Anda di halaman 1dari 2

Jurnal Refleksi Modul 2.

3 Supervisi Akademik

Oleh : I Made Lena Putra, S.Pd

CGP Kab. Gianyar Angkatan 7 SMK PGRI 2 Gianyar

Sebelum mempelajari modul 2.3 ini yang berbicara tentang supervisi akademik dan

bagaimana itu dilakukan, saya mempunyai anggapan adalah supervisi akademik diperuntukan

untuk melihat bagaimana guru tersebut mengajar apakah dia sudah terampil dibidangnya atau

masih kurang baik dalam menjalankan tugasnya. Ini tentu cukup membuat pandangan bahwa

pada kegiatan supervisi akademik nanti saya harus melakukan yang terbaik agar saya dianggap

baik oleh kepala sekolah. Tetapi setelah saya mempelajari modul ini anggapan itu

terbantahkan. Dimana saya selalu berpikir kurang baik tentang supervisi akademik, dan

sekarang saya memandang supervisi akademik merupakan upaya menggali potensi diri yang

mungkin belum pernah saya pikirkan dan patut untuk dicoba untuk mendapatkan hasil yang

lebih baik.

Selama mempelajari modul ini saya memahami bahwa ketika supervisi akademik

dilakukan, kita selaku supervisor dapat melakukan metode coaching untuk membantu coachee

menemukan solusi dari permasalahannya. Ketika kita menjadi seorang coach, kita harus

memahami kompetensi inti yang harus dimiliki diantaranya; kehadiran penuh, mendengarkan

secara aktif, serta mengajukan pertanyaan yang berbobot. Untuk dapat mengajukan pertanyaan

yang berbobot tentunya kita harus mampu memberikan perhatian penuh kepada coachee. Kita

dapat melatih keterampilan menghadirkan kesadaran penuh dengan menikmati sebuah bacaan

yang sedang kita baca agar senantiasa kita bisa mengikuti alur dari cerita dan menyimak dengan

baik. Maka, ketiak kita mendengarkan kita harus mendengarkan dengan RASA ( Harus

memiliki kepekaan terhadap coachee, meng-appresiasi apa yang coachee sampaikan,

menyimpulkan dan membuatan pertanyaan). Setelah mampu menjadi pendengar yang aktif,
maka keterampilan mengajukan pertanyaan yang berbobot akan mulai terbentuk . Untuk

melakukan coaching dengan baik, kita bisa menerapkan alur Tirta yang terdiri dari tujuan

percakapan dan apa yang diharapkan nantinya setelah kegiatan percakapan, identifikasi

permasalahan, rencana aksi yang akan dilakukan, serta bentuk tanggung jawab.

Berkaitan dengan rencana kedepannya saya akan mencoba mempergunakan pengetahuan

ini untuk meningkatkan motivasi diri sendiri, teman sejawat, serta tidak kalah penting adalah

peserta didik . Besar harapan saya , dengan melakukan teknik coaching ini, warga sekolah

memiliki budaya positif untuk mampu menggali potensi diri yang ada pada diri mereka. Tidak

sampai disitu , apa yang peroleh saat ini, perlu mendapatkan ruang untuk berbagi dengan teman

sejawat melalui kegiatan desiminasi. Ini merupakan bentuk pengimbasan kepada warga

sekolah untuk senantiasa membangun budaya positif disekolah. Demikian yang bisa saya

sampaikan, dengan penuh harapan ini akan menjadi langkah kecil yang akan memberikan

dampak yang besar pada peningkatan pendidikan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai