Anda di halaman 1dari 4

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

Universitas Mataram
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesa
Jl. Majapahit No. 62, Mataram, Nusa Tenggara Barat

Ujian Akhir Semester


Semester Genap 2021-2022

Nama : Yahya Ramadhan


NIM : E1C019217
Mata kuliah : Pragmatik Bahasa Indonesia
SKS :2
Semester : VI
Kelas :F
Dosen pengampu : Drs. Mochammad Asyhar, M.Pd.

Petunjuk:
1. Ujian ini dikerjakan di rumah.
2. Jawaban diserahkan hari ini, Rabu (29-06-2022), paling lambat pukul 23.59 Wita ke
alamat posel uaspragmatik22@yahoo.com dalam bentuk file doc.
3. Ketentuan umum: jawaban diketik di atas lembar kerja MsWord ukuran A4, jenis huruf
Times New Roman, ukuran huruf 12 pt, margin atas-bawah-kiri-kanan 2,5 cm, dan jarak
antarbaris satu spasi. Penyimpanannya pilih tipe file word 1997-2003 document.
4. Selamat bekerja!

Soal:
1. Jelaskan pengertian pragmatik! Deskripsikan cakupan bidang kajian pragmatik sebagai
bagian dari Lingistik!
2. Analisislah data-data di bawah ini!
a. Bukankah situ yang tadi manggil saya?
b. Sate ayam di sebelah mana?
Data a dianalisis dengan teori deiksis dan data b dianalisis dengan teori referensi.
3. Selamat bekerja.


