Anda di halaman 1dari 9

Kelompok Shell

Nama / NPM : Fachrul Rozy / 2306291245

Adhanto Bagaskoro / 2306184426

Joshua Manuturi / 2306184590

Jurusuan : Manajemen Gas (Teknik Kimia)

Mata Kuliah : Eksplorasi dan produksi Hidrokarbon

“Production Optimization Procedure”

Case Study 1

Gambar 1.1 Case study 1 - Menerapkan konsep "Prosedur Optimisasi (Optimization Procedure)

I. Pendahuluan

Pada eksperimen ini, studi kasus terkait penggunaan sedotan dalam menyerap air pada posisi yang
berbeda dilakukan. Tujuan eksperimen adalah untuk mengamati efektivitas sedotan dalam menyerap
air pada dua posisi yang berbeda (posisi vertikal dan hampir horizontal) dan mengoptimalkan
prosedur untuk hasil yang lebih baik serta mempelajari posisi sedotan yang dapat melakukan sedotan
air dengan lebih baik dengan menerapkan konsep "Optimization Procedure".
II. Metode
A. Persiapan peralatan:
a. Gelas
b. Es batu
c. Sedotan
d. Air
B. Pelaksanaan eksperimen:
a. Mengisi gelas penuh dengan es batu dan air, memastikan tidak ada tumpahan.
b. Menempatkan sedotan pada posisi (a) vertikal. Meminum air melalui sedotan dan menyerap
air.
c. Mengubah posisi sedotan menjadi (b) hampir horizontal. Meminum air melalui sedotan dan
menyerap air.
d. Menerapkan konsep "Prosedur Optimisasi (Optimization Procedure)".
 Mengamati mana posisi sedotan yang dapat menyerap air lebih baik, apakah (a) atau (b)?
 Menjelaskan klaim yang dibuat.
 Mencoba dengan sedotan (c) pada posisi vertikal. Meminum air melalui sedotan dan
menyerap air.
 Mengamati mana sedotan yang lebih baik dalam menyerap air, apakah (a), (b), atau (c)?
e. Mengambil selfie atau video eksperimen dan menyertakannya dalam laporan.

III. Hasil dan Analisis

Dari hasil eksperimen, diamati bahwa posisi (a) sedotan dalam posisi vertikal lebih efektif dalam
menyerap air dibandingkan dengan posisi (b) yang hampir horizontal. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar sedotan. Ketika udara dihisap dari sedotan, tekanan
udara di dalam sedotan lebih rendah daripada tekanan udara di luar sedotan. Hal ini menyebabkan
lebih banyak air yang terhisap ke dalam sedotan. Sedotan (c) pada posisi vertikal juga menunjukkan
hasil yang baik dalam menyerap air, namun tidak sebaik sedotan (a). Penjelasan klaim dibuat bahwa
posisi vertikal pada sedotan memberikan tekanan hisap yang lebih baik, sehingga lebih efektif dalam
menarik air ke dalam sedotan.

IV. Kesimpulan

Dari studi kasus ini, dapat disimpulkan bahwa posisi sedotan memengaruhi kemampuannya dalam
menyerap air. Sedotan dengan posisi vertikal (a) memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan
dengan posisi hampir horizontal (b) atau sedotan alternatif (c).
V. Lampiran

Lampirkan selfie atau video eksperimen pada bagian ini sebagai bukti visual dari pelaksanaan
eksperimen.

a.

b. c.

Gambar 2.1 Case study 1 - Menerapkan konsep "Prosedur Optimisasi (Optimization Procedure)
Case Study 2

Dokumentasi Praktikum yang dilakukan:

Gambar 2.1 Praktikum case study pertama hisap vertical dengan gelas penuh es tanpa ada rongga
Gambar 2.2 Praktikum case study kedua hisap dengan sudut 45 derajat setelah 15 menit didiamkan

Berdasarkan hasil yang dilakukan saya dapat menyimpulkan sebagai berikut,


Pengamatan Pertama:

 Penggunaan sedotan pada wadah berisi es batu dan 25% SKM menyebabkan kesulitan saat
menghisap.
 Alasan utama adalah ketidaksempurnaan SKM yang dapat terangkat ke permukaan rongga
mulut, memerlukan gaya hisap yang lebih besar.
 Faktor kekentalan fluida (viskositas) dari SKM memengaruhi kesulitan tersebut.
 Gaya gesek antara es batu dan sedotan menjadi hambatan dalam aliran ke permukaan.
 Dalam konteks "Optimisasi Prosedur" pada reservoir produksi minyak dan gas, kondisi ini
dapat diartikan sebagai hambatan dalam proses ekstraksi fluida dari reservoir.
Pengamatan Kedua:

