Anda di halaman 1dari 3

Jawab :

Soal 1: Penyimpangan Pelaksanaan dalam Penegakan Hukum: Korupsi

Penyimpangan pelaksanaan dalam penegakan hukum yang sering terjadi di Indonesia adalah
korupsi. Korupsi merujuk pada penyalahgunaan kekuasaan atau posisi untuk memperoleh
keuntungan pribadi secara tidak sah. Korupsi dapat terjadi di berbagai sektor, termasuk
pemerintahan, bisnis, dan masyarakat umum.

Korupsi memiliki dampak yang merugikan bagi negara dan masyarakat. Dampak negatif
korupsi antara lain:

1. Merugikan perekonomian: Korupsi menguras sumber daya negara yang seharusnya


digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Dana publik yang seharusnya
digunakan untuk proyek pembangunan atau pelayanan publik sering kali disalahgunakan atau
dikorupsi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

2. Merusak keadilan sosial: Korupsi dapat mengakibatkan ketimpangan sosial dan


kemiskinan. Sumber daya yang seharusnya digunakan untuk mengentaskan kemiskinan atau
memberikan pelayanan publik kepada masyarakat malah disalahgunakan oleh oknum
koruptor.

3. Merusak kepercayaan masyarakat: Korupsi mengikis kepercayaan masyarakat terhadap


pemerintah dan lembaga penegak hukum. Ketika korupsi merajalela, masyarakat akan merasa
tidak aman dan meragukan keberpihakan lembaga hukum terhadap keadilan.

4. Melemahkan sistem peradilan: Korupsi juga dapat mempengaruhi independensi dan


integritas sistem peradilan. Korupsi di kalangan hakim, jaksa, atau polisi dapat
mengakibatkan putusan hukum yang tidak adil atau pembiaran terhadap tindak korupsi.

Untuk mengatasi penyimpangan pelaksanaan dalam penegakan hukum terkait korupsi, perlu
dilakukan langkah-langkah berikut:

1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas: Pemerintah dan lembaga publik harus


mengadopsi praktik transparansi dalam penggunaan dana publik dan proses pengambilan
keputusan. Selain itu, diperlukan sistem akuntabilitas yang kuat untuk memastikan bahwa
pejabat publik bertanggung jawab atas tindakan mereka.

2. Memperkuat lembaga anti-korupsi: Lembaga anti-korupsi seperti Komisi Pemberantasan


Korupsi (KPK) perlu diberikan mandat yang kuat, sumber daya yang memadai, dan
kewenangan yang luas dalam melakukan penyelidikan, penuntutan, dan pencegahan korupsi.

3. Meningkatkan pendidikan dan kesadaran hukum: Pendidikan tentang bahaya dan dampak
negatif korupsi perlu ditingkatkan di semua tingkatan masyarakat. Kesadaran akan
pentingnya supremasi hukum dan konsekuensi hukum bagi pelaku korupsi dapat membantu
mencegah tindakan korupsi.

Soal 2
Dalam konteks pelaksanaan kekuasaan yuridis pada negara kesatuan dan federal, terdapat
perbedaan dalam struktur dan pembagian kekuasaan antara kedua sistem tersebut. Berikut ini
adalah rujukan teori ahli yang dapat digunakan untuk menjelaskan perbedaan tersebut:

1. Negara Kesatuan:

- Montesquieu: Teori pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh Montesquieu


menyatakan bahwa kekuasaan harus dibagi menjadi tiga cabang, yaitu eksekutif, legislatif,
dan yudikatif. Dalam negara kesatuan, kekuasaan umumnya terpusat pada pemerintah pusat
atau sentral, dan otoritas pusat memiliki kewenangan yang luas untuk mengatur dan
mengendalikan seluruh wilayah negara.

- Kelsen: Teori hukum positif yang dikembangkan oleh Hans Kelsen menggarisbawahi
konsep supremasi hukum. Dalam negara kesatuan, hukum positif atau peraturan perundang-
undangan menjadi otoritas tertinggi, dan semua tingkat pemerintahan, termasuk pemerintah
daerah, harus tunduk pada hukum yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

2. Negara Federal:

- James Madison: Ahli konstitusi Amerika Serikat, James Madison, mengemukakan prinsip
kebebasan dan pembagian kekuasaan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
sistem federal, kekuasaan dibagi antara pemerintah federal dan pemerintah daerah yang
memiliki kewenangan dan otonomi dalam bidang tertentu.

- Dual Federalism dan Cooperative Federalism: Teori dual federalism (federalisme dwitata)
dan cooperative federalism (federalisme kerjasama) menggambarkan hubungan antara
pemerintah federal dan pemerintah daerah dalam sistem federal. Dual federalism
menekankan pembagian kekuasaan yang tegas antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah, sedangkan cooperative federalism mengedepankan kerjasama dan ketergantungan
antara kedua tingkatan pemerintahan.

Soal 3

John Locke dan Montesquieu adalah dua filosof politik yang memberikan kontribusi penting
terhadap konsep pemisahan kekuasaan dalam sistem pemerintahan. Berikut adalah analisis
perbandingan konsep pemisahan kekuasaan menurut John Locke dan Montesquieu.

1. John Locke:

- Pemikiran Dasar: John Locke menyatakan bahwa pemisahan kekuasaan penting untuk
mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah dan melindungi hak-hak individu.
Bagi Locke, kekuasaan adalah anugerah dari rakyat, dan pemerintah bertanggung jawab
untuk melindungi hak-hak alami warga negara, seperti hak atas kebebasan, hak properti, dan
hak hidup

- Fungsi Pemisahan Kekuasaan: Menurut Locke, pemisahan kekuasaan harus dilakukan


antara legislatif (parlemen), eksekutif (pemerintah), dan federatif (hubungan luar negeri).
Fungsi pemisahan kekuasaan ini adalah untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dengan
membatasi kekuasaan pemerintah melalui prinsip checks and balances (cek dan
keseimbangan).
2. Montesquieu:

- Pemikiran Dasar: Montesquieu menyatakan bahwa pemisahan kekuasaan adalah prinsip


dasar dalam sistem pemerintahan yang baik. Ia meyakini bahwa untuk mencegah tirani dan
penyalahgunaan kekuasaan, kekuasaan harus dibagi secara horizontal antara tiga cabang
pemerintahan yang independen: eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

- Fungsi Pemisahan Kekuasaan: Montesquieu menekankan bahwa setiap cabang


pemerintahan harus memiliki kekuasaan yang terpisah dan saling membatasi. Fungsi
pemisahan kekuasaan adalah untuk menciptakan keseimbangan kekuatan, menjaga kebebasan
individu, mencegah pengambilan keputusan yang sewenang-wenang, dan memastikan adanya
kontrol dan pengawasan terhadap kekuasaan pemerintah.

Perbandingan:

- Keduanya setuju bahwa pemisahan kekuasaan adalah prinsip penting untuk mencegah
penyalahgunaan kekuasaan dan melindungi hak-hak individu.

- Locke menekankan pemisahan kekuasaan antara legislatif, eksekutif, dan federatif,


sementara Montesquieu membagi kekuasaan menjadi eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

- Locke lebih menekankan prinsip checks and balances untuk mencegah penyalahgunaan
kekuasaan, sementara Montesquieu lebih menekankan independensi dan keseimbangan
antara cabang-cabang pemerintahan.

- Locke lebih fokus pada perlindungan hak-hak alami individu, sementara Montesquieu lebih
fokus pada pembagian kekuasaan horizontal dan kontrol terhadap kekuasaan pemerintah.

Kedua konsep ini memberikan landasan bagi sistem pemerintahan yang demokratis dan
pemerintahan yang terbatas, di mana kekuasaan dipisahkan agar tidak terjadi penyalahgunaan
dan kesewenang-wenangan oleh penguasa.

Anda mungkin juga menyukai