Oleh
Kelompok 2
Tri Aprilia Rahmawati (2114161013)
I Gede Govinda Jagadhita (2114161021)
Wafiqah Ambari (2114161045)
Muhammad Rafli Zhidni A. (2114161051)
Perkebunan merupakan salah satu sektor yang memberikan peranan cukup besar
untuk perkembangan dan stabilitas ekonomi di Indonesia. Di saat krisis melanda
Indonesia, agribisnis di bidang perkebunan ini masih tetap eksis bahkan
mengalami pertumbuhan. Di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini,
komoditas perkebunan merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang
mampu memberikan sumbangan devisa bagi negara. Oleh karena itu, diperlukan
upaya pengembangan komoditas yang bukan hanya dari segi peningkatan
kuantitas produk, melainkan disertai peningkatan kualitas, keamanan, kontinuitas
produksi dengan tingkat harga yang kompetitif sehingga mampu bersaing di pasar
internasional. Salah satu produk perkebunan Indonesia yang unggul di pasar
internasional adalah kopi dan kakao (Sya’diah, dkk. 2017).
1.2 Tujuan
Kakao Merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang memiliki kualitas
ekspor, konsumen terbesar berturut-turut adalah Eropa Barat, Eropa Timur,
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Konsumsi Cokelat dunia dalam dekade terakhir
rata-rata 1.500.000 ton per tahun. Konsumsi cokelat tersebut menunjukan
kecenderungan yang terus meningkat. Di Indonesia cokelat telah dikenal sejak
tahun 1560, tetapi baru menjadi komoditi yang penting sejak tahun 1951.
Produksi kakoa Indonesia dihasilkan dari perkebunan besar dan swasta yang
terdapat di daerah Sumatera dan Jawa, selain itu juga produksi kakao Indonesia
berasal dari perkebunan rakyat yang terdapat di wilayah Indonesia. Tingkat
produktivitas tanaman cokelat Indonesia rata-rata dapat dikatakan masih kalah
jauh bila dibandingkan dengan negara penghasil cokelat lainnya. Negara-negara
penghasil kakao terbesar di dunia adalah Pantai Gading, Ghana, Nigeria dan
Ekuador (Fadli, 2022)
Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat
mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya
dibuat tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini
dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Bunga kakao, sebagaimana
anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga
sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm), tunggal, namun nampak
terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas (Leni, 2021).
Tanaman kopi merupakan genus Coffea yang termasuk dalam familia Rubiaceae
dan mempunyai sekitar 100 spesies. Genus Coffea adalah salah satu genus penting
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan dikembangkan secara komersial,
terutama Coffea Arabika, Coffea Liberica, Coffea Kanephora diantaranya kopi
Robusta. Tanaman kopi merupakan tumbuhan tropik yang berasal dari Afrika.
Meskipun kopi merupakan tumbuhan tropik, kopi memerlukan pohon naungan
dan tidak menghendaki suhu tinggi. Suhu di atas 35oC dan suhu dingin dapat
merusak panen dan mematikan tumbuhan kopi. Tanaman kopi dapat tumbuh
dengan baik pada suhu yang berkisar 15-30C dan pada tanah subur dengan sifat
tanah antara berpasir dengan cukup humus dan dalam dengan drainase yang
cukup baik. Kawasan dengan tanah lempung dan tanah padas kurang cocok
karena tanaman memerlukan tersedianya air tanah yang cukup, tetapi tidak
menghendaki adanya genangan air (Ashabul, 2017).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu, tanggal 8 April 2023 pada pukul 10.00
WIB. Yang bertempat di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Prosedur kerja yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
3.3.1 Prosedur penanaman biji kakao
1. Disiapkan biji dari tanaman kakao kemudian dikelupas kulit ari yang terdapat
pada biji.
2. Disiapkan polybag yang sudah diisi menggunakan tanah.
3. Ditanam biji kakao pada polybag yang sudah disiapkan.
4. Dilakukan penyiraman, penyiraman dilakukan secara rutin setiap hari.
5. Dilakukan pengamatan pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao,
pengamatan dilakukan setiap minggu dengan variabel yang diamati yaitu
tinggi tanaman dan jumlah daun.
4.1 Hasil
Dari tabel di atas didapat data pengamatan sebanyak 3 kali yaitu pengamatan
pertama pada minggu kedua, pengamatan kedua pada minggu keenam dan
pengamatan ketiga pada minggu ketujuh. Didapat data tinggi bibit kakao dan
banyak daunnya serta banyak perkacambahan bakal bibit kopi yang ditanam.
Penanam bakal bibit ada dua media untuk kakao sendiri pada polybag dan untuk
kopi lansung ditanam di tanah kemudia diberi sungkup dengan daun kelapa.
Pemeliharaan dilakuan agar masa kritis bakal bibit yang ada dapat dilalui dengan
baik, untuk pemeliharaan berupa penyirangan secara teratur serta pencabutan
gulma sekitar media tanam.
4.2.2 Kopi
Kopi adalah salah satu komoditas yang sangat penting didalam perdagangan dunia
yang melibatkan beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen. Selama
beberapa tahun terakhir, volume perdagangan kopi dunia dalam bentuk ekspor dan
impor terus meningkat rata-rata 0,23% per tahun dan volume perdagangannya
mencapai 4,9 juta ton per tahun. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
mengusahakan tanaman kopi adalah bbpenggunaan bibit unggul yang bermutu.
Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam
pemakaian bibit akan berakibat buruk dalam pengusahaanya, walaupun diberikan
perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan memberikan hasil yang diinginkan,
sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan kembali karena adanya kerugian
dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah tersebut, perlu dilakukan
pembibitan yang baik. Pembibitan kopi bisa berasal dari biji (generatif) atau dari
stek, okulasi, sambung (vegetatif). (Nurseha, 2019).
Teknik pembibitan kopi ada 2 yaitu pembibitan secara generatif dan juga
vegetatif. Dalam pembibitan secara generatif umumnya menggunakan benih (biji)
untuk pembibitan secara generatif dapat diperoleh dari kebun induk yang telah
ditetapkan maupun dari pohon induk unggul yang terdapat di kebun petani.Biji
untuk pembibitan generatif diambil dari pohon yang berproduksi tinggi (produksi
buah di atas 5 kg/pohon/tahun) dalam tiga musim (stabil), sehingga dapat menjadi
benih yang baik. Kemudian untuk perbanyakan vegetatif (klonal) yang sudah
dipraktikkan secara luas di Indonesia adalah penyetekan (setek berakar) dan
penyambungan (grafting). Perbanyakan secara vegetatif (penyetekan dan
penyambungan) mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan perbanyakan
generatif (semaian biji), seperti : waktu berbuah lebih cepat, memiliki sifat yang
sama dengan induk, memiliki mutu tinggi dan kualitas hasilnya terjamin. (Ferry,
2015).
Syarat tumbuh kopi antara lain dapat ditanam pada ketinggian 0-1000 m dpl,
tetapi ketinggian optimal adalah 400-800 m dpl. Rata-rata pH tanah yang
dianjurkan 5-7. Temperatur rata-rata antara 21°C 24°C. Kopi memerlukan masa
kering kurang lebih 3 bulan, masa kering tersebut sangat diperlukan karena kopi
robusta melakukan penyerbukan silang. Curah hujan yang paling baik untuk
tanaman kopi adalah daerah yang mempunyai curah hujan optimal antara 2000
sampai 3000 mm per tahun. (Prambudi, 2019).
4.2.3 Kakao
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai
penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara. Di samping itu,
kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan
pengembangan agroindustri. Kakao merupakan tanaman tahunan yang dapat
mulai berbuah pada umur 4 tahun, dan apabila dikelola secara tepat maka masa
produksinya dapat bertahan lebih dari 25 tahun.(Juliasih, 2023)
Dalam pembibitan kakao terdapat dua cara yaitu cara vegetatif serta generatif.