 Pengamatan kedua, setelah menunggu 15 menit, menunjukkan perubahan kondisi es batu


yang mulai mencair sebagian.
 Pada kondisi ini, SKM lebih mudah mengalir ke permukaan rongga mulut.
 Faktor bercampurnya massa jenis es batu dengan SKM, bersama dengan pengaruh tekanan
dan suhu lingkungan, menyebabkan penurunan viskositas fluida campuran.
 Suction dari permukaan membutuhkan gaya yang lebih rendah.
 Turunnya tegangan permukaan dan hasilnya laju alir lebih optimal, terutama saat dilakukan
hisapan dengan sudut 45 derajat.

Simpulan:

 Perubahan kondisi es batu memainkan peran kunci dalam mempermudah aliran SKM pada
pengamatan kedua.
 Faktor-faktor seperti bercampurnya massa jenis, tekanan, dan suhu lingkungan dapat diartikan
sebagai variabel dalam proses optimisasi pada reservoir minyak dan gas.
 Pengamatan kedua menunjukkan peningkatan efisiensi dalam proses aliran fluida,
mencerminkan relevansi dengan optimisasi prosedur produksi dalam industri minyak dan gas.

Case Study 3

Gambar 3.1 Case study 3 (a) Hisap Vertikal, (b) Hisap dengan Kemiringan 45o

 Make the straw with length of 1 meter. You can make it by connecting straw to the other starw
and family reach 1 meter length
 Open the soda can
 Put your straw like position (a). Drink the soda trough the straw and suction the liquid 5. Put
your straw like position (b), almost horizontal. Drink the soda trough the straw then suction
the liquid soda

Dokumentasi Pratikum yang dilakukan :

(a) (b)

Gambar 3.2 Pratikum Case study 3 (a) Hisap Vertikal, (b) Hisap dengan Kemiringan 45o

Berdasarkan hasil pratikum yang dilakukan dengan menyedot sir melalui sedotan dengan panjang 1
meter. Didapatkan bahwa posisi (a) vertical lebih mudah disedot. Hal ini, mungkin disebabkan karena
minimnya gaya gesek pada aliran hisap waktu posisi (a) vertical dibandingan dengan posisi (b)
dengan kemiringan 45o yang meberikan habatan tambahan pada aliran air ketika disedot.

Perlu dicatat bahwa dalam pratikum yang dilakukan, tidak menggunakan soda melainkan
menggunakan air biasa yang mana viskositasnya lebih rendah dibandingkan dengan soda. Selain itu,
cara ketika menghisap cairan, juga dapat mempengaruhi hasilnya.

Case Study 4

Gambar 4.1 Case study 4 Metode (a) tutup botol dibuka, (b) botol digoyangkan, (c) masukan sedotan
kedalam botol
a. Open the cap and drain the water. Measure by stopwatch, how many minutes/ second the
water is fully drained and bottle is empty.
b. Shake the bottle then open the cap and drain water. Measure by stopwatch, how many
minutes/ second the water is fully drained and bottle is empty
c. Put straw inside water bottle. Then open the cap and drain water. Measure by stopwatch, how
many minutes/ second the water is fully drained and bottle is empty

Dokumentasi pratikum yang dilakukan :

(a) (b) (c)

Gambar 4.2 Pratikum Case study 4 Metode (a) tutup botol dibuka, (b) botol digoyangkan

(c) masukan sedotan kedalam botol

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan waktu untuk setiap kasus :

Tabel 4.1 Percobaan Case Study 4

Metode Waktu
a. Tutup botol dibuka 12 detik
b. Botol yang digoyangkan 8 detik
c. Masukan sedotan kedalam 7 detik
botol
Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahawa metode C merupakan metode tercepat untuk mengosogkan
botol. Hal ini disebakan karena adanya jalur udara masuk yang mengurangi hambatan terhadap aliran
air keluar, tidak seperti pada metode a dan b.

Metode a dan b juga dapat dioptimasikan dengan cara meneysuaikan ukuran lubang keluaran air
sebanding dengan diameter botol. Dengan demikian, dapat menghindari hambatan udara yang dapat
memperlambat aliran air, memungkinkan aliran menjadi lebih cepat dan efisien.

Perlu dicatat untuk metode C masih bisa diotimalkan dengan mengunakan sedotan yang lebih
panjang, sehingga dapat meminimalisir hambatan saat air mengalr keluar.

Vidio pratikum dapat dilihat pada Link berikut :

https://drive.google.com/drive/folders/14BDYpyeiyFM3XBaPAQdtKO0yiHNLfD8i?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai