Disusun Oleh:
Kelompok 10
MHD ILYASYAH DRI LANANG (4233550027)
AHMAD DENIL SITEPU (4232650001)
CRISTIAN JOSUA SINAGA (4233250044)
YEREMIA SETIA MAHARMAN GURNING (4233250027)
DOSEN PENGAMPU:
Drs. Khairul Amdani, M.Si.
Puji syukur kehadiran Allah Swt. atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas fisika dasar dengan
judul makalah “ REKAYASA IDE “ dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, pentujukan maupun
pedoman bagi pembaca. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah ilmu
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini membantu menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca .
Kelompok 10
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………….14
5.2 Saran……………………………………………………………………………………...14
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..15
ii
BAB 1 PENDAHULUAN
Jika kita amati lebih jauh tentang realita kompetensi guru saat ini agaknya masih
beragam. Sudarwan Danim mengungkapkan bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia
adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja guru belum sepenuhnya ditopang oleh derajat penguasaan
1
kompetensi yang memadai, oleh karena itu perlu adanya upaya yang komprehensif guna
meningkatkan kompetensi guru . Tulisan ini akan memaparkan tentang apa itu kompetensi guru
dan bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dilihat dari peran kepala
sekolah.
Dengan harapan kiranya tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan refleksi bagi para guru
maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pendidikan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Laboratorium Virtual
2. Untuk mengetahui Tujuan Laboratorium Virtual
3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan laboratorium Virual terhadap semangat dan
pemcapaian peserta didik
2
BAB II KAJIAN TEORI
Pertama, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal dengan
sudut teta terhadap garis horisontal, sebagaimana tampak pada gambar di bawah. Dalam
kehidupan sehari-hari terdapat banyak gerakan benda yang berbentuk demikian. Beberapa di
antaranya adalah gerakan bola yang ditendang oleh pemain sepak bola, gerakan bola basket yang
dilemparkan ke ke dalam keranjang, gerakan bola tenis, gerakan bola volly, gerakan lompat jauh
dan gerakan peluru atau rudal yang ditembakan dari permukaan bumi.
Kedua, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal pada
ketinggian tertentu dengan arah sejajar horisontal, sebagaimana tampak pada gambar di bawah.
3
Beberapa contoh gerakan jenis ini yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, meliputi
gerakan bom yang dijatuhkan dari pesawat atau benda yang dilemparkan ke bawah dari
ketinggian tertentu.
Ketiga, gerakan benda berbentuk parabola ketika diberikan kecepatan awal dari ketinggian
tertentu dengan sudut teta terhadap garis horisontal, sebagaimana tampak pada gambar di bawah.
4
gravitasi hanya bekerja pada arah vertikal, gravitasi tidak mempengaruhi gerak benda pada arah
horisontal.
Percepatan pada komponen x adalah nol (ingat bahwa gerak peluru hanya dipengaruhi
oleh gaya gravitasi. Pada arah horisontal atau komponen x, gravitasi tidak bekerja). Percepatan
pada komponen y atau arah vertikal bernilai tetap (g = gravitasi) dan bernilai negatif /-g
(percepatan gravitasi pada gerak vertikal bernilai negatif, karena arah gravitasi selalu ke bawah
alias ke pusat bumi).
Gerak horisontal (sumbu x) kita analisis dengan Gerak Lurus Beraturan, sedangkan Gerak
Vertikal (sumbu y) dianalisis dengan Gerak Jatuh Bebas.
Untuk memudahkan kita dalam menganalisis gerak peluru, mari kita tulis kembali persamaan
Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Jatuh Bebas (GJB).
5
BAB III IDENTIFIKASI MASALAH
Konsepsi merupakan penafsiran suatu konsep. Tafsiran konsep oleh seseorang disebut konsepsi.
Untuk memahami konsep fisika secara benar peserta didik harus memiliki konsepsi fisika yang
sesuai dengan konsepsi para ilmuan fisika atau konsepsi ilmiah. Konsepsi fisika yang tidak
sesuai dengan konsepsi ilmuan disebut miskonsepsi. Dalam memahami konsep fisika secara
benar peserta didik harus memiliki konsepsi fisika yang sesuai dengan konsepsi para ilmuan
fisika atau konsepsi ilmiah. Sesuai bukan berarti harus persis sama dengan konsepsi para ilmuan.
Tetapi harus memiliki keterkaitan makna konsepsi yang sama dengan konsepsi para ilmuan.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Van den Berg, konsepsi fisikawan biasanya tidak terlalu
sama dengan konsepsi yang dimiliki peserta didik, dikarenakan konsepsi yang dimiliki fisikawan
akan lebih kompleks, canggih, rumit, serta lebih banyak melibatkan hubungan antara konsep.
Apabila konsepsi peserta didik masih memiliki kesamaan dengan konsepsi fisikawan maka
konsepsi yang dimiliki peserta didik tersebut tidak dapat dikatakan salah. Namun apabila
konsepsi peserta didik benar-benar tidak sesuai dengan konsepsi fisikawan maka peserta didik
dapat dikatakan mengalami miskonsepsi . Miskonsepsi merupakan konsep yang tidak sesuai
dengan konsep yang diakui oleh para ahli. Miskonsepsi mencakup : 1) konsep yang salah, 2)
pengertian yang tidak tepat mengenai konsep, 3) pemaknaan konsep yang berbeda, 4) kekeliruan
konsep yang berbeda, 5) klasifikasi contoh-contoh mengenai penerapan konsep yang salah, dan
6) kaitan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar[4] . Menurut Eckstein & Shames,
miskonsepsi ialah konsepsi seseorang mengenai konsep yang tidak sejalan dengan konsepsi para
ilmuan atau masyarakat ilmiah. Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan miskonsepsi
seperti alternative conception, alternatif framework, and children 74 theory. Beberapa istilah
tersebut mengungkapkan bahwa miskonsepsi adalah teori peserta didik walupun tidak seuai
dengan para ilmuan fisika tetapi dengan sendirinya mampu terbentuk cukup logis dan konsisten.
karena itulah orang tidak menggunakan label benar atau salah, tetapi adalah “tidak sesuai”.
Wandersee Mintzes dan Novak dalam artikelnya mengenai research on alternative conceptions
in sciences bahwa miskonsepsi terjadi dalam semua bidang ilmu fisika. Dari 700 studi mengenai
miskonsepsi dalam bidang ilmu fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam
6
mekanika, 159 tentang listrik, 70 tentang panas, optika, dan sifat-sifat materi, 35 tentang bumi
dan antariksa, serta 10 tentang fisika modern. Jadi penelitian miskonsepsi dalam bidang
mekanika berada di urutan teratas dari bidang-bidang fisika lainnya.Hal ini menunjukkan bahwa
banyak terjadinya miskonsepsi dalam bidang mekananika. Beberapa ahli telah melakukan
penelitian untuk mengungkapkan miskonsepsi pada konsep gerak lurus diantaranya konsep
percepatan gravitasi dimana peserta didik beranggapan bahwa benda yang lebih berat akan jatuh
lebih cepat dari pada benda yang ringan pada peristiwa gerak jatuh bebas. Pada kaitan konsep
jarak dan perpindahan, peserta didik berpikir bahwa kedua konsep ini sama. Bentukbentuk
miskonsepsi yang ditemukan dengan menggunakan soal FCI yaitu: peserta didik tidak dapat
membedakan posisi dengan kecepatan, massa yang besar menyebabkan benda berhenti bergerak,
benda yang lebih berat jatuh lebih cepat, dan kecepatan sebanding dengan gaya yang diberikan.
Fakot-faktor yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada peserta didik yaitu : peserta didik
sendiri, guru, kesalahan metode mengajar guru, kesalahan buku pelajaran fisika, kesalahan
konteks, dan evaluasi yang tidak tepat. Penyebab yang berasal dari peserta didik antara lain
prakonsepsi, pemikiran humanistik, pemikiran asosiatif, intuisi salah, reasoning yang kurang
lengkap astau salah, perkembangan kognitif, kemampuan dan minat belajar peserta didik.
Miskonsepsi yang dialami peserta didik dalam materi gerak lurus dan gerak parabola perlu
dianalisis agar pendidik mengetahui bagaimana tingkat pemahaman peserta didiknya,
mengetahui bentuk-bentuk konsep materi gerak lurus dan gerak parabola yang miskonsepsi, dan
penyebab-penyebab terjadinya miskonsepsi pada konsep materi gerak lurus dan gerak parabola.
Karena miskonsepsi erat kaitannya dengan konsepsi-konsepsi peserta didik yang salah, maka
untuk mengetahui peserta didik yang mengalami miskonsepsi atau tidaknya sebaiknya
menggunakan soal-soal terstandar yang memang dirancang khusus untuk menguji miskonsepsi.
