Anda di halaman 1dari 3

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN

MODUL 2.3
Oleh: Dwi Parliana
CGP Angkatan 9
SDN 2 Pakunden

Berikut ini beberapa kegiatan Pendidikan Calon Guru Penggerak (17 Nopember s.d. 7
Desember 2023)

Kegiatan Pendidikan Calon Guru Penggerak pada tanggal 28 Nopember 2022 sudah
memasuki modul 2.3. Sistem pembelajaran masih sama menggunakan LMS dengan alur
belajar MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi
Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, Aksi Nyata).

Jurnal refleksi saya kali ini menggunakan model 1 yaitu 4F (Facts, Feelings, Findings,
Future), dengan deskripsi sebagai berikut:
 Facts (Peristiwa), yaitu menceritakan pengalaman mengikuti pembelajaran pada
dwi minggu.
 Feelings (Persaaan), yaitu bagaimana perasaan saya selama pembelajaran
berlangsung.
 Findings (Pembelajaran), yaitu pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini?
 Future (Penerapan), yaitu aksi/tindakan apa yang akan dilakukan setelah belajar
dari peristiwa ini.

FACTS (PERISTIWA)
Dalam 2 minggu ini saya mempelajari modul 2.3, adapun aktivitas pembelajaran
adalah:
 2.3.a.3 Mulai dari Diri
 2.3.a.4 Eksplorasi Konsep
 2.3.a.4.1 Eksplorasi Konsep Forum Diskusi
 2.3.a.5 Ruang Kolaborasi
 2.3.a.6 Demonstrasi Kontekstual
 2.3.a.7 Elaborasi Pemahaman
 2.3.a.8 Koneksi Antar Materi
 2.3.a.9 Aksi Nyata

Pembelajaran modul 2.3 ini adalah tentang coaching untuk supervise akademik.
Pada modul ini CGP mempelajari tentang apa itu coaching, perbedaan coaching,
monitoring, fasilitasi, training, dan konseling, alur TIRTA sebagai langkah dalam proses
coaching. 4 Kompetensi inti dalam coaching. Serta hal-hal lain lagi yang berkaitan
dengan coaching untuk supervise akademik.
Pada tahap alur belajar merdeka “Mulai Dari Diri”. CGP diminta untuk menuliskan
tentang pengalamannya merefleksikan pengalaman dan perasaan saat disupervisi oleh
pimpinan, pengalaman mensupervisi rekan sejawat (rekan sejawat) dan merefleksikan
makna supervise bagi pengembangan profesi sebagai seorang pendidik.
Tahap “Eksplorasi konsep”, banyak sekali materi yang saya dapatkan tentang apa
itu coaching, bagaimana menerapkannya, bagaimana coaching itu dalam proses
supervise akademik. Apa yang CGP pelajari secara mandiri melalui LMS juga dikuatkan
dengan adanya forum diskusi pada setiap akhir materi yang telah dipelajari dengan
sesame CGP lain dan dikuatkan oleh fasilitator. Tidak hanya itu, video dalam LMS juga
turut serta memupuk pemahaman CGP tentang coaching ini.
“Ruang Kolaborasi”, pada tahap ini CGP berkolaborasi dengan CGP lain secara
berpasangan untuk mempraktikkan proses coaching secara virtual dengan kasus yang
dihadapai. CGP secara bergantian berperan sebagai coach dan coachee dalam
prakteknya sehingga melatih CGP menjadi kedua perasn tersebut. Setelah proses
coaching, sesame CGP melakukan refleksi dan saling memberikan umpan balik sebagai
bahan perbaikan praktek coaching di Demonstrasi Kontektual.
“Demonstrasi Kontekstual”, CGP membentuk kelompok yang terdiri dari 3 CGP
dalam satu kelompok. Masing-masing CGP secara bergantian menjadi coach, coachee,
dan pengamat (mengamati dan memberikan umpan balik kepada coach). Demonstrasi
Kontekstual ini menjadikan CGP makin mantap dalam memahami proses coaching
menggunakan alur TIRTA.
“Elaborasi Pemahaman” juga tidak kalah menarik, dengan adanya instruktur
nasional yang turut serta memupuk pemahaman pembelajaran coaching untuk
supervise akademik. “Koneksi Antar Materi”, CGP membuat kesimpulan dan
merefleksikan diri dengan mengaitkan materi modul 2.3 ini dengan modul 2.1 dan 2.2.
“Aksi Nyata”, tahap ini saya menerapkan proses coaching untuk supervise
akademik. Saya melakukan supervisi kepada salah satu rekan kerja saya di sekolah
dengan menerapkan proses coaching untuk supervisi akademik yang meliputi tahap
percakapan pra-observasi, tahap observasi proses pembelajaran dan tahap percakapan
pasca-observasi. Supervisi yang saya lakukan berfokus pada proses pembelajaran yang
bertujuan untuk memastikan pembelajaran berpihak pada murid, supervisi akademik
juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah.
Bersamaan pembelajaran modul 2.3 ini juga bertepatan dengan jadwal
pelaksanaan pendampingan individu ke2 dan ke-3 oleh pengajar praktik. PI 2 ini
dilaksanakan berbeda dengan PI 1. PI 2 dilaksanakan dengan metode forum diskusi
tentang visi dan prakarsa perubahan sekolah yang dihadiri oleh kepala sekolah, rekan
guru dan pengajar praktik. CGP berperan sebagai pemandu jalannya forum diskusi
dengan moderator adalah pengajar praktik. Alhamdulilah PI 2 berjalan dengan lancer
dengan antusiasme rekan guru yang aktif dalam forum diskusi. Hal ini menjadikan saya
dan rekan kerja semakin semangat untuk melaksanakan program sekolah dan
menyusun program sekolah yang baru sebagai upaya mewujudkan visi sekolah.
Kegiatan PI 3 hampir sama dengan PI 1 yaitu wawancara terkait dengan umpan bali
dari kepala sekolah, rekan sejawat dan juga murid. Dalam PI 3 ini saya mengevaluasi
dan merefleksi diri terkati umpan balik 3600 dan rencana-rencana untuk pengembangan
berikutnya.

FEELINGS (PERASAAN)
Pada pembelajaran modul 2.3 ini, saya merasa sangat senang dan tambah semangat
untuk terus belajar. Karena semakin bertambah ilmu dan wawasan saya. Alhamdulilah
saya dapat menyelesaikan pembelajaran modul 2.3 ini dengan baik. Saya juga merasa
dampak positif yang sangat luar biasa selama mengikuti PGP ini. Melalui modul 2.3
tentang coaching ini, membuka pikiran saya bahwa dalam menghadapi masalah entah
itu masalah yang dihadapi murid, masalah yang dihadapi rekan kerja atau bahkan
masalah pribadi, proses coaching sangatlah membantu dalam menggali potensi dan
pengembangkan potensi baik bagi coach maupun coachee. Sebagai pendidik
keterampilan coaching perlu dimiliki sebagai bekal untuk menuntun murid dengan
segala kekuatan kodratnya (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan
sebagai manusia maupun anggota masyarakat seperti apa yang dicita-citakan oleh Ki
Hadjar Dewantara.

Melalui proses coaching murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan
dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan
memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan
kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Berdasarkan hal tersebut, saya akan
menerapkan proses coaching ini sebagai langkah saya menuntun laku murid-murid
saya. Jika keterampilan berpikir kritis ini sering diterapkan, maka akan memberi
dampak yang sangat baik bagi perkembangan pribadi diri saya sendiri dan juga orang
lain (murid/rekan kerja).

FINDINGS (PEMBELAJARAN)
Melalui modul 2.3 ini pembelajaran yang saya dapatkan adalah pengalaman dalam
menerapkan proses coaching dengana alur TIRTA. Sebenarnya hal ini pernah saya
lakukan hanya saja istilah coaching dan alur TIRTA tersebut belum saya ketahui.
Melalui proses coaching ini menjadikan saya semakin terlatih dalam menggunakan
pendekatan berpikir kritis, sehingga bisa mengajukan pertanyaan berbobot untuk
menuntun coachee menemukan solusinya. Tidak hanya itu, melalui proses coaching ini
saya dapat menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) murid-murid saya agar
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai pembelajar yang
merdeka. Pembelajaran coaching ini juga sebagai sarana komunikasi saya sebagai
pendidik kepada murid-murid saya agar mereka mendapatkan ruang kebebasan untuk
menemukan kekuatan dirinya, serta sebagai pendidik (pamong) dalam memberi
tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada pada murid agar murid tidak
kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.

FUTURE (PENERAPAN)
Setelah mempelajari modul 2.3 ini, saya harus bisa menerapkan proses coahing kepada
murid dan rekan sejawat. Karena tugas saya adalah menuntun laku murid saya untuk
merdeka, mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun anggota masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai