BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kurikulum
mencapai gelar suatu ijazah.3 Pengertian ini sejalan dengan pandapat Crow
1
Istilah kurikulum semula berasal dari istlah yang dipergunakan dalam dunia atletik
curire yang berarti berlari. Istilah ini hubungannya dengan kata corear yang berarti
penghubung atau seseorasng yang bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat
lain. Seorang kurir haruas menempuh perjalanan untuk mencapai suatu tujuan, maka kemudian
kurikulum diartikan sebagai suatu jarak yang harus ditempuh. Lihat S. Nasution, Azas-azas
Kurikulum, bandung Jemmars, 11980, hal 5
2
Noah Webster, Webster New Twontenth Century Dictionary, (Unabrigde: William
Collin Publisher, 1980), hlm. 447
3
Umar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990),
hlm.16
4
Crow and Crow, Pengantar Ilmu Pendidikan, Edisi III, (Yokyakarta: Rake Sarasin,
1990), hlm. 75
19
5
Ibid, hal 2
6
Robert S Zais, Curriculum Principles And Foudations, (New York: Harper & Row
Publisher, 1976), hlm 7
7
Sylor And Alexander, Curriculum Planning: For Better Teacing And Leraning,
(USA: Holt Rinechart And Winston, 1954), hlm.50
20
akan memberi jawaban sekitar bidang studi atau mata pelajaran lebih
pada pengalaman,9
8
Ronald C Doll, Curriculum Improment, Decicion Making And Proses, (Inc Boston:
Aylyn & Bacon, 1974), hlm.22
9
Caswel dan Camphel, Curriculum Development , (UK: Blackwell Publisher,
Oxford.,1935), hlm. 22
10
Johnson Mourizt, Intencionality In Education, (New York: Center For Curriculum
Research, 1977), hlm.130
21
Curriculum).11
yang diatur oleh sekolah untuk memberikan keterampilan kepada anak dan
rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
Lebih lanjut dalam pasal 36 ayat (3) Undang-Undang No. 20 tahun 2003
memperhatikan :
11
Beaucham George, A Curriculum Theory, (Wilmette, Illionis: The KAGG Pres.
1975), hlm.6
12
Burhan Nugriontoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: sebuah
Pengantar Teoritis dan pelaksanaan, (Yokyakarta: BPFE, 1988), hlm.4
22
merupakan suatu jalan terang yang dilalui pendidik terhadap anak didik
yang bermakna jalan terang atau jalan terang yang dilalui manusia
pengertian kurikulum dalam arti yang sempit sampai abad ke 19. Bila
13
ABdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Yokyakarta:Ar-
Ruzzmedia, 2011), hlm.206
14
Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, Cet I, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1987), hlm 483-484
23
museum, majalah, surat kabar, siaran televisi dan siaran radio. Dengan
cara seperti ini peserta didik dapat terus mengembangkan kemajuan ilmu
jangan terlampau luas sehingga menjadi kabur dan tak funsional. Dia
kurikulum harus tahu tujuan dan apa yang dapat dicapai dalam
efektif.15
utama, dimana para orang tua tidak bisa melakukan tugas ini.
15
S.Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya, 1993), hlm.10
24
yang merupakan bagian dari persekolahan dan berisi ; Tujuan yang ingin
waktu pengajaran.
a. Pengembangan Kurikulum
16
Tim Peneliti Balai LITBANG agama Jakarta, Pengembangan kurikulum PAI di
sekolah unggulan, Jakarta: BALITBANG agama , 2013
25
telah direncanakan secara baik agar hasil yang diperoleh sesuai dengan
17
Wina sanjaya. kurikulum dan Pembelajaran teori dan praktek pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) (Jakarta:Prenada Media Group, 1990) , hlm .77
18
Suparlan, Op Cit, hlm.80
26
pendidikan, potensi daerah dan siswa (pasal 36 ayat 2). Selain itu, dalam
menengah”.
19
Nasution, S., Mengajar dengan sukses, Jakarta: Bumi Aksara 1980 hlm .12
27
muatan lokal.
ini :
IDE
PROGRAM HASIL
PEGALAMAN
SILABUS
E V A L U A S I
yang tuangkan dalam program. Ide-ide tersebut dapat berasal dari visi dan
berikutnya. 20
kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, dan orang tua peserta didik
1. Administrator Pendidikan
20
Nasution, S., Op Cit, hlm. 15
21
Nana Syaodih Sukmadinata, Op, Cit, hlm .158
29
3. Peranan guru
kurikulum yang datang dari atas. Keberhasilan belajar mengajar antara lain
pelaksana kurikulum, meskipun hanya tidak semua bisa ikut tapi hanya
5. Peranan masyarakat
peserta didik untuk hidup dalam masyarakat sebagai agen dan bagian
tersebut berada.22
22
Ibid, hlm .158
30
6. Peranan siswa
sebagainya.
atau dengan kata lain adanya azas yang manjadi pertimbangan kegiatan
a. Azas Filosofis
23
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 39
31
tersebut berlangsung.
might benefit from ( contact with general philosophy, but this contact is
menjadi satu.
24
Donal Butler, Curriculum Improvement, (Decision Making and Process, Alyyin And
Bacon), Inc,1997, hlm. 12
25
Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit, hlm. 40
32
paling utama dan pertama adalah manusia, objek filsafat juga manusia
persamaan objek ini menimbulkan pemikiran dan disiplin ilmu baru yaitu
filsafat pendidikan.26
b. Azas Psikologis
26
Zainal Arifin, Op Cit, hlm. 48
33
melalui study Longitudinal psiko analitik, sosioligoc atau studi kasus, studi
c. Azas Sosiologis
sosial budaya yang berbeda-beda, sistem ini mengatur pola kehidupan dan
27
Ibid, hlm. 46
34
d. Azas Organisatoris
banyak dikenal dan sangat luas pemakaiannya ada tiga tipe yaitu :
curriculum.28
adalah kesiapan guru, peserta didik dan alat-alat pendidikan yang tidak
29
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung: Cet II Sinar
Baru, 1992), hlm.113
36
sekolah, azas ini berkenaan dengan masalah dalam bentuk yang bagaimana
materi disajikan.
pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan
tahap perkembangannya.
30
Hilda Taba, Curriculum Development Theori And Practice, (New York: Horcort,
Brace And World Inc, 1962), hlm. 290
37
menyusun kurikulum.
maksudnya tujuan, isi dan proses belajar dan mengajar yang tercakup
31
Omar Muhammad Taomy Al-Syaibani, Falsafah Tarbiyah Al-Islamiyah,
(Jakarta:Terj, Hasan Langgulung, Bulan Bintang), hlm. 525-541
32
Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit, hlm. 150
33
Ibid , hlm. 41
38
didalamnya pendidikan.
6) Penelitian
dan keterampilan
mendetail.
41
bertingkat-tingkat.
psikomotor.
kemampuan baru.
misalnya:
penggantinya.
dan lain-lain.
kegiatan belajar.
siswa.
36
Nana Syaodih Sukmadinata, Op Cit, hlm. 152-155
44
kelebihan dan kebaikan mencapai hasil yang optimal, akan tetapi juga
37
Ibid , hlm, 164
45
dari atas tetapi dari Guru-guru atau Dinas di Pemerintahan tingkat II.
di kelas. Dia lebih tahu apa yang harus dilakukan dan diperbaiki
dan jelas.
kurikulum.
didik lebih mudah dikontrol dan materi pelajaran lebih cepat dipahami.
5. Implementasi kurikulum.39
inovasi dari bawah bukan “Top Down” dari Dirjen atau Departemen
terkaid.
39
Hilda Taba, Op Cit , hlm. 347-349
47
merupakan siklus yang saling terkait. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
perencanaan
kurikulum
(1)
Penilaian Pengembangan
kurikulum kurikulum
(4) (2)
Pelaksanaan
kurikulum
(3)
kurikulum meliputi :
1. Perencanaan Kurikulum
40
Munir, Kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi, Jakarta : Alfabeta,
2010 hlm 30
41
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung; Remaja
Rosdakarya, 2011), hlm.171
42
Rusman, Manajemen Kurikulum, ( Jakarta: Rajawali Pres, 2011), hlm. 21
49
evaluasi (pengukuran).43
yang harus dilalui secara sistematis. Langkah tersebut ada empat, yakni
lainnya. Jalinan hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini
Evaluasi Tujuan
(4) (1)
Metoda Materi
(3) (2)
43
Oemar Hamalik, Op Cit , hlm. 177
44
Munir Op cit, hlm 33
50
itu dapat berupa benda konkrit baik yang berupa barang maupun tempat,
atau dapat juga berupa hal-hal yang sifatnya abstrak, misalnya cita-cita
Dengan kata lain, tujuan dapat berupa hal-hal sederhana, dapat pula hal-
macam. Ada yang hanya dengan kegiatan fisik, tetapi ada yang dengan
ilmu).45
45
Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011) hlm.3
51
nasional.
berikut :
pada :
1. Realisasi diri
3. Efisiensi ekonomi
46
Yuskal Kusman, Bahan Ajar Manajemen Kurikulum jurusan administrasi
pendidikan fakultas ilmu pendidikan , (Padang: Universitas Negeri 2001), hlm. 41
54
205).
cara :
itu tercapai.
diatas yakni; 1) cari dan tentukan tujuan yang ada maknanya bagi
yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan
SMP, SMU/SMK/MA.
56
47
Asep Herry Hernawan, Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:
Universitas terbuka, 2008), hlm. 1.21
57
kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi atau bahan tersebut
kemudian dijabarkan dalam pokok dan sub pokok bahasan yang secara
48
Ibid, hlm 3. 4
58
interaktif.
d. Penilaian kurikulum
pelaksanaan kurikulum
2. Implementasi Kurikulum
serta fisiknya.50
educational setting.”
49
Munir Op cit, 39
50
Oemar Hamalik, Op Cit, hlm .238
51
Rusman, Op Cit, hlm. 74
60
terdiri dari :
pelajaran dan pengenalan berbagai ciri khas daerah tertentu, bukan saja
52
Oemar Hamalik, Ibid, hlm. 238
61
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah yang
53
http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2013/kurikulum-muatan-lokal.html
54
E Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung : Remaja Rosdakarya.
2009), hlm.70
55
E.Mulyasa, Muatan Lokal KTSP, (Bandung : Remaja Rosdakarya 2010), hlm.7
56
Listyo Prabowo, Sugeng, Perencanaan Pembelajaran. (Malang : UIN Maliki
Press. 2010), hlm.52
62
kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media
sebagai bentuk budaya serta kebutuhan daerah yang wajib dipelajari oleh
Dengan kata lain, lingkungan alam adalah lingkungan hidup dan tidak
dengan kelompok sosial di suatu daerah atau sebaliknya dan antara suatu
perlu dikembangkan.
57
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta: Rineka Cipta
2004), hlm.102
63
sendiri.
58
Ibid, hlm.260-261
64
59
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, (Jakarta : Model mata pelajaran Muatan
Lokal, 2006), hlm. 5
60
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006,Standar Isi,
Lampiran Bab II Bagian B 3 butir a 1
61
Departemen Pendidikan Nasional Op Cit, hlm .4
65
beberapa kriteria yang menjadi manfaat utama bagi peserta didik dan
pendidik dijadikan sebagai salah satu faktor pendorong minat dan rasa
62
Ibid , hlm. 6
66
depan guru mampu membuka peluang dan inspirasi baik dari segi ekonomi
dapat dikembangkan.
agama dan nilai luhur bangsa. Meskipun didasarkan dari budaya setempat,
dan misi sekolah. Sekolah yang bercorakkan agama entu lebih tepat
muaan lokal.
wawasan yang luas kepada peserta didik tentang budaya yang ada di
Indonesia. Perlu disusun mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal.
arti kebijakan itu sendiri adalah hasil pemikiran manusia yang harus
68
2/1989 pasal 13 ayat 1; Pasal 37,38 ayat 1 dan Pasal 39 ayat 1, serta
63
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Standar isi Lampiran
Bab II Bagian A butir 2 b
64
Abdullah Idi, Op Cit, hlm.282-284
69
a. Pendidikan Agama,
b. Pendidikan Kewarganegaraan,
c. Bahasa,
d. Matematika,
i. Keterampilan/Kejuruan, dan
j. Muatan Lokal
Departemen Agama.
1. Persiapan
Pada tahap ini beberapa hal yang harus dilakukan guru, kepala
a. Membuat silabus
b. Menyusun RPP
d. Menentukan guru.
65
Kunandar, Guru Profisional, Iplementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertivikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hlm. 125
71
sebagai berikut :
sekolah.
2. Pelaksanaan pembelajaran
66
E.Mulyasa, Op,Cit. Hlm. 279-281
72
maksimal.
siswa.
karakteristik siswa.
siswa.
siswa.
sekian banyak jenis model yang diperkenalkan oleh para ahli, para
Pasal 77Q ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
hal :
berikut :
1. Reflective Evaluation
74
berbagai sumber
2. Formative Evaluation
3. Summative Evaluation
B. Konsep operasional
1. Persiapan
Pada tahap ini beberapa hal yang harus dilakukan guru, kepala
dimaksud adalah :
a. Membuat silabus
b. Menyusun RPP
d. Menentukan guru.
sebagai berikut :
sekolah.
2. Pelaksanaan pembelajaran
adalah :
maksimal.
siswa.
karakteristik siswa.
67
E.Mulyasa, Op,Cit. Hlm. 279-281
77
siswa.
siswa.
hal :