Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Neo Konseling

Volume 00 Number 00 20XX


ISSN: Print 1412-XXXX – Online XXXX-XXXX
DOI: 10.24036/xxxxxxxxxxx-x-xx
Received Month DD, 20YY; Revised Month DD, 20YY; Accepted Month DD, 20yy
Avalaible Online: http://neo.ppj.unp.ac.id/index.php/neo

KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT (SOSIAL DAN EMOSIONAL)


Dara Geni Perca
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
12111622951@Students.Uin-Suska.ac.id

Abstract
Berdasarkan kenyataan secara universal dan alamiah bahwa manusia itu
berbeda satu dengan lainnya dalam berbagai hal, seperti dalam ha!
intelegensi, bakat, kepribadian, kondisi jasmani dan sebagainya. Secara
historis, keberbakatan diartikan sebagai mempunyai intelegensi (IQ) yang
tinggi. Anak berbakat (gifted child) secara alami memiliki karakteristik yang
khas dan berbeda dengan anak-anak normal.
Dalam keberbakatan (giftedness) seseorang di Indonesia merupakan ha!
yang tergolong baru, hanya beberapa orang yang memahami sehingga sering
orangtua dan guru memperlakukan anak berbakat sama dengan anak yang
lain maka akibatnya banyak keberbakatan anak '"menguap" begitu saja.
Karakteristik anak berbakat int mencakup beberapa domain penting, seperti
domain intelektual-kognitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan
nilaini lai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.
Demikian pula dalam memandang tentang karakteristik anak berbakat
yang tidak hanya ditinjau dari keberbakatan akademik, tetapi ditinjau pula
dalam keberbakatan sosial, emosional, penampilan dan pemeliharaan
kesehatan. Dalam kegiatan belajar ini kita akan mengkaji definisi dan
karakteristik anak berbakat secara luas. Fokuskan perhatian Anda pada
uraian dan latihan sehingga Anda dapat menguasai kemampuan yang
diharapkan.

Keyword: Karakteristik, Anak berbakat, Sosial Emosional

Karakteristik Anak Berbakat (Sosial Dan Emosional) 1


Bimbingan Konseling Islam 2

This is an open access article distributed under the Creative Commons


4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and
reproduction in any medium, provided the original work is properly cited.
©2019 by author

PENDAHULUAN

Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000
tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan
dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin negara
dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka dibekali ilmu pengetahuan yang
dapat menunjang tugas mereka (Rohman Natawijaya, 1979). Demikian pula di Indonesia,
kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu.

Banyak sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas
berikutnya lebih cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih
serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus
untuk mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara optimal. Anak yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa (berbakat) berbeda dengan kelompok anak luar biasa
yang akan dibahas pada modulmodul selanjutnya. Perbedaannya adalah anak berbakat tidak
mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun di
antara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan pada
terhambatnya kecerdasan.

Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut dapat mengembangkan
potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan
membawa potensi luar biasa yang berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh
karena itu, tugas pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan tersebut secara
optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.

KONSEP KARAKTERISTIK
Dara Geni Perca

Karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan.
Berbagai teori pemikiran dari karakteristik tumbuh untuk menjelaskan berbagai kunci
karakteristik manusia (Boeree, 2009). Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri
dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti tingkat pendidikan,
pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya.

Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2011), perilaku manusia dipengaruhi


oleh 3 ( tiga ) faktor utama, yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), faktor pemungkin
(enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor). Faktor predisposisi terdiri dari
pengetahuan, tingkah laku, nilai, keyakinan, dan sosiodemografi. Sosiodemografi terdiri dari
umur, jenis kelamin, status ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Faktor pemungkin
terdiri dari ketrampilan dan sarana. Faktor penguat terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan peraturan baik dari
pemerintah daerah maupun dari pusat.

PENGERTIAN KEBERBAKATAN

Anak berbakat ialah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul,


mampu memberikan prestasi atau memiliki kecerdasan yang tinggi sedang keberbakatan
harus ditinjau secara multi dimensional. (Meity H, Idris. 2014). Dalam buku " The Three-Ring
Conceptions" atau Konsepsi Tiga Cinc in menurut Renzulli (1986), menyatakan bahwa tiga
ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan (giftedness).

