Salam Sejahtera.... Saudara sekalian yang dikasihi Tuhan Yesus. Seorang anak
mau menuruti atau melakukan apa yang diperintahkan orangtuanya ketika anak
itu mendengar, lalu memahami perintahnya juga pernah melihat apa yang
orangtua itu lakukan atau orang lain lakukan. Dalam proses mendengar,
memahami dan melihat tentu si anak tersebut sudah kenal dengan siapa orang
yang memerintahkannya. Kalau belum kenal mungkin tidak akan jadi
perhatiannya bisa jadi dicuekin. Selain itu, si anak juga butuh fokus untuk
mendengar, memahami dan melihat sehingga mampu melakukannya. Jika tidak
fokus maka perintah dari orangtuanya tadi tidak bisa diterima dengan baik.
Supaya kita bisa hidup sesuai dengan perintah atau kehendak Tuhan, kita sama
seperti anak tadi, kenali dulu lalu fokus tinggal lakukan. Langkah pertama
untuk mengenal kehendak Tuhan adalah kenali dulu apa yang tidak Ia
kehendaki. Dalam segala sesuatu yang mau kita lakukan kenali apa yang tidak
dikehendaki oleh Tuhan. Jika ada yang tidak dikehendaki Tuhan, maka jangan
menunggu lama untuk mengatakan tidak! Saya tidak akan melakukannya
karena Tuhan tidak menghendakinya. Nah, jelas sudah bahwa hidup menurut
kehendak Tuhan harus dimulai dengan mengenal apa yang tidak dikehendaki
dan apa yang dikehendaki Tuhan. Dalam proses itu kita menggunakan pikiran
dan topangan doa. Iman memang membutuhkan pikiran (logika) dan, tentu saja,
yang sangat penting adalah doa.
Dari Injil yang juga kita baca hari ini, kita diingatkan bersama bahkan dengan
tegas mengenai sikap hidup atau perilaku yang tidak sesuai dengan kehendak
Tuhan untuk dijauhkan dari hidup kita. Teguran Kristus pada ahli Taurat dan
orang-orang Farisi (yaitu, seluruh Mahkamah Agama (Sanhedrin) sebagai
pengajar hukum. Mereka ini adalah ahli-ahli Taurat dan, yang memegang
tampuk pemerintahan atas jemaat, yang disebut ahli-ahli Taurat, dan sebagian
dari mereka adalah orang-orang Farisi). Mereka menduduki kursi Musa (ay. 2),
sebagai guru-guru masyarakat dan penafsir hukum. Di sini Yesus menggali
lebih khusus lagi tentang perbuatanperbuatan mereka yang tidak boleh kita
teladani. Secara umum, yang dituduhkan kepada mereka adalah kemunafikan,
ketidakjujuran, atau patokan ganda yang mereka terapkan dalam agama.
Perkataan dan perbuatan mereka merupakan dua hal yang berbeda. Perbuatan
mereka sama sekali tidak sepadan dengan khotbah-khotbah atau jabatan
mereka, karena mereka mengajarkan tetapi tidak melakukan. Kemunafikan apa
lagi yang lebih besar daripada menyuruh orang lain percaya dan melakukan,
sedangkan diri sendiri tidak mau percaya dan tidak mematuhinya? Dengan
perbuatan seperti itu, mereka menghancurkan apa yang telah mereka sampaikan
dalam khotbah-khotbah. Mereka sangat keras dalam membebankan kepada
orang lain hal-hal yang mereka sendiri tidak bersedia memikulnya (ay. 4).
Mereka sendiri tidak mau melakukan hal-hal yang mereka bebankan kepada
orang lain. Secara ketat mereka memaksa orang-orang untuk beribadah, tetapi
mereka sendiri tidak mau terikat dengan hal-hal yang mereka paksakan itu.
Semua hanya untuk pamer belaka, tidak ada yang penting untuk hidup
keagamaan (ay. 5), Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud
supaya dilihat orang. Semua tujuan mereka adalah untuk dilihat dan dipuji
orang. Selain itu, Tuhan Yesus menunjukkan dua hal yang mereka lakukan
supaya dilihat.
Ing ngriki, Gusti Yesus njlentrehaken kanthi langkung bebles, babagan tumindak
ingkang mboten kepareng dipuntuladhani. Umumipun tiyang-tiyang punika
asring nedahaken gesang ingkang lelamisan, mboten jujur, lan asring
ngginakaken paugeran ingkang mboten jejeg ing bab tumindaking agami.
Pangandikan lan tumindak asring mboten sami. Antiwisipun ingkang
dipunwulangaken kaliyan ingkang dipunlampahi benten, namung pinter
mulang ananging mboten saged ngecakaken ing gesang. Sikap lelamisan punapa
malih ingkang langkung ageng katimbang mbereg tiyang sanes supados pitados
lan nindakaken, ananging piyambakipun mboten purun pitados lan nglampahi?
Kanthi tumindak ingkang mekaten, temtu kemawon badhe mbubrah piyambak
ingkang sampun kawulangaken. Tiyangtiyang punika remen damel momotan
dhateng tiyang sanes, ananging mboten purun mikul momotanipun piyambak
(ay.4). Tiyang-tiyang punika remen meksa tiyang sanes supados ngibadah
ananging piyambakipun mboten purun nindaki ibadahipun kanthi tanggel
jawab.
Gusti Yesus lajeng paring piweling dumatheng para muridipun supados mboten
kados para tiyang kalawau, mboten nuladhani tumindhakipun para tiyang
ingkang namung ngudi pakurmatan lan panguwaos, punapadene ngegung-
egungaken kalenggahanipun. Kenging punapa? Amargi kita sampun gadhah
setunggal Pemimpin, inggih punika Sang Mésih. Sang Kristus punika Pemimpin,
Guru, lan panutan kita. Kita sedaya punika sedherek, pramila sumangga sami
tansah andhap asor lan ngajeni dhateng sesami. Sumangga Ibu, Bapak, sampun
cetha sanget kadospundi caranipun lan punapa ingkang dipun kersakaken Gusti
Allah supados kita lampahi. Mugi kita tansah eling lan waspada saha tetep
andhap asor anggen kita nindakaken kersanipun Gusti Allah. Amin