Abstract
Bakat merupakan sebuah kemampuan yang dimiliki atau dibawa oleh
seseorang sejak ia lahir. Bakat itu dapat terlihat saat mereka mulai
mengasah atau melatihnya, tidak semua orang mempunyai bakat yang
lebih, hanya sebagian dari mereka yang memiliki bakat terpendam.
Anak berbakat pada umum adalah mereka yang karena memiliki
kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi
yang tinggi. Kurikulum berdiferensiasi (differ-rentiation instruction)
sangat tepat di gunakan dalam pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan-perbedaan individual anak. Walaupun model pengajaran
ini memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan
individual anak, namun tidak berarti pengajaran harus berdasarkan
prinsip satu orang guru dengan satu orang murid.
PENDAHULUN
Anak berbakat secara umum adalah “mereka yang karena memiliki
kemampuankemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi”
(Warnandi, 2008). Anak berbakat memiliki kemampuan yang tinggi di berbagai bidang
seperti akademis, kreativitas, dan task commitment dibanding dengan anak-anak pada
umumnya. Namun keadaaan tersebut belum sepenuhya terlihat pada diri anak berbakat
(Novianti et al., 2014). Undang undang No. 2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) pasal 8 ayat 2 menyatakan “Warga negara yang memiliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa behak memperoleh perhatian khusus”. Pasal ini
sangat mempengaruhi sekali karena dalam pasal ini anak berbakat mendapatkan sebuah
dasar landasan hukum.
Selain itu (Warnandi, 2008) menyebutkan layanan pendidikan bagi anak berbakat
sementara ini sifatnya baru sebatas wacana, atau baru dilaksanakan di beberapa sekolah
saja. Akhirnya mungkin saja ada anak berbakat yang potensinya tidak dapat
dikembangkan, atau perkembangannya tidak secara maksimal. Pendidikan anak
berbakat tentunya harus berorientasi pada peserta didik itu sendiri, yaitu selalu
memperhatikan potensi dan karakteristrik yang dimiliki anak tersebut. Kecerdasan
1
Bimbingan Konseling Islam 2
Bertitik tolak dari pandangan tersebut maka pendidikan memiliki peranan yang sangat
strategis dalam menfasilitasi terjadinya suatu interaksi fungsional antara keberbakatan
yang dibawa sejak lahir dengan penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif, sehingga
mampu mewujudkan prestasi yang optimal. Pendidikan anak berbakat sering menjadi
bahan kontroversi. Dalm pelbgai kasus, kontroversi ini sulit menemukan perspektif
yang beranjak pada kondisi nyata anak berbakat. Sebaliknya, persoalan yang berkaitan
dengan sifat elitisme, biaya pendidikan yang sangat mahal, dan ancaman pada kohesi
sosial menjadi sangat dominan dalam kontroversi itu.
Atas dasar itulah, perspektif pendidikan anak berbakat ini diterbitkan. Selain
memperluas wawasan berkaitan dengan keberbakatan dan pendidikan anak berbakat,
buku ini juga memberikan landasan filosofi, pilihan model, strategi, dan berbagai cara
mengembangkan pendidikan anak berbakat.
KONSEP KEBERBAKATAN
Keberbakatan merupakan interaksi antara kemampuan umum dan atau spesifik,
tingkat tanggung jawab terhadap tugas yang tinggi, dan tingkat kreativitas yang
tinggi(Seligman & Csikszentmihalyi, 2014). Definisi menurut USOE (United States
Office of Education), anak berbakat adalah anak yang dapat membuktikan
kemampuan berprestasinya yang tinggi dalam bidang-bidang seperti intelektual,
kreatif, artistik, kapasitas kepemimpinan atau akademik spesifik dan mereka yang
membutuhkan pelayanan atau aktivitas yang tidak sama dengan yang disediakan di
sekolah sehubungan dengan penemuan kemampuan-kemampuannya, (Churnia, Ifdil
Ifdil, & erwinda, 2018). Sedangkan menurut Depdiknas (2003), anak berbakat adalah
mereka yang oleh psikolog dan atau guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang
telah mencapai prestasi memuaskan dan memiliki kemampuan intelektual umum yang
berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterikatan pada tugas
yang tergolong baik.
Sekalipun terdapat keragaman dalam menentukan kriteria lain di luar inteligensi,
namun para pakar pada umumnya sepakat bahwa kreativitas merupakan salah satu
dimensi penting disamping inteligensi. Bahkan Clark yang mengkaji keberbakatan dari
sudut biologis (fungsi belahan otak) sampai pada kesimpulan bahwa kerativitas
merupakan ekspresi tertinggi dari keberbakatan. Pada umumnya orang lebih senang
menggunakan pandangan Renzulli dengan three ring interaction-nya, yaitu pandangan
bahwa keberbakatan dicirikan dengan tiga hal, yaitu (1) pemilikan kemampuan
intelektual di atas rata-rata, (2) kreativitas, dan (3) task commitment. Dikarenakan
memberi arah yang lebih jelas dalam identifikasinya dan mampu membedakan
mereka yang berbakat karena faktor motivasi atau kreativitas, sekalipun kurang
fungsional dalam kepentingan pendidikan karena tidak mampu menjaring mereka
yang secara potensial berbakat tetapi tidak kreatif atau task commitment-nya masih
rendah (Sunardi (UPI), 2008).
