Anda di halaman 1dari 4

JURNAL REFLEKSI MODUL 2.

Dewy Indah Purwanti


SMA Negeri 5 Cilegon
CGP Angkatan 8
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN
MODUL 2.3. Coaching untuk Supervisi Akademik

Fact ( peristiwa )
Setelah belajar banyak tentang modul 2.2 tentang pembelajaran Sosial Emosional
{PSE} .Pembelajaran 2.3 Diawali dari mulai diri dendiri, yaitu memahami materi
secara pribadi dan juga mendengarkan bermacam-macam video kemudian
menjawab berbagai pertanyaan,
Pada dasarnya saya pribadi masih merasa belum paham tentang apa itu supervisi
Akademik dengan model coaching , namun pada akhirnya mulai sedikit pahan
setelah adanya diskusi Bersama dan juga ruang kolaborasi yang
disediakan,Dalam kegiatan ruang kolaborasi disampaikan juga perbedaan antara
coaching,mentoring, konseling,fasilitasi,dan training.yang kesemuanya itu
sangatlah berbeda,
CGP juga di berikan pertanyaan yang menyangkut bagaimana perasaanya Ketika
di supervise, dan diminta menjelaskan proses supervise akademik yang edial,
yang menumbuhkan diri CGP menjadi pribadi yang mampu menjadi pemimpin
/kepala sekolah.
Inti dari Coaching supervise Akademik yaitu serangkaian aktifitas yang
bertujuan untuk memberikan dampak secara langsung pada guru dalam kegiatan
yang bermakna di kelas.
Kopetensi inti coaching dilakukan dengan percakapan alur TIRTA yang diawali
dengan Latihan di ruang kolaborasi dan juga praktek yang dilaksanakan secara
kelompok, serta refleksi yang dilakukan Bersama rekan , pemahaman saya , apa
supervise berbasis ciaching , yaitu supervise yang sifatnya mengantarkan
seseorang,lebih kepada kemitraan yang bertujuan untuk membangun
ide,menfasilitasi pertumbuhan,menumbuhkan ide ide baru,dalam sarana
pengembangan potensi. hal yang penting adalah bagaimana adanya
pemberdayaan cochee bukan menggurui atau bahkan memberikan sulusi
terhadap coachee.
Menurut KHD lebih kepada menuntun kekuatan kodrat dalam memperbaiki
lakunya, jadi coaching adalah menuntun potensi agar mencapai keselamatan
sebagai manusia,atau anggota masyarakat.
“ Guru Membebaskan murid untuk menemukan kekuatan dirinya dan pendidik
sebagai pamong, dalam memberdayakan potensi yang ada agar murid
menemukan kekuatan dirinya.

Feeling (Perasaan)
Selama belajar di modul 2.3 tentang coaching supervisi akademik, diawali
dengan Ruang kolaborasi,saya merasa senang karena membuka wawasan, dan
juga merasa bisa berbagi pengalaman sesama teman yang nantinya akan kita
gunakan dalam pembelajaran yang berpihak pada murud sehingga mampu
merubah paradigma yang ada.
Dari sisi lain saya merasa cemas tidak bisa mengerjakan tepat waktu karena
berbenturan dengan tugas akhir kuliah saya yang juga banyak menuntut waktu
dan juga beberapa kegiatan sekolah lain yang menyita waktu. Sampai saat ini
saya belum bisa pembagian waktu yang tepat akhirnya banyak tugas pada LMS
sering tidak maksimal.
Dalam praktik menjadi Coach dan coachee saya merasa sangat beruntung
mendapatkan patner bu Erna yang sangat menyeangkan sehingga percakapan
mengalir begitu saja dan tidak terasa namun dari situlah sulusi -solusi kami
dapatkan tanpa ada keterpaksaa, sumbang ide dari coach. Selain itu saya sangat
bangga bahwasanya patner saya juga merasakan hal yang sama.

Pembelajaran.( Finding )
Dari pembelajaran modul 2.3 coaching supervise Akademik saya merasakan
mendapat ilmu yang sangat berguna kelak kemudian hari untuk meningkatkan
kopetensi saya sebagai pemimpin pembelajaran , baik di sekolah,keluarga bahkan
dalam masyarakat.
Rangkaian supervise akademik ini di gunakan kepala sekolah untuk perbaikan
dan pengembangan guru di sekolah,Dari sinilah awal kepala sekolah menuntun
warganya untuk selalu mampu mengembangkan kopetensinya .
Pengembangan kebutuhan kopetensi diri dan orang lain dengan menggunakan
pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan sangatlah di prioritaskan,Pendekatan
yang biasa digunakan adalah pendekatan yang diawali dengan paradigma
pengembangan yang memberdayakan agar terarah dan berkelanjutan.salah
satunya adalah coaching supervise akademik,yaitu membuka seseorang untuk
memaksimalkan kinerjanya.
Coachin didifinisikan sebagai sebuah peoses kolaborasi yang focus pada solusi,
berorentasi pada hasil tersistemmatis.

Penerapan( Future)
Dari pembelajaran modul 2.2 dan 2.3 ini saya secara pribadi terilhami untuk
mencoba menjadi bagian dari agen perubahan dan dimulai dari diri, rekan , dan
komunitas sekolah untuk menjadikan yang terbaik.
Pembelajaran berdeferensiasi yang mengitegrasikan Pendidikan social
emosional, juga kopetensi social emosional. Sangatlah berguna dalam melakukan
supervise akademik Bersama teman sejawat dan siswa pada khususnya.
Berdasarkan paradigma berfikir coacing yaitu Fokus pada rekan,bersikap
terbuka,memiliki kesadaran yang kuat dan mampu melihat peluang, ini
merepakan contoh dari budaya positif.mengapa dengan kesadaran yang kuat
maka akan menangkap adanya perubahan perubahan yang terjadi.
Saya sangat termotivasi untuk berkolaborasi dengan rekan sejawat dengan untuk
menerapkannya di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai