Disusun Oleh:
RIANGGA AFIF AMRULLOH
21/480900/PN/17405
2. CARA KERJA
Ikan- ikan tersebut diatur di dalam ember plastik yang bagian dasarnya sudah
diberi arang dan besek, kemudian bagian atasnya diberi plastik dan diberi air
seberat ikan
b) Kecap Ikan
Nanas dicuci, kemudian dipotong kecil- kecil dan blender hingga halus
Jeroan ikan dan kepala ikan ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam toples
Ditambahkan garam sebanyak 20% ke dalam toples, lalu diaduk hingga rata
Diberi nanas yang sebelumnya telah dihaluskan dan diaduk, kaku wadah ditutup
dengan rapat
Ikan dibersihkan dengan membuang kepala, jeroan, dan sisik. Dicuci bersih
menggunakan air mengalir, kemudian ditiriskan untuk mengurangi kadar air setelah
pencucian
Ditambahkan nasi putih dingin sebanyak 40% dari berat total ikan
2. PEMBAHASAN
Ikan peda merupakan produk olahan tradisional yang pembuatannya dilakukan
dengan penggaraman, lalu diikuti dengan cara fermentasi. Jenis ikan yang umumnya
digunakan adalah ikan kembung dan ikan layang. Fermentasi pada ikan peda merupakan
fermentasi spontan, yaitu tanpa penambahan starter sehingga mutu produk tidak tetap
dari waktu ke waktu (Thariq, et al. 2014). Selama proses fermentasi ini, terjadi
pemecahan protein oleh enzim proteolitik menjadi molekul yang lebih sederhana,
terutama asam glutamat. Bakteri asam laktat memiliki peran penting dalam proses
fermentasi ini yaitu mampu menghasilkan asam laktat sebagai produk akhir dari proses
metabolisme yang terjadi. Dalam proses metabolismenya, bakteri asam laktat
memanfaatkan karbohidrat sebagai nutrisi (Fajri et al., 2014).
Pada proses pembuatan ikan peda, langkah pertama yang dilakukan adalah
meyiapkan ikan kembung dan diamati organoleptiknya, meliputi pH awal dan akhir,
bentuk, warna, tekstur, dan aroma. Ikan kemudian dicuci secara menyeluruh dengan air
mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel. Selanjutnya, berat total ikan
ditimbang, kemudian diberi perlakuan penambahan garam 20%. Penambahan garam ini
bertujuan untuk memperoleh kondisi terkontrol, sehingga hanya mikroorganisme
halofilik yang dapat hidup dan menghasilkan enzim proteolitik yang akan bereaksi pada
produk (Thariq et al., 2014). Kemudian, ikan tersebut diatur dalam ember plastik yang
bagian dasarnya telah diberi arang dan besek, lalu bagian atasnya diberi plastik dan
diberi air seberat ikan. Setelah itu, inkubasi dilakukan pada suhu kamar selama periode
7 hari. Setelah proses inkubasi selesai, dilakukan pengujian organoleptik pada setiap
perlakuan, meliputi pengukuran pH awal dan akhir, bentuk, warna, tekstur, dan aroma
ikan.
Kecap ikan merupakan suatu produk hasil fermentasi yang terbuat dari ikan
maupun limbah ikan . Kecap ikan adalah cairan berwarna coklat bening hasil hidrolisis
ikan yang diberi garam dan digunakan sebagai penguat rasa atau pengganti garam pada
berbagai jenis makanan (Briani et al., 2014). Fermentasi kecap ikan dapat dilakukan
dengan fermentasi spontan. Kecap ikan yang melalui fermentasi spontan memiliki
beberapa kelebihan, yaitu nilai ekonomisnya tinggi, proses pengolahan mudah dan
murah, daya simpan lama, dan memiliki cita rasa yang enak. Akan tetapi, salah satu
kelemahannya yaitu proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup lama.
(Wicaksana & Darmanto, 2013).
Pada pembuatan kecap ikan, langkah pertama yang dilakukan adalah pencucian
jeroan dan kepala ikan. Selanjutnya, nanas dipotong kecil- kecil dan diblender hingga
halus yang berfungsi untuk menghasilkan sari nanas. Buah nanas mengandung enzim
proteolitik, yaitu bromelin, yang merupakan enzim protease yang dapat memecah
protein, sehingga meningkatkan kadar protein terlarut (Prasetyo et al., 2012).
Selanjutnya, setrilisasi wadah yang akan digunakan untuk dalam proses fermentasi agar
tidak ada untuk mencegah kontaminasi oleh mikroorganisme lain. Jeroan dan kepala
ikan ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam toples. Selanjutnya, garam
ditambahkan sebanyak 20% ke dalam toples sebagai zat antibakteri.dan kemudian
diaduk rata. Setelah itu, masukkan nanas yang telah dihaluskan dan diaduk, kemudian
wadah ditutup rapat dan disimpan selama 7 hari pada suhu ruang. Setelah 7 hari, saring
dengan menggunakan saringan kasar yang berfungsi untuk memisahkan substrat dari
hasil fermentasi (Mulidasari et al., 2019), Kemudian direbus hingga mendidih.
Selanjutnya, saring menggunakan kain halus dan direbus kembali hingga mendidih.
Langkah terakhir adalah memasukkan kecap ikan ke dalam wadah steril dan direndam
dalam air.
Pada pembuatan bekasam, langkah pertama yang dilakukan yaitu ikan dibersihkan
dengan membuang kepala, jeroan, dan sisik Kemudian, dicuci bersih menggunakan air
mengalir, lalu ditiriskan yang berfungsi untuk mengurangi kadar air setelah pencucian.
Setelah itu, dilakukan penambahan garam dan nasi putih dingin sebanyak 40% berat
total ikan yang berfungsi sebagai sumber karbohidrat. Karbohidrat ini akan menjadi
makanan dari bakteri asam laktat yang mengubah glukosa menjadi asam laktat (Syarifah
& Huda, 2016). Kemudian, diaduk ikan, garam dan nasi hingga tercampur. Selanjutnya,
ikan yang sudah tercampur dimasukkan ke dalam toples dan ditutup hingga rapat.
Disimpan selama 7 hari untuk fermentasi. Setelah 7 hari fermentasi, bekasam siap
dikonsumsi.
2. SARAN
Sebaiknya untuk praktikum berikutnya digunakan jenis ikan yang berbeda-
beda antar kelompok, agar perbandingan datanya menjadi lebih beragam..
DAFTAR PUSTAKA
Burlian, D., S. Syarifah., I. Huda. 2016. Pengaruh Kuantitas Garam Terhadap Kualitas Bekasam. Jurnal
Biota. 2(2): 151-157.
Fajri, Y., D.A.C. Sukarso., Rasmi. Fermentasi Ikan Kembung (Rastregiller sp.) Dalam Pembuatan Peda
dengan Penambahan Bakteri Asam Laktat (BAL) yang Terkandung Dalam Terasi Empang pada
Berbagai Konsentrasi Garam. Jurnal Biologi Tropis, 14(2).
Juharni, J. 2013. Pengaruh Konsentrasi Garam dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Histamin Peda
Ikan Kembung Perempuan (Rastrelinger nelectus). Jurnal Agribisnis Perikanan. 6(1): 73-80.
Leroy F, De Vuyst L. 2004. Lactic acid bacteria as functional starter cultures for the food fermentation
industry. Trends in Food Science and Technology 15: 67–78. Hugas M. 1998. Bacteriocinogenic
lactic acid bacteria for the biopreservation meat and meat products. Meat Science. 49: S139-S150
Hutkins RW. 2006. Microbiology and Technology of Fermented Foods. Lowa: IFT Press.
Blackwell Publishing Ltd. hlm 3-49. Briani, A. S., Y. S. Darmanto., L. Rianingsih. 2014.
Pengaruh Konsentrasi Enzim Papain dan Lama Fermentasi Terhadap Kualitas Kecap Ikan Rucah.
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(3): 121-128.
Mulidasari, W., Sulastri., R. F. I. Rahmayani. 2019. Pemanfaatan Crude Enzim Bromelin dari Ekstrak
Nanas (Ananas comosus L.) untuk Pembuatan Kecap Tongkol (Euthynnus affinis). Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Pendidikan Kimia. 4(1).
Nuraini, A., Ibrahim, R., & Rianingsih, L. (2014). Pengaruh penambahan konsentrasi sumber karbohidrat
dari nasi dan gula merah yang berbeda terhadap mutu bekasam ikan nila merah (Oreochromis
niloticus). Jurnal Saintek Perikanan, 10(1), 19-25.
Prasetyo, M. N., N. Sari., C. S. Budiyati. 2012. Pembuatan Kecap Dari Ikan Gabus Secara Hidrolisis
Enzimatis Mengunakan Sari Nanas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. 1(1): 270-276.
Thariq, A. S., Swastawati, F., & Surti, T. 2014. Pengaruh perbedaan konsentrasi garam pada peda ikan
kembung (Rastrelliger neglectus) terhadap kandungan asam glutamat pemberi rasa gurih
(umami). Jurnal pengolahan dan bioteknologi hasil perikanan, 3(3), 104-111.
Wicaksana, B. R. A., & Darmanto, Y. S. 2013. Pengaruh penambahan starter Pediococcus spp. pada
pembuatan kecap ikan terhadap jumlah senyawa kimia dan koloni bakteri. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan, 2(4), 31-40.
Wikandari, P.R., 2011. Potensi Bakteri Asam Laktat Indigenous sebagai Penghasil Angiotensin-I-
Converting Enzyme Inhibitor pada Fermentasi Bekasam. Disertasi. Prodi Ilmu Pangan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Wikandari, P. R., Suparmo, S., Marsono, Y., & Rahayu, E. S. 2012. Karakterisasi bakteri asam laktat
proteolitik pada bekasam. Jurnal Natur Indonesia, 14(1), 120-125.
LAMPIRAN