Oleh
produk olahan ikan, salah satu pengawetan ikan, meningkatkan nilai ekonomi dan
PRINSIP PERCOBAAN
daging dan kulit juga lemaknya untuk menghasilkan abon yang kering dan proses
RUMUS
𝑊 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡
% product = 𝑥100
𝑊 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
DIAGRAM ALIR
Ikan
Bumb Penghancuran
u
Santan Pencampur
Ikan Hancur
an
Pemasakan T =
Pencampuran
110oC, t = 7’
Pemasakan T =
120oC, t = 30’
Penggorengan
Minyak
T=140oC, t=10’
Abon Ikan
Gambar 1.1 Diagram Alir Pembuatan Abon Ikan Tuna
FOTO PROSES PERCOBAAN
8. Gambar Produk
organoleptik bahwa produk abon warna coklat, aroma khas ikan tuna, rasa gurih,
Dalam pembuatan abon ikan ini terdapat beberapa proses yang sangat penting
Dressing ini dilakukan untuk membuang bagian-bagian bahan yang tidak dapat
digunakan dalm pembuatan abon. Ikan disiangi dengan membuang bagian kepala,
sirip, insang, sisik, dan isi perutnya. Daging dibuang hanya bagian lemaknya yang
menggumpal dan bagian urat kerasnya. Sedangkan pada nabati, contohnya buah
keluwih disiangi dengan mengupas kulitnya, membuang bagian hati, dan membuang
Bahan yang telah dicuci, kemudian dikukus untuk mematangkan bahan. Secara
umum, tujuan pengukusan adalah membuat tekstur bahan menjadi empuk. Kondisi
tekstur bahan yang empuk mudah dicabik menjadi serat yang halus. Ikan memiliki
Lama pengukusan atau perebusan tidak boleh berlebihan, akan tetapi cukup
sampai mencapai titik didihnya saja. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan
penurunan mutu rupa dan tekstur bahan. Ikan yang berbeda ukurannya sebaiknya
Setelah proses pengukusan bahan ditiriskan untuk menurunkan air yang masih
tersisa pada bahan. Agar bahan cepat dingin, sebaiknya bahan diletakan pada wadah
yang cukup lebar sehingga tidak saling tumpang tindih dan pendinginan cukup
merata.
Penghancuran dilakukan agar bahan terpisah menjadi serat yang halus. Tekstur
berupa serat yang halus merupakan cirri khas dari produk abon. Untuk skala industri,
pencabikan dapat dilakukan dengan mesin. Akan tetapi untuk skala rumah tangga,
Setelah tekstur bahan menjadi serat halus, bahan dimasak dengan bumbu yang
sebelumnya telah dihaluskan, kemudian ditumis. Agar abon memiliki rasa yang gurih,
saat pemberian bumbu ditambahkan pula santan kental. Bahan dipanaskan sambil
diaduk hingga santan kering dan bumbunya meresap. Pemasakan untuk pemberian
Setelah diberi bumbu dan santan, bahan digoreng dengan minyak panas.
sebagian air dengan menggunakan energi panas dari minyak. Dengan menguapnya air,
terjadi penetrasi minyak ke dalam bahan yang digoreng. Api yang digunakan tidak
boleh terlalu besar agar bahan tidak gosong. Selama digoreng, bahan diaduk agar
matang secara merata. Penggorengan dilakukan sampai bahan berubah warna menjadi
coklat kekuning-kuningan.
Minyak untuk menggoreng biasanya ada sisanya, maka dari itu perlu dilakukan
Adapun selain proses yaitu bahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan
abon ikan ini antara lain daging ikan tuna fillet, bawang merah, bawang putih,
lengkuas, kunyit, jahe, ketumbar, merica, gula pasir, sereh, daun jeruk, garam, dan
salam.
Bahan baku yang digunakan berasal dari daging hewan atau daging ikan.
Pembuatan abon dari bahan baku daging hewan dapat dikombinasikan dengan bahan
nabati seperti keluwih dan jantung pisang. Abon yang terbuat dari bahan campuran
tentu saja kualitas dan harganya lebih murah dari pada abon yang bahan bakunya
daging murni.
Bahan baku untuk abon dipilih yang mutunya baik agar produksi yang dihasilkan
bermutu baik. Kondisi bahan harus dipilih yang masih segar. Misalnya, ikan yang
masih segar matanya belum memerah, kulitnya mengkilat, insangnya berwarna merah
Daging segar berwarna merah segar (tidak pucat), aromanya khas (tidak bau
busuk), dan bila ditekan terasa masih kenyal (tidak lunak). Daging yang baik untuk
dibuat abon, selain memiliki kondisi yang segar juga harus dipilih yang tidak
Santan merupakan emulsi lemak dalam air berwarna putih yang diperoleh dari
buah kelapa segar. Kepekatan santan yang diperoleh tergantung pada ketuaan kelapa
dan jumlah air yang dicampurkan atau ditambahkan. Penambahan santan dapat
menambah cita rasa dan nilai gizi produk yang dihasilkan. Santan memberi karena
Rempah atau sering disebut juga dengan panggilan bumbu, sering sekali
ditambahkan pada pembuatan abon, karena bumbu ini berguna untuk memberi aroma
dan rasa yang dapat membangkitkan selera makan. Bumbu ini dapat berupa seperti
umbi, akar, batang, daun, dan buah. Jenis rempah-rempah yang sering digunakan
pada pembuatan abon adalah bawang merah, bawang putih, cabai, kemiri, ketumbar,
laos, sereh, dan daun salam. Manfaat lain dari penggunaan bumbu ini adalah sebagai
Bawang merah (Allium ceva var. ascalonicum) berfungsi sebagai aroma pada
makanan. Senyawa yang menimbulkan aroma pada bawang merah adalah senyawa
sulfur yang akan menimbulkan bau jika sel bawang merah mengalami kerusakan
(Purnomo, 1997). Bawang merah menurut SNI 01-3159-1992 merupakan umbi lapis
yang terdiri dari siung-siung bernas, utuh, segar dan bersih. Bawang merah berfungsi
sebagai obat tradisional, karenan mengandung efek antiseptik dari senyawa alliin atau
alisin yang akan diubah menjadi asam piruvat, ammonia dan allisin anti mikroba
Penambahan gula dalam pembuatan abon ini bertujuan untuk menambah cita rasa
dan memperbaiki tekstur produk. Pada proses pembuatan abon, gula mengalami
reaksi millard sehingga menimbulkan warna kecoklatan yang dapat menambah daya
tarik produk abon. Gula tersebut dapat memberikan rasa manis yang dapat menambah
Fungsi garam dalam produk olahan daging adalah sebagai cita rasa, penghambat
kering sebaiknya tidak kurang dari 2%, karena konsentrasi garam yang kurang dari
1,8% akan menyebabkan rendahnya protein yang terlarut (Usmiati dan Priyanti,
2008). Poulanne et al.. (2001) menyatakan bahwa, pemberian garam dapat menjaga
keamanan pangan secara mikrobiologi, selain itu garam merupakan bahan penting
dalam pengolahan daging, memiliki kontribusi dalam daya ikat air, warna, ikatan
Penambahan garam dapat meningkatkan ion-ion tembaga, mangan dan besi. Ion-
ketengikan yang terbentuk akan bereaksi dengan asam amino. Reaksi antara
ketengikan dan asam amino disebabkan karena adanya ion-ion logam dalam Kristal
garam yang dapat membentuk pirazin yang membentuk reaksi lanjutan antara asam
menimbulkan bau sedap dan rasa gurih, komponen lain dari ketumbar adalah 26%
lemak, 17% protein, 10% pati, dan 20% gula (Purnomo, 1997).
konsentrasi 100 ppm dan 1000 ppm aktif menghambat pertumbuhan bakteri E. coli
sebesar 7 mm.
Minyak goreng dalam pembuatan abon ini berfungsi sebagai penghantar panas,
penambah rasa gurih, dan penambah nilai gizi, khususnya kalori dari bahan pangan.
Minyak goring yang digunakan dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
Minyak yang digunakan dalam pembuatan abon harus berkualitas baik, belum
berbau tengik, dan memiliki titik asap yang tinggi. Titik asap adalah suhu pemanasan
minyak sampai terbentuk akrolein yang dapat menimbulkan rasa gatal pada
tenggorokan. Minyak yang baru, memiliki nilai asap tinggi, sedangkan minyak yang
Penggunaan minyak yang sudah berkali-kali akan mempengaruhi aroma abon dan
kurang baik dari segi kesehatan. Menurut hasil penelitian, minyak yang dipakai
Bila dibandingkan dengan abon yang beredar dipasaran dapat dilihat dari
laboratorium memiliki serat yang lebih pendek dan cenderung membentuk bulatan-
bulatan. Sedangkan yang dipasaran memiliki serat yang lebih jelas lagi, perbedaan ini
dapat terjadi karena akibat proses penghancuran atau penyuwirannya yang kurang
optimal.
Abon ikan adalah jenis makanan awetan yang terbuat dari ikan laut yang diberi
bumbu, diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan
mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya awet yang
Dalam SNI 01-3707-1995 disebutkan abon adalah suatu jenis makanan kering
berbentuk khas, dibuat dari daging, direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan
Abon sebagai salah satu produk industri pangan yang memiliki standar mutu yang
acuan bahwa suatu produk tersebut memiliki kualitas yang baik dan aman bagi
konsumen. Para produsen abon disarankan membuat produk abon dengan memenuhi
(Arnis, 2014)
Semakin tinggi harga abon, kualitas abon semakin baik, dimana bahan tambahan
yang digunakan sebagai pencampur semakin sedikit atau tidak ada sama sekali.
(Arnis, 2014)
Perhatikan tekstur serat-serat pada Abon Ikan apabila anda dengan mudah
melihat serat pada abon ikan pada kemasan. Tekstur abon ikan adalah lembut
beda dengan abon sapi apabila anda melihat abon ikan yang tekturnya kasar
Perhatikan warna abon ikannya. Dengan hanya melihat sekilas saja, akan
dapat diketahui apakah abon ikan tersebut diproses dengan cara yang benar
atau tidak. Warna dari Abon ikan berkualitas baik adalah coklat keemasan
Cermati apakah ada banyak terlihat cairan atau minyak di dinding atau di
menyeluruh. Hal ini dapat mengakibatkan abon lekas basi atau tengik dan
selain itu akan mengakibatkan timbangan abon menjadi lebih berat dengan
biasanya tidak ada kode produksi, tanggal experied dan Produsen abon
ikannya.
(Arnis, 2014)
yang digoreng maupun minyak gorengnya. Suhu penggorengan yang lebih tinggi dari
pada suhu normal (168-1960C) maka akan menyebabkan degradasi minyak goreng
yang berlangsung dengan cepat (antara lain penurunan titik asap). Proses
penggorengan pada suhu tinggi dapat mempercepat proses oksidasi. Lemak pada
daging dan pada abon sapi dapat menyebabkan terjadinya oksidasi. Hasil pemecahan
ikatan rangkap dari asam lemak tidak jenuh adalah asam lemak bebas yang
merupakan sumber bau tengik. Adanya antioksidan dalam lemak seperti vitamin E
(tokoferol) dapat mengurangi kecepatan proses oksidasi lemak, tetapi dengan adanya
prooksidan seperti logam-logam berat (tembaga, besi, kobalt dan mangan) serta
logam porfirin seperti pada mioglobin, klorofil, dan enzim lipoksidasi lemak akan
pangan atau produk dapat menjadi lebih cerah karena hilangnya pigmen akibat
pelepasan cairan sel (Elviera, 1988). Adapun faktor yang menyebabkan warna coklat
pada abon yaitu gula merah yang merupakan bahan pembuat abon yang menjadikan
warna abon coklat karena terjadinya reaksi maillard yang menurut Muchtadi et al.,
(1992) menyatakan bahwa reaksi maillard adalah reaksi pencoklatan non enzimatis
Berdasarkan SNI 01-3707-1995 mengenai syarat mutu abon, abon yang dihasilkan
di labolatorium telah memenuhi syarat karena bila dilihat dai organoleptik abon
CCP dalam proses pembuatan abon ini terdapat ketika proses pemasakan. Gesekan
antara spatula logam dengan wajan dapat menyebabkan adanya logan yan iut terkikis,
sehingga abon mengandung logam berat dan abon tidak dapat dikonsumsi karena
spatula kayu.
KESIMPULAN
organoleptik bahwa produk abon warna coklat, aroma khas ikan tuna, rasa gurih,
SARAN
Saran untuk praktikum pembuatan abon ikan adalah bahwa pada saat praktikum
seharusnya praktikan dapat membagi-bagi tugas dengan praktikan lain sehingga dapat
Surakarta.
Purnomo. 1997. Studi tentang stabilitas protein daging kering dan dendeng selam
Brawijaya, Malang.
Usmiati , S, dan A. priyanti. 2008. Sifat fisikokimia dan palatabilitas bakso daging
- Perhitungan % Produk
𝑊 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
% product = 𝑥100%
𝑊 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠
66,03
= 𝑥100% = 33,015 %
200
- Perhitungan Basis
58,2
Ikan tuna 58,2 % = 100 𝑥200 = 116,24 𝑔𝑟𝑎𝑚
4,2
B. merah 4,2 % = 100 𝑥200 = 8,4 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,4
B. putih 1,4 % = 100 𝑥200 = 2,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,4
Lengkuas 1,4% = 100 𝑥200 = 2,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,47
Jahe 0,47% = 100 𝑥200 = 0,94 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,47
Kunyit 0,47 % = 𝑥200 = 0,94 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
7,02
Santan 7,02% = 100 𝑥200 = 14,04 𝑔𝑟𝑎𝑚
1,4
Ketumbar 1,4% = 100 𝑥200 = 2,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,09
Merica 0,09% = 100 𝑥200 = 0,18 𝑔𝑟𝑎𝑚
21
Sukrosa 21% = 100 𝑥200 = 42𝑔𝑟𝑎𝑚
1,4
Sereh 1,4% = 100 𝑥200 = 2,8 𝑔𝑟𝑎𝑚
2
Garam 2,8% = 100 𝑥200 = 4 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,23
Daun jeruk 0,23% = 100 𝑥200 = 0,46 𝑔𝑟𝑎𝑚
Soal Kuis
Jawaban.
1. Secara garis besar, curing dapat dilakukan dengan cara kering dan basah. Cara
26% NaCl, 5% KNO3, 0,1% NaNO2 dan 0,5% sukrosa. Curing secara basah
dengan perbandingan 1:1. Larutan garam yang dibuat adalah 26% NaCl, 2 –
direndam, cara basah ini bisa dilakukan dengan injeksi larutan curing.
meningkatkan daya ikat air, daging dan emulsifikasi lemak. Filler merupakan
bahan pengisi yang dapat meningkatkan total padatan dan memper baiki testur.
nugget mempunyai cita rasa yang baik. Pengukusan, dimana adonan nuggrt di
dengan sejenis tepung roti atau tepung panir. Pembekuan, dimana proses ini
(Anjarsari, 2010).
= 262,5 – 182
= 80,5 gram
𝑊 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔
% product = 𝑊𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠+𝑊 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑥100%
80,5
= 150+80,5 𝑥100% = 34,92 %
Soal Diskusi
Jawab : konsep pengawetan pada produk ini adalah dengan adanya pengolahan
seperti penggorengan akan membuat produk tersebut menjadi lebih awet atau dengan
pengolahan yang benar terutama dalam proses mensuir serat-serat daging, sehingga