Anda di halaman 1dari 5

Machine Translated by Google

JURNAL LA EDUSCI
VOL. 01, MASALAH 06 (037-041), 2020
DOI: 10.37899/journallaedusci.v1i6.288

Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Siswa

Valeriy Thilavongsa1 , Peter Phoumai 1, Souvandee1

Fakultas Pendidikan, Universitas Nasional Laos

Penulis Koresponden: Veleriy Thilavongsa


Info Artikel Abstrak
Sejarah artikel: Tulisan ini bertujuan untuk membahas hubungan antara bakat, kreativitas dan
Diterima 4 Desember 2020 prestasi. Bakat dapat mempengaruhi prestasi seseorang agar mampu
Diterima dalam bentuk revisi 27 berprestasi, selain untuk mewujudkan bakat diperlukan pula pengetahuan,
Desember 2020 pengalaman dan motivasi yang luas yang mendukung bakat tersebut. Seseorang
Diterima 31 Desember 2020 dengan bakat dan kreativitas yang menunjang mampu mencetak prestasi yang
baik karena seseorang dengan bakat dan kreativitas yang dikembangkan sejak
Kata kunci: dini akan terwujud dalam bentuk prestasi yang unggul. Mereka mampu
Bakat mengembangkan bakatnya melalui kreativitas yang tak terbatas sehingga
Kreativitas mampu menorehkan prestasi unggul.
Perkembangan Siswa

Perkenalan

Seorang peserta didik yang berusaha mengembangkan potensinya melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Anak mempunyai ciri-ciri khusus, seperti bakat yang diturunkan
dari orang tua atau nenek moyangnya. Setiap individu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, termasuk
bidang dan tingkat bakat yang dimilikinya.

Siswa merupakan sumber utama dan terpenting dalam proses pendidikan formal. Siswa dapat belajar tanpa guru.
Sebaliknya, guru tidak dapat mengajar tanpa siswa. Oleh karena itu, kehadiran peserta didik merupakan suatu
keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau lembaga pendidikan dan menuntut adanya interaksi antara
pendidik dan peserta didik. Selain itu siswa merupakan salah satu komponen dalam mengajar, selain faktor guru,
tujuan, dan metode mengajar.
Peserta didik adalah orang yang maju.

Sebagai calon pendidik yang baik dan tentunya profesional, calon guru diharapkan mempunyai kapasitas dan
kemampuan menghadapi peserta didik baik dalam merancang maupun mengembangkan bakat dan kreativitas
peserta didik. Oleh karena itu, dalam tulisan ini kita akan membahas tentang bakat dan kreativitas (Tomlinson et al.,
2002; Ferrari et al., 2009; Dixon et al., 2014). Berdasarkan latar belakang di atas, artikel ini bertujuan untuk
menjelaskan hubungan antara bakat, kreativitas dan prestasi.

Bakat

Bakat merupakan kemampuan alami untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum
maupun khusus. Bakat umum jika kemampuan yang berupa potensi bersifat umum, misalnya bakat intelektual
umum, sedangkan bakat khusus jika kemampuan yang berupa potensi bersifat khusus, misalnya bakat akademik,
bakat kinestetik, bakat seni, atau bakat sosial. (Walberg, 1988; Barab & Plucker, 2002; Maycock & Ikuomola, 2015;
Luo dkk., 2020).

Yang menentukan keberbakatan seorang individu bukan hanya karena kemampuan umum yang di atas rata-rata,
namun juga kreatifitas dan perbaikan diri terhadap tugas (task commitmen).
Bakat berarti kemampuan bawaan yang merupakan potensi kemampuan yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih lebih lanjut. Karena potensi atau sifatnya yang laten, maka bakat merupakan potensi yang masih memerlukan

37
ISSN 2721-0979 (Cetak), ISSN 2721-1258 (Online)
Hak Cipta © 2020, Jurnal La Edusci, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0
Machine Translated by Google

pengembangan dan praktik yang serius dan sistematis agar dapat terwujud (Martindale et al., 2005; Gagne, 2015;
Van Zyl et al., 2017).

