Anda di halaman 1dari 31

IDENTIFIKASI MASALAH

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD

BAHAN BELAJAR MANDIRI

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

TopikIdentifikasi MasalahJumlah jam 4 jam


tatap muka
(4 x 50 menit)

4 jam tugas terstruktur


(4 x 60 menit)

4 jam tugas mandiri

(4 x 60 menit)Pertemuan ke9

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

Agar pembelajaran di KKG berjalan dengan baik,


maka guru peserta sebaiknya telah memahami
materi: (1) pengenalan proses pembelajaran
BERMUTU; (2) mengenal tahapan PTK, Lesson
Study, dan Case Study, serta (3) pelaksanaan PTK
model BERMUTU. Pemahaman akan materi yang
telah dibahas pada pertemuan 1 sampai dengan 6
tersebut merupakan prasyarat untuk memulai
diskusi topik identifikasi masalah mata pelajaran
matematika ini.

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

1. PENGANTAR
Bahan Belajar Mandiri ini diperuntukkan bagi guru
pemandu di KKG mata pelajaran matematika kelas IV,
V, dan VI pada pertemuan ke-9 dari 16 pertemuan.
Guru peman-du berperan sebagai fasilitator untuk
membimbing guru peserta agar memiliki kemampuan
mengidentifikasi masalah-masalah dalam pembelajaran
matematika yang telah dilakukan di kelasnya.

Sebagai bahan untuk melatih guru peserta, maka dalam


Bahan Belajar Mandiri ini diberikan contoh bagaimana
melakukan prosedur awal PTK. Pada pertemuan ini,
topik identifikasi masalah menggunakan contoh yang
telah disediakan sebagai sumber belajar (lihat lampiran
1 dan 2).

a. Kedudukan Topik Identifikasi Masalah


Topik identifikasi masalah mata pelajaran (mapel) ini
merupakan tahap pertama dari tujuh tahap pelaksana-
an PTK. Guru pemandu bertindak sebagai fasilitator
dalam pembahasan identifikasi masalah yang berguna
untuk membantu guru peserta agar mengetahui dan
menyadari adanya masalah-masalah dalam pembelajar-
an matematika, sehingga guru peserta berupaya mem-
perbaiki pembelajaran yang ada untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil belajar siswa.

b. Pentingnya Topik Identifikasi Masalah


Banyak permasalahan-permasalahan dalam pembelaja-
ran matematika yang dihadapi guru peserta SD kelas IV,
V, dan VI. Identifikasi masalah merupakan kegiatan
penting yang harus dilakukan, agar masalah yang ada
mendapat perhatian yang cukup untuk dicarikan jalan
keluar. Topik identifikasi masalah ini penting dipelajari
karena keterampilan mengidentifikasi masalah akan
membantu guru peserta untuk mengetahui dan me-
nyadari adanya masalah dan penyebab masalah ter-
sebut muncul.

Guru pemandu sebagai pendamping guru di forum KKG


diharapkan berupaya memandu guru peserta untuk
mengidentifikasi dan mencari alternatif solusi yang
dapat dilakukan sehingga permasalahan yang muncul
dalam pembelajaran matematika dapat diatasi.
Masalah-masalah tersebut kadang-kadang tidak dihirau-
kan, karena dianggap sebagai rutinitas diri yang tidak
perlu dicarikan jalan keluar. Brainstorming (curah

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

pendapat) tentang identifikasi masalah dalam pembe-


lajaran matematika yang dilaksanakan di forum KKG
akan memberi pengalaman bagi guru peserta untuk
menyadari bahwa penting artinya mencarikan jalan
keluar dari permasalahan yang ada.

c. Ruang Lingkup Identifikasi Masalah


Ruang lingkup pembahasan topik identifikasi masalah
ini meliputi (1) cara melakukan identifikasi masalah,
(2) menganalisis masalah, dan (3) merumuskan
masalah. Masalah yang akan dikaji dalam kegiatan ini
adalah masalah pembelajaran matematika kelas IV.
Tetapi prosedur ini dapat diterapkan untuk semua
kelas. Salah satu contoh yang dibahas sebagai bahan
latihan adalah permasalahan pembelajaran matematika
SD kelas IV yang muncul pada bilangan ACB (asli,
cacah, dan bulat) yaitu siswa kurang terampil
menentukan hasil perkalian susun ke bawah dengan
cara pendek (lampiran 1 dan 2).

Contoh permasalahan pembelajaran matematika SD kelas IV yang muncul


pada bilangan ACB (asli, cacah, dan bulat) adalah siswa kurang terampil
menentukan hasil perkalian susun ke bawah dengan cara pendek.

Permasalahan pembelajaran matematika tersebut


dapat ditinjau dari aspek pengembangan kurikulum,
pendalaman materi, dan praktik/pelaksanaan pembela-
jaran. Aspek pengembangan kurikulum meliputi: pema-
haman tujuan mata pelajaran matematika, kemampuan
menganalisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD), pengembangan silabus, Rencana Pelaksana-
an Pembelajaran (RPP), dan penilai-an.

Penguatan materi meliputi pemahaman dan penguasa-


an materi matematika dalam aspek bilangan ACB.
Sedangkan pelaksanaan/praktik pembelajaran menca-
kup pemilihan strategi/pendekatan/metode dan media
pembelajaran; pengelolaan kelas; penilaian proses dan
hasil belajar (lampiran 2).

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

2.KOMPETENSI DAN INDIKATOR


Kompetensi Indikator

Guru memiliki kemampuan: Guru dapat:


1. Mengidentifikasi masalah- 1. Mengidentifikasi masalah-masalah
masalah pembelajaran pembelajaran matematika kelas IV.
matematika kelas IV. 2. Menganalisis masalah-masalah
2. Menganalisis masalah dalam pembelajaran matematika kelas IV
pembelajaran matematika berdasar hasil identifikasi masalah.
kelas IV berdasarkan hasil 3. Merumuskan contoh masalah dalam
identifikasi masalah. pembelajaran matematika kelas IV
3. Merumuskan masalah dalam mengenai bilangan ACB.
pembelajaran matematika 4. Menentukan faktor-faktor penyebab
kelas IV. timbulnya masalah dalam
4. Mendeskripsikan faktor- pembelajaran matematika kelas IV
faktor penyebab timbulnya mengenai bilangan ACB yang terkait
masalah dalam dengan aspek pengembangan
pembelajaran matematika kurikulum.
kelas IV. 5. Menentukan faktor-faktor penyebab
timbulnya masalah dalam
pembelajaran matematika kelas IV
mengenai bilangan ACB yang terkait
dengan aspek pemahaman materi
matematika.
6. Menentukan faktor-faktor penyebab
timbulnya masalah dalam
pembelajaran matematika kelas IV
mengenai bilangan ACB yang terkait
dengan praktik/pelaksanaan
pembelajaran matematika.

Catatan :

Identifikasi masalah untuk jenjang kelas dan materi yang lain (bilangan ACB, pecahan,
geometri dan pengukuran, aritmatika sosial, dan statistika) dapat dikembangkan sendiri oleh
guru, dan dapat pula mengacu pada masalah-masalah pada lampiran 1.

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

3. PERSIAPAN
Untuk mempelajari topik identifikasi masalah ini di-
perlukan persiapan dari guru pemandu sebagai berikut.
a. Pelajarilah permasalahan-permasalahan dalam
pembelajaran matematika kelas IV, V, dan VI dan
contoh rumusan masalah yang ada pada bahan ajar
dalam lampiran 1 dan 2.
b. Siapkan alat dan bahan dalam pertemuan,
misalnya:
1. papan tulis/kertas plano, spidol/kapur
2. LCD dan laptop (bila memungkinkan)
3. SK dan KD mata pelajaran matematika kelas IV,
V, dan VI.
4. contoh-contoh permasalahan pembelajaran ma-
tematika kelas IV yang telah terkumpul di KKG.
c. Menyiapkan bahan ajar dalam bentuk tampilan
bahan ajar

Contoh daftar masalah yang ditemukan guru


Bahan Ajar 1 (lampiran 1)
sendiri dalam pengajaran matematika

Pendahuluan kegiatan pertemuan identifikasi


Bahan Ajar 2 (lampiran 3)
masalah

Kedudukan prosedur identifikasi masalah


Bahan Ajar 3 (lampiran 4)
dalam urutan PTK

Bahan Ajar 4 (lampiran 5) Definisi masalah dan rumusan masalah

Bahan Ajar 5 (lampiran 6) Materi diskusi

Bahan Ajar 6 (lampiran 7) Contoh fokus masalah

Contoh penilaian keaktifan guru di setiap


Bahan Ajar 7 (lampiran 8)
topik

Math Case Studies Aceh University Consortium


Bahan Ajar 8 (lampiran 9)
Case Study XXI

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

4. SUMBER BELAJAR (Bahan Penunjang)


Sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembela-
jaran di KKG meliputi:

Sumber belajar 1 SK dan KD mapel matematika SD kelas IV, V, dan VI

Case Study XXI ketika Proses Mengali dan Membagi


menjadi Faktor Penentu oleh Harliny. Pengajaran
Sumber belajar 2
Micro Berbasis Case Study Consortium LPTK Aceh
(lampiran 9)

Sumber belajar 3 Media Pembelajaran Matematika. P36. Jogjakarta

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

5. KEGIATAN BELAJAR
Alur Kegiatan Belajar

Kegiatan 1 Kegiatan 3
Kegiatan 2
( 10 menit) (90 menit)
( 50 menit)
Pengkajian Case Study
Pendahuluan Brainstorming
Permasalahan dalam
Penjelasan Melatih guru
pelaksanaan
tentang kegiatan memberikan
pembelajaran
yang akan tanggapan atau
matematika kelas
dipelajari. mengkaji case study
IV, V, dan VI SD
pembelajaran
matematika.
Diskusi
mengidentifikasi
masalah
pembelajaran
matematika,
merumuskan
masalah ke dalam
PTK,
mengidentifikasi
faktor penyebab
masalah.
Kegiatan 4
(30 menit)

Kegiatan 5 Tanya Jawab


( 20 menit)

Rangkuman
Penekanan cara
mengidentifikasi
Hasil belajar serta masalah, merumuskan
penjelasan persiapan masalah, dan faktor
tugas mandiri. penyebab masalah.

Petunjuk Kegiatan di KKG


Kegiatan guru dalam topik identifikasi masalah pem-
belajaran matematika SD ini dilakukan selama 4 jam (@
50 menit) dengan rincian sebagai berikut.

Kegiatan 1: Pendahuluan (20 menit)


Guru pemandu:
 Menyampaikan kompetensi, indikator, dan kegiatan
yang akan dilakukan, serta hasil belajar yang
PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

diharapkan selama guru peserta mempelajari topik


identifikasi masalah (lampiran 3).

 Menjelaskan tentang kegiatan mengidentifikasi


masalah yang menyangkut pembelajaran matemati-
ka di SD kelas IV, V dan VI, serta memberi 1 contoh
permasalahan pembelajaran matematika kelas IV
tentang perkalian susun ke bawah dengan cara
pendek. Permasalahan pembelajaran matematika
tersebut dapat ditinjau dari aspek kurikulum,
materi, dan praktik/pelaksanaan pembelajaran
(lampiran 1 dan 2).

 Memberikan penguatan kedudukan topik identifikasi


masalah dalam tahapan pelaksanaan PTK berada
pada refleksi awal (lampiran 4). Refleksi awal
dilakukan oleh guru peserta berkolaborasi dengan
teman sejawat atau dari praktisi lain untuk mencari
informasi dalam mengenali dan mengetahui kondisi
awal dari permasalahan yang akan dicari solusinya.
Refleksi awal dapat dilakukan dengan cara menelaah
kekuatan atau kelemahan dari suatu proses
pembelajaran yang telah dilakukan baik dari aspek
diri sendiri, siswa, sarana belajar atau sumber/
lingkungan belajar atau aspek pengembangan kuri-
kulum, pendalaman materi, dan praktik pembelajar-
an. Dari temuan-temuan awal, difokuskan pada
identifikasi masalah yang nyata, jelas dan mendesak
untuk dicari solusinya (lihat generik PTK).