Jawaban :
1. Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan
oleh pendengar. Pragmatik bisa dikatakan merupakan interpretasi makna dalam
intrumen berdialog (berkomunikasi). Dalam kajian pragmatik, maksud penutur
merupakan medan makna yang ditafsirkan atau dipahami dalam ruang lingkup
kontekstual. Artinya, konteks sangat berpengaruh kepada komunikan dalam
mengintepretasikan makna dan maksud dari penutur (komunikator). Manfaat belajar
bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna
yang dimaksud orang, asumsi mereka, maksid atau tujuan mereka, dan jenis-jenis
tindakan yang mereka perlihatkan ketika meraka sedang berbicara. Cakupan bidang
kajian pragmatik seperti deksis dan jarak, referensi dan inferensi, pranggapan dan
entailmen, kerja sama dan implikatur, tindak tutur dan peristiwa tutur, kesopanan dan
interaksi.
a. Deksis dan Jarak
Deksis adalah istilah penunjukan melalui bahasa yang dapat ditafsirkan jika
penutur dan pendengar dalam konteks yang sama. Perbedaan terkait konteks dalam
deksis terbagi menjadi 2 yaitu proksimal dan distal. Proksimal artinya dekat
dengan penutur, ungkapannya seperti 'ini', 'di sini', 'sekarang', sedangkan distal
artinya jauh dari penutur, ungkapannya seperti, 'itu', 'di sana', 'pada saat itu'.
Ungkapan-ungkapan tersebut berasal dari bentuk-bentuk awal yang diturunkan dan
dapat digunakan untuk menunjuk berbagai hal. Oleh sebab itu, deksis dibagi sesuai
dengan jenisnya terhadap kolidor penggunaannya seperti deksis persona yang
berkaitan dengan ungkapan terhadap personal, deksis spasial berkaitan dengan
tempat, deksis temporal berkaitan dengan waktu.
b. Referensi dan Inferensi
Dalam penggunaan deksis, tidak semua pendengar mampu menangkap makna
dan tujuan yang dimaksud oleh penutur, maka penutur bisa menambahkan atau
menggunakan bentuk ungkapan (bahasa) lain untuk memungkinkan pendengar
mengenali sesuatu seperti, 'arah jam 12 itu', 'lelaki tua itu' merupakan bentuk
referensial yang memperjelas penggunaan deksis. Agar terjadi referensi yang
sukses kita juga perlu mengenali peran inferensi (kemampuan pendengar dalam
menyimpulkan referen apa yang ada dalam benak kita). Ada beberapa versi re
c. Praanggapan dan Entailmen
Praanggapan/presuposisi adalah suatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai
kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah
penutur, bukan kalimat. Contoh, (a) 'Ibu pergi ke pasar'. Praanggapan yang muncul
dari ungkapan tersebut yaitu, (b) 'Ibu tidak ada di rumah', bisa juga, (c) Ibu akan
belanja. Sedangkan, Entailmen adalah sesuatu yang secara logis ada atau
mengikuti apa yang ditegaskan dalam tuturan. Yang memiliki entailmen adalah
kalimat, bukan penutur. Contoh, (a) 'Ibu memasak nasi di dapu', (b) 'Ibu memasak
sesuatu di dapur', (c) 'Sesuatu memasak nasi di dapur', (d) 'Ibu mamasak nasi di
sesuatu', (e) 'Beras dimasak', (f) 'Ibu sedang berada di dapur'. Kalimat a memiliki
kesinambungan dengan kalimat b,c,d,e, dan f sehingga pernyataan-pernyataan
dalam kalimat b,c,d,e, dan f dapat dikatakan benar.
d. Kerja sama dan Implikatur
Konsep tentang adanya sejumlah informasi yang diharapkan terdapat dalam
suatu percakapan hanya merupakan salah satu aspek gagasan yang lebih umum
bahwa orang-orang yang terlibat dalam satu percakapan akan bekerja sama satu
sama lain. Implikatur dipakai untuk memperhitungkan apa yang disarankan atau
apa yang dimaksud oleh penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang
dinyatakan secara harfiah. Yang dimaksud implikatur percakapan adalah adanya
keterkaitan antara ujaran-ujaran yang diucapkan antara dua orang yang sedang
bercakap-cakap. Keterkaitan ini tidak nampak secara literal, tetapi hanya dipahami
secara tersirat. Implikatur percakapan adalah tuturan (ujaran) yang menyiratkan
sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Dengan kata lain,
sesuatu yang dimaksud oleh penutur berbeda dengan apa yang dikatakan (tersurat).
Implikatur percakapan diartikan sebagai pemahaman terhadap percakapan dalam
konteks pragmatik (imlicature, yang sebenarnya merupakan kependen dari
conversitional implicature, ‘implikatur percakapan’). Konsep implikatur
merupakan hal yang esensial dalam pragmatik. Orang yang mampu memahami
implikatur sebuah percakapan hanyalah orang yang menguasai bahasa, kebiasaan,
konvensi budaya, dan mengetahui konsep percakapan itu. Seperti contoh,
Pr : bawakan aku makanan dan minuman
Lk : saya segera datang bawa makanan
Pada dialog di atas, dari jawaban Lk, Pr pasti beranggapan bahwa Lk telah
membawa makanan dan minuman. Sementara Lk beranggapan bahwa apa yang dia
tidak sebutkan berarti dia tidak membawanya. Artinya Lk memberikan informasi
yang lebih dari apa yang ia katakan.
e. Tindak Tutur dan Peristiwa Tutur
Tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan.
Interaksi lingual tidak hanya lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku
tindak tutur. Secara ringkas dapat dikatakan, bahwa tindak tutur adalah produk
atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan
terkecil dari interaksi lingual. Penutur dan pendengar biasanya terbantu oleh
keadaan di sekitar lingkungan tuturan itu. Keadaan semacam ini, termasuk juga
tuturan-tuturan yang lain disebut peristiwa tutur.
f. Kesopanan dan Interaksi
Kesopanan sebagai suatu konsep yang tegas, seperti gagasan tingkah laku
sosial uang baik sesuai etika yang terdapat dalam budaya. Juga memungkinkan
menentukan jumlah prinsip-prinsip umum yang berbeda untuk menjdi sopan
dalam berintraksi sosial dalam suatu budaya khusus. Implikasinya dalam bahasa
seperti sifat bijaksana, pemurah, rendah hati, dan simpatik terhadap orang lain. Hal
ini bisa diterapkan sesuai dengan norma-norma dan kode etik yang berlaku. Wajah
merupan sentral dari perwujudan yang mewakili dan merepresentasikan bentuk
makna sosial dan emosional. Oleh sebab itu, kesopanan dapat didefinisikan
sebagai alat yang digunakan untuk menunjukan kesadaran tentang wajah orang
lain. Sedangkan, interaksi adalah bentuk hubungan yang terjalin secara emosional
dan komunikatif. Keberhasilan suatu proses komunikasi dapat ditentukan dari
tingkat kesopanan dalam teknis komunikatif yang memberikan kesan positif dan
mendalam untuk menyampaikan serta keberterimaan informasi dengan konkrit dan
benar
2. Analisis data
a. Analisis deksis
Bukankah situ yang tadi manggil saya?
Pada kalimat tanya di atas, terdapat ungkapan deksis yang digunakan yaitu,
kata ‘situ’ yang teridentifikasi merupakan deksis persona. Penggunaan kata ‘situ’
sebagai kata ganti dari kata ‘kamu’ pada kalimat di atas merupakan bentuk untuk
lawan tutur yang tidak dikenal. Penggunaan bentuk ‘situ’ merupakan bentuk yang
menjelaskan jarak komunikasi yang terjadi (tidak akrab) antar penutur dan lawan
tutur. Selain itu, penggunaan kata ganti seperti ‘situ’ juga digunakan untuk
membuat dakwakan kepada lawan tutur (tuduhan). Hal ini bisa diidentifikasi dari
pernyataan dan pertanyaan yang disampaikan penutur kepada lawan tutur untuk
memberikan klarifikasi sesuai dengan konteks yang terbangun dalam komunikasi
tersebut.
b. Analisis referensi
Sate ayam di sebelah mana?
Dalam konteks yang diberikan pada kalimat di atas, ‘sate ayam’ yang dikenali
bukanlah suatu benda/barang, tetapi bisa merujuk pada sebuah entitas bisa tempat
seorang pedagang sate ayam berjualan maupun orang yang duduk memesan sate
ayam atau malah asosiasi lainnya yang diinterpretasikan oleh pendengar bisa saja
muncul entitas-entitas berbeda dalam kasus di atas. Kemampuan pendengar dalam
mengenali refren sangat dipengaruhi oleh ko-teks dan konteks tuturan itu
digunakan. Pada kasus di atas, jika penutur menggunakan refren ‘sate ayam’ pada
even bazar makanan mungkin pendengar akan memahami refren sebagai entitas
tempat atau lapak penjual sate ayam.

Anda mungkin juga menyukai