Bakat dapat mempengaruhi prestasi seseorang agar mampu berprestasi, selain untuk mewujudkan bakat diperlukan
pula pengetahuan, pengalaman dan motivasi yang luas yang mendukung bakat tersebut. Apabila seseorang
mempunyai potensi bakat bermusik namun tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkannya, maka bakat
tersebut tidak akan berkembang dan terwujud dengan baik (menghasilkan prestasi).

Berkaitan dengan hal tersebut, US Office of Education menekankan bahwa anak berbakat memerlukan layanan dan
program pendidikan khususnya sesuai dengan potensi, minat dan kemampuannya agar dapat mewujudkan
kontribusinya kepada masyarakat dan bagi perkembangan dirinya. Jadi, bakat adalah seberapa baik seseorang
mempunyai kemampuan dalam bidang pengetahuan atau keterampilan tertentu dengan berlatih. Bakat dapat
dikembangkan secara maksimal melalui pelatihan dengan motivasi yang tinggi. Selain itu, bakat ditentukan oleh
seberapa baik kemampuan umum, kreativitas, dan komitmen siswa dalam menyelesaikan tugas (Reis & Renzulli,
2004; Young & Balli, 2014). Bakat yang berkembang secara maksimal akan memberikan kontribusi yang berarti, baik
bagi masyarakat maupun bagi pengembangan diri peserta didik yang bersangkutan.

Kreativitas

Kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri orang kreatif. Salah satunya adalah kemampuan
berpikir divergen. Kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan individu dalam menemukan berbagai
alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan. Guilford (1967) menekankan bahwa orang-orang kreatif mempunyai
cara berpikir yang lebih divergen dibandingkan dengan cara berpikir konvergen (cara berpikir individu yang
menganggap hanya ada satu alternatif jawaban terhadap suatu permasalahan.

Barron (1988) mengartikan kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, meskipun belum
tentu baru. Kreativitas merupakan perpaduan gagasan atau produk lama ke dalam bentuk baru. Dengan demikian,
yang lama menjadi dasar untuk menghasilkan yang baru. kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan mengkolaborasikan suatu gagasan. Para
ulama membahas lebih dalam bahwa kreativitas merupakan hasil interaksi individu dalam lingkungannya. Lingkungan
dapat mendukung berkembangnya kreativitas dan dapat menghambat perkembangannya.

Berdasarkan berbagai definisi kreativitas, definisi tersebut dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu person
(pribadi), pers (driving), proses (process), dan produk (product). Berdasarkan sejumlah definisi kreatif yang masuk
dalam kategori personal, dapat disimpulkan bahwa kepribadian individu kreatif merupakan titik temu antara
kecerdasan (meliputi keterampilan verbal, berpikir lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, dan
keterampilan mengambil keputusan. ); gaya kognitif (termasuk membuat aturan sendiri, melakukan sesuatu dengan
cara Anda sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu terstruktur, dan menikmati mendesain); dan kepribadian/
motivasi (termasuk fleksibilitas, dorongan untuk berprestasi, ketahanan dalam menghadapi rintangan, dan keberanian
mengambil risiko moderat).

Proses kreatif pada dasarnya adalah langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu kesadaran akan kesulitan/masalah,
membuat asumsi dan hipotesis, menguji dugaan/hipotesis, mengevaluasi dan meninjau hipotesis, dan menyimpulkan
temuan (Mednick, 1962; Buchanan & Vanberg, 1994; Lubart, 2001 ). Kategori mengemudi tidak hanya berasal dari
diri sendiri (internal) tetapi juga dari lingkungan (eksternal). Simpson menjelaskan, dorongan internal adalah kekuatan
untuk menyelesaikan masalah dengan tahapan yang tidak sesuai ketentuan. Terkait dengan dorongan lingkungan,
kreativitas tidak berkembang dalam lingkungan yang tidak menghargai imajinasi,

38
ISSN 2721-0979 (Cetak), ISSN 2721-1258 (Online)
Hak Cipta © 2020, Jurnal La Edusci, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0
Machine Translated by Google

sebuah lingkungan yang terlalu menekankan pada konformitas dan tradisi, serta kurang terbuka terhadap
perubahan.

