Di susun oleh:
Lolyka : (30156123024)
Filza : (30156123022)
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Parmenides dan Sofisme.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Muhammad Ilham Usman pada mata kuliah Filsafat Umum. Selain itu, pembuatan makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan kita sebagai mahasiswa mengenai bagaimana
biografi dan apa saja konsep pemikiran Parmenides. Kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dalam menemukan referensi materi. Kami mengerti
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
Halaman............................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................................
BAB I Pendahuluan.........................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................
BAB II Pembahasan........................................................................................................
A. Biografi Parmenides.............................................................................................
B. Pemikiran Parmenides.........................................................................................
1. Sejarah Sofisme...............................................................................................
2. Pengertian Sofisme.........................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Daftar Pustaka.......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosophe, dalam bahasa Arabnya
failasuf.Segi praktis, dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti alam pikiran atau alam
berpikir. Berfiilsafat artinya berpikir. Namun, tidak semua berpikir berfilsafat. Berfilsafat
Parmenides adalah salah seorang tokoh relativisme, yang penting kalau bukan yang
terpenting. Parmenides yang lahir pada kira-kira tahun 540 SM dikatakan sebagai logikawan
pertama dalam pengertian sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosuf pertama dalam
pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak
seperti Heraklitos, misalnya, yang menggunakan metode instiusi. Ternyata Plato amat
menghargai metode Parmenides itu, dan Plato banyak mengambil dari Parmenides
Perkembangan filsafat Yunani dalam pertengahan kedua abad ke-5 SM. Zaman ini
meliputi baik aliran yang disebutkan Sofistik maupun filsafat Sokrates. Kita akan melihat
bahwa Sokrates tidak begitu bersahabat dengan kaum Sofis. Filsafat Sokrates sebagian dapat
dimengerti sebagai reaksi serta kritik atas pendapat-pendapat kaum Sofis. Namun demikian,
ada alasan juga untuk membicarakan mereka berdua dalam bab yang sama. Bukan saja
mereka hidup dalam zaman yang sama, melainkan juga mereka membaharui filsafat dengan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan filsafat Parmenides?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Parmenides
Parmenides merupakan filsuf Yunani yang lahir di Elea, sebuah kota di daerah Italia
selatan, dan sudah dewasa pada paruh abad ke 5-SM. Ia merupakan pendiri madzhab Eleatic
dan banyak berguru pada Xenophanes, guru Zeno dan banyak mempengaruhi pemikiran Plato
di masa sesudahnya. Plato menamakan dialognya Parmenides, diambil dari namanya, yang
menampilkan pendirian filosofisnya yang utama. Parmenides menulis on nature, sebuah puisi
didaktik yang terdiri dari tiga bagia: puisi pendahuluan, “Di Jalan Kebenaran” dan “Jalan
Kepalsuan atau Ilusi.” Berikut ini salah satu contoh tulisannya tentang “Jalan
Kebenaran”;“Engkau tak dapat mengetahui sesuatu yang tak ada ataupun mengutarakannya;
sebab sesuatu yang dipikirkan dan seuatu yang ada adalah sama. Lantas, bagaimanakan
sesuatu yang ada sekarang akan menjadi sesuatu di saat mendatang? Atau bagaimana ia
menjadi ada? Jika sesuatu itu menjadi ada, sesuatu itu tidak ada; begitu pula jika sesuatu itu
menjadi sesuatu di saat mendatang, maka menjadi ada itu tidak ada dan menjadi menjadi tak
ada itu tak perlu dihiraukan.”“Sesuatu yang dapat dipikirkan dan karena sesuatu itu pikiran
ada adalah sama. Karena engkau tak dapat menemukan pemikiran tanpa sesuatu yang ada,
yang karena itu bisa diutarakan.” Pada masa ini, dikisahkan oleh Plato bahwa Socrates
pernah bertemu dengan parmenides dan melakukan dialog yang ketika itu Parmenides sudah
mulai lanjut usia, dan socrates banyak belajar darinya. Ini terbukti bahwa Plato sendiri
B. Pemikiran-Pemikiran Parmenides
Parmenides merupakan filsuf yang disebut-sebut sebagai bapak logika pertama.
sebagai salah satu principia. Selain Parmenides menemukan logika dalam membangun
dalam pemikirannya tentang kebenaran absolute, yang tetap dan tidak berubah.Parmenides
membagi arah pemikiran menjadi dua jalan; The way of truth and the way of brief or
opinion.1 Pembagian ini dilatar belakangi oleh keyakinannya tentang kebenaran tunggal
(pasti, absolute) dan kebenaran semu (opinion). Dalam hal ini, Mohammad Hatta memberi
Kebenaran absolute. Kebenaran ini bersifat mutlak, apa adanya, abadi dan tak akan pernah
menjadi tidak ada. Sedangkan yang kedua, kebenaran pendapat manusia, yaitu kebenaran
yang secara objektif tidak ada kebenaran di dalamnya. Dengan perkataan lain, itu hanyalah
prasangka manusia. Prasangka itulah yang mengatakan ada yang banyak padahal “yang
banyak” itu tidak ada.2 Lebih lanjut, kami akan memberikan penjelasan lebih detail tentang
poin-poin tersebut, bahwa Parmenides sesungguhnya tidak mendefinisikan apa itu “yang
ada”. Akan tetapi, ia menyebutkan beberapa sifatnya yang meliputi segala sesuatu.
Menurutnya, yang ada itu memiliki empat sifat, yaitu: tidak bergerak, tidak tergoyahkan,
tidak berubah, tidak terhancurkamn dan tidak dapat disangkal eksistensinya. Sehingga, bagi
orang yang mengatakan bahwa “yang ada” itu tidak ada, itu berarti secara logis “yang ada itu
ada”. Karena ketika orang mengatakan bahwa “yang ada itu tidak ada” , maka ia tidak dapat
menyangkal adanya “yang ada”. Dari situ muncullah adagium terkenal dari Parmenides yang
1
Lihat A history of Philosophy, Frederick Cpleston, hlm.48
2
Penjelasan ini diuangkapkan oleh M. Hatta dalam bukunya,”Filsafat Yunani,” hlm. 22-23
3
Dikutip dari,”petualangan intelektual”, Kanisus 2004, hlm.
Kalau orang menyangkal bahwa “yang ada” itu tidak ada, dengan sendirinya orang itu
mengakui bahwa “yang ada” itu ada. Sebab, kalau benar “yang ada” itu tidak ada, maka
orang itu tidak dapat menyangkal adanya “yang ada”. Jadi, kenyataan bahwa “yang ada” itu
dapat ditolak keberadaannya menunjukkan “yanga ada” itu memang ada, sedangkan “yang
Sesuatu yang tidak ada sama sekali tidak dapat dikatakan atau dipikirkan apalagi
didiskusikan (disanggah atau diiyakan). Sebaliknya, “yang ada” itu selalu dapat dikatakan,
dipikirkan dan didiskusikan. Oleh karena itu, pernyataan Parmenides ini jadi jadi
popular:”ada dan pemikiran itu adalah sama.” Maksudnya, “yang ada’ itu selalu bisa
Untuk menjelaskan secara mudah pemikiran ini, kami akan memberikan contoh
tidak ada!”4 Tuhan yang eksistensinya ditolak oleh oleh Harkaman itu sebenarnya ada.
Artinya, Tuhan harus diterima sebagai dia “yang ada.” Mengapa demikian? Sebab, kalau
Harkaman mengatakan Tuhan itu tidak ada, maka Harkaman sudah menerima terlebih dahulu
empat proses: (1) Siapa atau apakah Tuhan itu, atau Harkaman telah mempunyai konsep
tentang Tuhan, (2) Konsep Tuhan yang telah ia pikirkan, disanggah eksistensinya olehnya
dengan berkata, (3) “Tuhan tidak ada!”. Maka, yang dapat dipikirkan dan ditolak dan
diungkapkan secara logis harus diterima bahwa yang ada itu ada.
Dalam the way of truth, Parmenides bertanya: Apakah standar kebenaran? Bagaimana
hal itu dapat dipahami? Lalu ia menjawab: “ukurannya adalah logika yang konsisten. Contoh:
ada tiga cara berpikir tentang Tuhan (1) ada, (2) tidak ada, (3) ada dan tidak ada. Parmenides
menganggap bahwa cara berpikir seperti sangatlah keliru, karena yang benar adalah:
4
Bedakan “Tuhan itu tidak ada” dengan “Tuhan itu telah mati” (Gott is tott) yang dikatakan
Fredrick Nietzsche dalam Sabda Zaratrustha. Lihat “petualangan intelektual” hlm.24
(1)ada,tidak menyakini yang tidak ada (2) sebagai ada karena yang tidak ada pastilah tidak
ada (3) pun tidak mungkin, karena tidak mungkin tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada.
