Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANAJEMEN DIRI
“FIQIH PRIORITAS’’

Disusun Oleh :
Kelompok 9

Saiful Amin NIM. 2150013


Anwar Siswanto NIM. 2140002
Dofrianto NIM. 2130003

Dosen pengampu :
Muzayyanah Hamma, Lc., MA

UNIVERSITAS ADZKIA
PADANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur semoga tetap tercurah kehadirat Allah swt, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
“Fiqih Prioritas" sebagai tugas mata kuliah Manajemen Diri.

Kami telah menyusun ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin.


Namun ternyata sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi dimasa mendatang agar
lebih baik dari sebelumnya.

Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Ummi Yumna.
selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Diri. Sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan inn sya Allah
sesuai yang kami harapkan.

Pada dasarnya makalah yang kamu sajikan ini khususnya mengupas tentang
“Fiqih Prioritas”. Untuk lebih jelasnya simak pembahasannya dalam makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus


pengetahuan bagi kita semuannya. Aamiin

Padang, 20 Mei 2023

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..…

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….…
A. Latar Belakang………………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN………..…………………………………………………….
1. Bagaimana Pengertian Fiqih Prioritas?................................................................
2. Bagaimana Kedudukan Fiqih Prioritas................................................................
3. Apa saja Macam-Macam Fiqih Prioritas?............................................................
4. Bagaimana Contoh Fiqih Prioritas?......................................................................

BAB III PENUTUP……………………………………………………………….…...


A. Kesimpulan…………………………………………………………………......

DAFTAR PUSTAKA……………………….……………………………………….....
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian tentang fikih merupakan kajian yang akan selalu mengalami


perubahan dan perkembangan. Hal ini karena fikih merupakan produk
pemikiran yang berusaha untuk menjawab tantangan zaman yang juga selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Karena itulah maka fikih sebagai
sebuah cabang keilmuan pun mengalami banyak perubahan dan perkembangan.
Fikih yang pada mulanya menyangkut semua aspek hukum yang berkaitan
dengan hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan sesamanya, dan
manusia dengan negara, kini mulai mengalami penyempitan makna, pembahasan
dan penamaan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya perkembangan yang begitu
pesat pada masing-masing pembahasan yang tentunya semakin menuntut
ketelitian dan spesialisasi para ahli fikih. Misalnya saja mulainya ada pembagian
fikih dalam kategori fikih ibadah, fikih mu’amalah, fikih jinayah, fikih
kontemporer (masa’il al-fiqh), dsb.
Salah satu cabang ilmu fikih yang beberapa saat lalu muncul dan menjadi
salah satu hal yang layak untuk ditindaklanjuti adalah apa yang dinamakan
dengan Fikih Prioritas (Fiqh al-Aulawiyyat). Makalah ini berusaha memberikan
sedikit gambaran tentang pengertian, kedudukan, macam-macam dan contohnya

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Fiqih Prioritas?


2. Bagaimana Kedudukan Fiqih Prioritas
3. Apa saja Macam-Macam Fiqih Prioritas?
4. Bagaimana Contoh Fiqih Prioritas?

C. Tujuan

1. Pengertian Fiqih Prioritas


2. Kedudukan Fiqih Prioritas
3. Macam-Macam Fiqih Prioritas
4. Contoh Fiqih Prioritas
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Fiqih Prioritas


Fikih prioritas, merupakan kajian yang membicarakan suatu topik
yang sangat penting. Sebab kajian ini akan memecahkan masalah seputar
kerancuan dan kekacauan dalam menilai dan memberikan skala prioritas
terhadap perintah-perintah Allah, pemikiran, serta amal-amal. Mana
diantaranya yang mesti didahulukan dan mana yang mesti diakhirkan,
mana yang harus diprioritaskan dan mana yang harus dikemudiankan
dalam tingkatan perintah Allah dan petunjuk Nabi.
Dalam Hadis Nabi SAW. dijelaskan bahwa Nabi Muhammad
meprioritaskan anak yang menangis dengan meringankan sholatnya
dengan maksud membantu ibu dari anak yang menangis. Artinya: dari
Abu Qatadah, Nabi bersabda, “(ketika) aku berdiri sholat, aku ingin
memanjangkannya. Namun, aku mendengar tangis anak maka aku
ringankan sholatku karena tidak ingin memberatkan ibunya.” (HR. al-
Bukhari).
Hadis tentang meringankan sholat ketika anak menangis ini,
memberitahukan bahwa memperioritaskan sesuatu harus dimaksudkan
untuk tujuan yang baik atau mulia. Dalam memperioritaskan suatu hal
harus benar- benar dipertimbangkan tentang suatu hal tersebut, apakah
memang tepat jika diprioritaskan atau lebih memberikan manfaat jika
diakhirkan.
Ungkapan kewajiban harus dikerjakan terlebih dahulu sebelum hak
dan kepentingan pribadi harus dikesampingkan jika berhadapan dengan
kepentingan kelompok, memberitahukan bahwa ada hal-hal yang memang
harus diprioritaskan dari yang lain. Misalnya, seorang muslim harus
memenuhi kewajibannya sebagai muslim terlebih dahulu sebelum
menuntut hak-haknya, seorang anggota masyarakat harus memenuhi
semua kewajiban sebagai anggota masyarakat sebelum menuntut yang
lain.
Hal-hal tersebut di atas menjelaskan bahwa fikih prioritas adalah suatu
hal yang penting dan suatu hal yang perlu ditindaklanjuti. Karena, fikih
prioritas dapat dijadikan sebagai rambu-rambu dalam menjalankan
aktivitas keseharian hidup manusia, baik yang bersinggungan dengan
Allah, sesamamanusia, maupun lingkungannya.

Fikih prioritas adalah suatu analisis Islami tentang bagaimana umat


selayaknya memilih amal-amal terpenting dari yang penting dan
mengutamakan amal terpenting dari yang penting sehingga memberikan
konsekuensi logis yang memungkinkan umat untuk dapat mengantisipasi
problema sosial, budaya, politik dan ekonomi umat. Kajian ini berusaha
melihat sejumlah persoalan prioritas dari sudut pandang hukum Islam
yang berdasarkan berbagai argumen, dengan harapan dapat meluruskan
pemikiran, memperkokoh metodologi, dan mampu merumuskan
paradigma baru dalam fikih.
Kajian tentang fikih prioritas ini akan menjadi acuan untuk semua
manusia khususnya umat Islam dan segala hal yang berhubungan dengan
mereka. Dari kajian fikih prioritas ini umat Islam diharapkan bisa
memilah-milah apa yang diprioritaskan oleh ajaran agama Islam dan mana
yang diakhirkan, mana yang ditekankan dan mana yang diringankan, serta
apa yang harus segera dilaksanakan dan mana yang masih bisa ditolerir
oleh hukum agama.

2. Kedudukan Fiqih Prioritas

Dalam bukunya, syaikh yusuf qardhawi menyinggung kebutuhan umat


kepada fiqih prioritas, kedudukan fiqh prioritas di antara fiqih yang
lainnya, prioritas kualitas atas kuantitas, prioritas ilmu atas amal, prioritas
dalam bidang fatwa dan dakwah, prioritas dalam berbagai bidang amal,
prioritas dalam perkara yang diperintahkan, prioritas dalam perkara-
perkara yang dilarang, prioritas dalam bidang reformasi, fiqih prioritas
dalam warisan pemikiran, hingga fiqih prioritas dalam dakwah para ulama
mujaddid (pembaharu) yang berkiprah di zaman modern.
Bagi saya sendiri ada beberapa persoalan menarik untuk disoroti
dalam pembahasan fiqih prioritas ini. Pertama, bagaimana mendahulukan
masalah-masalah pokok/inti yang sudah disepakati umat islam atas
masalah masalah cabang yang masih terjadi perdebatan dikalangan umat
islam.
Saya sangat sepakat karena prinsip ini sangat jitu untuk melejitkan
potensi umat dalam berbagai bidang apabila dapat dikelola dengan baik.
Sudah waktunya energi umat digunakan untuk hal sifatnya solutif dan
konstruktif dibanding terkuras oleh perdebatan-perdebatan furu' yang
sebetulnya dapat ditoleransi bersama.
Kedua, prioritas amalan hati yang lebih utama dibandingkan dengan
amalan anggota badan. Pembahasan dalam fiqh prioritas dalam tema ini
akan sangat menyentuh bagi setiap muslim yang membacanya.
Dahsyatnya kekuatan batiniyyah dibanding lahiriyyah. Apabila kita
berprasangka baik, menjalin silaturahmi dan berkasih sayang terhadap
sesama makhluk itu lebih utama dibanding perhatian berlebih terhadap
masalah jenggot (misal) namun sifat dengki masih ditemukan dalam
hatinya.
Saya kira prinsip ini dapat menjawab bagaimana menjadi seorang
hamba taat tanpa disertai kesombongan. Bagaimana menjadi disiplin
dalam sholat namun kesehariannya jauh dari yang namanya maksiat.
Hingga bagaimana menarik hati orang-orang awam untuk dekat dengan
agamanya sendiri. Kajian fiqh prioritas ini sangatlah komprehensif dan
menyentuh titik-titik yang membentuk konsep ajaran islam. Mudah
diterapkan dan aplikatif untuk diterapkan. Sangat mencerahkan para
pejuang dan da'i karena dapat menjawab bagaimana mendahulukan amalan
atas amalan yang lain sehingga menciptakan nafas islam yang hidup dan
seimbang di lingkungan kita hidup sehari-hari dengan dilandasi dalil-dalil
yang kuat.
Sebagaimana yang dikatakan oleh syakh yusuf qardhawi bahwa kajian
fikih prioritas karyanya merupakan harapan sumbangsih pemikiran islam
diera moderen. Ada baiknya kita sebagai generasi penerus senantiasa
belajar untuk memberikan perhatian dari perkembangan dan penerapan
fiqih prioritas dari masa kemasa.

3. Macam-Macam Fiqih Prioritas


1) Prioritas Keilmuwan
a. Prioritas ilmu dari amal: Belajar lebih baik dari ibadah Sunnah
lainnya (seperti sholat tahajjud dan puasa senin kamis).
Jadi dalam hal ini, kita harus berilmu dulu sebelum beramal.
Mengapa demikian? Karena bila kita melakukan suatu amal seperti
sholat, tapi tidak memiliki pengetahuan tentang sholat seperti rukun
dan syarat sah sholat, maka sholat yang kita lakukan selama
berpuluh- puluh tahun tidak akan diterima.
Kebanyakan yang terjadi di sekitar kita sekarang ini adalah
beramal dulu, baru belajar. Ini tentu saja pemahaman yang salah.
Kita bayangkan saja, bila kita beramal dengan amalan yang salah,
kemudian anak cucu mengikuti amalan kita, yang terjadi kita akan
menyesatkan banyak orang. Untuk itu, belajar lebih utama dari pada
ibadah Sunnah.
b. Prioritas dalam masalah aqidah di atas masalah-masalah yang
lainnya. (al-ushuul qabla al-furuu’). Pokok itu lebih utama dari pada
cabang.Yang dimaksud disini adalah belajar matan sebelum syarah,
belajar qat’I sebelum dhanni, belajar yang sudah disepakati sebelum
yang diperselisihkan.
Dalam shalat misalnya, akan lebih baik kita belajar terlebih
dahulu rukun-rukun dan syarat sah sholat, daripada belajar furu’nya
yang berisi tentang perbedaan gerakan sholat (Seperti dalam takbir,
sujud, menggerakkan jari waktu tasyahud dan lain-lain).
c. Prioritas pemahaman akan suatu ilmu dari pada menghafal. Maka
dalam belajar, lebih baik kita fahami terlebih dahulu sebelum
menghafalnya. Belajar yang mudah terlebih dahulu, baru yang susah.
Disini kita bisa ambil contoh dengan memahami tafsir al-qur’an
terlebih dahulu sebelum menghafalnya. Atau melakukannya
bersama-sama. Menghafal, memahami dan mengamalkannya seperti
yang dilakukan para sahabat. Kalau sekarang, kita akan
menemukannya dengan cara terbalik. Orang akan berlomba-lomba
menghafal al-qur’an namun tidak berusaha untuk memahaminya.
Maka jangan heran kalau kita bertemu huffadzul qur’an tapi pacaran.
Itulah sebabnya, memahami itu lebih didahulukan dari pada
menghafal. Tentu saja agar tidak salah kaprah, tidak salah ambil
tindakan.

