Anda di halaman 1dari 4

Sesi 8

Evaluasi Pembelajaran Penjas


Evaluasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan dengan maksud memantau sejauh manakah suatu
proses pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat
berpindah dari suatu unit pengajaran ke unit berikutnya.
Penilaian (assesment) adalah penerapan berbagai cara untuk memperoleh informasi
tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah
mempermasalahkan bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil
pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana
pembelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana
tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat
pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai. Konsep penilaian menurut
peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Penilaian terhadap proses dan hasil belajar secara internal dan eksternal. Penilaian
internal merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran
berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan
oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan
oleh suatu institusi/lembaga baik di dalam maupun di luar negeri.

Ada empat macam istilah yang berkaitan dengan konsep penilaian dan sering kali
digunakan untuk mengetahui keberhasilan belajar dari peserta didik, yaitu: (1)
pengukuran, (2) pengujian, (3) penilaian, dan (4) evaluasi. Namun, di antara
keempat istilah tersebut pengertiannya masih sering dicampuradukkan, padahal
keempat istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda.

Evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan


penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pembelajaran. Pengertian tersebut memiliki tiga implikasi
rumusan. Berikut ini implikasi tersebut:
1. Evaluasi adalah suatu proses yang terus-menerus, sebelum, sewaktu, dan
sesudah proses belajar mengajar.
2. Proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yakni untuk
mendapatkan jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran.
3. Evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.

Perbedaan Tes, Pengukuran, dan Evaluasi


Pada hakikatnya, tes, pengukuran, dan evaluasi merupakan satu kesatuan yang
utuh dan sering dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Tes dapat didefinisikan
sebagai suatu pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang trait atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan atau
tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Zainul,
2005). Selain itu, secara lebih rinci Arikunto dalam Nurhasana (2007)
mengemukakan bahwa tes adalah suatu alat ukur atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-
aturan yang sudah ditentukan.
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang sifat pendidikan yang mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar. Menurut Riduwan (2006) tes adalah serangkaian
pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok. Menurut Rusli
Lutan (2000), tes adalah instrumen yang dipakai untuk memperoleh informasi
tentang seseorang atau obyek. Kegiatan pengujian berperan sangat besar dalam
sistem pendidikan dan sistem persekolahan. Karena pentingnya itu, maka setiap
tindakan pengujian selalu menimbulkan kritik yang tajam dari masyarakat.

Evaluasi
Pengukuran
Tes Pemberian makna/nilai
Tes Proses pengambilan
berdasarkan hasil
data/proses kuantifikasi
Alat Ukur pengukuran

Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran Penjas


Berbicara tentang kedudukan evaluasi dalam pembelajaran, tentunya kita harus
memahami terlebih dahulu makna dari pembelajaran itu sendiri. Kata dasar
“pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempat pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan
kegiatan belajar. Sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
karena interaksi individu dengan lingkungan dan pengalaman. Dalam hal ini
perubahan tingkah laku tersebut bukan karena pengaruh obat-obatan atau zat kimia
lainnya dan cenderung bersifat permanen. Istilah “pembelajaran” (instruction)
berbeda dengan istilah “pengajaran” (teaching). Kata “pengajaran” lebih bersifat
formal dan hanya ada di dalam konteks guru dengan peserta didik di
kelas/madrasah, sedangkan kata “pembelajaran” tidak hanya ada dalam konteks
guru dengan peserta didik di kelas secara formal, tetapi juga meliputi kegiatan-
kegiatan belajar peserta didik di luar kelas yang mungkin saja tidak dihadiri oleh guru
secara fisik.

Pendekatan Acuan Penilaian dan Sistem Penilaian

1. Penilaian Acuan Norma (PAN)


Penilaian Acuan Norma secara singkat dapat dikatakan bahwa PAN ialah penilaian
yang membandingkan hasil belajar siswa terhadap hasil siswa lain dalam
kelompoknya. Merujuk terhadap pengertian tersebut, maka bisa kita ambil
kesimpulan bahwa penilaian tersebut berakhir dengan adanya sebuah rangking atau
peringkat di dalam kelas dari hasil perbandingan tadi. Atau juga bisa diperoleh
sebuah nilai rata-rata suatu kelas yang menjadi acuan dari hasil pembelajaran.
Pendekatan penilaian ini tidak didasarkan pada sebuah patokan nilai luar, akan
tetapi penilaian ini merupakan hasil murni atau nyata yang dicapai siswa.