Oleh karena itu soal yang diuji coba dalam penelitian ini adalah soal Force Concept Invertory
mengenai gerak lurus dan gerak parabola disertai alasan terbuka beserta tingkat keyakinan (CRI)
peserta didik dalam menjawab soal. Tes soal-soal FCI telah dilakukan kepada lebih 1500 peserta
didik sekolah menengah dan lebih dari 1500 mahasiswa universitas. FCI merupakan suatu
instrumen alat ukur yang digunakan bagi peserta didik dan mahasiswa. Bentuk dari soal FCI
dalah pilihan ganda, dan pada pilihan jawaban yang salah sudah teridentifikasi jenis miskonsepsi
yang biasa terjadi dalam gerak memahami konsep gaya. Pertanyaan-pertanyaan soal FCI berkisar
kejadian sehari-hari yang mencakup klasifikasi umum dari gaya yaitu kinematika, hukum
7
newton, prinsip super posisi dan macam-macam gaya. Mengerjakan soasoal FCI tidak diperlukan
perhitungan kerena berhubungan dengan konsep mekanika sehari-hari.
8
BAB IV PEMBAHASAN
Virtual lab merupakan terobosan yang menjadi salah satu alternative untuk memberikan
pengalaman bekerja di dalam laboratorium untuk menyelenggarakan kegiatan praktikum. Virtual
lab ini merupakan gabungandari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan teori
peaksanaan praktikum di lingkup pembelajaran. Dimana untuk menjalankannya dibutuhkan
media tambahan seperti perangkat elektronik dengan memanfaatkan ketersedian jaringan internet
(online). Namun disamping hal tersebut, laboratorium virtual memungkinkan siswa berinteraksi
dan belajar tanpa terbatas waktu dan ruang (Purwati, 2015). Dalam pemanfaatan teknologi, untuk
membantu proses pembelajaran siswa berbasis praktikum jika mengalami kendala pada
keterbatasan kebutuhan pratikum salah satunya menggunakan laboratorium virtual. Laboratorium
virtual adalah media mengenai simulasi kegiatan praktikum kimia yang berbasis komputer
dengan tujuan untuk menggambarkan reaksi-reaksi kimia yang tidak dapat terlihat dalam
keadaan nyata (Totiana et al., 2012).
Laboratorium virtual merupakan situasi interkatif sains dengan bantuan aplikasi pada
komputer berupa simulasi percobaan sains. Laboratorium virtual ini cukup digunakan untuk
membantu proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan pemahaman materi pada siswa, dan
juga cocok digunakan untuk mengantisipasi terhadap ketidaksiapan laboratorium nyata (Sutrisno,
2011). Soni dan Katkar (2014) mengatakan bahwa laboratorium virtual merupakan sebuah
pengalaman interaktif dimana siswa mengamati dan memanipulasi objek sistem yang dihasilkan,
data, atau fenomena dalam rangka untuk memenuhi tujuan pembelajaran.
9
Adapun dalam laboratorium virtual ini menurut Muflika dan Setiadi (2012) memiliki
kelebihan yaitu dapat dikerjakan dimana saja dan kapan saja, tidak memerlukan alat dan bahan
kimia, dan dapat mengamati aspek molekuler, seperti pergerakan partikel, antar partikel, interaksi
antar partikel, perubahan struktur materi karena pengaruh lingkungan atau pembacaan suatu data
dalam bentuk angka dan perubahannya secara langsung.
Laboratorium virtual merupakan salah satu produk unggulan yang tercipta dar kemajuan
teknologi informasi dan laboratorium. Pelaksanaan laboratorium virtual dapat diartikan sebagai
suatu lingkungan yang interaktif untuk menciptakan serta melakukan eksperimen simulasi.
Kehadiran dari virtual lab ini bisa diibaratkan seperti taman bermain untuk siswa dalam
bereksperimen. Dalam pelaksanaannya virtual lab ini terdiri dari domain dependent program
simulasi, unit eksperimental yang disebut objek dimana mencakup file data, alat yang beroperasi
pada benda-benda, dan buku referensi. Dari komponen laboratorium virtual tersebut, dapat juga
dikatakan bahwa laboratorium virtual ini merupakan sebuah system yang dapat di gunakan untuk
mendukung system praktikum yang berjalan secara konvensional. Kehadiran dari laboratorium
virtual ini dapat memberikan kesempatan dan pegalaman kepada siswa dalam melakukan
praktikum dengan atau tanpa akses internet sehingga siswa tersebut tidak perlu hadir ke ruang
praktikum untuk melaksanakan praktikum.
10
meningkatkan keaktivan siswa dalam belajar mandiri. Pelaksanaan laboratorium virtual biasanya
disediakan dalam format website dapat mempermudah siswa dalam mengikuti praktikum secara
mandiri. Laboratorium virtual dari halaman web dapat diberikan variasi mulai dari yang statis
sampai yang bersifat dinamis.
Laboraorium virtual ini juga memungkinkan diakses dari berbagai tempat (akses jarak
jauh) yang dilengkapi dengan instrument pengukuran, kamera video, mikrofon, rangkaian listrik
dan mekanik, reaksi kimia, percobaan biologi dan sejenisnya. Laboratorium virtual dapat dibagi
ke dalam dua tipe yaitu laboratorium berdasarkan simulator dan laboratorium yang berbasis
peralatan hardware yang nyata baik 2D ataupun 3D. Pada tipe 2D, pelaksanaan virtual lab
didasarkan pada set model perangkat lunakyang merupakan objek atau system dalam dalam
tingkat abstraksi tertentu. Satusatunya masalah di sini adalah dengan keakuratan perilaku
simulator. Sangat sering benda nyata berbeda dari model abstrak mereka. Hal ini karena model
abstrak yang dikembangkan menjadi sederhana dan untuk membantu siswa untuk memahami
dasar dasar. Kebanyakan dari mereka tidak dapat mewakili semua fitur dari objek simulasi.
Sedangkan melalui jenis virtual lab yang kedua yaitu 3D, laboratorium virtual juga membawa
system yang ada di model pertama serta menambah kemudahan dan kelegakpannya yang
memungkinkan pendekatan secara klasik.
Tujuan dari laboratorium virtual ini selain yang disebutkan sebelumnya yaitu untuk
meningkatkan pemahaman materi siswa dan untuk mengantisipasi ketidaksiapan laboratorium
nyata. Selain itu pelaksanaan laboratorium virtual ini yaitu untuk memberikan pengalaman
interaktif dimana siswa dapat mengamati dan memanipulasi objek system yang dihasilkan, data,
atau fenimena dalam rangka untuk memenuhi tujuan pembelajaran. Virtual lab juga dapat
menjadi cara untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar. Dimana konsep dari virtual lab
yang menyenagkan dan interaktif dapat memberikan dan meningkatkan motivasi siswa untuk
mengetahui hal baru. Seperti yang diungkapkan Kemp & Dayton (1980) bahwa pembelajaran
dengan menggunakan audio visual dapat digunakan untuk memotivasi dan meningkatkan
pembelajaran. Hal tersebut juga dibuktikan oleh Yazdi and Zandkarimi (2013) menemukan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kognitif dan penggunaan teknologi. Hal senada
juga didukung oleh Srinivasan (2005) yang mengatakan bahwa penggunaan multimedia akan
11
menguntungkan bila media tersebut menguntungkan dan memberikan kesempatan kepada
pengguna untuk mengontrolnya. Jika siswa sudah merasa senang dan motivasi untuk belajar
sudah terkumpul, maka akan terjadi peningkatan dalam efisiensi pengajaran. Dimana siswa juga
mengalami peningkatan dalam mengingat informasi dan menjadikan informasi yang diterimanya
akan lama tinggal di dalam ingatannya.
Pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan yang dilakukan sebagai langkah atau
proses untuk menghasilkan masyarakat yang kaya akan ilmu pengetahuan. Tujuan dari
pendidikan ini juga tertuang dalam pancasila yaitu “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Dimana
pembelajaran yang dilakukan terus berkembang seiring juga dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi atau juga bisa dikatakan sesuai dengan keadaan saat ini. Virtual
laboratorium merupakan salah satu bentuk terobosan dalam perkembangan media pembelajaran
yang ditunjang dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan komponen
dan manfaat yang diberikan dalam penggunaan virtual lab tersebut, tentunya akan memberikan
pengaruh terhadap keterampilan siswa.