2) Prioritas dalam Amal.


a. Beramal yang manfaatnya luas lebih baik dari pada amalan
pribadi yang manfaatnya hanya untuk diri sendiri. Ada banyak
contoh dalam permasalahan ini.
1) Seperti contohnya peristiwa pengangkatan Abu Bakar untuk
menjadi amirul mukminin setelah wafatnya Rasulullah. Saat
itu, sebelum Abu Bakar di angkat sebagai khalifah, jasad
Rasulullah dibiarkan selama 3 hari. Karena dengan
dilangsungkannya penguburan Rasulullah tanpa ada pengganti,
akan membuat muslim berkecamuk berantakan. Ini
menunjukkan bahwa memilih pemimpin bagi umat muslim itu
lebih baik dari pada menguburkan mayat.
2) Da’wah melalui tulisan di buku dan mass media seperti
televise,website, WA, Faceebook, Twitter, Youtube, itu lebih
diprioritaskandari da’wah konvensional. Infaq untuk umat
lebih baik dari pada haji berkali-kali. Wakaf dengan tanah,
membangun sekolah, lebih baik dari pada infaq.
3) Membangun sekolah islam, lebih baik dari pada membangun
masjid. Karena yang terjadi saat ini, muslim sedang
kekurangan generasi. Masjid sekarang sudah banyak, dan
banyak yang kosong. Namun tidak dengan sekolah. Umat
membutuhkan sekolah berkualitas yang akan menghasilkan
para ulama, da’I, pemimpin,dan penerus bangsa.
b. Beramal dengan amalan yang tahan lama dan langgeng lebih
baik dari pada beramal dengan amalan yang terputus. Contoh
dari hal ini adalah:
1) Beramal jariyah dengan mewakafkan tanah bagi
kepentingan umatislam itu lebih baik dari shalat Sunnah.
Amal jariyah itu memiliki pahala yang terus mengalir,
selama apa yang kita wakafkan dipakaidan digunakan
orang lain. Dengan beramal jariyah, akan membuatkita
seakan memiliki dua nyawa. Disitu kita mati, tapi masih
bisamenghasilkan pahala dari apa yang kita
lakukan.Rasulullah bersabda, “Apabila seorang anak
adam mati, makasemua amalannya akan terputus, kecuali
tiga hal, shadaqah jariyah,ilmu yang bermanfaat, atau
anak shaoleh yang mendo’akan keduaorang tuanya.”
2) Ilmu yang bermanfaat tidak harus menjadi guru, ustadz,
kiai. Tapi bisa membeli buku berisi kajian keislaman,
kemudian diberikan pada khalayak umum. Dan lain-lain.
c. Prioritas amalan hati dari pada amalan lahir.
1) Misalnya dalam shalat, prioritas terhadap kekhusyu’an
dan tadabbur terhadap ayat dan bacaan lebih baik dari
pada perhatian gerakan, posisi dan lamanya waktu shalat.
Contohnya disini adalah apa yang terjadi pada Abdullah
bin Ubay bin Salul. Dia adalah tokoh munafiq yang selalu
shalat di belakang Rasulullah. Namun sayangnya dia
menjadi ahli neraka. Karena dia hanya memberikan
action saja, dan hatinya dipenuhi kebencian kepada
Rasulullah dan islam.
2) Keikhlsan dalam beramal, berkeyakinan, keridhaan serta
kepasrahan kepda ketetapan Allah lebih diprioritaskan.
Contohnya adalah sahabat Utsman bin Affan saat menjadi
khalifah. Beliau saatitu memimpin Negara islam yang
luas wilayahnya 3 kali lipat lebih besar dibanding
Indonesia. Karena keikhlasan, niat yang tertanam beliau,
serta kecintaan beliau pada al-qur’an, beliau pernah
shalatsatu raka’at dengan menghatamkan 30 juz al-
qur’an. Itu adalah contoh pemimpin yang baik, tidak
seperti saat ini.
3) Iman dan amalan yang ada didalam hati adalah prioritas
utama. Kita tentu mengenal Abu Bakar As-Shiddiq.
Beliau adalah sahabat paling utama dan yang pertama
kali masuk syurga. Bahkan Rasulullah mengatakan
bahwa jika iman Abu Bakar ditimbang dengan iman
seluruh dunia, tetap berat iman yang dimiliki Abu Bakar.
Padahal menurut para sahabat, amalan Abu Bakar biasa,
bukan banyak shalat dan dzikir. Itu semua karena amalan
yang adadi dalam hatinya. Abu Bakar selalu yakin pada
Allah, mengimani semua yang disampaikan Rasulullah,
tidak pernah berkeluh kesah, bahkan saat sakit malah
senang karena dengan begitu, dosa-dosa akan
berguguran.
4) Prioritas amalan yang wajib dari amalan yang Sunnah.
Sepertihalnya, memberi nafkah untuk keluarga lebih
utama dari pada bersedekah pada orang lain.
5) Memprioritaskan fardhu kifayah yang bertingkat-tingkat.
Seperti mengantar orang sakit lebih baik dari pada I’tikaf
di dalam masjid. Mengajar lebih baik dari pada I’tikaf di
dalam masjid karena umat tentu lebih membutuhkan
ilmu. Sedang dengan I’tikaf, pahala hanya akan kita raih
sendiri
6) Prioritas amal jama’I seperti berorganisasi lebih baik dari
pada amal fardhi. (berorganisasi dalam da’wah lebih baik
prioritas dari pada aktivitas pribadi). Contoh-contoh
seperti ini bisa ditemukan dalam organisasi Rohis yang
ada di sekolah-sekolahan. Karena da’wah itu berat,
melelahkan. Sehinga kita butuh komunitas untuk
mendukung aktivitas kita.
3) Prioritas dalam Berda’wah.
a. Merubah hati sebelum merubah Negara. Karena pada hakikatnya,
da’wah itu penekanannya ada pada hati. Contoh dalam hal ini
adalah da’wah yang dilakukan Rasulullah di Makkah selama 13
tahun. Da’wah di sana, Rasulullah mengokohkan hati para
sahabat terlebih dulu dengan aqidah. Sehingga selama di
Makkah, tidak pernah ada orang munafiq. Karena kokohnya hati
serta keimanan yang dimiliki para sahabat saat itu.
b. Pendidikan sebelum jihad. Pembinaan sebelum kekuasaan.
Karena kalau yang terjadi adalah kekuasaan tanpa pembinaan,
maka yang terjadi adalah kerunyaman Negara. Negara akan
morat-marit. Seperti Indonesia, yang dipimpin oleh orang-orang
yang salah. Maka tidak heran bila saat ini kita temukan pesta
bikini setelah UN, korupsi merebak di setiap pejabat, pelacuran
dilegalkan, dan masih banyak lagi.
c. Merubah pemikiran sebelum perbuatan. Pemikiran bila sudah
teracuni baratisme, seperti sekulerisme, liberalisme, feminisme,
dan lain-lainakan berbahaya. Ini sudah banyak terjadi di Negara
kita yang diisini orang-orang yang dituhankan banyak kaum,
namun memiliki otak yang sesat.
4) Prioritas dalam Hak.
a. Hak manusia lebih utama dari pada hak Allah saja.
Pemimpin kurang shaleh tapi adil lebih diutamakan dari
pada pemimpin shaleh, rajin ibadah, tapi dzalim. Membayar
hutang lebih diutamakan dari pada haji dan jihad fi sabilillah.
Karena bila seseorang mati syahid, tapi masih memiliki
hutang, dia akan tertahan. Sehingga sebelum haji atau
sebelum jihad, lebih baik membayar hutang terlebih dahulu.
b. Keshalehan social lebih baik dari pada keshalehan pribadi.
1) Indonesia adalah Negara nomer satu dalam urusan
keshalehan pribadi. Orang-orang Indonesia begitu rajin
shalat, sedekah, zakat. Namun dalam keshalehan social
yang berisi kebersihan jalan, ketertiban orang-orangnya,
Indonesia menduduki nomer 114. Jauh dibawah Negara-
negara berisi orang-orang kafir seperti Finlandia,Jepang,
Singapura, dan yang lain.
2) Saat berhijrah ke kota Madinah, Abdurrahman bin Auf
meninggalkan seluruh harta dan kelurganya.
Sesampainya diMadinah, dia dipersaudarakan dengan
Rabi’ bin Aff yang kemudian meminta Abdurrahman
untuk memilih salah satu istridari 2 istrinya dan 1 rumah
dari 2 rumahnya.

5. Contoh Figih Prioritas


Kajian terhadap fiqih prioritas merupakan satu bentuk terobosan untuk
menjawab kebutuhan umat terhadap perkara-perkara amalan di zaman
yang serba kompleks ini. Beliau mengembangkan pembahasan fiqh yang
pernah dibahas oleh ulama terdahulu semisal ibnu taimiyyah dan imam
alghazali yang memberikan perhatian terhadap prioritas amalan.
Fiqih prioritas membahas mengenai amalan yang utama sangat
tergantung terhadap waktu, tempat, dan keadaan. Contoh ketika seseorang
kedatangan tamu maka prioritas amalan yang paling utama adalah dengan
menghormati dan menyibukkan diri dalam menyambut tamu walaupun
orang tersebut harus meninggalkan wirid dan sunnah. Begitu juga ibadah
yang paling utama pada waktu adzan adalah meninggalkan wirid dan
segera menyambut seruan muadzin.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Fikih berasal dari bahasa arab fiqh yang mengandung makna mengerti
atau mengetahui. Zainuddin Ali mengemukakan bahwa kata fikih secara
etimologi artinya paham, pengertian, dan pengetahuan. Fikih menurut
istilah adalah ilmu yang mempelajari hukum-hukum syara’ yang bersifat
praktis yang diambil dari dalil-dalil yang sudah terperinci. Para Fuqaha
mendefinisikan fikih dengan ilmu yang menerangkan hukum-hukum
syara’ yang diperoleh dari dalil-dalil yang tafshil. Dalam Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, prioritas diartikan sebagai diutamakan, dinomor
satukan, dan didahulukan. Pengertian tersebut memberitahukan, bahwa
prioritas terjadi karena ada dua hal atau lebih (pilihan, kegitan,
metode,cara dan lain-lain), yang mana dari hal-hal tersebut ada yang
didahulukan dandi akhirkan sehingga terbentuk urutan.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, prioritas diartikan sebagai
diutamakan, dinomorsatukan, dan didahulukan. Pengertian tersebut
memberitahukan, bahwa prioritas terjadi karena ada dua hal atau lebih
(pilihan, kegiatan, metode, cara dan lain-lain), yang mana dari hal-hal
tersebut ada yang didahulukan dan di akhirkan sehingga terbentuk urutan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini dimasa yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab Khalaf,. 1978. Ilmu Ushul al- Fiqh. Al- Qabbah Ath-
Thab’ah waan-Nasyar.‘
Ainain (al), Badran Abu, Ushul Fiqh al-Islamy, Iskandariyah :
MuassasahSyabab al-Jamiah,t.t.
Abd al-Karim Zaidan, al-Wajiz fi usul al-Fiqh, Mesir: Dar at-Tauzi, 1993.
Al-Amidi, Ali ibn Muhammad, 1986, al-Ihkam fi Usul al-Ahkam, Tahqiq
Sayyidal-Jamili, Dar al-Kitab al-Arabi, Beirut.
Muhammad Khudari Beik, Usul al-Fiqh, Beirut: Dar al-Fikr, 1988.
Al Zuhaili, Wahbah, Al Fiqh Ala Islami Wa’adillatuh, Terjemah : Agus
Affandi Dan Badruddin Fannany “Zakat Kajian Berbagai Madhab”,
Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995
Qardhawi, Yusuf ’’ Fii Fiqhil Awliyai. Dirasah Jadidah fii dhauil Qur’ani
Wassunnati : Gema Insani Press, 1996

Anda mungkin juga menyukai