Kegiatan 2: Brainstorming dan Diskusi (90 menit)


Secara klasikal guru peserta melaksanakan brain-
storming (curah pendapat) tentang permasalahan-
permasalahan pembelajaran matematika di kelas IV, V,
dan VI yang dapat dikaji melalui pengalaman diri atau
mengacu pada lampiran 1. Bahan-bahan kajian dapat
pula disediakan oleh guru pemandu maupun kelompok
guru sebagai tambahan wawasan. Masalah sendiri
merupakan topik yang sangat baik untuk dijadikan PTK,
karena salah satu tujuan PTK adalah mencarikan jalan
keluar dari permasalahan yang dihadapi guru peserta.
Hasil brainstorming dituliskan pada kertas plano dan
disimpan untuk dokumentasi.

Selanjutnya guru pemandu meminta guru duduk


berkelompok (4 sampai 5 orang) untuk brainstorming
memfokuskan pada permasalahan yang pernah dialami
pada waktu mengajarkan materi bilangan ACB tentang
perkalian susun ke bawah cara pendek di kelas IV.
Setiap guru peserta dalam kelompok berbicara dan

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

menyebutkan permasalahan yang pernah dialami.


Setiap permasalahan dituliskan dalam kertas plano.
Kegiatan brainstorming ini dilaksanakan selama 20
menit. Setiap kelompok menyimak permasalahan yang
dikemukakan kelompok lain yang tertulis dalam kertas
plano, dan menelaah daftar masalah mana yang benar-
benar masalah yang terkait dengan pembelajaran
perkalian susun ke bawah cara pendek di kelas IV.

Guru pemandu mengingatkan guru peserta pada topik


sebelumnya yang telah dipelajari dalam materi generik
PTK mengenai makna masalah dan ciri-ciri rumusan
masalah. Untuk mengingatkan guru peserta pada hal
tersebut, tayangkan lampiran 5.

Guru pemandu membimbing kelompok peserta untuk


berdiskusi yang bertujuan melatih memfokuskan dan
merumuskan masalah pembelajaran matematika yang
muncul pada bilangan ACB yaitu siswa kurang terampil
menentukan hasil perkalian susun ke bawah dengan
cara pendek yang dapat ditinjau dari aspek kurikulum,
materi, dan praktik pembelajaran; serta mencari faktor
penyebab permasalahan tersebut muncul (lampiran 2
dan 6).

Setelah selesai berdiskusi maka setiap kelompok


mempresentasikan hasil dan kelompok lain diminta
untuk menanggapi. Guru pemandu memberi penguatan
pada hasil yang didapat dari bahan lampiran 2.

Kegiatan 3: Diskusi dan Pengkajian Case Study (30 menit)


Setelah para guru peserta brainstorming dan memiliki
persepsi yang sama tentang makna masalah dan
rumusan masalah, maka guru pemandu mengajak
mengkaji case study XXI yang berjudul “Ketika Proses
Mengali dan Membagi Menjadi Faktor Penentu” oleh
Harliny. Pengajaran Micro Berbasis Case Study
Consortium LPTK Aceh (lampiran 9). Pengkajian
termasuk cara menulis simbol pecahan yang benar
yaitu tidak ditulis dengan tanda (/), tetapi ( ).

Guru pemandu meminta para guru peserta masih dalam


kelompok dan kemudian dia membaca case study
tersebut. Selesai pembacaan, guru pemandu meminta
para guru peserta untuk menyampaikan pendapat
mereka secara bebas tentang pengalaman yang
direkam dalam case study tersebut. Tujuan diskusi
bebas ini adalah untuk menarik perasaan empatis
terhadap masalah yang mungkin pernah dialami oleh
guru peserta itu sendiri. Pendapat yang disampaikan
dicatat untuk dokumentasi guru pemandu.
PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

Kegiatan 4: Tanya Jawab (40 menit)


Guru pemandu memberi kesempatan kepada guru
peserta untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan
topik identifikasi masalah yang telah dipelajari. Pada
kegiatan ini jawaban pertanyaan bisa diberikan oleh
guru lain. Setelah tanya jawab, berikan penguatan-
penguatan terhadap hal-hal yang telah dipelajari.

Rangkuman yang diberikan sebaiknya termasuk hal-hal


sebagai berikut.

 Mengidentifikasi masalah pembelajaran matemati-


ka yang merupakan langkah pertama dari PTK yang
harus dilakukan.
 Masalah-masalah yang diidentifikasi dapat diambil
saat merefleksikan pembelajaran yang telah
dilakukan.
 Saat merefleksi diingat kembali kejadian-kejadian
dalam pembelajaran atau hal-hal yang membuat
guru tidak puas. Untuk merefleksikan pembelajar-
an yang telah dilakukan, guru peserta dapat
menyusun refleksi secara tertulis.
 Masalah yang dimunculkan sebaiknya merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dan kenyata-
an. Jadi dapat berupa situasi yang tidak memuas-
kan.
 Rumusan masalah yang disusun dapat dinyatakan
dengan pertanyaan yang akan dicari solusinya.

Kegiatan 5: Rangkuman (20 menit)


 Guru pemandu meminta seorang guru peserta
untuk menyimpulkan hal-hal penting yang harus
diingat dan ditekankan dalam contoh identifikasi
masalah pembelajaran matematika di SD kelas IV
tentang siswa kurang terampil dalam menentukan
hasil perkalian susun ke bawah dengan cara
pendek, yang dapat ditinjau dari aspek kurikulum,
materi, dan praktik pembelajaran serta merumus-
kan dan mencari faktor penyebab permasalahan
tersebut muncul.
 Tanyakan kepada guru peserta ketercapaian
kompetensi dan indikator yang telah ditetapkan.
 Selanjutnya guru peserta memberi tugas ter-
struktur dan mandiri yang harus dilaksanakan oleh
guru peserta.

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

a. Tugas Terstruktur
Tugas terstruktur dialokasikan selama 4 x 60 menit.
Pelaksanaan tugas terstruktur untuk identifikasi
masalah terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut.
1) Guru peserta belajar melaksanakan pengajaran
yang sudah dirancang di kelasnya. Pembelajaran
tersebut diamati oleh observer di sekolah dan
mencatat semua kejadian di dalam pembelajaran.
2) Setelah selesai melaksanakan pembelajaran
maka guru pelajar tersebut melakukan refleksi diri
secara tertulis yang akan dijadikan case study.
3) Perangkat pembelajaran yang berupa silabus,
RPP, LKS, hasil kerja siswa, komentar dari pengamat
dan refleksi diri dikaji oleh pengamat dan laporan
secara singkat dibawa ke pertemuan KKG
berikutnya.
Laporan tugas terstruktur tersebut menjadi salah satu
tagihan dalam bentuk case study yang akan dijadikan
bukti untuk melihat ketercapaian indikator hasil
belajar dan dijadikan sebagai bahan portofolio bagi
guru peserta.

TUGAS TERSTRUKTUR
Mintalah teman sejawat untuk mengobservasi pembelajaran Anda untuk 2 atau 3
kali pertemuan. Bergabunglah dengan teman sekelompok Anda di sekolah yang
berdekatan. Lakukan observasi juga ketika teman Anda mengajar.
Tugas observer adalah membuat catatan-catatan lapangan, kemudian meng-
identifikasikan fenomena pembelajaran dan masalah yang muncul. Diskusikan
antara guru dan pengamat tentang permasalahan tersebut untuk menentukan
rumusan masalah dan faktor penyebab masalah tersebut muncul.
Kumpulkanlah dokumen hasil belajar siswa Anda dari mulai ulangan harian, tugas-
tugas, atau LKS yang sudah terisi.
Buatlah laporan singkat yang berisi hasil observasi dari pembelajaran Anda sebagai
case study. Isi laporan singkat tersebut memuat hal-hal berikut.
Identitas topik pelajaran dan waktu pelaksanaan pembelajaran, nama guru
yang mengajar.
Kesesuaian perangkat pembelajaran yang direncanakan dengan pelaksanaan.
Ringkasan alur pembelajaran
Aktivitas siswa dan aktifitas guru
Media pembelajaran yang digunakan
Suasana pembelajaran
Hasil belajar yang dicapai siswa
Buatlah satu laporan kajian kritis antara 2 sampai 3 halaman yang terkait dengan
sumber belajar Matematika SD kelas 4. Cara membuat kajian kritis dapat di baca
pada Bahan Belajar Mandiri PTK ke-3 tentang Identifikasi Masalah.

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

b. Tugas Mandiri
Untuk tugas mandiri guru peserta melaksanakan
kegiatan sebagai berikut.
1) Mempelajari sendiri bacaan tentang topik identifi-
kasi masalah dan langkah berikutnya dalam PTK
yaitu perencanaan tindakan dari sumber belajar
generik PTK.
2) Membaca case study yang ada pada Sumber Belajar
Matematika SD: “I Maths Case Studies Aceh” dan
“Ketika Proses Mengali Dan Membagi Menjadi
Faktor Penentu”.
3) Mengidentifikasikan permasalahan matematika
yang dialami di kelasnya, berdasarkan aspek
kurikulum, materi, dan praktik pembelajaran.
Merumuskan masalah serta menentukan faktor
penyebab masalah tersebut muncul sehingga
permasalahan tersebut dapat dipikirkan untuk
diangkat dalam PTK.

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

6. PENILAIAN
Penilaian terhadap pencapaian hasil belajar guru
dilakukan pada saat proses pembelajaran dan produk
kegiatan belajar. Penilaian dalam proses belajar dapat
mencakup aspek afektif, misalnya: keaktifan dalam
diskusi, kontribusi dalam diskusi, kesungguhan mengi-
kuti kegiatan. Instrumen penilaian yang digunakan
untuk menilai aspek afektif menggunakan non tes.
1) Produk saat tatap muka dan terstruktur berupa:
a) Daftar masalah dalam pembelajaran matematika
kelas IV, V dan VI SD.
b) Tabel hasil klasifikasi masalah matematika kelas IV.
c) Hasil rumusan masalah dan penyebab permasa-
lahan pembelajaran matematika kelas IV tentang
perkalian susun ke bawah dengan cara pendek.
d) Case study tugas terstruktur.

2) Kinerja selama proses belajar mencakup aspek


afektif, misalnya: keaktifan dalam diskusi, kontribu-
si dalam diskusi, kesungguhan mengikuti kegiatan.
Instrumen penilaian yang digunakan untuk menilai
aspek afektif menggunakan non tes melalui pedo-
man observasi (contoh pada lampiran 8).

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

BAHAN AJAR
Bahan Ajar 1
Contoh Daftar Permasalahan
CONTOH DAFTAR PERMASALAHAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SD KELAS IV, V DAN VI

1. Konsep penjumlahan pecahan berbeda penyebut.


2. Konsep perkalian pecahan.
3. Konsep pembagian pecahan.
4. Mengurutkan pecahan.
5. Pecahan sebagai perbandingan dalam soal cerita.
6. Strategi/metode menterampilkan fakta dasar perkalian.
7. Strategi/metode menterampilkan fakta dasar pembagian.
8. Konsep perkalian susun ke bawah.
9. Konsep pembagian susun ke bawah.
10. Kurang terampil untuk menentukan hasil perkalian susun ke
bawah dengan cara pendek.
11. Konsep operasi hitung bilangan bulat negatif.
12. Kurang terampil untuk menentukan hasil operasi hitung bilangan
bulat negatif.
13. Pemakaian FPB dan KPK dalam kehidupan sehari-hari.
14. Penarikan akar pangkat 2 dan 3.
15. Soal cerita yang berkaitan dengan uang.
16. Jarak, waktu dan kecepatan dalam soal cerita.
17. Penemuan rumus volum bangun ruang.
18. Penemuan rumus luas bangun datar.
19. Menentukan pola bilangan.
20. Menggambar bangun-bangun ruang.

