Anda di halaman 1dari 11

BERLAKU ADIL

Pengampu: Waharjani

Oleh:

Pajri Gusril Nanda : 1800027137

Program Studi Ilmu Hadis

Fakultas Agama Islam

Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

T.A 2019/2020

Abstract

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana penafsiran tentang ayat
adil, dan bagaimana konsep adil menurut islam. Penelitian ini bertujuan memaparkan secara
terperinci mengenai penjelasan makna adil, konsep adil islam dalam Al-Qur’an.
Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) yang langkah-langkahnya
melalui penggalian dan penelusuran terhadap kitab-kitab, buku-buku dan catatan-catatan
yang berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode
bersifat deskriptif analisis. penelitian ini digunakan untuk menggambarkan konsep adil
menurut agama, setelah itu dilakukan analisis dan intrepetasi secara kritis sebelum di
tuangkan dan di implementasikan dalam sebuah gagasan. Metode ini dimaksudkan untuk
mendapatkan gambaran yang jelas tentang atas konsep adil.
Secara garis besar, Adil secara relevan dan sesuai tuntutan zaman. Dalam agama
bahwa paling tidak ada empat makna keadilan. Pertama, Adil di dalam arti sama. Kedua, Adil
di dalam arti seimbang. Ketiga, Adil di dalam arti perhatian terhadap hak-hak individu dan
memberi-kan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya. Keempat, Adil di dalam arti ‘yang
dinisbahkan kepada Allah’.

Latar Belakang

Islam adalah agama yang benar, agama yang paling sempurna di antara agama samawi
yang diturunkan Allah SWT. kesmpurnaannya dapat dilihat dari syariatnya, tidak ada satu
sendi kehidupan pun melainkan semua itu telah terliputi oleh hukum atau syariat Islam,
termasuk dalam keadilan.

Keadilan dalam Islam meliputi semua hal, mulai pada diri sendiri, dalam kehidupan rumah
tangga, masyarakat hingga kehidupan bernegara. Keadilan dalam Islam bukanlah keadilan
yang dibuat-buat atau hasil pemikiran manusia, melainkan berlandaskan Al-Qur’an yang
telah diturunkan oleh Allah Rabb semesta alam baik dalam Al-Qur’an maupun yang
ilhamkan kepada manusia pilihan Allah, Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam (Al-
Hadits).

Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan mempelajarinya adfalah antara lain:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian adil.


2. Untuk mengetahui dalil tentang adil.
3. Untuk mengetahui dan memahami kondsep adil dalam islam.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Adil
Adil menurut bahasa adalah tidak berat sebelah, tidak memihak atau menyamakan
yang satu dengan yang lain, meletakkan sesuatu pada tempatnya, bersikap proporsional, dan
memihak kepada yang benar.

Adil menurut istilah adalah seimbang atau tidak memihak dan memberikan hak kepada
orang yang berhak menerimanya tanpa ada pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada
tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya, dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada
yang ditakuti kecuali terhadap Allah SWT saja.Kemudian menetapkan suatu kebenaran
terhadap dua masalah atau beberapa masalah untuk dipecahkan sesuai dengan aturan-aturan
yang telah ditetapkan oleh agama.Dengan demikian perbuatan adil adalah suatu tindakan
yang berdasar kepada kebenaran, bukan mengikuti kehendak hawa nafsu pribadi. Allah swt
berfirman dalam Q.S. Al-Maidah ayat 8 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena
adil itu lebih dekat kepada takwa.Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam
memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan keseimbangan dalam
memberikan hak orang lain., tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi. Seperti yang
dijelaskan dalam Q.S. Ar-Rahman/55 ayat 7-9 yang artinya:

“ Dan Allah telah meninggikan langit-langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) suapaya
kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan dengan adil
dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”

Contoh yang paling baik untuk berperilaku adil adalah pada diri Rasulullah SAW. Nabi
Muhammad SAW selalu berbuat adil dan menegakkan keadilan kepada seluruh umatnya,
dalam haditnya beliau bersabda yang artinya :

“Jika sekiranya Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.” (HR.
Bukhari)
Dari hadits ini dapat kita ambil kesimpulan bawa Nabi Muhammad tidak membeda-
bedakan, walaupun anaknya sendiri apabila Fatimah tertangkap mencuri Nabi Muhammad
SAWakan tetap memberikan sanksi yang tegas yaitu akan memotong tangannya.