Dalam pembibitan secara generatif benih yang digunakan disarankan sudah
bersertifikat, selain itu benih kakao juga tidak mengalami dormansi sehingga
harus segera disemai/dikecambahkan dan siap di pindah di tempat pembibitan di
4-12 hari setelah penanaman. Dari tempat pembibitan tanaman baru bisa di pindah
ketika tinggi nya 40-60cmdengan jumlah faun+/- 12 helai atau berumur 3-5 bulan.
Pada pembibitan secara vegetatif biasa di lakukan pada saat bibit berumur 3
bulan. Dan dapat di lakukan dengan 2 cara yaitu okulasi atau sambung pucuk.
Okulasi sendiri dilakukan dengan cara menempelkan sepotong kulit pohon yang
bermata tunas dari batang atas pada suatu irisan dari kulit pohon lain, biasa
diambil dari batang bawah, sehingga tumbuh bersatu menjadi tanaman yang baru.
Teknik sambung pucuk dilakukan dengan cara menggabungkan batang atas dan
batang bawah. Batang bawah diharapkan menjadi batang yang tahan terhadap
patogen tanah dan kokoh, sedangkan batang atas merupakan bagian yang
memiliki karakter produksi yang diinginkan.(Indah, 2014).
Syarat tumbuh bagi tanaman kakao ialah tumbuh diketinggian tempat optimum
adalah 1-600 m dpl dengan kemiringan lereng maksimum 40°dengan Kemasaman
tanah (pH) optimum 6.0-6.5. Untuk curah hujan yang baik per tahun berkisar
antara 1500 mm-2500 mm. Curah hujan saat musim kemarau sebaiknya lebih
kurang dari 100 mm per bulan dan tidak lebih dari tiga bulan. Tanaman kakao
akan tumbuh baik pada suhu 180-32°C. Temperatur maksimum 30⁰-32° C,
minimum 180-21° C. Kakao sendiri merupakan tanaman tropis yang suka akan
naungan. Jika tanaman kakao mendapatkan sinar matahari terlalu banyak akan
mengakibatkan tanaman relatif pendek dan batang menjadi kecil (Syahputra,
2021).
V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini yaitu teknik pembibitan tanaman
kopi dapat dilakukan secara generatif berupa biji dan vegetatif berupa penyetekan
(setek berakar) dan penyambungan (grafting). Sedangkan pembibitan tanaman
kakao dapat dilakukan secara generatif berupa biji dan vegetatif berupa okulasi
dan sambung pucuk.
DAFTAR PUSTAKA
Ashabul Kahpi. 2017. Budidaya dan Produksi Kopi di Sulawesi Bagian Selatan
Pada Abad Ke-19. Journal of Cultural Sciences. 12(1): 13-20.
Leni Sri Widyastuti, Yonathan Parapasan, Made Same. 2021. Pertumbuhan Bibit
Kakao (Theobroma cacao L.) pada Berbagai Jenis Klon dan Jenis Pupuk
Kandang. Jurnal Agro Industri Perkebunan. 9(2): 109-118.
Ni Ketut Ayu Juliasih. 2023. Budidaya Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Cau
Chocolates Bali, Jurnal Widya Biologi. 13(2):104-110.
Sya’diah, F., Ummi Kholillah, Habibul Hakim, Ikhyari Fatati, dan Imas Ulin.
2017. Budidaya Tanaman Tahunan Kopi dan Kakao di Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka). Universitas Muria Kudus. Kudus.
Ir. Pawana Nur Indah, M.Si. 2014. Budidaya Tanaman Kakao. Semesta Anugrah.
Jawa timur
Siti Abir Wulandar, Nida Kemala. 2016. Kajian Komoditas Unggulan Sub-Sektor
Perkebunan di Provinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi. 16(1): 134-141.
Winda Prambudi. 2019. Pengaruh 3 Varietas (Bp 436, Bp 234, Bp 936) Dan Dosis
Limbah Cair Biogas Terhadap Pertumbuhan Awal Kopi Robusta (Coffea
Canephora Pierre Ex Froehner). Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Malang. Malang.
Yulius Ferry. 2015. Teknologi Budi Daya Tanaman Kopi. IAARD Press. Bogor.
LAMPIRAN
Foto kegiatan