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

Bahan Ajar 2
Contoh Permasalahan di Kelas IV SD

“PERKALIAN SUSUN KE BAWAH DENGAN CARA PENDEK”

A. Permasalahan
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa SD kelas IV melakukan
banyak kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal tentang perkalian susun
ke bawah dengan cara pendek. Dalam kegiatan tes yang dilakukan disuatu
kelas dan hasilnya diamati secara seksama didapat hasil sebagai berikut.
1) Dari 29 orang siswa yang masing-masing mengerjakan 8 soal didapat
data sebagai berikut.
 Terdapat 4 siswa yang menjawab salah 1 soal
 Terdapat 7 siswa yang menjawab salah 2 soal
 Terdapat 3 siswa yang menjawab salah 3 soal
 Terdapat 6 siswa yang menjawab salah 4 soal
 Terdapat 9 siswa yang menjawab salah lebih dari 4 soal

2) Siswa banyak melakukan kesalahan terutama pada soal-soal yang hasil


perkaliannya lebih dari 10 sehingga harus digunakan teknik memindah
(teknik menyimpan).

Contoh kesalahan-kesalahan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut.

Contoh-1
948
408 72
6 
 1696 (2  9 = 16)
3048 (6  4 = 30) 6636
+
68056

Siswa melakukan kesalahan dalam menentukan hasil perkalian yaitu:


6  4 = 30
2  9 = 16

Contoh-2

709 81 408
68 90 6
 
5752 81  2508
431 729
+
48892 7371 +

Siswa salah dalam menentukan hasil perkalian dengan bilangan nol.

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

Contoh-3

98 98
69 69
 (satuan dikalikan (satuan dikalikan satuan
72 1572 
satuan, puluhan kemudian puluhannya
540 588
+ dikalikan puluhan) + dijumlahkan)
612 7452

Contoh-4

697 98 81
47 69 90
 882  00 
4879
2788 588 729
+ + +
7667 1470 729

Senada dengan masalah di atas Ashlock (1990: 65-68) juga menyampaikan


pola kesalahan siswa dalam mengerjakan soal tentang perkalian 2 bilangan
cacah susun ke bawah dengan cara pendek seperti berikut.

2 5 2 2 1
46 48 34 27 18 24
24 57 2 4 3 4

184 336  68 
88

34 
86

102 250
+
1204 2836 +

1 1 2 2
313 210 524 433 27 18
4 15 34 226 4 3
   878   
1252 210 1576 168 304

Demikian juga Marks (1985:119) menyatakan bahwa banyak guru


melaporkan tentang muridnya yang tidak dapat memberikan jawaban yang
benar untuk soal seperti:

28
4
202 

Jalan pikiran pengerjaan itu adalah: 4  8 = 32 ditulis 2 memindah 3


puluhan. Maka 3 puluhan ditambah 2 puluhan (dalam 28) menjadi 5
puluhan, dan 4  5 puluhan adalah 20 puluhan, sehingga hasilnya 202.

Berdasar pengalaman di lapangan terungkap bahwa salah satu penyebab


adalah guru melakukan pembelajaran perkalian susun ke bawah cara
pendek dengan hanya memberikan algoritma (langkah-langkah pengerjaan)
secara mekanik atau hafalan. Berdasar hal tersebut di atas, maka
diperlukan suatu kejelasan tentang penyebab kesalahan siswa dalam
mengerjakan perkalian susun ke bawah cara pendek, dan alternatif

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

pemecahannya dalam suatu pembelajaran yang menekankan pada


pemahaman proses, dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam
suatu kegiatan yaitu PTK, yang menekankan pada penggunaan
pendekatan konstruktivis dan teori Bruner yaitu: enactif, ekonik dan
simbolik.

Konstruktivis adalah suatu pandangan dalam mengajar dan belajar, di mana


siswa membangun sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan
orang lain, sedangkan tugas guru adalah memberikan pengalaman yang
bermakna bagi siswa (Arend, 1997:125). Sedangkan Bruner (dalam Orton,
1992:151) menyatakan bahwa siswa dalam belajar konsep matematika
melalui 3 tahap yaitu enactif, ekonik, dan simbolik. Tahap enactive yaitu
tahap belajar dengan memanipulasi benda atau obyek kongkrit, tahap
ekonic adalah tahap belajar dengan menggunakan gambar, dan tahap
simbolik adalah tahap belajar matematika melalui manipulasi lambang atau
simbol.

Permasalahan tersebut di atas dapat ditinjau dari aspek pengembangan


kurikulum, pendalaman materi, dan praktik pembelajaran adalah sebagai
berikut.
1. Perkalian susun ke bawah diajarkan mulai kelas III semester 1 yang
dibedakan antara cara panjang dan cara pendek dan ditingkatkan
untuk kelas IV. Seyogyanya pembelajaran cara panjang dan cara
pendek (dicantumkan dalam kurikulum) diajarkan dalam satu kesatuan
tidak terpisah.
2. Fakta dasar perkalian (perkalian 1 angka dengan 1 angka) perlu
diterampilkan dengan metode yang menarik misal: permainan atau
lomba, agar anak tidak bosan dan lebih menyenangkan.
3. Pembelajaran perkalian bilangan cacah susun ke bawah dengan cara
pendek perlu dibelajarkan dengan konsep yang menggunakan media
antara lain kertas berpetak dan lidi.

B. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian dengan
memfokuskan pada penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan
perkalian susun ke bawah dengan cara pendek, yaitu menentukan sebab
kesalahan siswa dengan memeriksa setiap kesalahan. Berdasar penyebab
kesalahan-kesalahan tersebut dilakukan usaha untuk memperbaikinya
dalam pembelajaran.

C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka dapat disusun rumusan
masalah yang diajukan menjadi pertanyaan sebagai berikut.

1. Apa saja yang menjadi penyebab kesalahan siswa pada perkalian susun
ke bawah dengan cara pendek?
2. Strategi pembelajaran apa yang dapat dilakukan untuk dapat memper-
baiki penyebab kesalahan siswa tersebut?

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

Bahan Ajar 2
Kegiatan Pendahuluan
Kompetensi, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan yang akan dilakukan, dan hasil
belajar yang diharapkan.