Pengertian adil menurut Ulama adalah sebagai berikut:

1. Adil dalam arti “sama”

Dalam arti memperlakukan sama terhadap orang-orang, tidak membedakan hak-haknya.

Firman Allah dalam Q.S. An-Nisa (4) ayat 58 sebagai berikut :

۞ ‫ِإَّن َهَّللا َيْأُم ُر ُك ْم َأْن ُتَؤ ُّد وا اَأْلَم اَناِت ِإَلٰى َأْهِلَها َو ِإَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َأْن َتْح ُك ُم وا ِباْلَع ْد ِل ۚ ِإَّن َهَّللا ِنِعَّم ا‬
‫َيِع ُظُك ْم ِبِهۗ ِإَّن َهَّللا َك اَن َسِم يًعا َبِص يًرا‬

Artinya :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil.Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”(Q.S.
An-Nisa : 58)

2. Adil dalam arti “seimbang”

Keseimbangan sangat diperlukan dalam suatu kelompok yang didalamnya terdapat


beragam bagian yang bekerja menuju satu tujuan tertentu.Dengan terhimpunnya bagian-
bagian itu, kelompok tersebut dapat berjalan atau bertahan sesuai tujuan kehadirannya.

Firman Allah dalam surah Al-Infithar (82) ayat 6-7 :

Artinya :”Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap
Tuhanmu yang Maha Pemurah.Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan
kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuhmu) seimbang.” (Q.S. Al-Infithar :6-7)

Kata ‫ عدل‬dalam ayat tersebut berarti seimbang. Tubuh manusia akan normal selama bagian-
bagian tubuh itu semua bekerja atau berfungsi sesuai tujuan kehadirannya.
3. Adil dalam arti “Perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada
setiap pemiliknya”

Pengertian inilah yang didefinisikan dengan “menempatkan sesuatu pada tempatnya” atau
“memberi pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat”. Lawannya adalah kedzaliman
dalam arti melanggar hak-hak pihak lain. Pengertian ini melahirkan keadilan sosial.

4. Adil yang dinisbatkan kepada Ilahi

Adil disini artinya memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah
kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak kemungkinan untuk
itu”.Keadilan Ilahi merupakan rahmat dan kebaikanNya.Keadilannya mengandung
konsekwensi bahwa rahmat Allah SWT tidak tertahan untuk diperoleh, sejauh makhluk itu
dapat meraihnya.

Jadi, adil yaitu keadilan secara mutlak dalam setiap keadaan yang dihadapi oleh tiap
individu dan masyarakat, baik ia seorang hakim atau yang dihakimi, kaya atau miskin, kuat
atau lemah, lelaki atau wanita, besar atau kecil, kerabat atau orang jauh, lawan atau teman,
karena melakukan keadilan termasuk amal perbuatan yang paling utama dan termasuk
kewajiban dalam agama.[1]

B. Macam-Macam Perilaku Adil

Hadis diriwayatkan oleh Muslim

‫ الِّذ ْيَن َيِع ِد ُلْو َن في ُح ْك ِم ِهْم َو َاْهِلْيِهْم وما‬، ‫ِاَّن الُمِقِط ْيَن على َم َناِبَر ِم ْن ُنْو ٍر َع ْن َيِم ْيِن الَّرْح َمِن َو ِكْلَتا َيَد ْيِه َيِم ْيُن‬
)‫َو َّلْو ا (رواه مسلم‬

