Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH FISIOLOGI BENIH


“PENGARUH SUHU PERENDAMAN TERHADAP
PERKAMBAHAN BENIH KOPI ROBUSTA”

oleh
1) Gusti Ayu Veren Eda Wulandari A41222842
2) Muhammad Rizal Yusvian A41222792
3) Ocha Putri Nindyandaru A41222182
4) Wendy Tri Prayoga A41221990
5) Yuliariska A41222039

Dosen
Putri Santika, S.ST, M.Sc
Dr. Ir. Rahmat Ali Syaban, M.si

Teknisi
Rina Sofiana, S.ST
Yuliatiningsih, S.ST

PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI BENIH


JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan yang mempunyai perakaran
yang dangkal. Secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang, sehingga tidak
mudah rebah. Bibit tanaman kopi berasal dari bibit stek, cangkokan, dan bibit
okulasi. Tanaman kopi umumnya mulai berbunga setelah berumur kurang
lebih dua tahun. Bunga keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang
utama dan cabang reproduksi tetapi bunga yang keluar dari dua tempat tersebut
biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas dan hanya
dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang
jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer.
Bunga ini berasal dari kuncup-kuncup sekunder reproduktif yang berubah
fungsinya menjadi kuncup bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang
menjadi bunga secara serempak dan bergerombol (Tjokrowinoto, 2002).
Kopi Robusta (Coffea canephora) merupakan salah satu jenis kopi yang
umumnya dibudidayakan oleh petani di daerah dataran rendah (< 700 m dpl) karena
relatif lebih tahan terhadap serangan penyakit karat daun bila dibandingkan dengan
kopi jenis Arabika (Coffea arabica). Menurut para petani, keunggulan lainnya
adalah pemeliharaan kopi jenis Robusta dianggap lebih mudah dan sederhana
atau tidak terlalu rumit (Risandewi, 2013).
Guna memaksimalkan bibit yang tumbuh di persemaian maka terlebih dahulu
dilakukan perkecambahan benih. Perlakuan pada benih dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain dengan cara mekanis, fisik maupun kimia. metode yang
paling praktis karena dalam perkecamabahan adalah dengan merendam benih
kopi pada air bersuhu tinggi. Perendaman menggunakan air bersuhu tinggi teruji
efektif menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan dan memicu
pembentukan hormon pertumbuhan sehingga biji dapat berkecambah (Raharjo,
2012). Sehubungan hal tersebut diatas, maka akan dilaksanakan penelitian
dengan judul “Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih Kopi
Robusta”.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan
dan perkecambahan benih kopi robusta dengan 4 (empat) perlakuan perendaman
yang berbeda,yaitu benih yang langsung dikecambahkan, dihilangkan kulit
tanduknya (kontrol), benih direndam dengan suhu 30 ℃selama satu hari, benih
direndam dengan suhu 60 ℃ selama satu hari, dan benih yang direndam dengan suhu
90 ℃ selama satu hari.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Kopi robusta merupakan tanaman perkebunan yang berasal dari Benua Afrika,
tepatnya dari negara Ethiopia pada abad ke-9 yang memasukkan biji kopi untuk
dikombinasikan dengan makanan pokok seperti daging dan ikan. Tanaman ini mulai
dipopulerkan di dunia pada abad ke-17 di India. Kemudian , menyebar ke Benua
Eropa oleh seorang berkebangsaan Belanda dan dilanjutkan ke negara lain termasuk
ke wilayah jajahannya yaitu Indonesia (Panggabean, 2011).
Kopi masuk kewilayah Indonesia pada tahun 1696 dibawa oleh Belanda dari
Malabar, India ke Jawa dan ditanam di perkebunan Kedawung, Jakarta. Tetapi,
pembudidayaan ini gagal dikarenakan terjadinya gempa dan banjir. Tahun, 1699
Belanda kembali mendatangkan stek pohon kopi dari Malbar, kopi yang ditanam di
Indonesia menghasilkan kualitas sangat baik hal ini diketahui dari 6 sampel kopi
yang diteliti di Amsterdam. Biji kopi yang dikembangkan di pulau Jawa kemudian
dijadikan bibit untuk perkebunan di seluruh wilayah Indonesia. Ada beberapa jenis
kopi yang tersebar di Indonesia antara lain : kopi arabika, robusta, dan liberika.
Namun, yang terkenal di Indonesia yaitu kopi arabika dan robusta (Afriliana, 2018).
Kopi Robusta mampu beradaptasi lebih baik dibanding kopi Arabika. Areal
perkebunan kopi Robusta di Indonesia relatif luas karena dapat tumbuh baik pada
daerah yang lebih rendah. Kopi Robusta memiliki karakteristik fisik biji agak bulat,
lengkungan tebal dan garis tengah dari atas kebawah hampir rata (Rukmana, 2014).
Salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan kopi adalah ketersediaan
bahan tanam (benih) yang berkualitas, indikator benih berkualitas adalah memiliki
viabilitas dan vigor yang baik. Benih kopi memiliki struktur kulit biji yang keras
sehingga menyebabkan lamanya waktu perkecambahan. Oleh karena itu diperlukan
perlakuan khusus dalam meningkatkan perkecambahan semai kopi dengan cara
perendaman benih kopi.
Kopi Robusta dapat hidup di tanah agak masam, yaitu pH 5,5 – 6,5. Menurut
Indrawanto et al., (2010) Kopi jenis arabika, robusta, dan liberika merupakan jenis
kopi yang terdapat di Indonesia. Akan tetapi, kopi yang banyak dibudidayakan di
Indonesia adalah kopi jenis arabika dan robusta. Curah hujan yang sesuai untuk
tanaman kopi berkisar 1.500 sampai 2.500 mm/tahun dengan rata-rata bulan kering 3
bulan. Rata-rata suhu yang diperlukan untuk tanaman kopi berkisar 15 °C sampai 25
°C dengan kelas lahan SI atau SII.
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum “Pengaruh Suhu Perendaman Terhadap Perkecambahan Benih Kopi
Robusta” ini dilaksanakan pada hari Senin, 30 Oktober 2023 pukul 09.00-11.00 WIB di
Laboratorium TPB lantai 2, Gedung Teknik Produksi Benih, Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat:
 Gelas beaker
 Stop watch
 ATK
 Label
 Panci
 Termometer
3.2.2 Bahan:
 Kopi Robusta
 Air Panas bersuhu 30°C, 60°C dan 90°C

3.3 Prosedurkerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Panaskan air sampai mendidih
3. Pisahkan benih kopi dengan kulit tanduknya
4. Masukkan benih kopi ke dalam 4 beaker glass masing-masing 50 butir untuk
diberi perlakuan
5. Perlakuannya antara lain:
 Perlakuan 1: Kontrol (benih langsung dikecambahkan, dihilangkan
kulit tanduknya)
 Perlakuan 2: Benih tanpa kulit tanduk, direndam selam 1 hari dengan
suhu awal 30°c
 Perlakuan 3: Benih tanpa kulit tanduk, direndam selam 1 hari dengan
suhu awal 60°c
 Perlakuan 4: Benih tanpa kulit tanduk, direndam selam 1 hari dengan
suhu awal 90°c
6. Setelah air mendidih, ukur suhu air panas menggunakan termometer suhu air
sampai suhu yang diinginkan
7. Jika air panas telah mencapai suhu yang diinginkan, tuang air panas ke dalam
beaker glass
8. Tanam perlakuan kontrol pada bak perkecambahan
9. Setelah direndam 1 hari, benih kopi pada perlakuan 2, 3, dan 4 di tanam pada
bak perkecambahan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berikut ini hasil viabilitas benih kopi robusta klon bp 409 yang dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.

First Count Final Count


Perlakuan Ulangan Viabilitas (%)
KN KAbn BM BK BSTT KN KAbn BM BK BSTT
1 0 3 22 12
2 0 19 6 76
3 0 0 25 0
A 4 0 1 24 4
5 0 0 25 0
6 0 0 25 0
Rata - Rata Viabilitas (%) 15,33333333
1 0 11 14 44
2 0 9 16 36
3 0 3 22 12
B 4 0 10 15 40
5 0 12 13 48
6 0 6 19 24
Rata - Rata Viabilitas (%) 34
1 0 7 18 28
2 0 6 19 24
3 0 11 1 13 48
C 4 0 5 1 19 24
5 0 1 24 4
6 0 6 19 24
Rata - Rata Viabilitas (%) 25,33333333
1 0 0 25 0
2 0 0 25 0
3 0 0 25 0
D 4 0 0 25 0
5 0 0 25 0
6 0 0 25 0
Rata - Rata Viabilitas (%) 0