Hasil Belajar
Indikator Pencapaian Kegiatan
Kompetensi yang
Kompetensi Belajar
diharapkan

Guru peserta 1. Mengidentifikasi Brain Daftar masalah


mampu masalah-masalah storming dalam
mengidentifi- dalam pembelajaran pembelajaran
kasi masalah, matematika SD kelas matematika
menganalisis, IV, V dan VI. kelas IV, V dan
merumuskan VI SD
dan
mendiskripsi- 2. Mengklasifikasi Diskusi Tabel klasifikasi
kan penyebab masalah-masalah masalah
masalah. pembelajaran matematika
matematika SD kelas kelas IV
IV.

3. Merumuskan masalah Latihan Rumusan


yang terkait dengan masalah
pembelajaran
perkalian susun ke
bawah dengan cara
pendek untuk kelas IV
ke dalam aspek
pengembangan
kurikulum, penguasaan
materi, dan
praktik/pelaksanaan
pembelajaran.

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

Bahan Ajar 3
Kedudukan Prosedur Identifikasi Masalah dalam Urutan PTK

Identifikasi Masalah
dan Refleksi Awal

Rencana Tindakan Pelaksanaan


Observasi
1.1, 1.2 Tindakan

Refleksi dan Rencana Tindakan Pelaksanaan


Evaluasi 1.1, 1.2 Tindakan 2

Refleksi dan Dan Seterusnya


Observasi
Evaluasi

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

Bahan Ajar 4
Definisi Masalah dan Rumusan Masalah

MASALAH:

SITUASI YANG TIDAK MEMUASKAN/ GANJALAN PIKIRAN DAN PERASAAN


YANG MENDORONG PENELITI UNTUK MENCARI SOLUSI

RUMUSAN MASALAH:

MERUPAKAN PERTANYAAN YANG AKAN DICARI JAWABANNYA MELALUI


PENELITIAN
BERUPA KALIMAT PERTANYAAN
DIRUMUSKAN SECARA RINCI YANG MENUNJUK PADA PROSES DAN HASIL

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

Bahan Ajar 5
Materi Diskusi

Permasalahan pembelajaran matematika SD kelas IV yang muncul pada


bilangan ACB (asli, cacah, dan bulat) adalah siswa kurang terampil
dalam menentukan hasil perkalian susun ke bawah dengan cara pendek

Hal-hal apakah yang dapat menjadi penyebab timbulnya permasalah-an


tersebut?

Tinjaulah penyebab masalah tersebut dari aspek pengembangan


kurikulum, pendalaman materi, dan praktik pembelajaran

Tuliskanlah rumusan masalahnya dalam bentuk pertanyaan!

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

Bahan Ajar 6
Contoh Fokus Masalah dan Rumusan Masalah

Fokus Masalah
Menentukan penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan perkalian
susun ke bawah dengan cara pendek berarti memeriksa setiap
kesalahan yang dilakukan siswa. Berdasar penyebab kesalahan-
kesalahan tersebut dilakukan usaha untuk memperbaikinya dalam
pembelajaran.

Rumusan Masalah
Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka dapat disusun rumusan
masalah yang diajukan menjadi pertanyaan sebagai berikut.
Apa saja yang menjadi penyebab kesalahan siswa pada perkalian
susun ke bawah dengan cara pendek?
Strategi pembelajaran apa yang dapat dilakukan dapat memper-baiki
penyebab kesalahan siswa tersebut?

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

Bahan Ajar 7
Contoh Penilaian Keaktifan Guru Disetiap Topik

KEGIATAN MENGIDENTIFIKASI MASALAH

Aspek

Meng- Kontribusi Keaktifan Jumlah


No. Nama Guru Kerja sama komunikasi- dalam dalam Kedisiplinan
kan pendapat diskusi diskusi

Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk

1.
...
2.
...
3.
...
4.
...
.

Keterangan: Berilah tanda check ( ) pada kolom ya atau tidak

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

Bahan Ajar 8
Maths Case Studies Aceh University Consortium Case Study XXI

KETIKA PROSES MENGALI


ATAU MEMBAGI MENJADI FAKTOR PENENTU
Oleh: Harliny

Menyajikan materi tentang pecahan dalam matematika selalu merupakan


tantangan tersendiri bagi saya karena banyaknya operasi hitung yang
melibatkan pecahan. Pagi ini saya kembali harus melanjutkan materi pokok
tentang operasi hitung pecahan dengan indikator mengubah suatu pecahan ke
dalam bentuk persen atau sebaliknya. Setelah proses belajar mengajar
berlangsung, saya mengharapkan siswa dapat mengubah suatu pecahan ke
dalam bentuk persen atau sebaliknya, serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Setelah memberi salam, saya memimpin anak-anak untuk berdoa dengan
khusyuk, berharap semoga proses pembelajaran mendapat ridha Allah.
Kemudian, saya mengecek kehadiran siswa yang tidak hadir pada teman
mereka. Saya memulai pembelajaran dengan mengadakan tanya jawab seputar
materi yang lalu. Saya bertanya pada siswa, “Apa arti persen, siapa yang dapat
menuliskan lambang bilangan 15%”.
Dari jawaban yang diberikan siswa saya mulai masuk kepada materi cara
mengubah pecahan biasa menjadi persen. Saya membuat 5 buah contoh
5
bilangan di papan tulis, yaitu 12 , 34 , 68 , 25 , dan 20 . Satu per satu saya
jelaskan proses pengerjaan bilangan itu. Saya memberikan dua macam contoh
pengerjaan pada anak. Anak dapat memilih contoh mana yang dianggap paling
mudah untuk diikuti.
Pengerjaan pertama adalah pecahan 1 , penyebutnya harus dijadikan
2
100. Saya tanyakan pada siswa, “Dua kali berapa supaya jadi seratus?”. Mereka
menjawab, “lima puluh”. Saya tanyakan lagi, “Bagaimana prosesnya sehingga
muncul angka lima puluh”?. Anak-anak terdiam. Rupanya mereka menebak.
Saya jelaskan pada siswa bahwa angka 50 itu hasil bagi dari bilangan 100
dengan angka 2. Selanjutnya, bila penyebutnya dikali 50, pembilangnya
(bilangan 1) harus dikali 50 juga supaya pecahan itu tidak berubah nilainya.
Jadi, pecahan 12 , bila dikalikan dengan 50
50
hasilnya sama dengan 10050
, atau
sama dengan 50%.
1
Cara yang kedua adalah bilangan dikalikan
2
dengan 100%. Hasilnya
adalah 100
2
% atau sama dengan 50%. Saya lanjutkan lagi dengan angka 34
dengan cara yang sama. Baru tersendat ketika saya memanggil seorang
siswa yang saya perhatikan pandangannya ke papan tulis seperti kosong. Saya
menyuruh siswa tersebut untuk menyelesaikan contoh soal pecahan 6 diubah
8
menjadi persen. Langkah pertama yang harus diambil adalah angka 8 harus
dijadikan 100 dengan cara 100:8. Anak tersebut tidak dapat melakukan
pembagian. Saya menuntunnya dengan sabar hingga akhirnya si anak dapat

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

2 5
menyelesaikan soal itu. Untuk contoh pecahan 5 dan 20 dengan mudah dapat
mereka jawab. Jika penyebutnya 5, dikalikan 20 supaya penyebutnya jadi 100,
2 20 40
dan pembilangnya (angka 2) juga dikalikan 20, sehingga 5 kali 20 menjadi 100
atau 40%. Sementara itu, untuk 5/20 penyebutnya dikali 5, begitu juga
pembilangnya sehingga pecahan itu menjadi 25/100 atau 25%.
1 3 2 5
Untuk membuktikan 2 = 50%, 4 = 75%, 5 = 40%, dan 20 = 25%, saya
telah menyiapkan karton bergambar pecahan perseratusan dan kertas
transparan dalam ukuran yang sama bergambar pecahan perdua, perempat,
perlima, perdelapan, dan perduapuluhan. Saya tunjukkan beberapa siswa agar
maju ke depan untuk menjadi model. Mereka menutup kertas transparan di
1 50
atas karton sehingga tampak jelas bahwa 2 itu sama nilainya dengan 100 , 34
75 6 2 5
sama nilainya dengan , begitu juga dengan pecahan , dan .
100 8 5 20
Kemudian, saya adakan tanya jawab seputar materi. Dari jawaban yang
saya peroleh, saya mendapat gambaran bahwa anak sudah mengerti. Saya
bagikan anak dalam 4 kelompok kerja. Setelah mendapat lembar LKS, anak-
anak mulai bekerja dengan tekun. Salah satu contoh LKS adalah ubahlah
pecahan berikut menjadi persen dan pilih empat buah soal yang kamu anggap
paling mudah untuk dikerjakan (1). 48 = ... %, (2). 12
24
= ...%, (3). 28 = .. %.
17 1
(4). 20 = ...% dan (5). 5 = ... %. 35

Tujuan pembelajarannnya adalah agar anak dapat mengubah pecahan


biasa menjadi pecahan dalam bentuk persen. Untuk mengetahui bahwa
tujuannya telah tercapai adalah dengan melihat hasil kerja kelompok dan
siswa yang maju ke depan untuk menyelesaikan tugas di papan tulis. Setiap
kelompok yang sedang bekerja saya datangi berulang-ulang untuk memberi
bimbingan. Selalu saja saya temukan dalam tiap kelompok ada siswa yang
kurang aktif dan cenderung santai.
Ketika saya menanyakan mengapa mereka tidak berpartisipasi dalam
pembelajaran, jawaban mereka hampir seragam. Mereka mengatakan bahwa
ketika saya masih sedang membagi atau mengalinya teman lain sudah dapat
hasilnya, mereka berlomba-lomba untuk cepat siap. “Kamu terbentur di mana
sehingga kamu tertinggal? “Waktu mengali dan membagi, Bu”, jawab si anak.
Oh, ternyata ini masalahnya.
Rupanya faktor ketidakmampuan dalam mengali atau membagi pada
sebagian anak bisa membuat anak bersikap kurang aktif dan cendrung santai
dalam menyelesaikan tugasnya. Pada anak yang lain bisa menjadi faktor
pemacu untuk menjadi lebih bersemangat dan belajar giat agar tidak merasa
tertinggal dengan teman yang lain. Setiap anak mempunyai tingkatan daya
ingat yang berbeda-beda sehingga walaupun sudah dilatih menghafal perkalian
berulang-ulang, pada sebagian anak hanya sedikit yang dia ingat. Padahal,
untuk anak yang lain, materi itu bisa jadi sangat gampang.
Selesai waktunya semua kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Setiap kelompok diwakili oleh seorang anggota yang mereka tunjuk untuk itu.
Setelah presentasi berlangsung, tanpa menunda saya memberitahu nomor
mana yang benar dan nomor mana yang masih perlu perbaikan. Alhamdulillah,

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

hari ini proses pembelajaran berjalan dengan gembira dan anak-anak belajar
dengan semangat. Saya memimpin anak-anak untuk membuat rangkuman
materi yang telah dipelajari hari ini dalam bentuk catatan singkat, antara lain,
untuk mengubah pecahan biasa dijadikan persen caranya adalah pecahan itu
dikalikan dengan 100%. Selanjutnya, saya memberikan beberapa soal untuk PR.
Kemudian, kami sama-sama menyanyikan lagu “Balonku” untuk penghilang
penat. Saya tutup pelajaran hari ini dengan salam dan doa, serta pesan supaya
anak-anak kembali harus belajar di rumah.
Masih terbayang di pelupuk mata saya wajah siswa yang kesulitan
mengali dan membagi, apakah mereka bisa menyelesaikan tugas individual di
rumah kalau sikapnya masih kurang aktif?

REFLEKSI
Oleh: Harliny

Komentar penulis case study untuk narasi tanggal 26 Januari 2008, saya
tulis dua hari kemudian, yaitu sebagai berikut. Alhamdulillah, hari itu saya
sedikit lega melihat anak-anak belajar dalam suasana gembira walaupun masih
jauh dari rasa puas, karena saya masih menemukan beberapa siswa kelas V
yang belum menguasai perkalian dan pembagian. Dari hasil LKS yang mereka
kerjakan secara berkelompok tercermin bahwa hampir 90% siswa dapat
mengerjakan soal dengan baik. Hal ini dimungkinkan karena materi pada hari
itu masih merupakan lanjutan dari materi yang lalu. Insyaallah saya akan
mengadakan remedial untuk melatih beberapa siswa yang masih terbentur
dalam mengali dan membagi.