Kategori produk kreatif menekankan orisinalitas, kebaruan, dan kebermaknaan. Produk yang dihasilkan
merupakan gabungan dari sesuatu yang sudah ada, misalnya kursi roda merupakan gabungan antara kursi dan
roda. Produk kreatif mempunyai ciri-ciri yaitu produk tersebut harus nyata, baru, dan merupakan hasil unik
individu dalam interaksinya dengan lingkungannya. Individu kreatif adalah mereka yang melibatkan diri dalam
proses kreatif, mendapat dukungan/dorongan dari lingkungan untuk menghasilkan suatu produk kreatif. Oleh
karena itu, penting untuk mengembangkan bakat kreatif anak sejak dini, dimulai dengan dorongan dari
lingkungan, khususnya lingkungan keluarga.

Hubungan antara Bakat, Kreativitas dan Prestasi


Wujud nyata dari bakat adalah prestasi, karena bakat menentukan prestasi seseorang.
Meski begitu, orang yang bertalenta belum tentu berprestasi tinggi. Sebab, bakat merupakan potensi yang
memerlukan latihan dan pengembangan secara maksimal. Bakat khusus yang dikembangkan sejak dini akan
diwujudkan dalam bentuk prestasi unggul (Greenacre, 1957; Feist, 2006; Subotnik et al., 2011). Berdasarkan
penelitian terbaru ditemukan bahwa sekitar 20% siswa SD dan SMP tergolong underachiever, artinya prestasi
belajar yang mereka peroleh berada di bawah potensi atau bakat intelektual yang sebenarnya mereka miliki.

Berdasarkan teori “ambang kecerdasan untuk kreativitas”, pada tingkat kecerdasan tertentu diperkirakan sekitar
IQ 120, terdapat hubungan yang erat antara kecerdasan dan kreativitas. Produk dengan kecerdasan yang tinggi
memerlukan tingkat kecerdasan yang tinggi pula. Teori tersebut menemukan bahwa di atas ambang batas
tersebut (IQ> 120) tidak ada lagi korelasi yang tinggi antara kecerdasan dan kreativitas. Tidak semua orang
dengan kecerdasan tinggi adalah pencipta. Misalnya, banyak anak mencapai keberhasilan akademis, namun
hanya sedikit yang menunjukkan pemikiran kreatif. Tingginya korelasi antara kecerdasan dan kreativitas sangat
bergantung pada faktor di luar kreativitas dan kecerdasan (Barron & Harrington, 1981; Haensly & Reynolds,
1989; Nusbaum & Silvia, 2011; de Manzano & Ullén, 2018).

Pengetahuan ini diolah menjadi bentuk-bentuk baru dan asli. Kreativitas tidak dapat berfungsi dalam ruang
hampa, kreativitas menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dan bergantung pada
kemampuan intelektual seseorang. Faktor lingkungan atau diri seseorang seringkali mengganggu perkembangan
kreativitas. Misalnya, cara mendidik anak yang terlalu otoriter di rumah atau di sekolah pada masa kanak-kanak
akan membekukan kreativitasnya, namun tidak mempengaruhi kecerdasannya.

Berdasarkan fakta di atas, seseorang dengan bakat dan kreativitas yang menunjang mampu mencetak prestasi
yang baik karena seseorang dengan bakat dan kreativitas yang dikembangkan sejak dini dapat diwujudkan
dalam bentuk prestasi yang unggul. Mereka mampu mengembangkan bakatnya melalui kreativitas yang tak
terbatas sehingga mampu menorehkan prestasi unggul.