4.2 Pembahasan
Dari data hasil kegiatan praktikum menunjukkan pada pengamatan first count
21 hast pada setiap perlakuan menujukkan tidak ada pertumbuhan pada benih kopi.
Pada waktu pengamatan final count 35 hst menunjukkan bahwa perlakuan (D) benih
yang direndam dengan suhu 90° C memiliki persentase viabilitas 0%. Kemungkinan
ini disebabkan oleh suhu perendaman yang terlalu tinggi dan direndam terlalu lama
pada suhu tinggi sehingga menyebabkan jaringan tanaman itu rusak dan menghambat
pertumbuhan.
Sedangkan pada perlakuan (B) benih direndam pada suhu 30°C selama satu
hari menujukkan persentase viabilitas paling tinggi yaitu sekitar 34%. Hal ini
menujukkan perlakuan ini merupakan perlakuan terbaik saat melakukan pada benih
kopi agar cepat untuk tumbuh. Pada perlakuan yang lainnya yaitu perlakuan A dan C
memiliki persentase viabilitas yang baik tetapi tidak sebagus perlakuan B. Pada
praktikum kali ini banyak benih kopi yang tidak tumbuh (Benih segar tidak tumbuh)
hal ini mungkin disebabkan karena masa pertumbuhan kopi yang cenderung lama
dan juga pengaruh respirasi pada benih itu sendiri.
Hal ini juga berdampak kepada seberapa efektif proses imbibisi atau
penyerapan air pada benih kopi setelah diberikan perlakuan. Kondisi ini sesuai
dengan literatur Wahid (2006) yang menyatakan bahwa proses pada mekanisme
proses penyerapan air dapat berlangsung karena adanya proses, difusi, osmosis,
transport aktif, dan imbibisi. Imbibisi merupakan salah satu proses difusi yang terjadi
pada tanaman. Imbibisi merupakan proses masuknya air pada ruang interseluler dari
konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Pada peristiwa perendaman inilah terjadi
proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Proses imbibisi juga memiliki
kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap jenis biji tanaman. Kulit
luar dilapisi oleh endokarp yang keras berwarna coklat pucat setelah dikeringkan
merupakan jaringan hidup yang keras dibagian luar dan lunak dibagian dalam yang
mengelilingi embrio. Endosperm lateral sangat keras karena terdapat dinding sel
yang sangat tebal. Aktifitas metabolisme dinding sel dan endosperm menyebabkan
terjadinya proses perkecambahan yang sumber energi tumbuhnya berasal dari
endosperm yang terdiri dari protein, lipid dan mineral. Embrio pada biji kopi
berukuran sangat kecil dan mengandung sedikit cadangan penyimpanan nutrisi (Silva
et al., 2005).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa benih kopi yang
direndam dengan suhu 30℃ memiliki persentase viabilitas paling tinggi disbanding
yang lain. Hal tersebut diduga karena karakteristik pertumbuhan dan kemampuan
respirasi benih tersebut.

5.2 Saran
Saran untuk mahasiswa saat melakukan praktikum agar mematuhi sop agar
praktikum berjalan dengan lancar dan diperlukan ketelitian sehingga didapatkan hasil
yang tepat dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Afriliana, A. 2018. Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Yogyakarta.


CV Budi Utama.
Panggabean , Edy. (2011). Buku Pintar Kopi.1st edition.Jakarta : Agromedia Pustaka.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya: Jakarta
Risandewi, Tri. 2013. Jurnal Analisis Efisiensi Produksi Kopi Robusta di Kabupaten
Temanggung (Studi Kasus di Kecamatan Candiroto) Temanggung.
Rukmana.2014. Untung Selangit Dari Agribisnis Kopi. Lily Publisher. Yogyakarta.
Suhendra, D., S. Efendi, dan A. Anwar. 2020. Efek Perubahan Kondisi Fisik Benih
Kopi Terhadap Konsentrasi Hormon Giberelin (ga3) dan Perendaman Suhu
Air yang Berbeda. Agrosains: Jurnal Penelitian Agronomi. 22(2):109–113.
Tjokrowinoto, M. 2002. Kopi Kajian Ekonomi Sosial.Kanisius. Yogyakarta.
LAMPIRAN
First count

Final count

Anda mungkin juga menyukai