PENTINGNYA KONSELING PADA ANAK BERBAKAT
Banyak karakteristik yang dimiliki anak berbakat. Namun, beberapa karakteristik anak
yang menyangkut sensitivitas yang tinggi, idealis, dorongan yang tinggi untuk unggul,
dan rasa keadilan yang sangat tinggi sungguh berkonsekuensi terhadap sejumlah
masalah (Wahab, 2010).
Perlunya konseling bagi ABA juga diperkuat oleh Silverman (1993) melalui
pendapatnya bahwa konseling sangat diperlukan untuk membantu anak berbakat
akademik dalam mengatasi sikap masyarakat, di samping membantu mereka untuk
mencari jalan keluar terhadap sistem pendidikan yang tidak dirancang untuk
mengoptimalkan kemajuannya. Dengan demikian, konselor diharapkan mampu
memberikan bantuan emosional bagi ABA dan guru, bahkan orang tuanya untuk
melakukan modifikasi kurikuler dan strategi layanan konseling sehingga sesuai dengan
potensi dan kebutuhan ABA.
PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum bukan berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa Latin yang
kata dasarnya adalah currere, secara harfiah berari lapangan perlombaan lari.
Lapangan tersebut ada batas start dan batas finish. Dalam lapangan pendidikan
pengertian tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah ditentukan secara pasti,
dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai
bahan agar dapat mencapai gelar. Dulu kurikulum pernah diartikan sebagai “Rencana
Pelajaran”, yang terbagi menjadi rencana pelajaran minimum dan rencana pelajaran
terurai. Dalam kenyataannya di sekolah rencana pelajaran tersebut tidak semata-
semata hanya membicarakan proses pengajaran saja, bahkan yang dibahas lebih luas
lagi yaitu mengenai masalah pendidikan. Oleh karena itu istilah rencana pelajaran
kiranya kurang kena.
Akibat dari berbagai perkembangan, terutama perkembangan masyarakat dan
kemajuan teknologi, konsep kurikulum selanjutnya juga menerobos pada dimensi
waktu dan tempat. Artinya kurikulum mengambil bahan ajar dan berbagai
pengalaman belajar tidak hanya terbatas pada waktu sekarang saja, tetapi juga
memperhatikan bahan ajar dan berbagai pengalaman belajar pada waktu lampau dan
yang akan datang. Dengan demikian kurikulum itu merupakan program pendidikan
bukan program pengajaran, yaitu program yang direncanakan , diprogramkan, dan
dicanangkan yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik yang
berasal dari waktu yang lalu, sekarang maupun yang akan datang. Berbagai bahan
tersebut direncanakan secara sistemik, artinya direncanakan dengan memperhatikan
keterlibatan berbagai factor pendidikan secara harmonis.
KARAKTERISTIK UMUM KURIKULUM BERDIFERENSIASI (KREATIVITAS)
Setiap individu yang dilahirkan mempunyai keunikan tersendiri dan satu dengan yang
lainya berbeda beda, baik dalam bakat, minat , kematangan emosi, kepribadiankeadaan
jasmasi dan hubungan sosialnya. Setiap orang memiliki kemapuan berfikir untuk
menemukan dirinya sendiri apakah dengan bakat yang ada akan menciptakan
kreativitasnya atau sebaliknya. Kreativitas menurut kamus besar Bahasa Indonesia
berasal dari kata dasarkreatif, yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu.
Munandar (2012: 19) berpendapat bahwa kreativitas adalah suatu gaya hidup dan
suatu cara dalam mempersepsikan dunia. Hidup kreatif berarti mengembangkan
segala talenta yang dimiliki, belajar mengoptimalkan kemampuan diri sendiri,
menjajaki gagasan baru, tempat-tempat baru, aktivitas baru, mengembangkan
kepekaan terhadap masalah yang ada disekitar seperti masalah lingkungan, masalah
orang lain, dan masalah kemanusiaan.Mengembangkan talenta yang dimiliki berarti
Listi Tiyani
REFERENSI
DIKDASTIKA: Jurnal Ilmiahb Pendidikan Ke-SD-an, 4, No.2, Oktober 2018
SCHOULID: Indonesian Journal of School Cunseling Open Acces
Journal:https://jurnal.iicet.org/index.php/schoulid