GCS 14 (E3, V5, M6). Nafsu makan klien
36,0 oC
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik, karena pada saat
(Nyeri sedang). Masalah ini perlu diangkat, agar nyeri pada klien dapat
akut pada cedera kepala ringan dengan teknik relaksasi napas dalam efektif
53
menurunkan nyeri, Relaksasi ini bertujuan untuk mengatasi atau
2. Diagnosa keperawatan
ditegakkan apabila rasa tidak nyaman muncul tanpa ada cedera jaringan.
diagnosa yang disarankan ialah nyeri akut atau nyeri kronis. (sumber
bahwa penyebab terjadinya nyeri pada pasien TCR yaitu benturan pada
kepala mengakibatkan Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi
54
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik. Ditandai dengan pasien mengeluh
a. TD : 120/60 mmHg
b. Nadi : 90x/menit
c. RR : 20x/menit
d. Suhu : 36,0 oC
3. Intervensi keperawatan
Pada tahap intervensi ditetapkan tujuan dan kriteria hasil yang akan
relaksasi nafas dalam, dimanana tujuan dari teknik ini untuk menurunkan
nyeri yang dirasakan pasien. tujuan ini juga sesuai dengan tujuan yang
55
(Kozier, 2010). Teknik relaksasi napas dalam mampu menurunkan nyeri,
hal ini terjadi karena relatif kecilnya peran otot-otot skeletal dalam nyeri
2011).
4. Implementasi
56
menggunakan teknik non farmakologis, yang merupakan suatu pelengkap
pemberian IJ. Ketorolac 1ap 1x1 untuk meredakan nyeri dan peradangan.
5. Evaluasi keperawatan
menggunakan napas dalam yang baik oleh pasien. Dimana lama waktu
57
pemberian latihan napas dalam ini selama 5 menit dalam sehari secara
pasien pada hari ke 3 yaitu nyeri pada kepala bagian kanan sudah
menurunkan nyeri, hal ini terjadi karena relatif kecilnya peran otot-otot
skeletal dalam nyeri pasca operasi atau kebutuhan pasien untuk melakukan
teknik relaksasi nafas dalam (Majid ,2011). Dari hasil studi kasus dapat
relaksasi napas dalam juga dapat dilihat pada hasil penelitian yang
58
sebagian besar masih mengalami nyeri sedang sebesar 13 responden dan
nyeri pada pasien TCR didapatkan hasil nyeri yang dirasakan pasien
59
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Capitis Ringan yang dirawat di ruang laika waraka RSUD Bahteramas Kota
Kendari, mulai dari konsep dasar cedera kepala hingga tinjauan kasus yang
a. TD : 120/60 mmHg
b. Nadi : 90x/menit
c. RR : 20x/menit
d. Suhu : 36,0 oC
2. Diagnosa keperawatan utama Pada Tn.L adalah Nyeri Akut b.d agen
pasien dan disesuaikan dengan kondisi dan keadaan yang dialami pasien
62
3. Intervensi yang dilakukan pada Tn. L yaitu berdasarkan Standar Intervensi
keperawatan.
relaksasi nafas dalam pada pasien dengan TCR didapatkan tingkat nyeri
pada skala 5, pada implementasi hari ketiga nyeri menurun dengan skala
dalam, hal ini membuktikan bahwa penerapan teknik relaksasi nafas dalam
63
juga membuktikan bahwa penerapan teknik relaksasi nafas dalam dapat
B. Saran
untuk menjadikan teknik relaksasi tarik nafas dalam menjadi salah satu
teknik relaksasi dalam menurunkan nyeri kepala pada pasien cedera kepala
ringan.
dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang, agar bisa
64
DAFTAR PUSTAKA
Nurtanti, S., & Puspitaningrum, D. (2017). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
untuk mengurangu nyeri kepala pada penderita hipertensi. Jurnal Keperawatan
GSH, 6(2), 27–32.
Khotimah, Melinda Nurul, Handono Fatkhur Rahman, Ahmad Kholid Fauzi, Sri
Astutik Andayani. (2020). Terapi Masase Dan Terapi Nafas Dalam Pada
Hipertensi. Malang : Ahlimedia Press.
Mahzura, H. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertensi Dalam
Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) Di Ruang Laika Waraka Interna
Rsud. Bahteramas Kota Kendari. Hipertensi Dan Retinopati Hipertensi.
Saintika Medika, 10(1), 1. Https://Doi.Org/10.22219/Sm.V10i1.4142.
Marbun, Agnes Silvina, Elide Sinuraya, Amila, Galvani Volta Simanjuntak. (2020).
Manajemen Cedera Kepala. Malang: Ahlimedia Press.
Nurtanti, S., & Puspitaningrum, D. (2017). Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam
untuk mengurangu nyeri kepala pada penderita hipertensi. Jurnal Keperawatan
GSH, 6(2), 27–32.
PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
a. Tahap Prainteraksi
b. Tahap orientasi
c. Tahap kerja
5) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
lahan.
7) Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks, usahakan agar tetap
daerah nyeri.
10) Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas dangkal dan cepat
Lampiran 3 : Instrumen penilaian nyeri
1. NRS (Numeric Ratting Scale): cara mengkaji nyeri secara subjektif yang
sering digunakan. Metode yang digunakan adalah angka 0-10, dengan
menggunakan NRS kita dapat menentukan tingkat/derajat nyeri pasien dimana
0 (tidak ada nyeri), 1-4 (nyeri ringan), 5-6 (nyeri sedang), 7-10 (nyeriberat).
2. VAS (Visual Analog Scale): Skala berupa garis lurus yang panjangnya 10 cm,
dengan deskripsi pada masing-masing angkanya. <4 (nyeri ringan), 4-7 (nyeri
sedang) dan 7-19 (nyeri berat).
1. Nonverbal Adult Pain Scale (NVPS): Instrumen ini dapat digunakan pada
pasien dewasa yang mengalami penurunan kesadaran (terintubasi dan
tersedasi). NVPS terdiri dari 3 indikator perilaku dan fisiologi (tekanan darah,
denyut jantung, respiratory rate, kulit). Perhatikan gambar di bawah untuk
memahami bagaimana penilaian nyeri dengan NVPS
2. FLACC Scale: Pengkajian nyeri yang terdiri dari item wajah, kaki, aktivitas,
tangisan, dan kenyamanan. Instrumen ini dapat digunakan pada orang dewasa
yang mengalami gangguan komunikasi verbal. Hasil FLACC dapat ditentukan
dengan skor 0 (nyaman), 1-3 (ringan), 4-6 (sedang) dan 7-10 (berat).
3. Comfort Scale: Instrumen ini sangat cocok digunakan dalam mengkaji tingkat
distres psikologis pada pasien kritis anak-anak di bawah usia 18 tahun dan juga
pada pasien dewasa yang terpasang ventilator. Comfort scale terdiri dari 8 item
indikator penilaian yakni kewaspadaan, ketenangan, respon pernapasan,
gerakan fisik, ketegangan wajah, gerakan otot, tekanan darah dan denyut nadi.
Hasil penilaian terdiri dari 1-5, dimana 1 merupakan tidak berespon dan 5
paling tidak nyaman. Perhatikan gambar dibawah ini
4. Behavior Pain Scale (BPS) adalah instrumen pengkajian nyeri pada pasien
kritis. BPS terdiri dari tiga item penilaian yakni ekspresi wajah, pergerakan
bibir atas dan komplians terhadap ventilator. Setiap item tersebut memiliki 1-4
skor. Jika ditemukan hasil <3 menandakan tidak nyeri, sementara jika skor 12
(sangat nyeri).
A. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
B. Materi
Terlampir
C. Metode
- Ceramah
- Tanya jawab
D. Strategi
F. Evaluasi
1. Proses : Penyuluhan berjalan lancar.
Audiens tidak meninggalkan proses penyuluhan
2. Hasil :
- audiens dapat menjelaskan pengertian relaksasi nafas dalam
- audiens dapat menjelaskan tujuan relaksasi nafas dalam
- audiens dapat menjelaskan manfaat relaksasi nafas dalam
- audiens dapat menjelaskan 4-5 dari semua langkah relaks
MATERI
A. Pengertian
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan kita lakukan pada pasien.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
4. Usahakan tetap rileks dan tenang
5. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
melalui hitungan 1,2,3
6. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
ekstrimitas atas dan bawah rileks
7. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
8. Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut
secara perlahan-lahan
9. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
10. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata sambil terpejam
11. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
12. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
13. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
14. Lakukan evaluasi
15. Cuci tangan
Lampiran 5 Leaflet Teknik Relaksasi Nafas Dalam
A. Biodata Pasien
Nama/ Initial : Jenis Kelamin : Umur :
0( ) 1( ) 2( ) 3( ) 4( ) 5( ) 6( ) 7( ) 8( ) 9( ) 10( )
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Skala diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan intensitas nyeri yang
dirasakan ibu dengan skala nyeri numerik 0-10, yaitu:
1 : Rasa nyeri hampir tak terasa ( sangat ringat seperti gigitan nyamuk)
3 :Rasa nyeri terasa seperti suntikan dari dookter , nyeri terlihat dan
mengganggu namun masih bisa beradaptasi dan berkomunikasi.
4 :Nyeri yang dalam seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah masih
bisa melakukan kegiatan sehari-hari tapi ini cukup mengganggu
5 :Rasa nyeri yang menusuk seperti pergelangan kaki terkilir. Rasa sakit tidak
dapat di abaikan dalam beberapa menit.
6 : Nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga tampaknya cenderung
mempengaruhi indra dan menyebabkan tidak fokus , komunikasi terganggu dan
mengganggu aktivitas
8 : Nyeri begitu kuat sehingga tidak dapt lagi berpikir jernih dan aktifitas fisik
sangat terbatas
10 : Nyeri begitu kuat dan terbaring di tempat tidur nda bisa berbuat apa- apa
bahkan tak sadarkan diri
0 : Tidak nyeri