1. Sejarah Sofisme
Sofis adalah nama yang diberikan kepada sekelompok filsuf yang hidup dan berkarya
pada zaman yang sama dengan Sokrates. Mereka muncul pada pertengahan hingga akhir abad
ke-5 SM. Meskipun sezaman, kaum sofis dipandang sebagai penutup era filsafat pra-sokratik
sebab Sokrates akan membawa perubahan besar di dalam filsafat Yunani. Golongan sofis
bukanlah suatu mazhab tersendiri, sebab para filsuf yang digolongkan sebagai sofis tidak
memiliki ajaran bersama ataupun organisasi tertentu. Karena itu, sofisme dipandang sebagai
suatu gerakan dalam bidang intelektual di Yunani saat itu yang disebabkan oleh beberapa
Kaum Sofis muncul pada pertengahan abad ke-5 SM. Beberapa orang filsuf sofis yang
terkenal tidak berasal dari Athena, namun semua nya pernah mengunjungi dan berkarya di
Athena.
2. Pengertian Sofisme
Sofisme berasal dari kata sofis yang berarti cerdik, pandai.Namun kemudian
berkembang artinya menjadi bersilat lidah. Sebab kaum sofis cara menyampaikan filsafatnya
dengan hal berkeliling ke kota-kota dan ke pasar-pasar. Para pemuda dilatih kemahiran
berdebat dan berpidato. Kepandaian itu untuk mempertahankan apa yang dianggap benar.
Beberapa cirri sofistik yaitu, Aliran yang disebut Sofistik tidak merupakan suatu
mazhab, yang dapat dibandingkan dengan mazhab Elea umpamanya. Bertentangan dengan
suatu mazhab, para sofis tidak mempunyai ajaran bersama. Sebaiknya Sofistik dipandang
sebagai suatu aliran atau pergerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh beberapa
factor yang timbul dalam zaman itu. Tetapi sebelum kita memandang factor-faktor itu, lebih
dahulu sepatah kata harus dikatakan tentang sanam “Sofis”. Nama “Sofis” (sophistes) tidak
digunakan sebelum abad ke-5. arti yang tertua adalah “seorang bijaksana” atau “seorang yang
Terlalu cepat kata ini dipakai dalam arti “sarjana” atau “cendikiawan”. Herodotos
memakai nama sophistes untuk Pythagoras. Pengarang Yunani yang bernama Androtion
(abad ke-4 SM) mempergunakan nama ini untuk menunjukkan “ketujuh orang bijaksana”
dari abad ke-6 dan Sokrates. Lysias, ahli pidato Yunani yang hidup sekitar permulaan abad
ke-4 nama philoshopos menjadi nama yang biasa dipakai dalam arti “sarjana” atau
“cendikiawan”, sedangkan nama sophists khusus dipakai untuk guru-guru yang berkeliling
dari kota ke kota dan memainkan peranan penting dalam masyarakat Yunani sekitar
pertengahan kedua abad ke-5. di sini kita juga mempergunakan kata “Sofis” dalam arti
terakhir ini.
Pada kemudian hari nama “Sofis” tentu tidak harum. Akibatnya masih terlihat dalam
tidak sah. Cara berargumentasi yang dibuat dengan maksud itu dalam bahasa Inggris disebut
“sophism” atau “sophistery”. Terutama Sokrates, Plato dan Aristoteles denga kritiknya atas
kaum Sofis menyebabkan nama “sofis” berbau jelek. Salah satu tuduhan adalah bahwa para
Dalam dialog Protagoras, Plato mengatakan bahwa para Sofis merupakan “pemilik
warung yang menjual barang rohani” (313 c). dan Aristoteles mengarang buku yang berjudul
dirasakan sampai pada hari ini, sebagaimana nyata dengan contoh-contoh dari bahasa Inggris
Pertama Sesudah perang Parsi selesai (tahun 449 SM), Athena berkembang pesat dalam
bidang politik dan ekonomi. Di bawah pimpinan Periklespolis inilah yang menjadi pusat
seluruh dunia Yunani. Sampai saat itu Athena belum mengambil bagian dalam filsafat dan
ilmu pengetahuan yang sedang berkembang sejak abad ke-6. Tetapi sering kali dalam sejarah
dapat kita saksikan bahwa negara atau kota yang mengalami zaman keemasan dalam bidang
politik dan ekonomi menjadi pusat pula dalam bidang intelektual dan cultural.
Demikian halnya juga dengan kota Athena. Kita sudah melihat bahwa Anaxagoras
adalah filsuf pertama yang memilih Athena sebagai tempat tinggalnya. Para Sofis tidak
membatasi tidak membatasi aktivitasnya pada polis Athena saja. Mereka adalah guru-guru
yang bepergian keliling dari satu kota ke kota lain. Tetapi Athena sebagai pusat cultural yang
baru mempunyai daya tarik khusus untuk kaum sofis. Protagoras misalnya, yang dari sudut
filsafat boleh dianggap sebagai tokoh yang utama antara para Sofis, sering-sering
mengunjungi Athena.
Kedua, Faktor Lain yang dapat membantu untuk memahami timbulnya gerakan
Sofistik adalah kebutuhan akan pendidikan yang dirasakan di seluruh Hellas pada waktu itu.
Sudah kami utarakan bahwa bahasa merupakan alat politik yang terpenting dalam masyarakat
Yunani. Sukses tidaknya dalam bidang politik sebagian besar tergantung pada kemahiran
berbahasa yang diperlihatkan dalam sidang umum, dewan harian atau sidang pengadilan. Itu
teristimewa benar dalam masa yang dibahas di sini, karena hidup politik sangat diutamakan.
Khususnya di Athena, yang sekarang mengalami puncaknya sebagai polis yang tersusun
dengan cara demokratis. Itulah sebabnya tidak mengerankan bahwa orang muda merasakan
kebutuhan akan pendidikan serta pembinaan, supaya nanti mereka dapat memainkan
peranannya dalam hidup politik. Sampai saat itu pendidikan di Athena tidak melebihi
Kaum Sofis memenuhi kebutuhan akan pendidikan lebih lanjut. Mereka mengajarkan
ilmu-ilmu seperti matematika, astronomi dan terutama tata bahasa. Mengenai ilmu yang
terakhir ini mereka boleh dipandang sebagai perintis. Dan tentu saja, kaum Sofis juga
mempunyai jasa-jasa besar dalam mengembangkan ilmu retorika atau ilmu berpidato. Selain
dari pelajaran dan latihan untuk orang muda, mereka juga memberi ceramah-ceramah dengan
Dari uraian di atas ini boleh ditarik kesimpulan bahwa kaum Sofis untuk pertama
kalinya dalam sejarah mengorganisir pendidikan untuk orang muda. Dari sebab itu paidela
(kata Yunani untuk “pendidikan”) dapat dianggap sebagai suatu penemuan Yunani. Itulah
salah satu jasa yang besar sekali, yang pengaruhnya masih berlangsung terus sampai dalam
dilukiskan sebagai berikut. Karena pergaulan dengan banyak negara asing, orang Yunani
berlainan. Dapat terjadi bahwa apa yang dengan tegas ditolak dalam kebudayaan yang satu,
sangat dihargai dalam kebudayaan yang lain. Sejarawan Yunani Herodotos yang hidup dalam
zaman ini dan banyak bepergian ke negeri-negeri lain, telah menuliskan pengalaman itu
dengan cukup jelasan dan ia menyetujui pendirian penyair Pindaros bahwa adat kebiasaan
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Monisme: Permenides memengang pandangan monisme, yang berarti bahwa
menurutnya hanya ada satu entitas atau realitas yang nyata. Menurutnya, realitas
adalah satu entitas tetap dan tidak berubah.
2. Penolakan perubahan: Parmenides menolak gagasan perubahan dan gerak.
Baginya, realitas adalah konstan dan tidak dapat mengalami perubahan atau
pergerakan. Ai berpendapat bahwa perubahan hanyalah ilusi.
4. Argumen Pemikiran: Salah satu cara yang digunakan oleh Parmenides untuk
menjelaskan pandangannya adalah melalui argumen pemikiran atau logika. Ia
mengajukan argumen bahwa "yang ada" tidak dapat menjadi "yang tidak ada,"
dan sebaliknya.
Kesimpulan utama dari pandangan filsafat Parmenides adalah bahwa realitas sejati
adalah satu entitas yang konstan dan tidak berubah, dan perubahan serta
ketidakadaan hanyalah ilusi. Pandangan ini telah memiliki pengaruh yang
signifikan dalam sejarah pemikiran filosofis.
DAFTAR PUSTAKA