2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)


PAP pada dasarnya berarti penilaian yang membandingkan hasil belajar siswa
terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Patokan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu itu biasanya disebut “batas lulus” atau “tingkat
penguasaan minimum”. Siswa yang dapat mencapai atau bahkan melampaui batas
ini dinilai “lulus” dan yang belum mencapainya dinilai “tidak lulus”. Dengan demikian,
jelaslah bahwa PAN dan PAP berbeda dari segi pendekatan penilaiannya. PAN
menggunakan nilai rata-rata kelas, sedangkan PAP penilaiannya menggunakan
patokan nilai yang telah ditentukan sehingga apabila terdapat siswa yang tidak
mencapai kriteria standar lulusan maka diharuskan bagi siswa untuk memantapkan
kembali pelajarannya karena dianggap tidak lulus pada pelajaran tersebut
Tes Keterampilan Cabang Olahraga
Tes keterampilan pada dasarnya merupakan suatu tes yang akan mengukur
keterampilan para siswa dalam suatu cabang olahraga, (keterampilan gerak dan
penguasaan teknik dasar). Berikut beberapa contoh tes keterampilan untuk
mengukur kemampuan siswa di sekolah di antaranya adalah:
1. Tes keterampilan bola basket, terdiri dari:
a. Tes melempar dan menangkap bola.
b. Tes memasukkan bola ke keranjang (bank shoot).
c. Tes menggiring bola.
2. Tes keterampilan sepak bola
a. Tes sepak-tahan bola (passing and stopping).
b. Tes memainkan bola dengan kepala (heading).
c. Tes menggiring bola (dribbling).

G. PENGUKURAN UNSUR-UNSUR GERAK DALAM OLAHRAGA

1. Kekuatan (Strength):
a. Tujuan dari tes tersebut adalah:
1) Kekuatan perlu untuk dapat tampil ke muka dengan baik.
2) Unsur pokok untuk menunjukkan ketangkasan dengan baik.
3) Dinilai tinggi sebagai suatu ukuran dari physical fitness.
4) Sebagai salah satu usaha untuk mencegah terjadinya cacat atau kelainan
lainnya.
b. Contoh tes kekuatan di antaranya:
1) Kekuatan yang bersifat statis (iso-metrik), di antaranya: hand
dynamometer, grip dynamometer, push and pull dynamometer, leg
dynamometer, back dynamometer.
2) Kekuatan yang bersifat dinamis (iso-tonis), pull ups, push ups, sit ups.
3) Kekuatan yang bersifat iso-kinetik: machine strength test.

2. Daya Tahan (Endurance)


a. Daya tahan umum (kardio respirasi): kemampuan seseorang untuk
melakukan suatu pekerjaan dalam waktu relatif lama, beban submaksimal,
dengan intensitas latihan yang konstan.
Contoh:
1) lari 12 menit
2) lari 2.4 km
3) ergo cycle
4) tread mill

b. Daya tahan lokal (otot): kesanggupan otot mempertahankan aktivitasnya


statis maupun dinamis untuk waktu yang lama. Contoh:
1) sit ups
2) push ups
3) squat jumps

c. Kecepatan (speed): kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan-


gerakan sejenis dalam waktu yang singkat dengan hasil yang sebaik-baiknya.

Contoh:
1) dash sprint
2) lari 60 yard
3) lari cepat 50 m

d. Power : Resultan dari kekuatan dan kecepatan.


Contoh:
1) vertical jump
2) standing broad jump
3) two hand medicine ball put
4) shot put

e. Kelentukan (flexibility): Kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuh


dan bagian-bagian tubuh dalam satu ruang gerak yang seluas mungkin tanpa
mengalami cedera pada persendian dan otot di sekitar persendian itu atau
dengan kata lain “luasnya ruang gerak persendian”.
Contoh:
1) flexion of trunk test (standing bending reach)
2) sitting bending reach
3) bridge up

f. Kelincahan (agility): Kemampuan seseorang untuk bergerak ke segala arah


dengan mudah.
Contoh:
1) shuttle run test
2) dodging run test
3) zig-zag run test
4) right boomerang run test
5) squat thrust
6) maze run test

Anda mungkin juga menyukai