Kemampuan mahasiswa dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu: faktor internal (minat, motivasi, keberanian atau
resiko, keteguhan dalam menghadapi tantangan, dan keteguhan dalam mengatasi permasalahan yang muncul).
Sedangkan faktor eksternal (kesempatan maksimal untuk pengembangan diri, perkantoran dan prasarana,
dukungan dan dorongan orang tua dan keluarga, serta lingkungan tempat tinggal). Dari gambaran di atas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan siswa masih dalam potensi dan masih dipengaruhi oleh variabel-variabel luar
dan dalam sehingga dalam realisasinya masih memerlukan pengarahan yang efisien dan maksimal.

Dalam menumbuhkan minat siswa dalam belajar, khususnya pembelajaran IPA, dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Misalnya dengan memberikan strategi pembelajaran dan media pembelajaran kepada siswa agar
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA meningkat dan 39

ISSN 2721-0979 (Cetak), ISSN 2721-1258 (Online)


Hak Cipta © 2020, Jurnal La Edusci, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0
Machine Translated by Google

siswa yang memiliki antarmuka dan bakat dalam dirinya akan lebih efektif meraih kemenangan dalam
latihan pembelajaran.
Kesimpulan

Bakat adalah kemampuan alami untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat
umum maupun khusus. Bakat umum jika kemampuan yang berupa potensi bersifat umum, misalnya
bakat intelektual umum, sedangkan bakat khusus jika kemampuan yang berupa potensi bersifat khusus,
misalnya bakat akademik, bakat kinestetik, bakat seni, atau bakat sosial. . Seseorang dengan bakat
dan kreativitas yang menunjang mampu mencetak prestasi yang baik karena seseorang dengan bakat
dan kreativitas yang dikembangkan sejak dini akan terwujud dalam bentuk prestasi yang unggul.
Mereka mampu mengembangkan bakatnya melalui kreativitas yang tak terbatas sehingga mampu
menorehkan prestasi unggul. Pendidik atau guru agar kedepannya lebih mampu mengembangkan
bakat dan kreativitas peserta didik sehingga mampu mencetak prestasi unggul baik dalam bidang
akademik maupun non akademik.

Referensi

Barab, SA, & Pemetik, JA (2002). Orang pintar atau konteks cerdas? Kognisi, kemampuan, dan
pengembangan bakat di zaman pendekatan yang terletak pada pengetahuan dan pembelajaran.
Psikolog pendidikan, 37(3), 165-182.

Barron, F. (1988). Mewujudkan kreativitas. Hakikat kreativitas, 76-98.

Barron, F., & Harrington, DM (1981). Kreativitas, kecerdasan, dan kepribadian. Tinjauan tahunan
psikologi, 32(1), 439-476.

Buchanan, JM, & Vanberg, VJ (1994). Pasar sebagai proses kreatif. Filsafat Ekonomi: Antologi, 2,
315-335.

de Manzano, Ö., & Ullén, F. (2018). Pengaruh genetik dan lingkungan terhadap hubungan fenotipik
antara kecerdasan, kepribadian, dan pencapaian kreatif dalam seni dan sains. Intelijen, 69,
123-133.

Dixon, FA, Yssel, N., McConnell, JM, & Hardin, T. (2014). Pengajaran yang berbeda, pengembangan
profesional, dan kemanjuran guru. Jurnal Pendidikan Orang Berbakat, 37(2), 111-127.

Feist, GJ (2006). Bagaimana perkembangan dan kepribadian mempengaruhi pemikiran ilmiah, minat,
dan prestasi. Review Psikologi Umum, 10(2), 163-182.

Ferrari, A., Cachia, R., & Punie, Y. (2009). Inovasi dan kreativitas dalam pendidikan dan pelatihan di
negara-negara anggota UE: Mendorong pembelajaran kreatif dan mendukung pengajaran
inovatif. Catatan Teknis JRC, 52374, 64.

Gagné, F. (2015). Program pengembangan bakat akademik: Sebuah model praktik terbaik. Asia Pacific
Tinjauan Pendidikan, 16(2), 281-295.

Greenacre, P. (1957). Masa kecil artis: Perkembangan fase libido dan bakat.
Studi psikoanalitik anak, 12(1), 47-72.

Gilford, JP (1967). Kreativitas: Kemarin, hari ini dan besok. Jurnal Perilaku Kreatif, 1(1), 3-14.

Haensly, PA, & Reynolds, CR (1989). Kreativitas dan kecerdasan. Dalam Buku Pegangan
kreativitas (hlm. 111-132). Springer, Boston, MA.

40
ISSN 2721-0979 (Cetak), ISSN 2721-1258 (Online)
Hak Cipta © 2020, Jurnal La Edusci, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0
Machine Translated by Google

Lubart, TI (2001). Model proses kreatif: Dulu, sekarang dan masa depan. Kreativitas
jurnal penelitian, 13(3-4), 295-308.
Luo, S., Pan, W., Wang, X., Wang, D., Tang, H., & Song, M. (2020, Agustus). Kolaborasi melalui
Kompetisi: Penggabungan Pengetahuan yang Terkoordinasi Sendiri untuk Pembelajaran
Siswa Multi-talenta. Dalam Konferensi Eropa tentang Computer Vision (hlm. 631-646).
Pegas, Cham.

Martindale, RJ, Collins, D., & Daubney, J. (2005). Pengembangan bakat: Panduan untuk praktik dan
penelitian dalam olahraga. Pencarian, 57(4), 353-375.
Maycock, EA, & Ikuomola, OA (2015). Pembelajaran dan pengembangan bakat: tinjauan dalam
konteks. Jurnal Internasional Penelitian Lanjutan di bidang Teknik & Manajemen (IJAREM),
98-111.
Mednick, S. (1962). Dasar asosiatif dari proses kreatif. Tinjauan psikologis, 69(3),
220.

Nusbaum, EC, & Silvia, PJ (2011). Apakah kecerdasan dan kreativitas benar-benar berbeda?:
Kecerdasan cair, proses eksekutif, dan penggunaan strategi dalam pemikiran divergen.
Intelijen, 39(1), 36-45.
Reis, SM, & Renzulli, JS (2004). Penelitian terkini tentang perkembangan sosial dan emosional siswa
berbakat dan berbakat: Kabar baik dan kemungkinan masa depan. Psikologi di Sekolah,
41(1), 119-130.
Subotnik, RF, Olszewski-Kubilius, P., & Worrell, FC (2011). Memikirkan kembali keberbakatan dan
pendidikan berbakat: Sebuah usulan arah ke depan berdasarkan ilmu psikologi.
Ilmu psikologi untuk kepentingan umum, 12(1), 3-54.
Tomlinson, CA, Kaplan, SN, Renzulli, JS, Purcell, J., Leppien, J., & Burns, D. (2002).
Kurikulum paralel: Sebuah desain untuk mengembangkan potensi tinggi dan menantang peserta didik
berkemampuan tinggi. Pers Corwin.

Van Zyl, ES, Mathafena, RB, & Ras, J. (2017). Pengembangan kerangka manajemen talenta untuk
sektor swasta. Jurnal SA Manajemen Sumber Daya Manusia, 15(1), 1-19.\

Walberg, HJ (1988). 14 Kreativitas dan bakat sebagai pembelajaran. Sifat kreativitas:


Perspektif psikologis kontemporer, 340.
Muda, MH, & Balli, SJ (2014). Perspektif siswa dan orang tua pendidikan berbakat dan berbakat
(GATE). Anak Berbakat Hari Ini, 37(4), 236-246.

41
ISSN 2721-0979 (Cetak), ISSN 2721-1258 (Online)
Hak Cipta © 2020, Jurnal La Edusci, Di bawah lisensi CC BY-SA 4.0

Anda mungkin juga menyukai