KOMENTAR 1
Guru Mitra

Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kesannya terburu-buru


karena waktu belajar 2 jam pelajaran, yaitu 70 menit. Guru tampaknya takut
jika tidak habis menyampaikan materi. Guru terlalu cepat dalam penyampaian
materi sehingga penjelasannya harus diulang. Dalam pembelajaran terkesan
guru yang lebih dominan, sedangkan siswa hanya mengikuti saja instruksi guru.
Guru tidak memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk mengkonstruk
pengetahuan melalui proses kegiatan belajar mengajar.

KOMENTAR 2
Guru Mitra

Pada hari ini, Sabtu, 26 Januari 2008, Harliny (guru) mengajar


matematika kelas V. Masuk pukul 07.45 dengan mengawali kegiatan dengan
memberi salam dan berdoa, lalu membuka pembelajaran dengan memotivasi

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

siswa dan mengulang apa yang telah diberikan terkait dengan materi
sebelumnya (apersepsi).
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi yang diajarkan hari ini
dengan topik mengubah pecahan dalam persen. Mengawali pembelajaran guru
menanyakan kepada siswa terkait dengan materi sebelumnya dan
menghubungkannya dengan materi hari ini. “Apakah kalian sudah mengerti?”.
Semua siswa menjawab “Sudah, Bu”. Guru memberi materi dan membuat
beberapa contoh dan meminta siswa mengerjakan menyelesaikan contoh
tersebut di papan tulis. Salah seorang siswa yang ditunjuk guru maju ke depan
tidak dapat menyelesaikan contoh tersebut. Guru bertanya pada siswa. Ada
siswa menjawab 12,5. Guru membuat beberapa contoh lagi, meminta siswa
menjawab, ada yang bisa dijawab dan guru bersama siswa menjawab soal
tersebut.
1
Guru bertanya, “Apakah yang kamu lihat di sini (guru menulis contoh) 5
4
dan 8 sama?” Semua siswa menjawab sama. Guru memberi beberapa gambar
tentang pembagian kotak-kotak dan menjelaskannya. Guru memintakan siswa
untuk bertanya, semua diam. Guru bertanya lagi, “Apa kalian sudah
mengerti?” Siswa menjawa, “Sudah, Bu”.
3 3 300
Guru mencontohkan lagi 4
= 4
x 100% = 4 %.
Pekerjaan guru belum selesai. Guru meminta siswa menyelesaikannya.
Salah seorang siswa bangun dan mengerjakannya. Jawabannya benar, yaitu
75% (guru sangat bersemangat karena siswa itu bisa menjawab).
Selanjutnya, guru membentuk kelompok dengan cara menghitung 1
sampai dengan 6, lalu kelompok tersebut terbentuk dengan setiap nomor yang
sama, maka terdapatlah 6 kelompok. Kepada masing-masing kelompok guru
memberikan tugas. Setiap kelompok diberi tugas 5 soal. Saat guru memberikan
LKS, siswa sangat antusias menerima LKS tersebut. Masing-masing kelompok
mengerjakan dengan semangat tinggi. Guru hanya mengarahkan dan
berkeliling melihat siswanya yang sedang bekerja. Waktu yang diberikan 15
menit. Waktu sudah berjalan 15 menit, lalu guru bertanya, “Siapa yang sudah
siap?”. Kelompok satu menjawab, “Kami, Bu!”. Lalu guru memeriksa dan
memberi penguatan, “Betul semua” (siswa kelompok 1 terlihat sangat senang
dan bersemangat). “Siapa lagi yang sudah siap?” Tidak ada yang menjawab.
“Anak-anak, waktu sudah habis”. Masing-masing kelompok membacakan
hasilnya.
Dimulai dari kelompok 1, ternyata jawaban mereka benar semua. Siswa
bertepuk tangan dengan nilai 100 untuk kelompok satu. Dilanjutkan kelompok
2, jawabannya juga benar semua dengan nilai 100. Kemudian kelompok 3, juga
jawaban benar, 100 untuk kelompok 3. Begutu juga kelompok 4. Ketika
kelompok 5 dibacakan hasilnya, ternyata soal nomor 1 tidak benar, guru
memberi nilai 80 untuk kelompok 5. Selanjutnya, kelompok 6, hasilnya
ternyata salah pada soal nomor 2, maka nilainya 80.

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9
IDENTIFIKASI MASALAH

Pada kegiatan akhir, guru menarik beberapa kesimpulan tentang apa


yang telah diperlajari hari ini dan memberikan PR sebanyak 4 soal serta
mengimbau siswa agar mengerjakan soal dengan baik, belajar yang rajin.
Terakhir, guru bertanya, “Apakah kalian senang belajar matematika?” Siswa
menjawab serentak, “Senang, Bu”. Guru menutup pertemuan dengan
menyanyikan lagu “Balonku” dan akhirnya memberi salam.

KOMENTAR 3
Guru Mitra

Guru meminta siswa membaca doa, kemudian menuliskan materi


pelajaran yang akan diajarkan di papan tulis. Pokok bahasan hari ini adalah
mengubah suatu pecahan ke dalam bentuk persen atau sebaliknya. Sumbernya
adalah buku paket matematika SD halaman 67-69. Guru menggunakan RPP
sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan. Materinya sesuai, gurunya sangat
aktif. Demikian juga siswa meskipun ada beberapa orang yang kurang aktif.
Metode dan langkah-langkah yang digunakan sesuai karena di dalamnya
tercermin kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir
Saran dari kepala sekolah kepada guru adalah usahakan supaya siswa-
siswa lebih aktif dalam belajar sehingga pembelajaran dapat dicerna oleh
siswa secara merata.

8 BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD
IDENTIFIKASI MASALAH

PB /IDENTIFIKASI MASALAH/09/IPA

BBM/IDENTIFIKASI MASALAH/09/MAT SD 9

Anda mungkin juga menyukai