MANAJEMEN DIRI
TENTANG
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS ADZKIA
PADANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya Iman dan
Islam. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar kita, pemimpin umat
akhir zaman, Rasulullah Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju zaman terang yang disinari dengan cahaya hidayah dan taufiq.
Kami dari pemakalah merasa sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah
kami sebagai tugas mata kuliah Manajemen Diri yang dibimbing oleh Ustadzah Arina, Lc., M.A.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Lalu, bagaikan sebuah keretakan yang ada pada setiap gading. Kami
menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki karya-
karya lain yang akan kami susun di lain waktu.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penentuan prioritas tersebut dapat terjadi dalam hampir di setiap sisi keberagamaan,
mulai ibadah, muamalah, sampai akhlak. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengetahui pengetahuan tentang bagaimana cara menentukan prioritas tersebut.
Meminjam istilah yang dipakai Yusuf Qardhawi yang disebut dengan Fiqh al-Awlawiyah
(Fiqih Prioritas) atau Fiqh Maratib al-A`mal (Fiqih Mengurutkan Aktivitas), yakni
aturan-aturan mengenai cara menentukan prioritas dalam kehidupan beragama sehari-
hari.
Selain itu, Islam juga telah memberikan aturan-aturan tatkala seorang muslim
dihadapkan kepada situasi untuk memilih antara dua hal atau lebih, yang boleh jadi hal-
hal tersebut nampak bertentangan. Ia harus menentukan skala prioritas di antara hal-hal
tersebut. Misal, pada satu sisi ia harus melaksanakan shalat Jum`at, tetapi pada sisi lain ia
juga harus mengikuti imbauan pemerintah dan MUI agar menggantinya dengan shalat
zhuhur karena adanya pandemi. Contoh lain, antara kewajiban berhaji dan kewajiban
membayar utang, mana yang harus didahulukan. Memprioritas sesuatu daripada yang lain
berarti menentukan bobot nilai yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembelajaran
1
3. Untuk dapat mengetahui implementasi fiqih prioritas dalam manajemen diri.
4. Untuk dapat mengetahui kaidah fiqih prioritas dalam islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan menerapkan fiqih prioritas dalam manajemen diri, seseorang dapat lebih
fokus dan efektif dalam mencapai tujuan hidupnya. Dengan menetapkan prioritas yang
jelas dan mengelola waktu serta sumber daya dengan bijak, seseorang dapat mencapai
kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat.Ini semua sesuai dengan ajaran Islam
yang mengajarkan pentingnya menetapkan prioritas dalam segala aspek kehidupan. Islam
telah memberikan aturan-aturan tatkala seorang muslim dihadapkan kepada situasi untuk
memilih antara dua hal atau lebih, yang boleh jadi hal-hal tersebut nampak bertentangan.
Ia harus menentukan skala prioritas di antara hal-hal tersebut. Misal, pada satu sisi ia
harus melaksanakan shalat Jum`at, tetapi pada sisi lain ia juga harus mengikuti imbauan
pemerintah dan MUI agar menggantinya dengan shalat zhuhur karena adanya pandemi.
Contoh lain, antara kewajiban berhaji dan kewajiban membayar utang, mana yang harus
didahulukan.
3
Yusuf Qardhawi berkata bahwa fiqh al-awlawiyah adalah sesuatu yang semestinya
didahulukan harus didahulukan, dan yang semestinya diakhirkan harus diakhirkan.
Sesuatu yang kecil tidak perlu dibesarkan, dan sesuatu yang penting tidak boleh
diabaikan. Setiap perkara harus diletakkan di tempatnya dengan seimbang dan lurus,
tidak lebih dan kurang.
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan), agar
kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan
adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (Q.S. al-Rahman/55:7-9).
Pandangan Islam dalam meninjau prioritas dapatlah ditelaah melalui fikih prioritas
sebagai pemahaman yang komprehensif berkaitan dengan hukum, nilai dan amalan
agama serta menempatkannya dalam tingkatan yang adil. Hal itu dengan mendahulukan
yang lebih penting (aham) daripada yang penting (muhim), yang lebih utama (afḍal) di
atas yang utama (faḍīl), primer (ḍaruriyyāt) di atas sekunder (hajjiyyāt) dan lain
sebagainya. Asumsinya, dengan menempatkan segala aturan hukum, nilai dan amalan
agama itu pada skala prioritas secara fair dan adil, maka tatanan kehidupan yang
harmonis dan seimbang akan tercipta di tengah-tengah masyarakat. Sejatinya, ihwal
beban pemberian kewajiban, nilai da pelaksanaan hukum dalam agama Islam terdapat
perbedaan satu dengan yang lainnya. Semua memiliki tingkat yang berbeda, mulai dari
yang kecil kepada yang besar, mulai dari yang pokok kepada yang cabang, serta dapat
berbentuk rukun sampai berkedudukan sebagai pelengkap. Pada setiap permasalahan juga
terdapat kedudukan yang utama atau esensi terdapat persoalan pinggiran atau bahkan
persoalan yang tidak signifikan.
4
C. Implementasi Fiqih Prioritas dalam Manajemen Diri
5
2) Menetapkan prioritas dalam pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Dalam manajemen diri, penting untuk menetapkan prioritas dalam pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat daftar tugas yang perlu
diselesaikan dan menentukan mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu
berdasarkan urgensi dan pentingnya.
3) Mengatur waktu dengan bijak
Salah satu implementasi fiqih prioritas dalam manajemen diri adalah dengan
mengatur waktu dengan bijak. Hal ini mencakup membagi waktu antara ibadah,
pekerjaan, istirahat, dan waktu bersama keluarga. Dengan mengatur waktu secara
efektif, seseorang dapat mencapai tujuan-tujuan hidupnya dengan lebih baik.
4) Menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat
Fiqlih prioritas juga mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan antara
urusan dunia dan urusan akhirat. Dalam manajemen diri, hal ini dapat
diimplementasikan dengan cara tidak terlalu terpaku pada urusan dunia sehingga
melupakan ibadah dan akhirat, namun juga tidak terlalu terfokus pada ibadah sehingga
mengabaikan tanggung jawab dunia.
6
khusyuk dan serius itu tentu lebih utama daripada salat dua puluh rakaat dengan cepat
dan tanpa rasa khusyuk.
3. Amalan sedikit namun konsisten lebih utama dari amalan yang banyak tapi jarang
dilakukan
Rasulullah Shallallahu alaihi ‘wasallam bersabda,
أدومها وإن قل:أحب األعمال إلى الله
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling konsisten meskipun
sedikit” (HR. Bukhari no. 6464 dan Muslim no. 783).
‘Amr bin Mas’adah Rahimahullah berkata,
قليل دائم خير من كثير منقطع
“Sedikit yang terus menerus lebih baik daripada banyak yang terputus”. (Wafatatul
A’yan di biografi ‘Amr bin Mas’adah).
Oleh karena itu, salat malam setiap hari walau hanya dua rakaat lebih baik dari
salat semalam suntuk namun pada akhirnya ia tidak salat lagi.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
8
kritikan maupun saran dari dosen pengampu dan teman-teman mahasiswa agar penulis
bisa membuat makalah dengan baik kedepannya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Goffar. (2018). Manajemen dalam Islam (Perspektif Al- Qur’an dan Hadits). Pendidikan
dan Keislaman, Vol. 3, No. 1: 35–58.
Idris, Muhammad. (2022). Pentingnya Memahami Skala Prioritas dalam Beramal. Muslim.or.id.
Qolbi, Satria Kharimul. (2021). Manajemen Skala Prioritas Kehidupan Manusia dalam
Perspektif Agama Islam. Jurnal Bidang Kajian Islam, Vol. 7, No. 2, Hal: 197-210.
journal.stiba.ac.id.
10