Jadi keberbakatan merupakan istilah yang berdimensi banyak, meliputi banyak ranah
atau aspek, tidak hanya semata-mata ditentukan oleh inteligensi tinggi tetapi juag aspek lain
yang sifatnya non-intelektual. Inteligensi tinggi atau kemmapuan intelektual jauh di atas
rata-rata hanyalah satu dimensi dalam konsep keberbakatan, sehingga orang yang demikian
disebut berbakat intelektual.

Sekalipun terdapat keragaman dalam menentukan kriteria lain di luar inteligensi,


namun para pakar pada umumnya sepakat bahwa kreativitas merupakan salah satu dimensi
penting disamping inteligensi. Bahkan Clark yang mengkaji keberbakatan dari sudut biologis
(fungsi belahan otak) sampai pada kesimpulan bahwa kerativitas merupakan ekspresi
tertinggi dari keberbakatan. Pada umumnya orang lebih senang menggunakan pandangan
Renzulli dengan three ring interaction-nya, yaitu pandangan bahwa keberbakatan dicirikan
Bimbingan Konseling Islam 4

dengan tiga hal, yaitu (1) pemilikan kemampuan intelektual di atas rata-rata, (2) kreativitas,
dan (3) task commitment. Dikarenakan memberi arah yang lebih jelas dalam identifikasinya
dan mampu membedakan mereka yang berbakat karena faktor motivasi atau kreativitas,
sekalipun kurang fungsional dalam kepentingan pendidikan karena tidak mampu menjaring
mereka yang secara potensial berbakat tetapi tidak kreatif atau task commitment-nya masih
rendah.

KARAKTERISTIK SOSIAL DAN EMOSIONAL

Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu (a) diterima oleh
mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa, (b) keterlibatan mereka dalam
berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif, (c)
kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil
kebijakan oleh teman sebayanya, (d) memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua
orang dan jujur, (e) perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa, (f) bebas dari
tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi,
(g) mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa, (h)
mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan (i) memiliki kapasitas yang luar
biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor.

Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal sosial dan emosi,
bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan
emosi (sikap periang, bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya
dengan baik, membantu temannya yang kurang mampu, dan akrab dalam bermain).
Sikapsikap yang diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal usia 16 tahun.

KESIMPULAN

Anak berbakat merupakan sumberdaya manusia unggul yang apabila terselematkan


melalui pendidikan diperkirakan mampu memberikan kontribusi besar dan bermakna bagi
pembangunan dan kemajuan bangsa. Terlebih dalam era globalisasi saat ini. Anak berbakat
lahir, tumbuh, dan berkembang dengan karakteristik, kebutuhan, dan permasalahan yang khas,
sehingga diperlukan layanan pendidikan serta layanan bimbingan dan konseling yang mampu
mengakomodasi karakteristik, kebutuhan, dan permasalahan khas yang dihadapinya guna
terwujudkannya anak berbakat sebagai manusia unggul yang paripurna.
Dara Geni Perca

Dalam kaitan dengan perkembangan karir, anak berbakat cenderung dihadapkan pada
dilema-dilema psikologis dalam menentukan putusan karir, yang bersumber kepada masalah-
masalah diskontinuitas, multipotensi, displasia, kebosanan, stress, keragu-raguan, displasia,
rasa ingin tahu - curiosity, kreativitas, serta idealisme-perfeksionisme, serta konflik-konflik
yang berkaitan erat dengan keunggulan potensi versus kepuasan dalam melakukan aktivitas,
antara keinginan menentukan pendidikan lanjutan versus masalah kesempatan, finansial dan
dukungan orang tua, fasilitas, serta pertentangan antara pilihan karir versus gaya hidup
sebagai konsekuensi pilihan karir.

REFERENSI

Soemantri, Sutjihati. 2007, Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Reflika Aditama

https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/abadimas/article/download/1632/1455

Anda mungkin juga menyukai