Berdasarkan tujuan dan fungsi yang diberikan dalam pelaksanaan virtual lab, yaitu
diantaranya memberikan pengalaman belajar di laboratorium bagi peserta didik yang mana pada
kondisi sekarang memiliki keterbatasan akses untuk belajar dan memanfaatkan sarana serta
prasarana langsung di kelas. Kembali kepada tujuan pelaksanaan praktikum di dalam suatu
pembelajaran yang butuh tambahan akses untuk mengasah kemampuan siswa yaitu untuk
memberikan kesempatan siswa untuk mengasah keterampilannya dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Seperti halnya penggunaan virtual lab, walau hanya lewat monitor namun siswa
juga ditutuntut untuk terampil melaksanakan setiap langkah praktikum yang tersedia di dalam
virtual lab tersebut. Walaupun siswa tidak secara langsung menggunakan alat di laboratorium,
siswa dapat mengetahui bagaimana bentuk dan fungsi masing-masing alat yang sering digunakan
dalam laporatorium saat melaksanakan praktikum.
Sehingga ketika situasi dan kondisi sudah lebih baik dan siswa dapat melakukan
pembelajaran seperti sedia kala di sekolah, maka siswa tidak akan canggung ataupun bingung
untuk menerapkan ilmu yang di dapatkan dalam laboratorium virtual pada kehidupan nyata.
Selain dapat mengatasi permasalahan saat ini dimana siswa tidak bisa belajar dan menggunakan
12
sarana dan prasarana sekolah dengan bebas, kehadiran virtual lab ini juga dapat menjadi solusi
dalam ketidak tersediaannya alat dan bahan praktikum di sekolah. Pengaruh virtual lab ini juga
merembes kepada motivasi siswa dalam belajar. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan,
siswa menjadi lebih termotivasi dalam belajar dengan menggunakan virtual lab. Hal ini terlihat
dari peningkatan hasil belajar siswa di dalam proses pembelajaran.
Menurut Hermansyah (2015), keberhasilan suatu pembelajaran juga ikut dipengaruhi oleh
motivasi belajar siswa, dimana motivasi ini dapat berasal dari diri sendiri dan dapat juga berasal
dari lingkungan peserta didik. Virtual laboratorium ini termasuk ke dalam salah satu bentuk
motivasi yang berasal dari luar diri siswa. Dimana belajar menggunakan virtual lab dilengkapi
dengan fitur menarik yang dapat menambah keinginan siswa untuk belajar lebih dengan
menggunakan virtual Putri Ramadhani, Jika motivasi belajar siswa menjadi bertambah, maka
siswa juga akan menjadi lebih giat untuk mempelajari hal baru dan memecahkan permasalahan
yang ada serta membuktikan suatu teori yang didapatkannya.
13
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Laboratorium virtual merupakan situasi interkatif sains dengan bantuan aplikasi pada
komputer berupa simulasi percobaan sains. Laboratorium virtual ini cukup digunakan untuk
membantu proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan pemahaman materi pada siswa, dan
juga cocok digunakan untuk mengantisipasi terhadap ketidaksiapan laboratorium nyata (Sutrisno,
2011). Dari studi literatur yang dilakukan diketahui bahwa virtual lab memberikan jalan keluar
untuk pelaksanaan kegiatan praktikum di masa pandemi ini dan untuk mendukung hasil belajar
siswa. Tujuan diadakannya virtual lab ini untuk memberikan pengalaman interaktif dimana siswa
dapat mengamati dan memanipulasi objek system yang dihasilkan, data, atau fenomena dalam
rangka untuk memenuhi tujuan pembelajaran. berangkat dari tujuan tersebut, virtual lab
memberikan fungsi dan peranan yang penting dalam menguasai dan meningkatkan keterampilan
siswa.
5.2 Saran
Dilihat dari tingkat kesulitan materi gerak Parabola, disarankan siswa lebih belajar untuk
menguasai materi ini, menggunakan Lab Virtual juga dapat membantu siswa dalam memahami
materi gerak parabola terlebih dalam praktikum
14
DAFTAR PUSTAKA
Putri Ramadhani, S. A. (2021). Laboratorium Virtual sebagai Langkah Memaksimalkan Skill. Prosiding
SEMNAS BIO 2021, 791-798.
Fauziah, A., & Darvina, Y. (2019). ANALISIS MISKONSEPSI PESERTA DIDIK DALAM
MEMAHAMI MATERI GERAK LURUS DAN GERAK PARABOLA PADA KELAS
X SMAN 1 PADANG. Pillar of Physics Education , 73-80.
https://adoc.pub/queue/gerak-peluru-gerak-parabola.html
15