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang adil berada diatas mimbar-mimbar dari cahaya disisi Ar
Rahman (Maha Penyayang), kedua tangannya sebelah kanan, mereka yang adil dalam
keputusan mereka. (HR. Muslim)

Berlaku adil dapat diklasifikasikan kepada empat bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Berlaku adil kepada Allah SWT, yaitu menjadikan Allah SWT sebagi satu-satunya Tuhan
yang memiliki kesempurnaan. Kita sebagai makhluk-Nya harus senantiasa tunduk dan patuh
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.Maksud dari berlaku adil kepada Allah
adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. Az-Dzariaat ayat 56 yang artinya :

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku.”(QS. Az-Dzariaat:56)

Kita harus yakin bahwa nikmat yang kita terima selama hidup di dunia ini adalah
pemberian dari Allah SWT.Maka berbuat adil dalam arti berlaku proporsional kepada Allah
adalah dengan memenuhi hak-Nya.Hak Allah SWT adalah disembah, dan kewajiban kita
adalah menyembahnya.Ini bisa dilakukan dengan menjalankan segala perintah-Nya, dan
menjauhi segala larangan-Nya.

2. Berlaku adil pada diri sendiri, yaitu menempatkan diri pribadi pada tempat yang baik dan
benar.Dimana kita harus memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan
norma-norma syariat.Diri kita harus terjaga dan terpelihara dalam kebaikan dan keselamatan,
tidak menganiaya diri sendiri dengan menuruti hawa nafsu yang akibatnya dapat
mencelakakan diri sendiri.

Contoh berlaku adil terhadap diri sendiri, makan makanan yang halal dan baik.Istirahat yang
cukup, tidak menyiksa diri sendiri seperti mentato, minum alkohol, narkoba, dan lain
sebagainya.

3. Berlaku adil kepada orang lain, yaitu menempatkan orang lain pada tempat yang sesuai,
layak, benar, memberikan hak orang lain dengan jujur dan benar serta tidak menyakiti serta
merugikan orang lain. Maksud dari berlaku adil kepada orang lain artinya adalah meletakkan
orang lain pada tempat yang seharusnya. Berperilaku adil kepada orang lain harus kita
lakukan, dan itu kita lakukan kepada semuanya tidak terkecuali bahkan kepada musuh atau
orang yang kita benci sesuai dengan Q.S. Al-Maidah ayat 8.

Contoh berlaku adil kepada orang lain yaitu, tidak menghukum orang lain dengan berlebihan
(tidak sesuai dengan besar kesalahannya), tidak mengejek dan menghina karena kita pasti
juga tidak mau bila di ejek atau dihina oleh orang lain.

4. Berlaku adil kepada makhluk lain, yaitu dapat memperlakukan makhluk Allah yang lain
dengan layak sesuai syariat dan menjaga kelestariannya dengan merawat serta tidak
merusaknya. Maksud dari berlaku adil yang ke empat ini adalah kita harus menyayangi dan
merawat hewan atau tumbuhan serta lingkungan yang ada disekitar kita.Terlebih lagi apabila
kita memelihara hewan seperti burung, kelinci, kucing atau yang lainnya maka kita harus
berbuat adil, diantaranya dengan merawatnya dengan sebaik-baiknya, memberikan makan
dan minum setiap hari, tidak menyiksanya dan lain sebagainya.

C. Kewajiban Berlaku Adil

Wahai manusia bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah ta’ala
memerintahkan berbuat adil dan mengabarkan bahwa Ia mencintai orang-orang yang adil.
Allah ta’ala berfirman yang artinya :

”Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil dan baik”. (QS. An-Nahl : 90)
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil”. (QS. Al-Maidah :42) Adil adalah
sikap tengah-tengah dalam segala sesuatu dan keadilan adalah karakter yang mengharuskan
seseorang menjaga diri dari hilangnya kehormatannya. Rasulullah ‫ صلىاللهعليهوسلم‬berkata
“Orang yang adil di sisi Allah di atas mimbar dari cahaya, mereka adalah orang-orang yang
adil dalam hukum dan keluarga”. (HR. Muslim)

Sungguh kedudukan adil dalam Islam sangat agung dan pahalanya banyak di sisi
Allah.Keadilan itu banyak macamnya dan tiap orang haruslah adil sesuai dengan tanggung
jawabnya dalam kehidupan ini.Maka seorang pemimpin wajib adil terhadap rakyatnya. Allah
ta’ala berfirman :

۞ ‫ِإَّن َهَّللا َيْأُم ُر ُك ْم َأْن ُتَؤ ُّد وا اَأْلَم اَناِت ِإَلٰى َأْهِلَها َو ِإَذ ا َح َك ْم ُتْم َبْيَن الَّناِس َأْن َتْح ُك ُم وا ِباْلَع ْد ِل ۚ ِإَّن َهَّللا ِنِعَّم ا‬
‫َيِع ُظُك ْم ِبِهۗ ِإَّن َهَّللا َك اَن َسِم يًعا َبِص يًرا‬

Artinya:

“ Sesungguhnya Allah memerintahlan kamu menunaikan amanah kepada yang berhak


menerimanya, dan memerintah kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil, Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.”. (QS.
An-Nisaa :58)
Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tujuh golongan yang Allah
lindungi dalam naungan Arsy-Nya pada hari kiamat yang tidak ada perlindungan selain
perlindungan-Nya yaitu pemimpin yang adil.”. (HR. Muslim)

Wajib bagi Hakim adil dalam menghakimi manusia. Allah SWT berfirman : “
Putuskanlah perkara di antara mereka menurut hukum Allah dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka”. (QS. Al-Maidah :49).

Kemudian Allah SWT berfirman : “Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu
khalifah (pengganti nabi-nabi sebelumnya) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara)
di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah”. (QS. Shad:26)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :Hakim itu ada tiga: dua di neraka dan
satu di surga. Hakim yang mengetahui kebenaran (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan
menetapkan dengannya maka ia di surga, Hakim yang mengetahui kebenaran tetapi tidak
berhukum dengannya dan ia dzalim dalam menetapkan hukum maka ia di neraka, dan hakim
yang tidak mengetahui kebenaran lalu menetapkan hukum di atas kebodohannya maka ia di
neraka”. (HR.Abu Dawud dan lainnya, shahih).

Akan tetapi apabila seorang hakim berniat adil dan mengikuti kebenaran serta berusaha
dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkannya maka ia diberi pahala seandainya ia salah
karena ia tidak berniat salah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:Jika seorang
hakim menetapkan hukum dengan ijtihadnya kemudian benar maka ia mendapatkan dua
pahala dan bila menetapkan hukum lalu salah maka ia mendapatkan satu pahala”. (HR.
Bukhari dan Muslim).

Orang tua juga wajib adil kepada semua anaknya dalam pemberiannya apakah lelaki atau
perempuan.Ia tidak boleh memberi salah seorang anaknya dan membiarkan anaknya yang
lain.

Suami diwajibkan adil dalam pemberian nafkah kepada istri-istrinya bila ia mempunyai
lebih dari satu istri. Allah SWT berfirman:

“Dan pergaulilah istri-istri dengan baik”. (QS. Al-An’am:152).


Maka suami wajib menyamakan pembagian nafkah, memberikan rumah dan hak-hak istri
lainnya kepada istri-istrinya. Dan bila ia takut tidak bisa berbuat adil maka nikahilah seorang
wanita saja. (QS. An-Nisaa :3)

Seorang muslim juga wajib adil dalam berkata. Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan apabila kamu berkata dan berbuat maka berlaku adillah (pada tiap kondisi) kendatipun
kepada kerabatmu”. (QS. Al-An’am :152) Yakni jika anda berkata maka haruslah adil jangan
zhalim bahkan katakanlah kebenaran walaupun pahit apakah yang berkaitan dengan hak anda
atau kewajiban anda, pada orang yang paling dekat dan paling anda cintai sebagaimana Allah
berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, menjadilah kamu orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil”. (QS. Al-Maidah :8)

Islam tidak menetapkan kecurangan dan kedzaliman serta permusuhan serta tidak
tergantung oleh seorang pun bahkan ia selalu adil di mana saja ia berada. Ia memerintahkan
kita memenuhi janji meskipun dengan orang-orang kafir. Allah ta’ala berfirman yang
artinya:“Jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan yang telah
kamu adakan perjanjian dengan mereka, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka
dengan terang-terangan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat”.
(QS. Al-Anfal :58), Yakni jika anda takut pada suatu kaum akan menghianati perjanjiannya
maka batalkanlah perjanjian itu dengan cara anda mengabarkan pembatalan itu sehingga
mereka tidak dalam sangkaan masih dalam perjanjian itu yang menyebabkan penghianatan
dari pihak anda.

Oleh karena itu orang-orang kafir yang hidup di bawah naungan agama Islam mereka
mengakui keadilan, kesempurnaan dan kecocokannya dengan jaman.Maka dengan melihat
Islam, di antara mereka ada yang beriman dan ada yang tetap memilih kekafiran setelah jelas
kebenaran bagi mereka dikarenakan kesombongan dan penentangan hati.Kisah yang
berkaitan dengan hal ini panjang, bagi yang ingin mengetahui dengan jelas maka bacalah
buku-buku sejarah Islam yang ditulis para ulam Islam dan lihatlah sebagian pendapat yang
benar dari pemikir-pemikir orang barat tentang Islam.
D. Keutamaan berbuat adil adalah

a. Terciptanya rasa aman, tenang dan tentram dalam jiwa dan ada rasa khawatir kepada orang
lain, karena tidak pernah melakukan perbuatan yang merugikan atau menyakiti orang lain.

b. Membentuk pribadi yang dapat melaksanakan kewajiban dengan baik, taat dan patuh
kepada Allah SWT, melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya.

c. Menciptakan ketenteraman dan kerukunan hidup, hubungan yang harmonis dan tertib
dengan orang lain.

Kesimpulan

Berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus.
Secara terminologis adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi, ketidakjujuran.
Dengan demikian orang yang adil adalah orang yang sesuai dengan standar hukum baik
hukum agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum sosial (hukum adat) yang
berlaku.Konsep keadilan dalam Islam yaitu:

a. Keadilan Intelektual

b. Keadilan Terhadap Diri Sendiri

c. Adil Kepada Orang Lain

d. Berlaku Adil Kepada Makhluk Lain.

Berlaku adil memerlukan kejelian dan ketajaman, di samping mutlak


adanya mizan (standar) yang dipergunakan untuk menilai keadilan atau kezaliman seseorang.
Mizan keadilan dalam Islam adalah Al Qur’an. Dengan bersikap adil akan tercipta
keharmonisan dalam kehidupan.
Daftar Pustaka

Ibnu Qayyim. 1990. Risalah Tabukiyah , (Tahqiq Abu Abdirrahman Aqil bin Muhammad
bin Zaid Al-Muqthiri Al-Yamani, cet. Ke-1). Yaman: Maktabah Dar Al-Quds

Ibnu Qayyim. Risalah Tabukiyah , (Tahqiq Abu Abdirrahman Aqil bin Muhammad bin Zaid Al-Muqthiri
Al-Yamani, cet. Ke-1). Yaman: Maktabah Dar Al-Quds. hal. 63

Soeyoeti, Drs. H Zarkowi. 1995/1996. Pendidikan Agama Islam Untuk Smu. Jakarta:
Direktora jendral Pembina kelembagaan agama Islam

http://id.wikipedia.org/wiki/Adil#cite_note-1

Syaikh Abdurrahman, Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, PT. Karya Agung: Surabaya, 2010,

Anda mungkin juga menyukai