Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Itu sebabnya,
kabinet yang dipimpinnya disebut sebagai Kabinet Ali Sastroamidjojo I dan Kabinet Ali
Sastroamidjojo 2 untuk membedakan masa jabatan keduanya.
Kabinet Ali yang pertama berlangsung selama dua tahun, tepatnya pada 31 Juli 1953 hingga 24
Juli 1955. Pada waktu itu Kabinet Ali terpaksa mengembalikan mandat kepada Presiden dan
digantikan dengan Kabinet Burhanuddin Harahap pada tahun 1955-1956. Barulah setelahnya,
Ali Sastroamidjojo memimpin kabinet kembali, yang akhirnya dikenal dengan nama Kabinet
Ali Sastroamidjojo II.
Pemilu DPR yang dilangsungkan pada 1955 dimenangkan oleh empat partai, yaitu Partai
Nasional Indonesia (PNI), Nahdatul Ulama (NU), Masyumi, dan PKI. Pada saat itu, PNI-lah
yang mendapat suara terbanyak. Ketua PNI pada saat itu adalah Ali Sastroamidjojo. Oleh
karena itu, Ali Sastroamidjojo dipercaya untuk memimpin kabinet lagi dan menjadi Perdana
Menteri.
Kabinet Ali Sastroamidjojo II sering pula disebut Kabinet Ali-Roem-Idham adalah kabinet
pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Kabinet ini diumumkan pada 20 Maret 1956 dan bertugas sejak 24 Maret 1956 hingga 14 Maret
1957.
Berbeda dengan Kabinet Ali sebelumnya yang bertugas selama dua tahun, Kabinet Ali
Sastroamidjojo 2 ini hanya mendapat mandat selama satu tahun saja, tepatnya pada periode 24
Maret 1956 – 14 Maret 1957.
Sebuah kabinet tentu butuh dukungan dari banyak partai, gengs. Nah, tiga partai besar yang
mendukung Kabinet Ali Sastroamidjojo II adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi,
dan Nahdatul Ulama (NU).
FORMASI KABINET
Walaupun dari namanya sama-sama Kabinet Ali, tapi orang-orang di dalam Kabinet Ali 1 dan 2
berbeda ya! Ini dia susunan anggota Kabinet Ali Sastroamidjojo II:
Menteri Negara:
MASA
PROKER KABINET
Konferensi Meja Bundar yang digelar di Den Haag, Belanda, pada 23 Agustus-2 November 1949
adalah upaya diplomasi yang berhasil membebaskan Indonesia dari Belanda.
Setelah melalui pembahasan yang berlarut-larut, pada 2 November 1949, tercapai persetujuan
Konferensi Meja Bundar. Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa
syarat dan tidak dapat dicabut kembali kepada RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30
Desember 1949 merupakan salah satu keputusan pokok KMB. Hasil KMB di antaranya:
Hasil KMB tersebut kemudian ditandatangani oleh Ratu Juliana sebagai wakil Belanda dan Moh
Hatta wakil Indonesia.
Melalui Undang-undang No.13 tahun 1956 Indonesia secara sepihak membatalkan seluruh perjanjian
KMB , dan sejak itu Indonesia merasa tidak terikat lagi dengan seluruh perjanjian KMB, termasuk soal
yang berkenaan dengan status wilayah Irian Barat.
Perjuangan Indonesia untuk membebaskan Irian Barat dari Belanda telah menjadi perhatian sejak
kabinet pertama di Indonesia pada 1950. Semua kabinet memperjuangkan agar Irian Barat
(sekarang Irian Jaya) menjadi bagian dari NKRI. Meski kasus Pembebasan Irian Barat ini telah
diangkat pada saat Konferensi Asia Afrika, namun usaha ini belum juga berhasil.
Keamanan
Memulihkan dan menjaga keamanan dalam negeri yang dikacaukan oleh gerombolan-
gerombolan illegal yang memberontak terhadap negara dengan nama apapun juga mereka
menamakan dirinya.
Menyempurnakan koordinasi antara alat-alat kekuasaan negara, terutama dalam tindakan-
tindakan pemulihan keamanan.
Perekonomian
o Memulai membangun secara teratur dan menurut rencana berjangka waktu
tertentu (5 tahun) yang ditetapkan dengan undang-undang dengan menitik
beratkan pada dasar keputusan rakyat.
o Berusaha untuk mewujudkan pergantian ekonomi kolonial bersandarkan
kepentingan rakyat jelata, dengan mengutamakan kebutuhan-kebutuhannya
yang primer.
Keuangan
o Menyehatkan keuangan negara hingga tercapai imbangan anggaran belanja
biasa yang baik dan yang memberi kemungkinan untuk melanjutkan
pembangunan.
o Dalam usaha penyempurnaan keuangan negara, penambahan sumber keuangan
baru harus diutamakan.
o Memperbaiki pengawasan atas pemakaian uang negara.
o Perkreditan pemerintah yang tepat dan lancar untuk melindungi usaha ekonomi
nasional terhadap persaingan asing.
Perindustrian
o Memajukan berdirinya industri nasionalsupaya selekas mungkin Republik
Indonesia dapat menjamin kebutuhannya sendiri, dan melindungi industri
nasional terhadap persaingan asing.
Pertanian
Pertahanan
o Melancarkan tercapainya stabilisasi kekuatan negara.
Perburuhan
o Mewujudkan usaha pemerintah ke arah perbaikan nasib dan kedudukan hukum
kaum buruh dan pegawai negeri serta hubungannya dengan pimpinan
perusahaan atau jawatan sehingga berkesempatan memperkembangkan bakat
dan sifat-sifatnya yang baik untuk kepentingan masyarakat.
o Melengkapkan perundang-undangan perburuhan dan pegawai mengatur
penyelesaian perselisihan perburuhan melalui prosedur yang lebih demokratis,
sambil menuju ke arah peradilan perburuhan yang lengkap.
o Memberikan segala bantuan dan stimulans bagi konsolidasi dan pertumbuhan
organisasi-organisasi kaum buruh dan pegawai yang sehat.
Konferensi Asia Afrika menghasilkan beberapa keputusan dalam bentuk Dasasila Bandung. Terdapat 10
poin dalam Dasasila Bandung antara lain :
Penyebab jatuhnya Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah karena terjadinya perpecahan antara
Partai Masyumi dan PNI.
Selain itu, semasa kabinet ini bertugas juga banyak menerima tuntutan daerah yang kemudian
juga didukung oleh Masyumi, agar Ali segera mengembalikan mandatnya.
Pada Januari 1957, Masyumi pun mulai menarik menteri-menteri mereka dari Kabinet Ali
Sastroamijoyo, sehingga membuat kabinet ini semakin melemah.
Kegagalan Kabinet Ali Sastroamidjojo 2 ini membuat kabinet Ali 2 dibubarkan pada 9 April
1957 dan digantikan oleh Kabinet Djuanda yang dipimpin oleh Ir. H. Djuanda Kartawijaya.